498-Article Text-750-1-10-20160621
498-Article Text-750-1-10-20160621
ABSTRAK
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular. Kurangnya pengetahuan sehingga adanya pema-
haman yang salah terhadap penyakit kusta di masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi perilaku guru
terhadap upaya penemuan dini kusta pada anak sekolah dasar terkait pengetahuan, sikap dan tindakan guru terha-
dap kusta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan informan meng-
gunakan metode purposive sampling dengan jumlah informan 8 orang. Pengumpulan data dengan melakukan
wawancara mendalam dan observasi, keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi metode. Pengolahan
dan analisis data menggunakan analisis interaktif dan disajikan dalam bentuk naratif. Hasil penelitian mengung-
kapkan perilaku informan pada pengetahuan dan sikap tentang penyakit kusta adalah penyakit kelainan pada kulit
akibat makanan, penyakit yang ditakuti dan sangat menular serta penyakit keturunan. Sikap negatif informan pada
penyakit kusta merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan sangat menular sehingga memberikan batasan
terhadap penderita kusta. Adapun tindakan guru terhadap upaya penemuan dini kusta pada anak sekolah dasar
yaitu sebagian besar guru tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap penderita kusta di lingkungan sekolah. Ke-
simpulan dari penelitian ini adalah informan masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit kusta
dan memahaminya sebagai penyakit kulit akibat makanan serta adanya stigma negatif yang memandang kusta se-
bagai penyakit yang sangat menular dan ditakuti sehingga tidak ada upaya penemuan dini yang dilakukan terhadap
penderita kusta di lingkungan sekolah.
Kata kunci : Perilaku, penemuan dini, kusta
ABSTRACT
Leprosy is a contagious disease. There is still a lack of knowledge regarding leprosy so that there is an
incorrect understanding of leprosy in the community. This study aims to explore the behavior of teachers toward
early detection efforts of leprosy in children of elementary school regarding their knowledge, attitudes and actions
towards leprosy. The study conducted was a qualitative study with a phenomenological approach. Selection of in-
formants was done using the purposive sampling method resulting in 8 informants. Data was collected by conduct-
ing indepth interviews and observations, and data validation was done by using the triangulation method. Data
processing and analysis was condcuted using interactive analysis and presented in narrative form. The results of
this study revealed that the informants’ behavior on their knowledge and attitudes about the disease was that it
wasa disease of skin disorder caused by food, that they fear the disease because it is highly contagious and that it
was a hereditary disease. The negative attitudes of informants towards leprosy was that they considered it was a
disease that is very scary and very contagious, this lead to restrictions faced by lepers. The teachers’ acts against
early discovery efforts of leprosy in primary school children were most teachers did not perform any actions to-
wardslepers in the school environment. This study concludes that the informants still lack knowledge about leprosy
and understand it as a skin disease caused by food as well as the negative stigma of leprosy viewing it as a highly
contagious disease and feared that no attempts were made to detect leprosy patients early in a school environment.
Keywords : Behavior, early detection, leprosy
205
Tati Masliah : Deteksi Dini Kusta pada Anak Sekolah Dasar
206
JURNAL MKMI, Desember 2014, hal 205-210
BAHAN DAN METODE “Setahu saya itu sappa tallo (penyakit ku-
lit karena alergi telur), kalau sudah sam-
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bu- pai merah-merah dan berair itu karena
lan yang berlangsung dari tanggal 23 Mei sampai selalu di garuk, tidak menular itu. Apalagi
20 Juni 2014. Lokasi penelitian ini dilaksanakan kalau orang yang cocok makan telur tidak
di SDN 12 Pelattoang Desa Tammerodo, Keca- apa-apa”
matan Tammerodo Sendana, Kabupaten Majene (RH, 27 tahun)
yang berada pada wilayah kerja Puskesmas Tam-
merodo Sendana Kabupaten Majene. Penelitian Informan mendefinisikan kusta sebagai pe-
ini adalah penelitian kualitatif dengan pendeka- nyakit yang sangat menular meskipun berjauhan,
tan fenomenologi. Pemilihan informan menggu- seperti yang diungkapkan informan berikut ini :
nakan metode purposive sampling dengan jumlah
informan 8 orang yang terdiri dari 7 orang guru “Penyakit kulit yang sangat menular itu,
sebagai informan dan 1 orang tenaga kesehatan biar kita jauh tapi bisa tertular juga, apa-
lagi kalau kita duduk di tempat bekas dia
sebagai informan kunci. Pengumpulan data de- (penderita) duduk, berobat lama itu mung-
ngan melakukan wawancara mendalam dan ob- kin baru bisa sembuh”
servasi. Keabsahan data dilakukan dengan teknik (ND, 26 tahun)
triangulasi metode. Pengolahan dan analisis data
menggunakan analisis interaktif dan disajikan Informan menyebutkan bagian tubuhnya
dalam bentuk naratif. terdapat bercak-bercak merah dan terasa panas
namun belum diketahuinya sebagai gejala penya-
HASIL kit kusta. Berikut kutipan wawancaranya :
Pengetahuan adalah pemahaman infor-
man tentang penyakit kusta, yang mencakup “Dulu di sini ( bagian wajah) ada (bercak)
merah-merah tambah lama tambah lebar
definisi dan istilah, gejala awal, kemungkinan dan wajah terasa panas, tidak terasa ga-
sumber penularan, cara pencegahan dan sumber tal, saya pikir biasa itu”
informasi mengenai penyakit kusta. Informan (NH, 38 tahun)
mendefinisikan kusta sebagai penyakit menular
karena keturunan dan kontak serumah. Berikut Informan memahami kusta secara emik
kutipan wawancaranya : dari para orang tua, walaupun mereka pernah
mendapatkan informasi sebelumnya dari petugas
“Saya takut sekali itu dibilang kusta, bu- kesehatan melalui penyuluhan tentang kusta.
kan itu penyakit keturunan kah? karena
ada keluarganya (penderita) yang juga “pernah dulu ada penyuluhan kusta di sini
sakit begitu” (SDN 12 Pelattoang)..saya tau istilah kus-
(SR, 28 tahun) ta tapi tidak tau ciri-ciri betulnya seperti
apa karena tidak pernah lihat langsung…
“Saya tau itu dibilang kusta yang di bi- kalau ada siswa yang sakit begitu ( kusta)
lang orang kandala, Saya rasa itu penya- saya kira cuma karena makanan saja yang
kit yang bisa muncul karena ada orang orang tua bilang sappa tallo (kelainan ku-
tua nya (penderita) yang sakit begitu jadi lit akibat telur)”
menular juga ke dia (penderita) karena (NH, 38 tahun)
satu rumah dan mungkin ada siswa di
sekolah ini (SDN 12 Pelattoang) ” Sikap terhadap penderita penyakit kusta
(MR, 27 tahun) adalah bagaimana kepercayaan, evaluasi infor-
man terhadap penderita kusta dalam upaya pe-
Informan mendefinisikan kusta sebagai pe- nemuan dini penderita kusta pada anak SD. Infor-
nyakit kulit akibat makan, seperti yang diungkap- man mengungkapkan munculnya stigma berupa
kan informan berikut ini : rasa ketakutan dan upaya menjauhi penderita,
seperti yang diungkapkan informan berikut ini :
207
Tati Masliah : Deteksi Dini Kusta pada Anak Sekolah Dasar
208
JURNAL MKMI, Desember 2014, hal 205-210
tersebut mirip panu tetapi tidak gatal, tidak terasa mendekati penderita. Pernyataan ini sesuai de-
jika disentuh, tidak ada penebalan atau gangguan ngan hasil penelitian Mukhlis bahwa sebanyak
saraf.3 Hasil penelitian guru tentang informasi 85% melakukan upaya pencegahan penularan
penyakit kusta, yaitu informan mendapatkan in- agen penyakit kusta dengan tidak memakai alat-
formasi dan memahami kusta secara emik dari alat yang dipakai penderita kusta, 10% selalu
para orang tua, dan secara etik didapatkan setelah mencuci tangan setelah bersentuhan dengan pen-
memperoleh informasi dari petugas kesehatan. derita kusta, dan 5% sama sekali tidak menyentuh
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Mukh- penderita kusta.9
lis yang menemukan sebagian besar responden Dari hasi penelitian tentang respon atau
(62,5%) mengaku mendapat informasi tentang tindakan guru terhadap penderita kusta di sekolah
kusta dari petugas kesehatan.9 bahwa pengetahuan yang kurang terhadap penya-
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi kit kusta sehingga tidak adanya kecenderungan
terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, respon dan tindakan terhadap penderita kusta di
apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang lingkungan sekolah tersebut. Hal ini sesuai de-
menghendaki adanya respon. Sikap seseorang ngan penelitian yang dikemukakan Tsutsumi
pada perilaku berawal dari pengetahuan indivi- salah satu penelitian tentang penyakit kusta yang
du sebelumnya karena individu mengetahui dan dilakukan di Bangladesh bahwa sikap masyara-
memberi tanggapan disebabkan oleh kebiasaan kat umum terhadap individu dengan penyakit
yang dia lakukan, atau pernah ada informasi se- kusta negatif dan berbeda disetiap kalangan serta
belumnya yang dia dapatkan.Menurut Notoat- budaya, ironisnya guru sekolah dan petugas ke-
modjo, sikap itu adalah komponen konatif atau sehatan bahkan tidak memiliki pengetahuan yang
komponen perilaku dalam struktur sikap menun- baik tentang penyakit kusta sehingga bersikap
jukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan negatif terhadap penderita kusta.11
berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang Hasil penelitian tentang praktik tindakan
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.10 guru terhadap upaya penemuan penderita kusta
Dari hasil penelitian tentang keyakinan di sekolah bahwa Ketidak efektifan dan kurang
guru terhadap penyakit kusta yaitu adanya stigma kolaboratifnya pihak puskemas dalam upaya pe-
yang masih melekat pada masing-masing guru nemuan dini penderita kusta pada anak sekolah
sehingga penderita dijauhi karena rasa takut akan sehingga tidak adanya praktik tindakan yang
tertulat penyakit yang sama. Hal ini sesuai de- dapat diikuti dan dilakukan oleh pihak sekolah
ngan pernyataan yang dikemukakan Suwoyo, sehingga upaya penemuan penderita kusta di ling-
dkk., yaitu penderita kusta sulit untuk diterima kungan sekolah dinilai merupakan tugas utama
di tengah masyarakat, masyarakat menjauhi pen- pihak puskemas. Hal ini sesuai dengan penelitian
derita, merasa takut dan menyingkirkannya. Ma- yang dilakukan Dali bahwa dari uraian distribusi
syarakat mendorong keluarga dan penderita di- praktik responden dalam upaya deteksi dini pen-
asingkan.11 derita kusta sebanyak 57% responden me-
Suatu sikap belum tentu pasti terwujud di ngatakan tidak pernah melakukan upaya deteksi
dalam suatu tindakan, karena untuk mewujudkan dini penderita kusta di sekolah karena merupakan
suatu sikap menjadi perubahan nyata diperlukan tugas pihak kesehatan, sebanyak 35% responden
faktor pendukung atau kondisi yang memung- mengatakan pernah melakukan upaya deteksi
kinkan. Tindakan adalah merupakan suatu prak- dini kusta di sekolah,tetapi tidak berjalan lagi.12
tek, seperti misalnya praktek kesehatan atau tin-
dakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan KESIMPULAN DAN SARAN
atau aktivitas orang dalam rangka memelihara Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
kesehatan.10 Dari hasil penelitian tentang upaya bahwa informan masih memiliki pemahaman
pencegaha guru pada penyakit kusta yaitu men- yang kurang mengenai penyakit kusta dan me-
jaga kebersihan tubuh, tidak menggunakan dan mahaminya sebagai kelainan pada kulit akibat
menyentuh barang-barang milik penderita, tidak makanan dan memahaminya sebagai penyakit
209
Tati Masliah : Deteksi Dini Kusta pada Anak Sekolah Dasar
sangat menular dan ditakuti sehingga tidak ada- 5. Dinas Kesehatan Kota Mamuju. Profil Ke-
nya upaya penemuan dini kusta yang dilakukan sehatan Kota Mamuju. Mamuju: Dinas Ke-
di lingkungan sekolah. sehatan Kota Mamuju; 2012.
Saran kepada petugas kesehatan perlu ada- 6. Dinas Kesehatan Kabupaten Majene. Profil
nya peningkatan upaya penyuluhan tentang pe- Kesehatan Kabupaten Majene. Majene: Di-
nyakit kusta agar dapat memberikan pemahaman nas Kesehatan Kabupaten Majene; 2013.
tentang kusta yang benar agar upaya deteksi dini 7. Miswar, A. Skreaning dan Studi Epidemio-
penderita kusta melalui pelatihan singkat terha- logi Kejadian Penyakit Kusta di Puskesmas
dap guru serta follow up pemantauan oleh petu- Kulisusu Boton Utara [Skripsi]. Kendari:
gas kesehatan setiap tiga bulan sekali di setiap Universitas Haluleo; 2009.
sekolah dapat terlaksana dengan baik.
8. Soejoeti, S. Cermin Dunia Kedokteran. Ja-
karta: PT. Kalbe Farma; 2005.
DAFTAR PUSTAKA 9. Mukhlis. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
1. Listyorini, W. Efektifitas Pelatihan Perawatan Keluarga dengan Proses Penyembuhan pada
Diri Terhadap Dukungan Emosional dan In- Penderita Kusta di Kabupaten Bengkalis
strumental Kelarga Penderita Kusta. Soed- Riau [Skripsi]. Sumatera Utara: Universitas
irman journal of nursing. 2013; 6(2): 1-8. Sumatera Utara; 2010.
2. Dwina, R. Hubungan antara Sanitasi Rumah 10. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori
dan Personal Hygiene dengan Kejadian Kus- dan Aplikasi. Jakarta; Rineka Cipta; 2010.
ta MB. Unnes Journal of PublicHealth. 2012; 11. Tzutsumu, Atsuro. The Quality of life Medi-
5(2): 1-9. cal Health and Perceived Stigma of Leprocy
3. World Health Organization. Global Leprocy patiens in Bangladesh. Social Science and
Situation. Weekly Epidemiological Record. Medicine. 2007; 64; 2443-2453.
2010; 35: 337-348. 12. Dali, A. Serologi pada Penderita Kusta dan
4. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Kontak Serumah Penderita Kusta di Makas-
Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasio- sar [Tesis]. Makassar: Universitas Hasanud-
nal Pemberantasan Penyakit Kusta. Jakarta: din; 2005.
Cipta press: 2007.
210