5319 11394 1 PB
5319 11394 1 PB
Abstrak
Berbagai upaya untuk mendapatkan hasil penyambungan baja dengan pengelasan telah
dilakukan. Preheat treatment merupakan satu dari sekian banyak metode yang digunakan untuk
menghasilkan hasil pengelasan yang mempunyai sifat mekanik yang baik. Tujuan utama penelitian
ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh preheat pada material uji terhadap sifat
mekanik yaitu kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikro. Penelitian ini menggunakan pipa
baja karbon AISI 1018 dengan diameter 2 inci yang dilakukan proses preheat dilakukan dengan
variasi suhu 300oC, 350oC, 400oC, 450oC. Hasil preheat 350oC dengan nilai tegangan paling
tertinggi 371,57 MPa dan nilai hasil kekerasan rata-rata paling tertinggi preheat 500oC.
Sedangkan nilai terendah hasil uji tarik spesimen preheat 450oC dengan nilai tegangan sebesar
295,37 MPa dan hasil uji kekerasan paling rendah pada preheat 300oC. Pada struktur mikro
tampak fasa ferit, perlit, martensit, dan ferit batas butir, daerah HAZ dikarenakan perlakuan
panas terlalu tinggi ditambah lagi pengaruh panas proses las. Pada daerah las tampak terlihat
fasa ferit dan ferit batas butir terlalu mendominasi dikarenakan perubahan suhu pada proses
pengelasan terlalu lama. Struktur mikro daerah logam induk tampak fasa martensit dan tampak
columnar, kemungkinan besar dalam pembuatan material melalui proses rolling.
Kata kunci: Las SMAW, Preheat, kekuatan uji tarik, kekerasan, struktur mikro
dalam kekuatan tarik, kekerasan dan struktur daerah logam induk pada spesimen yang telah
mikro. melalui tahap preheat.
600
Gambar 2. Pipa baja karbon AISI 1018
Tegangan(MPa)
489,85 427,54
500 408,76 401,59
394,99 421,82
400 354,99
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa 300
tahapan, pertama adalah proses preheat 200
menggunakan gas LPG dan oksigen guna untuk 100
0
memanaskan spesimen dalam keadaan stabil,
selanjutnya tahap pengelasan dalam pengelasan
ini kami menggunakan elektroda E7016 dengan
kecepatan las, arus dianggap konstan. Variasi Suhu Preheat
Tahapan kedua adalah proses pembuatan
spesimen uji tarik pada spesimen yang telah di Gambar 4. Grafik kekuatan tarik
las. Standar spesimen yang digunakan dalam
pengujian tarik menggunakan standar ASME IX Pada Gambar 4, dapat diketahui hasil
sesuai yang di tunjukkan pada Gambar 3. kekuatan tarik yang paling tinggi pada spesimen
tanpa preheat dengan nilai 489,85 MPa, nilai
paling rendah adalah preheat 450oC sebesar
354,99 MPa, terjadinya penurunan pada material
preheat 450oC dikarenakan kandungan
materialnya mengalami perubahan yang
menyebabkan penurunan pada kekuatan tarik,
semakin bertambahnya temperatur preheat maka
material akan mengalami penurunan yang
Gambar 3. Spesimen uji tarik standar menyebabkan material menjadi getas,
ASME IX Hasil uji kekerasan dengan variasi
temperatur preheat yang berbeda, seperti pada
Pada pengujian tarik ini yang bertujuan Gambar 5. Grafik uji kekerasan.
mengetahui kekuatan tarik dari material yang
telah melalui proses preheat dan proses las.
80
Tahap selanjutnya dilakukan pengujian struktur
70
mikro bertujuan untuk mengetahui kondisi
Kekerasan HRB
60
permukaan daerah las dan sekitarnya, pada 50
proses ini sebelumnya berawal dari 40 Induk
mempersiapkan material yang dicatak 30 HAZ
menggunakan resin terlebih dahulu, kemudian 20 Las
dilakukan penghalusan menggunakan amplas 10
yang berbeda jenis kekasaran amplasnya dari 0
Tanpa Preheat Preheat Preheat Preheat Preheat
amplas yang paling kasar sampai amplas yang preheat 300 350 400 450 500
paling halus guna untuk menghaluskan
variasi suhu preheat (oC)
permukaan spesimen, tahap selanjutnya adalah
proses peng-etsaan menggunakan larutan kimia Gambar 5. Grafik uji kekerasan
yaitu 2% HNO3 + 98% dalam proses ini Dari Gambar 5, grafik dari hasil uji
dilakukan guna untuk mengetahui hasil dari kekerasan nilai paling tinggi adalah spesimen
permukaan material saat pengujian struktur preheat 500oC dari semua daerah las, induk dan
mikro. Penelitian selnjutnya adalah uji daerah HAZ. Untuk nilai paling rendah uji
kekerasan guna untuk mengetahui kekuatan kekerasan pada spesimen preheat 300oC yang
material pada daerah daerah las, HAZ dan dikarenakan material preheat 300oC dalam
80 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 17, No. 2, Oktober 2021, Hal. 79-83 ISSN 0216-7395
kandungan material tersebut belum mengalami berubah menjadi getas. Hasil dari foto struktur
perubahan yang signifikan dari proses preheat. mikro pada daerah las dapat dilihat Gambar 7.
A B
C D
C D
E F
E F
Gambar 7. Foto mikro daerah las
(A) las tanpa preheat
(B) Preheat 300oC
(C) Preheat 350oC
Gambar 6. Foto struktur mikro daerah HAZ (D) Preheat 400oC
(A) Tanpa preheat (E) Preheat 450oC
(B) Preheat 300oC (F) Preheat 500oC
(C) Preheat 350oC
(D) Preheat 400oC Gambar 7, pada hasil uji mikro pada (A)
(E) Preheat 500oC dijelaskan spesimen las tanpa preheat tampak
(F) Preheat 500oC ferit batas butir dikarenakan perubahan suhu
lambat, tampak fasa ferit yang berwarna putih
Gambar (A) terlihat bahwa hasil (B) pada gambar B tampak ferit mendominasi
pengujian struktur mikro pada daerah HAZ sehingga mempengaruhi unsur-unsur, ferit batas
spesimen tanpa preheat tampak ferit yang butir dan martensit adapun fasa batas butir yang
berwarna putih cenderung lunak dan perlit terlihat jelas pada gambar B. (C) tampak
berwarna gelap, tampak martensit berbentuk martensit berbentuk seperti jarum-jarum
jarum-jarum hitam karena dalam perlakuan berwarna hitam dan ferit batas butir, mungkin
panas. Gambar (B) terdapat fasa martensit, fasa karena pengaruh suhu preheat yang lebih tinggi,
ferit lebih mendominasi berwarna putih, dan ada tampak fasa perlit dan sedikit ferit widmantatten.
ferit widmanstatten yang berwarna putih lembut (D) fasa ferit lebih banyak dan tampak ferit batas
karena perubahan suhu yang lambat. (C) tampak butir, untuk fasa ferit batas butir lebih mirip
ferit widmantatten berwarna putih dan adanya dengan bentuk pelat bergaris yang dikarenakan
kotoran atau debu yang menempel sehingga perubahan suhu yang signifikan pada saat proses
menyebabkan terjadinya porositas. (D) terlihat preheat dan di tambah lagi panas las oleh las. (E)
bahwa ferit batas butir yang mendominasi, fasa ferit lebih banyak dan besar yang
tampak porositas dikarenakan material dikarenakan mengalami perubahan suhu pada
mengandung korosi atau kotoran yang terjebak saat proses pengelasan dan tampak porositas
(E) terdapat ferit widmantatten dan ferit batas yang di sebabkan karena adanya kotoran-kotoran
butir (F) tampak fasa ferit, perlit, martensit dan yang terjebak pada material. (F) fasa ferit terlalu
ferit widmantatten karena adanya proses banyak dan struktur martensit, dan tampak
perlakuan panas awal (preheat) dan terkena sedikit porositas yang dikarenakan adanya debu
kembali oleh panas las sehingga material
atau kotoran-kotoran yang terjebak pada adalah terjebaknya kotoran-kotoran atau debu
spesimen sehingga menimbulkan porositas. pada material sehingga menyebabkan terjadinya
Hasil foto struktur mikro daerah induk porositas.
ditunjukkan pada Gambar 8.
PENUTUP
Kesimpulan
B Dari penelitian dan analisa data maka
A dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
Pengaruh preheat kekuatan tarik tertinggi
spesimen tanpa preheat dengan nilai 407.69
MPa, nilai yang terendah spesimen preheat
450oC sebesar 354.99 MPa, terjadinya
C D penurunan kekuatan tarik hilangnya unsur-unsur
Mn dan Si berfungsi meningkatkan kemampuan
material untuk dilakukan perlakuan panas. Butir-
butir fasa ferit, bainit tumbuh menjadi kasar dan
besar merupakan faktor penyebab baja menjadi
lebih getas. Pada hasil uji kekerasan nilai
E tertinggi pada daerah HAZ spesimen preheat
F 500oC nilai 72.2 HRB. Sedangkan nilai terendah
HAZ preheat 300oC sebesar 40 HRB. Nilai
tertinggi uji kekerasan daerah las preheat 500oC
nilai 66 HRB, nilai terendah daerah las preheat
300oC 35,3 HRB. Uji kekerasan daerah induk
Gambar 8. Foto mikro daerah logam induk tertinggi preheat 500oC nilai rata-rata 65 HRB,
(A) induk tanpa preheat uji kekerasan induk terendah preheat 300oC nilai
(B) Preheat 300oC sebesar 39 HRB.
(C) Preheat 350oC Pengaruh preheat struktur mikro
(D) Preheat 400oC pengelasan daerah logam induk preheat 300oC
(E) Preheat 450oC tampak fasa perlit, martensit lebih rapat
(F) Preheat 500oC dibandingkan preheat 350oC dan 400oC, daerah
HAZ pengaruh preheat 300oC terlihat struktur
Dari Gambar 8 (A) terlihat bahwa hasil martensit, ferit widmantatten dibandingkan
pengujian struktur mikro daerah induk tampak temperatur preheat lainya, daerah las tampak
fasa ferit dan martensit yang paling ferit batas butir dan columnar grains, struktur
mendominasi, sedangkan perlit, ferit banyak dan mikro las tanpa preheat dibandingkan pengaruh
rapat sehingga dapat mempengaruhi kekuatan preheat daerah las lainya.
material. (B) tampak terlihat fasa martensit yang
berbentuk seperti jarum-jarum yang berwarna DAFTAR PUSTAKA
kehitaman. (C) fasa martensit, perlit lebih ASME SECTION IX (QW-462.1). 1998.
mendominasi karena adanya perubahan suhu Daryanto., 2010. Proses pengolahan besi dan
yang terlalu lambat sehingga menimbulkan fasa baja (ilmu metalurgi), cetakan 1 satu
perlit (D) tampak fasa perlit, martensit dan nusa, sarana tutorial nurani sejahtera,
columnar yang berwarna putih memanjang Bandung.
kemungkinan besar disebabkan pada saat proses Hestiawan dan Suyono., 2014, Pengaruh preheat
pembuatan material dilakukan proses rolling dan post welding heat treatment
sehingga tampak adanya columnar (E) tampak terhadap sifat mekanik sambungan las
struktur martensit dan fasa ferit widmantatten SMAW pada baja amutit K-340, Jurnal
yang ditunjukkan berwarna putih lembut, Mekanik, Vol, 5 No.1 Jurnal program
sehingga kandungan oksigen terlalu banyak studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik
menyebabkan ferit widmantatten (F) tampak Universitas Bengkulu.
ferit terlalu mendominasi disebabkan adanya Mizhar, S., dan Pandiangan I.H., 2014. Pengaruh
perubahan suhu yang signifikan sehingga masukan panas terhadap struktur mikro,
menyebabkan terjadinya tampak fasa ferit, kekerasan dan ketangguhan pada
adapun tampak porositas terjadinya porositas pengelasan shield metal
82 e-ISSN 2406-9329
Momentum, Vol. 17, No. 2, Oktober 2021, Hal. 79-83 ISSN 0216-7395