Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAKIKAT KEIMANAN DAN SYU`ABUL


( CABANG ) IMAN

KELOMPOK 2
DISUSUN OLEH :
1.Sevina Alisiya ( 30 )
2.Cornelia Ramadani ( 07 )
3.Keizha Putri Salsabilla ( 16 )
4.Nabila Cahya Ramadhani ( 23 )
5.Muhammad Aril ( 19 )
6. Muhammad Gerry Sentosa ( 21 )
7. Davin Alif F.M ( 08 )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “ Hakikat
Keimanan dan Syu`abul (Cabang) Iman’’ ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam


pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, pembuatan makalah ini
juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi para pembaca.

Gresik, 15 Agustus 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………….. i


DAFTAR ISI …………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ………………………………………………… 1
Tujuan Penulisan ………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman …………………………………………. 3
B. Pengertian Syu’abul Iman ………………………………. 4
C. Dalil Naqli tentang syu’abul Iman ……………………… 5
D. Cabang-Cabang Syu’abul Iman ………………………… 6
E. Ciri-Ciri Syu’abul Iman
F. Manfaat dan Hikmah Syu’abul Iman ...…………………. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………….. 8
B. Saran …………………………………………………… 9
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat


manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan
yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran
agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui
pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengalaman, pemahaman, dan
penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi
spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi
yang dimilikki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
B. Tujuan Penulisan

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama


diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai,
disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntunan visi ini
mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang
persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri ciri :

1. Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain


penguasaan materi;
2. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia;
3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan
untuk mengembangkan strategi dan program pebelajaran sesuai
dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan

Pendidikan Agama islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu


berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif
membangun peradaban keharmonisan kehidupan, khususnya dalam
memajukan peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam
memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu
diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan
perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup
lokal, nasional, regional, maupun global.
BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman

sPengertian iman dari bahasa arab yang artinya percaya. Sedangkan


menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).

َ‫ق هَّللا ِ ۚ ٰ َذلِك‬


ِ ‫اس َعلَ ْيهَا ۚ اَل تَ ْب ِدي َل لِخ َْل‬ ْ ِ‫ِّين َحنِيفًا ۚ ف‬
َ َّ‫ط َرتَ هَّللا ِ الَّتِي فَطَ َر الن‬ َ َ‫فََأقِ ْم َوجْ ه‬
ِ ‫ك لِلد‬
ٰ
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫ِّين ْالقَيِّ ُم َولَ ِك َّن َأ ْكثَ َر الن‬
ُ ‫الد‬

B. Pengertian Syu’abul Iman

Pengertian dari Syu’abul Iman adalah cabang cabang dari keimanan


seseorang yang mengimani 6 unsur rukun iman. Syu’abul iman terdiri
dari 77 cabang yang dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu; cabang
iman yang berhubungan dengan niat, akidah dan hati, cabang iman
yang berhubungan dengan perkataan (lisan), cabang iman yang
berhubungan dengan hal(perbuatan)anggota badan seseorang.

C. Dalil Naqli tentang Syu’abul Iman

Dalil Naqli adalah dalil yang terdapat di dalam Al-Quran maupun hadis
Nabi Muhammad SAW. Dalil tentang syu’abul iman dijelaskan oleh
Rassulullah SAW dalam beberapa hadisnya. Karena iman adalah
perwujudan dari akhlak kita, bagaimana kita mengamalkanya dalam
bentuk menyakini dengan hati, lisan, maupun perbuatan.

D. Cabang-Cabang Syu’abul Iman

1. Beriman kepada Allah Swt


2. Beriman kepada malaikat Allah Swt
3. Beriman kepada kitab kitab Allah Swt
4. Beriman kepada rasul rasul Allah Swt
5. Beriman kepada takdir baik dan takdir buruk Allah Swt
6. Beriman kepada hari akhir
7. Beriman kepada hari kebangkitan setelah kematian
8. Beriman bahwa manusia akan dikumpulkan di yaumul mahsyar
setelah hari kebangkitan
9. Beriman bahwa orang mukmin akan tinggal di surga dan orang
kafir akan tinggal di neraka
10. Mencintai allah swt
11. Mencintai serta membenci karena allah swt
12. Mencintai rasulullah saw dan memuliakannya
13. Ikhlas, tidak ria dan menjauhi sifat munafik
14. Bertobat, menyesal, dan janji tidak akan mengulangi suatu
perbuatan dosa
15. Khauf atau rasa takut kepada allah swt
16. Raja’ berharap rahmat kepada allah swt
17. Tidak berputus asa dari rahmat allah swt
18. Syukur nikmat
19. Menunaikan amanah
20. Bersabar
21. Tawaduk dan menghormati orang tua
22. Kasih sayang termasuk mencintai anak anak kecil
23. Rida terhadap takdir allah swt
24. Bertawakal
25. Meninggalkan sifat takabur dan menyombongkan diri
26. Tidak dengki dan iri hati
27. Rasa malu
28. Tidak mudah marah
29. Tidak menipu, tidak su’uzan, dan merencanakan keburukan kepada
siapapun
30. Menanggalkan kecintaan kepada dunia, termasuk cinta harta dan
jabatan
Pengelompokan cabang cabang iman yg berkaitan dengan lisan terdiri atas
tujuh cabang sebagai berikut.

1. Membaca kalimah tayibah [kalimat kalimat yg baik].


2. Membaca kitab suci al-quran .
3.Belajar dan menuntut ilmu.
4.Mengajarkan ilmu kepada ongan lain.
5.Berdoa.
6.Berzikir ,termasuk di dalamnya beristigfar.
7. Menjauhi dan menghindari perkataan sia sia.

E. Ciri-Ciri Syu’abul Iman

1.Takut Kepada Allah SWT


Ketakutan kepada Allah adalah ciri ciri orang beriman yang pada akhirnya
menuntun mereka untuk menghindari hal-hal yang dilarang agama dan
melakukan segala perintah nya.
2. Salat dengan Khusyuk
Khusyuk adalah kondisi ketika hati dan pikiran hanya tertuju kepada Allah.
3.Senantiasa Bersyukur
Bersyukur artinya menunjukkan nikmat Allah yang ada pada dirinya.
4.Berakhlak Baik
Mereka yang beriman akan meneladani sifat-sifat Rassulullah SAW, sehingga
tak akan nampak akhlak yang buruk dalam diri mereka
5.Sabar
Mereka yang sabar adalah ciri ciri orang yang beriman, seperti yang tertuang
pada Surah Ali ‘imran berikut. “Wahai orang orang yang beriman, bersabarlah
kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di perbatasan (negrimu),
dan bertakwalah kepada allah agar kamu beruntung.” (Q.S. Ali ’Imran [3]:200)
6. Tawakal
Tawakal bukanlah sifat pasrah, melainkan menyadarkan diri kepada Allah
saat sedang, berteguh hati saat ditimpa kesukarandalam kondisi hati yang
tenang dan tentram.

F. Manfaat dan Hikmah Syu’abul Iman


Orang yang beriman adalah yang beruntung, karena disukai Allah Swt. Dan
mempunyai keistimewaan sendiri. Orang yang beriman banyak disebutkan di
Al-Qur’an, sehingga memiliki banyak manfaat dan hikmah dari syu’abul iman
sebagai berikut:
1. Mendapatkan bimbingan dari Allah Swt.
2. Diberikan kemudahan hidup.
3. Selalu bersyukur dikala susah dan senang.
4. Hati menjadi tenang.
5. Mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.
6. Ketaatan kepada Allah Swt bertambah.
7. Memiliki rasa kasih sayang yang tinggi.
8. Mencegah perbuatan syirik.
BAB 3 : PENUTUP
KESIMPULAN

Perkataan iman yang berarti ‘membenarkan’ itu disebutkan dalam Al-


Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud
‘‘Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah
dan membenarkan kepada para orang yang beriman’’Iman itu
ditujukan kepada Allah, kitab kitab dan rasul, Iman Hak dan Iman
Batil.
Definisi Iman berdasarkan hadits merupakan tambatan hati yang
diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki
prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu
keyakinan, maka orang-orang beriman adalah mereka yang di dalam
hatinya, setiap ucapan dan tindakanya sama, maka orang beriman
dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki
prinsip, atau juga pandangan dan sikap hidup.

KRITIK DAN SARAN

Setiap muslim tentu menginginkan untuk masuk ke dalam surga dan


selamat dari api neraka, untuk itu marilah kita memperhatikan sabda
Nabi shallaallahu’alaihi wa sallam berikut ini, Artinya; ‘Barang siapa
yang akhir ucapannya (sebelum mati) adalah kalimat Laa ilaaha
illallah maka dia akan masuk surga’ [HR. Abu Daud dari Mu’adz bin
Jabal radhiyallahu’anhu, Shahihul Jami’; 11425]
Jelaslah bagi kita bahwa kunci surga adalah kalimat Laa ilaaha
illallah. Ibarat sebuah rumah, surga memiliki pintu yang harus dibuka
dengan sebuah kunci, itulah kalimat Laa ilaahaillallah. Akan tetapi,
kenyataannya tidak semua orang yang memilikki kunci tersebut
mampu membuka pintu surga, dikarenakkan kunci mereka tidak
bergerigi. Dan sebagai umat muslim yang taat, penulis hanya bisa
menyarankan agar pembaca senantiasa meningkatkan semangat
keagamaan dan lebih meningkatkan keimanan dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai