Anda di halaman 1dari 6

JURNAL MKMI, Desember 2014, hal 205-210

PENEMUAN DINI KUSTA PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Early Detection Efforts of Leprosy in Elementary School Children


Tati Masliah
Puskemas Tammerodo Majene
(Thahy_masliah@yahoo.com)

ABSTRAK
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular. Kurangnya pengetahuan sehingga adanya pema-
haman yang salah terhadap penyakit kusta di masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi perilaku guru
terhadap upaya penemuan dini kusta pada anak sekolah dasar terkait pengetahuan, sikap dan tindakan guru terha-
dap kusta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan informan meng-
gunakan metode purposive sampling dengan jumlah informan 8 orang. Pengumpulan data dengan melakukan
wawancara mendalam dan observasi, keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi metode. Pengolahan
dan analisis data menggunakan analisis interaktif dan disajikan dalam bentuk naratif. Hasil penelitian mengung-
kapkan perilaku informan pada pengetahuan dan sikap tentang penyakit kusta adalah penyakit kelainan pada kulit
akibat makanan, penyakit yang ditakuti dan sangat menular serta penyakit keturunan. Sikap negatif informan pada
penyakit kusta merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan sangat menular sehingga memberikan batasan
terhadap penderita kusta. Adapun tindakan guru terhadap upaya penemuan dini kusta pada anak sekolah dasar
yaitu sebagian besar guru tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap penderita kusta di lingkungan sekolah. Ke-
simpulan dari penelitian ini adalah informan masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit kusta
dan memahaminya sebagai penyakit kulit akibat makanan serta adanya stigma negatif yang memandang kusta se-
bagai penyakit yang sangat menular dan ditakuti sehingga tidak ada upaya penemuan dini yang dilakukan terhadap
penderita kusta di lingkungan sekolah.
Kata kunci : Perilaku, penemuan dini, kusta

ABSTRACT
Leprosy is a contagious disease. There is still a lack of knowledge regarding leprosy so that there is an
incorrect understanding of leprosy in the community. This study aims to explore the behavior of teachers toward
early detection efforts of leprosy in children of elementary school regarding their knowledge, attitudes and actions
towards leprosy. The study conducted was a qualitative study with a phenomenological approach. Selection of in-
formants was done using the purposive sampling method resulting in 8 informants. Data was collected by conduct-
ing indepth interviews and observations, and data validation was done by using the triangulation method. Data
processing and analysis was condcuted using interactive analysis and presented in narrative form. The results of
this study revealed that the informants’ behavior on their knowledge and attitudes about the disease was that it
wasa disease of skin disorder caused by food, that they fear the disease because it is highly contagious and that it
was a hereditary disease. The negative attitudes of informants towards leprosy was that they considered it was a
disease that is very scary and very contagious, this lead to restrictions faced by lepers. The teachers’ acts against
early discovery efforts of leprosy in primary school children were most teachers did not perform any actions to-
wardslepers in the school environment. This study concludes that the informants still lack knowledge about leprosy
and understand it as a skin disease caused by food as well as the negative stigma of leprosy viewing it as a highly
contagious disease and feared that no attempts were made to detect leprosy patients early in a school environment.
Keywords : Behavior, early detection, leprosy

205
Tati Masliah : Deteksi Dini Kusta pada Anak Sekolah Dasar

PENDAHULUAN donesia bagian tengah dan timur, sedangkan ba-


Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang gian barat hanya Aceh dan seluruh Provinsi di
disebabkan oleh basil Mycobacterium leprae Pulau Jawa, kecuali Banten dan DI.Yogyakarta.4
yang pertama menyerang saraf selanjutnya dapat Dari sekitar 100 negara yang telah berhasil men-
menyerang mukosa mulut, saluran nafas bagian capai eliminasi kusta, diantaranya adalah Indo-
sistem retikuloendotelial, mata, tulang, dan testis, nesia yang mencapai eliminasi pada tahun 2000,
kecuali susunan saraf pusat, tanda klinisnya mun- status eliminasi kusta secara nasional dengan
cul bercak-bercak putih di permukaan kulit dalam prevalensi kurang dari 1 per 10.000 penduduk,
berbagai bentuk, sebagian besar berbentuk area hal tersebut belum merupakan jaminan hilangnya
yang berwarna keputihan (mirip panu) dan mati masalah kusta di Indonesia.4
rasa.1 Penyakit kusta merupakan salah satu pe- Sulawesi Barat merupakan salah satu
nyakit menular yang menimbulkan masalah kom- provinsidengan prevalensi kusta yang masih
pleks, masalah yang dimaksud bukan hanya dari tinggi. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Su-
segi medis, tetapi juga meluas sampai masalah lawesi Barat mencatatprevalensi kusta sebesar
sosial, ekonomi, budaya, keamanan, dan ketaha- 269 penderita atau 2,5 per 10.000 penduduk di-
nan nasional. Penyakit kusta pada umumnya ter- tahun 2009, yang seharusnya berada dibawah
dapat di negara-negara yang sedang berkembang standar nasional, yaitu kurang dari 1 per 10.000
sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara penduduk. Tahun 2010 ditemukan ada 760 pen-
itu dalam memberikan pelayanan yang memadai derita atau 7,0 per 10.000 penduduk. Ada kenaik-
dalam bidang kesehatan, pendidikan, kesejahte- an sekitar 15% dari tahun sebelumnya.5
raan sosial ekonomi pada masyarakat.2 Kabupaten Majene merupakan salah satu
Pada awal tahun 2010, World Health Or- daerah yang ada di Provinsi Sulawesi Barat de-
ganization WHO mencatat prevalensi kusta ngan tingkat prevalensi kusta yang masih tinggi.
di seluruh dunia sebanyak 2111.903 kasus, dan Pada tahun 2010 terdapat 37 kasus dengan pro-
prevalensi ini mengalami penurunan 0,54% porsi Pausi Basilar (PB) sebanyak 5 orang, Multi
dibandingkan awal tahun 2009 sebanyak 213.036 Basilar (MB) sebanyak32 orang, tahun 2011 ter-
kasus. Mayoritas penderita kusta berasal dari ne- dapat 40 kasus dengan proporsi Pausi Basilar
gara India sebesar 133.717 kasus, Brazil 37.610 (PB) sebanyak 8 orang,dan Multi Basilar (MB)
kasus, dan di Indonesia sebanyak 17.260 kasus. sebanyak 32 orang, dan di Kecamatan Tammero-
Pada awal tahun 2011 prevalensi kusta di seluruh do Sendana merupakan wilayah di Kabupaten
dunia sebesar 192.246 kasus, dengan jumlah pen- Majene yang setiap tahunnya di temukan kasus
derita kusta tertinggi, yaitu di regional Asia Teng- penderita kusta. Adapun jumlah penderita pada
gara sebesar 113.750 kasus. Tiga negara teratas tahun 2010 sebanyak 3 kasus dengan proporsi
dengan jumlah kasus kusta terbanyak adalah In- Multi Basilar (MB) sebanyak 3 orang, tahun 2011
dia, Brazil dan Indonesia, negara-negara tersebut sebanyak 3 kasus dengan proporsi Pausi Basilar
termasuk dalam daerah endemik kusta.3 (PB) sebanyak 1 orang dan Multi Basilar (MB)
sebanyak 2 orang, tahun 2012 sebanyak 6 kasus,
Secara nasional, menurut data profil Direk-
Pausi Basilar (PB) sebanyak 1 orang dan Multi
torat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular
Basilar (MB) sebanyak 5 orang. Hal ini menun-
dan Penyehatan Lingkungan, juga mencatat tahun
jukan bahwa kasus kusta di Kabupaten Majene
2010 penderita kusta terdaftar sebanyak 19.741
masih merupakan masalah kesehatan masyara-
kasus. Kemudian pada tahun 2011 terjadi pe-
kat yang cukup besar.6 Penelitian ini bertujuan
ningkatan sebanyak 23.169 kasus, dan tahun 2012
mengeksplorasi perilaku guru terhadap upaya
jumlah penderita terdaftar sebesar 23.554 kasus
penemuan dini kusta pada anak sekolah dasar
dengan proporsi penderita baru sebesar 15.418,
Desa Tammerodo Kecamatan Tammerodo Sen-
proporsi cacat tingkat dua sebesar 11,75 %, pro-
dana Kabupaten Majene tahun 2014.
porsi anak sebesar 10,78 %, dan Multi Basilar
(MB) sebesar 82,69 %. Distribusi penyakit kusta
yang tinggi lebih banyak tersebar di wilayah In-

206
JURNAL MKMI, Desember 2014, hal 205-210

BAHAN DAN METODE “Setahu saya itu sappa tallo (penyakit ku-
lit karena alergi telur), kalau sudah sam-
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bu- pai merah-merah dan berair itu karena
lan yang berlangsung dari tanggal 23 Mei sampai selalu di garuk, tidak menular itu. Apalagi
20 Juni 2014. Lokasi penelitian ini dilaksanakan kalau orang yang cocok makan telur tidak
di SDN 12 Pelattoang Desa Tammerodo, Keca- apa-apa”
matan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene (RH, 27 tahun)
yang berada pada wilayah kerja Puskesmas Tam-
merodo Sendana Kabupaten Majene. Penelitian Informan mendefinisikan kusta sebagai pe-
ini adalah penelitian kualitatif dengan pendeka- nyakit yang sangat menular meskipun berjauhan,
tan fenomenologi. Pemilihan informan menggu- seperti yang diungkapkan informan berikut ini :
nakan metode purposive sampling dengan jumlah
informan 8 orang yang terdiri dari 7 orang guru “Penyakit kulit yang sangat menular itu,
sebagai informan dan 1 orang tenaga kesehatan biar kita jauh tapi bisa tertular juga, apa-
lagi kalau kita duduk di tempat bekas dia
sebagai informan kunci. Pengumpulan data de- (penderita) duduk, berobat lama itu mung-
ngan melakukan wawancara mendalam dan ob- kin baru bisa sembuh”
servasi. Keabsahan data dilakukan dengan teknik (ND, 26 tahun)
triangulasi metode. Pengolahan dan analisis data
menggunakan analisis interaktif dan disajikan Informan menyebutkan bagian tubuhnya
dalam bentuk naratif. terdapat bercak-bercak merah dan terasa panas
namun belum diketahuinya sebagai gejala penya-
HASIL kit kusta. Berikut kutipan wawancaranya :
Pengetahuan adalah pemahaman infor-
man tentang penyakit kusta, yang mencakup “Dulu di sini ( bagian wajah) ada (bercak)
merah-merah tambah lama tambah lebar
definisi dan istilah, gejala awal, kemungkinan dan wajah terasa panas, tidak terasa ga-
sumber penularan, cara pencegahan dan sumber tal, saya pikir biasa itu”
informasi mengenai penyakit kusta. Informan (NH, 38 tahun)
mendefinisikan kusta sebagai penyakit menular
karena keturunan dan kontak serumah. Berikut Informan memahami kusta secara emik
kutipan wawancaranya : dari para orang tua, walaupun mereka pernah
mendapatkan informasi sebelumnya dari petugas
“Saya takut sekali itu dibilang kusta, bu- kesehatan melalui penyuluhan tentang kusta.
kan itu penyakit keturunan kah? karena
ada keluarganya (penderita) yang juga “pernah dulu ada penyuluhan kusta di sini
sakit begitu” (SDN 12 Pelattoang)..saya tau istilah kus-
(SR, 28 tahun) ta tapi tidak tau ciri-ciri betulnya seperti
apa karena tidak pernah lihat langsung…
“Saya tau itu dibilang kusta yang di bi- kalau ada siswa yang sakit begitu ( kusta)
lang orang kandala, Saya rasa itu penya- saya kira cuma karena makanan saja yang
kit yang bisa muncul karena ada orang orang tua bilang sappa tallo (kelainan ku-
tua nya (penderita) yang sakit begitu jadi lit akibat telur)”
menular juga ke dia (penderita) karena (NH, 38 tahun)
satu rumah dan mungkin ada siswa di
sekolah ini (SDN 12 Pelattoang) ” Sikap terhadap penderita penyakit kusta
(MR, 27 tahun) adalah bagaimana kepercayaan, evaluasi infor-
man terhadap penderita kusta dalam upaya pe-
Informan mendefinisikan kusta sebagai pe- nemuan dini penderita kusta pada anak SD. Infor-
nyakit kulit akibat makan, seperti yang diungkap- man mengungkapkan munculnya stigma berupa
kan informan berikut ini : rasa ketakutan dan upaya menjauhi penderita,
seperti yang diungkapkan informan berikut ini :

207
Tati Masliah : Deteksi Dini Kusta pada Anak Sekolah Dasar

“Waktu sebagian besar orang tua siswa laporkan ke petugas kesehatan.


di sekolah tersebut (SDN 12 Pelattoang)
mengetahui tentang kejadian ini mereka “Pernah dulu (2 tahun yang lalu) ada
banyak yang ingin memindahkan anak petugas Puskesmas yang memberi pe-
mereka dari sekolah tersebut karena me- nyuluhan dan cara menemukan penderita
reka sangat takut dengan penyakit tersebut kusta…sekarang sudah tidak pernah lagi
akan menular ke anak-anak mereka” kami diminta untuk melakukan peme-
(HR, 30 tahun) riksaan sendiri di sekolah jadi kami tidak
melakukannya lagi”
Tindakan terhadap penderita kusta adalah (MR, 27 tahun)
suatu sikap yang merupakan implementasi
“Biasa ada petugas Puskesmas yang
dari tingkat pengetahuan terhadap kusta dan datang memeriksa anak sekolah di sini
bagaimana pencegahan yang dilakukan, respon, (SDN 12 Pelattoang) tapi sudah lama ti-
peran serta dukungan informan terhadap upaya dak pernah datang…jadi kita biarkan saja
penemuan dini kusta pada anak SD yang terwu- karena kita pikir itu tugasnya orang Pus-
jud dalam suatu upaya peranserta secara nyata. kesmas”
Informan menyebutkan upaya mencegah kusta (SR, 28 tahun)
diantaranya adalah menjaga kebersihan tubuh, ti-
dak menggunakan dan menyentuh barang-barang PEMBAHASAN
milik penderita, tidak mendekati penderita. Beri- Hasil penelitian tentang pengetahuan guru
kut kutipan wawancaranya : terhadap kusta, yaitu informan mengetahui isti-
lah sebagai penyakit menular karena keturunan
“Kalau kita selalu menjaga kebersihan tu- dan kontak serumah. Pernyataan ini sesuai de-
buh dan mandi teratur, kita bisa terhindar ngan penelitian yang dilakukan oleh Miswar, dkk
dari penyakit itu (kusta)”
bahwa 31 responden yang mempunyai riwayat
(SR, 28 tahun.)
kontak serumah, 17 responden (58,62%) dianta-
“Kita tidak boleh memakai atau menyen- ranya mengalami kejadian kusta.7 Hal ini juga
tuh barang-barang yang sering digunakan diperkuat oleh pernyataan Suwoyo, dkk bahwa
oleh penderita kusta” pengertian yang keliru di masyarakat tentang
(ND, 26 tahun) kusta, yakni kusta adalah penyakit keturunan,
sakit akibat guna-guna atau akibat hubungan seks
Informan kurang kepedulian dan respon saat haid, menjadikan penderita menjadi takut
terhadap kusta sebagai akibat kurangnya pe- dan bersembunyi. Kusta juga dianggap tak bisa
ngetahuan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. disembuhkan.8 Hasil penelitian terhadap guru
Seperti yang diungkapkan informan berikut ini : sekolah dasar tentang gejala dan tanda-tanda pe-
nyakit kusta yaitu informan menyebutkan bahwa
“Saya tidak tau kalau yang seperti itu dibeberapa bagian tubuhnya terdapat bercak
(siswa) yang dibilang kusta karena waktu merah dan terasa panas namun belum diketahuin-
ada penyuluhan di sekolah, ini gambar ya sebagai gejala penyakit kusta. Informan men-
kusta yang saya liat cacat pada tangan jadi
saya tidak khawatir melihat siswa anak getahui gejala-gejala setelah melihat buku atlas
wali kelas saya yang seperti itu (kusta)…. kusta yang terdapat di puskesmas dan ada infor-
dan waktu kulit wajah saya mulai kemera- man yang tidak mengetahui tentang ciri-ciri kus-
han juga saya pikir karena penyakit kulit ta, tetapi ketika melihat ada penderita mengala-
yang biasa saja” mi kelainan pada anggota tubuhnya, maka dia
(HJ, 38 tahun) mengatakan dia terkena penyakit kusta.
Hal ini sesuai dengan diagnosis WHO, yai-
Informan kurang informasi tentang upaya tu secara klinis, seseorang diklasifikasi sebagai
pencegahan dan penemuan dini kusta bagi war- penderita kusta golongan PB apabila mempu-
ga sekolah sehingga mengakibatkan kurangnya nyai 1 hingga 5 bercak saja pada kulitnya, bercak
kepedulian dan inisiatif guru untuk segera me-

208
JURNAL MKMI, Desember 2014, hal 205-210

tersebut mirip panu tetapi tidak gatal, tidak terasa mendekati penderita. Pernyataan ini sesuai de-
jika disentuh, tidak ada penebalan atau gangguan ngan hasil penelitian Mukhlis bahwa sebanyak
saraf.3 Hasil penelitian guru tentang informasi 85% melakukan upaya pencegahan penularan
penyakit kusta, yaitu informan mendapatkan in- agen penyakit kusta dengan tidak memakai alat-
formasi dan memahami kusta secara emik dari alat yang dipakai penderita kusta, 10% selalu
para orang tua, dan secara etik didapatkan setelah mencuci tangan setelah bersentuhan dengan pen-
memperoleh informasi dari petugas kesehatan. derita kusta, dan 5% sama sekali tidak menyentuh
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Mukh- penderita kusta.9
lis yang menemukan sebagian besar responden Dari hasi penelitian tentang respon atau
(62,5%) mengaku mendapat informasi tentang tindakan guru terhadap penderita kusta di sekolah
kusta dari petugas kesehatan.9 bahwa pengetahuan yang kurang terhadap penya-
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi kit kusta sehingga tidak adanya kecenderungan
terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, respon dan tindakan terhadap penderita kusta di
apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang lingkungan sekolah tersebut. Hal ini sesuai de-
menghendaki adanya respon. Sikap seseorang ngan penelitian yang dikemukakan Tsutsumi
pada perilaku berawal dari pengetahuan indivi- salah satu penelitian tentang penyakit kusta yang
du sebelumnya karena individu mengetahui dan dilakukan di Bangladesh bahwa sikap masyara-
memberi tanggapan disebabkan oleh kebiasaan kat umum terhadap individu dengan penyakit
yang dia lakukan, atau pernah ada informasi se- kusta negatif dan berbeda disetiap kalangan serta
belumnya yang dia dapatkan.Menurut Notoat- budaya, ironisnya guru sekolah dan petugas ke-
modjo, sikap itu adalah komponen konatif atau sehatan bahkan tidak memiliki pengetahuan yang
komponen perilaku dalam struktur sikap menun- baik tentang penyakit kusta sehingga bersikap
jukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan negatif terhadap penderita kusta.11
berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang Hasil penelitian tentang praktik tindakan
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.10 guru terhadap upaya penemuan penderita kusta
Dari hasil penelitian tentang keyakinan di sekolah bahwa Ketidak efektifan dan kurang
guru terhadap penyakit kusta yaitu adanya stigma kolaboratifnya pihak puskemas dalam upaya pe-
yang masih melekat pada masing-masing guru nemuan dini penderita kusta pada anak sekolah
sehingga penderita dijauhi karena rasa takut akan sehingga tidak adanya praktik tindakan yang
tertulat penyakit yang sama. Hal ini sesuai de- dapat diikuti dan dilakukan oleh pihak sekolah
ngan pernyataan yang dikemukakan Suwoyo, sehingga upaya penemuan penderita kusta di ling-
dkk., yaitu penderita kusta sulit untuk diterima kungan sekolah dinilai merupakan tugas utama
di tengah masyarakat, masyarakat menjauhi pen- pihak puskemas. Hal ini sesuai dengan penelitian
derita, merasa takut dan menyingkirkannya. Ma- yang dilakukan Dali bahwa dari uraian distribusi
syarakat mendorong keluarga dan penderita di- praktik responden dalam upaya deteksi dini pen-
asingkan.11 derita kusta sebanyak 57% responden me-
Suatu sikap belum tentu pasti terwujud di ngatakan tidak pernah melakukan upaya deteksi
dalam suatu tindakan, karena untuk mewujudkan dini penderita kusta di sekolah karena merupakan
suatu sikap menjadi perubahan nyata diperlukan tugas pihak kesehatan, sebanyak 35% responden
faktor pendukung atau kondisi yang memung- mengatakan pernah melakukan upaya deteksi
kinkan. Tindakan adalah merupakan suatu prak- dini kusta di sekolah,tetapi tidak berjalan lagi.12
tek, seperti misalnya praktek kesehatan atau tin-
dakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan KESIMPULAN DAN SARAN
atau aktivitas orang dalam rangka memelihara Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
kesehatan.10 Dari hasil penelitian tentang upaya bahwa informan masih memiliki pemahaman
pencegaha guru pada penyakit kusta yaitu men- yang kurang mengenai penyakit kusta dan me-
jaga kebersihan tubuh, tidak menggunakan dan mahaminya sebagai kelainan pada kulit akibat
menyentuh barang-barang milik penderita, tidak makanan dan memahaminya sebagai penyakit

209
Tati Masliah : Deteksi Dini Kusta pada Anak Sekolah Dasar

sangat menular dan ditakuti sehingga tidak ada- 5. Dinas Kesehatan Kota Mamuju. Profil Ke-
nya upaya penemuan dini kusta yang dilakukan sehatan Kota Mamuju. Mamuju: Dinas Ke-
di lingkungan sekolah. sehatan Kota Mamuju; 2012.
Saran kepada petugas kesehatan perlu ada- 6. Dinas Kesehatan Kabupaten Majene. Profil
nya peningkatan upaya penyuluhan tentang pe- Kesehatan Kabupaten Majene. Majene: Di-
nyakit kusta agar dapat memberikan pemahaman nas Kesehatan Kabupaten Majene; 2013.
tentang kusta yang benar agar upaya deteksi dini 7. Miswar, A. Skreaning dan Studi Epidemio-
penderita kusta melalui pelatihan singkat terha- logi Kejadian Penyakit Kusta di Puskesmas
dap guru serta follow up pemantauan oleh petu- Kulisusu Boton Utara [Skripsi]. Kendari:
gas kesehatan setiap tiga bulan sekali di setiap Universitas Haluleo; 2009.
sekolah dapat terlaksana dengan baik.
8. Soejoeti, S. Cermin Dunia Kedokteran. Ja-
karta: PT. Kalbe Farma; 2005.
DAFTAR PUSTAKA 9. Mukhlis. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
1. Listyorini, W. Efektifitas Pelatihan Perawatan Keluarga dengan Proses Penyembuhan pada
Diri Terhadap Dukungan Emosional dan In- Penderita Kusta di Kabupaten Bengkalis
strumental Kelarga Penderita Kusta. Soed- Riau [Skripsi]. Sumatera Utara: Universitas
irman journal of nursing. 2013; 6(2): 1-8. Sumatera Utara; 2010.
2. Dwina, R. Hubungan antara Sanitasi Rumah 10. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori
dan Personal Hygiene dengan Kejadian Kus- dan Aplikasi. Jakarta; Rineka Cipta; 2010.
ta MB. Unnes Journal of PublicHealth. 2012; 11. Tzutsumu, Atsuro. The Quality of life Medi-
5(2): 1-9. cal Health and Perceived Stigma of Leprocy
3. World Health Organization. Global Leprocy patiens in Bangladesh. Social Science and
Situation. Weekly Epidemiological Record. Medicine. 2007; 64; 2443-2453.
2010; 35: 337-348. 12. Dali, A. Serologi pada Penderita Kusta dan
4. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Kontak Serumah Penderita Kusta di Makas-
Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasio- sar [Tesis]. Makassar: Universitas Hasanud-
nal Pemberantasan Penyakit Kusta. Jakarta: din; 2005.
Cipta press: 2007.

210

Anda mungkin juga menyukai