180 Hari Bersamamu
180 Hari Bersamamu
Di pagi hari yang normal, cahaya matahari mulai mengendap masuk melewati
celah-celah jendela kamar Finaya. Mata Finaya terbuka sedikit, merasa terganggu
akan cahaya tersebut. Setelah sepenuhnya sadar, barulah ia mengambil handuk dan
berjalan menuju kamar mandi. Setelah membersihkan tubuh, kemudian Finaya
berjalan menuju ruang makan. Langsung saja ia duduk dan menyantap sarapan
paginya. Tak heran bagi Finaya jika ia melihat kondisi rumah yang begitu sepi.
Ibunya sibuk mengurus kebun kesayangannya dan ayahnya sedang bertugas di luar
kota selama beberapa hari, lalu kakaknya pergi latihan voli bersama teman-temannya.
Sejujurnya, Finaya belum terbiasa tinggal di rumah barunya ini. Keluarga William
baru saja pindah sebulan yang lalu karena pekerjaan ayah mereka. Bukan berarti ia
tidak suka dengan perkotaan, tetapi Finaya merasa kebersamaan di daerah pedesaan
lebih kuat daripada di perkotaan. Lagi-lagi perasaan rindu menerpa hatinya. Ia
tersenyum tipis, lalu duduk di sofa ruang keluarga dan memutuskan untuk
menghabiskan waktu dengan menonton film-film kesukaannya.
Finaya bergidik ngeri, lalu berkata, “Serem, jangan gitu.” Di sela-sela percakapan
mereka berdua, tiba-tiba seseorang datang dan menepuk pundak Finaya. Lelaki itu
mengambil posisi duduk di sebelah Finaya dan menopang dagunya menatapi gadis
tersebut. Finaya berusaha untuk acuh, tetapi sepertinya kedua pipinya tak bisa
berbohong. Nauren dan lelaki itu menertawakan Finaya yang sedang menutupi muka
dengan tangannya sendiri.
“Cie, ada yang salting tuh, hahhahaha. Tanggung jawab lo, Ar. Anak orang lo bikin
salting.” Finaya yang semakin malu karena ditertawakan akhirnya memukul pelan
lengan Arzan. Ya, nama lelaki itu adalah Arzan, lelaki yang akhir-akhir ini berhasil
membuat perasaan Finaya tak karuan. Untungnya, lonceng sudah berbunyi dan bu
guru pun masuk ke kelas. Meskipun Finaya tak menyukai fisika, ia merasa bersyukur
guru fisika tersebut telah menyelamatkannya dari godaan maut Nauren dan Arzan.
Nauren dan Arzan adalah dua orang teman yang sejauh ini paling dekat
dengan Finaya. Bahkan, sebenarnya Nauren dan Arzan merupakan dua dari belasan
orang yang bisa dikatakan cukup famous di SMA Permata Indah. Banyak orang
mengatakan bahwa Finaya hanya dimanfaatkan oleh Nauren dan Arzan. Rumor-
rumor bahwa Arzan dan Nauren adalah sepasang kekasih pun tak kalah banyak.
Tetapi, sejauh ini Finaya tak pernah merasa bahwa dirinya hanya dimanfaatkan. Hari
ini, Arzan memberikan makan siang yang lucu untuk Finaya. Kupu-kupu bertebaran
di perut Finaya, rasanya ia ingin memberitahu semua orang bahwa orang yang ia suka
memberikan makanan kepadanya. Setelah memakan semuanya, Finaya berniat
membelikan Arzan coklat sebagai rasa terima kasih, lalu mencari Arzan. Disaat ia
melewati taman belakang sekolah, Finaya melihat siluet seorang lelaki yang sangat
mirip dengan Arzan, tampaknya lelaki itu tengah berbicara dengan seorang gadis.
Langsung saja ia mengendap-endap dibalik tembok, mengintip sedikit, ternyata Arzan
sedang bersama Nauren. Finaya mengurungkan niatnya untuk menemui Arzan, dan
memilih untuk mendengar percakapan kedua temannya itu.
“Hahaha iya, mana tadi pipinya pake merah segala, sok cantik banget. Awas, nanti
kamu beneran suka lagi,” ucap perempuan itu.
“Suka? Ya ga mungkin lah sama cewe cupu gitu, jelas-jelas kamu lebih cantik.”
Arzan tersenyum sembari mengelus rambut Nauren.
Finaya terdiam, dadanya sesak, matanya memerah, tak sanggup lagi menahan
air matanya yang mengalir lumayan deras. Kesal, sedih, kecewa, semuanya menjadi
satu. “Oh, jadi gini kelakukan kalian berdua?! Ternyata bener kata orang-orang kalo
gue cuma jadi mainan kalian?! Emang sampah kalian!” teriak Finaya. Arzan dan
Nauren sempat terkejut, tetapi Nauren langsung tersenyum miring.
“Emangnya lo ngeharapin apa sih, Na? Lo kira dengan penampilan lo yang jelek gitu
bisa dapetin cowo seganteng Arzan? Cewe kaya lo, sama sekali ga pantes buat Arzan!
Ngaca dong!” Nauren lalu mendorong kuat bahu Finaya, membuat Finaya tersungkur
ke tanah. Arzan terpaku, masih terkejut dengan kehadiran Finaya.
Finaya berdiri dan mengusap kasar air mata nya , ia lalu mengeluarkan sebatang
coklat yang ia beli di kantin tadi, dan melempar benda tersebut ke arah Arzan.
“Makasih buat makanannya!” ucap Finaya ketus. Gadis itu dengan segera
meninggalkan taman dan menuju ruang kelasnya. Ketika Finaya berusaha keras untuk
menghentikan tangisannya, ia tak sengaja menabrak seseorang, sontak ia menatap
tajam orang tersebut.
“Permisi, saya anak baru, pindahan dari SMA Harapan Tinggi, kalau boleh tanya,
ruang kepala sekolah dimana ya?” tanya lelaki tersebut dengan sopan.
“Ah berisik lo, minggir!” sahut Finaya ketus. Ia mendorong kuat tubuh lelaki itu,
kepalanya begitu pusing untuk melayani pertanyaan orang lain. Sedangkan lelaki
tersebut hanya membuat ekspresi bingung sembari menatap kepergian Finaya.
Setelah kejadian itu, Finaya menajuhi Nauren dan Arzan. Bahkan, mereka
berdua sekarang telah memperlihatkan sisi asli nya, sombong, angkuh, suka menindas
dan lain sebagainya. Finaya merasa sangat bodoh karena telah percaya kepada dua
orang tersebut. Dua minggu kemudian, Finaya mempunyai teman baru, seorang lelaki
baik hati, tampan dan cerdas. Finaya sendiri tak percaya ada orang yang hampir
mendekati sempurna untuk kriteria yang dia inginkan. Namun, hatinya masih belum
bisa terbuka lagi, ia takut untuk percaya kepada laki-laki.
Marvin mengikuti arah pandangan mata Finaya, lalu memutar kedua bola matanya
dan berdecak kesal. “Ngapain sih ngeliatin dia lagi? Yang ada nanti kamu ga bisa
move on! Udah deh mending kita pergi.” Marvin menarik tangan Finaya menjauhi
lapangan futsal. Tanpa mereka sadari, ada orang yang menahan kekesalannya melihat
Marvin menggandeng tangan Finaya.
Hari demi hari Finaya jalani, tak terasa sudah hampir satu bulan ia menjauhi
Nauren dan Arzan. Kemarin, anak-anak sempat dihebohkan dengan menyebarnya
rumor bahwa Arzan ternyata menyukai gadis lain, dan Nauren mengetahui hal itu.
Keduanya bertengkar hebat, yang lebih parahnya, ada yang mengatakan bahwa Arzan
telah menyukai gadis tersebut selama dua minggu. Tetapi, entah mengapa, ada
perasaan yang aneh di dalam hatinya saat mendengar Arzan menyukai gadis lain.
Finaya belum sepenuhnya melupakan Arzan, saat mendengar kabar itu, ia berpikir,
“Mungkin aja cewe itu aku, kan?”. Marvin menyadari bahwa Finaya masih
menyimpan rasa kepada Arzan. Berbagai cara ia lakukan agar Finaya tak
menghiraukan Arzan lagi, tetapi sejauh ini usahanya sia-sia, ia merasa kesal.
Bagaimanapun ia harus bisa membuat Finaya melupakan dan jauh dari Arzan.
“Ina, ada apa? Memangnya ada sesuatu di luar?” Tiba-tiba pintu terbuka, suara lelaki
itu terdengar sangat lembut dan perhatian. Ia menoleh ke belakang. Finaya tersentak
kaget, lelaki itu telah berada tepat di belakangnya lalu memegang pinggang Finaya.
Dengan cepat Finaya menepis tangan lelaki itu.
“Ken, sebenarnya kamu siapa? Kenapa kita nikah? Terus kenapa tiba-tiba aku jadi
istri kamu? Dan kenapa aku ga bisa ingat apa-apa sebelumnya? Terus kam-” tanya
Finaya.
“Sayang aku mau kerja dulu, nanti malam aja, ya?” Kendrick mencium kening Finaya
dan bergegas pergi meninggalkan rumah. Finaya kembali mengelus pelipis dahinya,
setiap kali ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya, kepala nya selalu
sakit. Finaya memutuskan untuk melanjutkan berkeliling. “Mungkin dengan
berkeliling, pertanyaan-pertanyaan itu bakal terjawab,” pikirnya.
Sudah hampir empat bulan berlalu, hubungan Finaya dan Kendrick kini
semakin dekat. Bahkan Finaya sudah tak peduli dengan dirinya di masa lalu. Sampai
sekarang pun, keluarga Kendrick tak pernah berkunjung, Finaya sempat heran, tetapi
lagi-lagi rasa bingung itu ditutupi oleh kasih sayang Kendrick yang membuat Finaya
hanya fokus kepadanya. Hari ini, seharusnya jadwal Kendrick pergi bekerja, tetapi ia
malah memutuskan untuk dirumah, Finaya bingung, bahkan suaminya itu sedang
memeluk erat dirinya. “Mau nemenin kamu aja hari ini,” ucap Kendrick. Finaya
tersenyum kecil, melanjutkan mengelus punggung Kendrick. Tak terasa waktu telah
menunjukkan pukul 08.00 PM, Finaya terlelap di dekapan Kendrick.
“Tujuh…enam…lima….” Finaya terbangun, ia merasa terganggu akan suara tersebut.
Ia menyadari dirinya sedang berdiri dan berpelukan dengan Kendrick, namun
anehnya semua terlihat berwarna putih terang, hanya mereka berdua yang terlihat
oleh pandangan Finaya.