Anda di halaman 1dari 129

UNIVERSITAS PROF. DR.

MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

Strategi Komunikasi Humas PT. Girder Indonesia dalam


Pembangunan Jalan Tol Depok - Antasari

Diajukan oleh:

Nama : Avia Yunita


NIM : 2014 – 41 – 172
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Untuk memenuhi sebagian dari syarat Guna mencapai gelar


Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2019

i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Avia Yunita


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Juni 1996
Alamat : Villa Pamulang Mas II Jl. Angsana Mas I Blok
03 No 2, Kode Pos: 15415
No. HP : 085691201983
Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
UPDM (B)
NIM : 2014 – 41 – 172
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi:


Judul : Strategi Komunikasi Humas PT. Girder Indonesia
dalam Pembangunan Jalan Tol Depok - Antasari.
Pembimbing I : Radja Erland Hamzah, S.kom., M.Si
Pembimbing II : Dr. Drs. Bambang Winarso M.Sc
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat
merupakan hasil asli (orisinal) dan bukan duplikasi dari skripsi orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan
apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup
untuk dikenakan sanksi akademis sesuai peraturan yang berlaku di
FIKOM UPDM (B).
Jakarta, Februari 2019
Yang menyatakan,

(Avia Yunita)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur, kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang

diberikan hingga saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi ini, Dengan Judul “STRATEGI

KOMUNIKASI HUMAS PT. GIRDER INDONESIA DALAM

PEMBANGUNAN JALAN TOL DEPOK - ANTASARI.”. Penulisan Skripsi

ini bertujuan memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Ilmu Komunikasi di Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama).

Penelitian ini, penulis mengambil sudut pandang dari perusahaan

kontraktor yakni, PT. Girder Indonesia dalam melakukan aksi sosialisasi

dalam pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari kepada masyarakat

sekitar yang tinggal di dekat kawasan proyek. Penulis membuat

berdasarkan sistematika yang ilmiah dan sesuai dengan apa yang

menjadi arahan dari dosen pembimbing. Penelitian ini diharapkan dapat

berguna untuk kepentingan umum dengan konsentrasi ilmu komunikasi

dan Public Relations di Indonesia baik secara praktis dan akademis.

Penulis telah menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan, untuk itu kritik

serta saran yang membagun sangat diharapkan penulis untuk menuju

suatu kesempurnaan dalam penulisan di akan datang.

3
4

Demikian Skripsi ini saya buat, semoga bermanfaat bagi pembaca

dan masyarakat dan mohon maaf jika ada kesalahan kata atau niat

kurang baik dalam penulisan.

Jakarta, Februari 2019

Penulis

Avia Yunita

4
5

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat izin, rahmat, berkah

serta petunjuk dan kemudahan dariNya, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Dalam masa penelitian dan penyusunan tugas akhir skripsi ini,

peneliti mendapat banyak bantuan dan semangat, dukungan, dan doa dari

banyak pihak yang membuat penulis terus termotivasi untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini. Karena itu penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orang Tua Penulis, Papa Bambang Suseno, dan Ibu Rini

Susilowati yang membesarkan penulis dengan kasih sayang dan

didikannya yang luar biasa, yang masih tersimpan dan terus menjadi

pedoman bagi penulis, tidak lupa tidak bosan – bosannya untuk

memberikan semangat dan doa untuk penulis di setiap saat. Papa dan

Ibu yang sabar melihat anak perumpuan bungsu nya menyelesaikan

pendidikan sampai dengan Sarjana Ilmu Komunikasi.

2. Kakak Penulis, Meylia Astrid Monica, yang juga selalu menjadi tempat

curhat berkeluh kesah penulis selama hidup. Dan juga senantiasa

mensupport dan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

penelitian. Terima kasih sudah mau banyak membantu.

3. Prof. Dr.Rudy Harjanto, M.Sn. Selaku Rektor Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama) atas bimbingan dan kepemimpinan, UPDM (B)

5
6

menjadi lebih bisa dibanggakan, jauh lebih baik, bersaing dengan

Perguruan Tinggi Swasta lain.

4. Dr. DrsPrasetya Yoga Santoso MM. Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) atas

bimbingan dan kepemimpinan, FIKOM UPDM (B) menjadi fakultas

yang unggul dan bersaing dengan Program Ilmu Komunikasi

Perguruan Tinggi lain di Indonesia.

5. Dr. Wahyudi Marhaen Pratopo,S,Ip. M.SI selaku Ketua Program Studi

(Kaprodi) Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo

(Beragama).

6. DrsM. Muminto AriefM.I.Kom selaku Koordinator Konsentrasi Humas

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

7. Radja Erland Hamzah, S.kom., M.Si selaku Dosen Pembimbing I.

Terima Kasih banyak Pak atas waktu, dan masukan serta bimbingan,

sehingga penulisan dan pembuatan skripsi ini menjadi selesai.

8. Dr. Drs. Bambang Winarso M.Sc selaku Dosen Pembimbing II. Terima

Kasih banyak Pak atas waktu, dan masukan serta bimbingan,

sehingga penulisan dan pembuatan skripsi ini menjadi selesai.

9. Dra. Yuni Retna Dewi, M.Si selaku Pembimbing Akademik. Terima

Kasih selalu memberikan arahan kepada penulis.

10. Bapak Arief Andreas, selaku Kepala Humas PT. Girder Indonesia.

Terima Kasih karena telah bersedia menjadi Key Informan

Narasumber dalam penelitian skripsi ini.

6
7

11. Bapak Edrya Ehrlich Zain, Selaku Supervisor Mutu Proyek PT. Girder

Indonesia yang telah bersedia pula menjadi Informan narasumber

skripsi ini.

12. Waqid Setyo Budi Utomo sebagai partner penulis yang selalu

bersama sejak SMA, terima kasih sudah memberikan banyak bantuan

dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Adlina Kiasati dan Yekti Djatining Tyas, sebagai sahabat penulis sejak

SMA hingga sekarang, terima kasih sudah sering memberikan

semangat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Aulia Shifi, I Gede Adnyana Bandesa dan Septiani Rizki sahabat

penulis sejak Semester Satu teman seperjuangan dalam pembuatan

tugas selama ini, teman berkeluh kesah dari Semester Satu hingga

sekarang, teman ngumpul. Terima Kasih Doa dan Semangat nya,

sukses untuk semuanya.

15. Nurligina, Fani, Pebi, Vinny, Diva. Sahabat extend penulis yang sama

– sama berjuang untuk menjemput gelar Sarjana. Terima Kasih Doa

dan Semangat nya, sukses untuk semuanya.

Jakarta, Februari 2019

Penulis

Avia Yunita

7
8

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL & GAMBAR .............................................................. ix

ABSTRAK ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................. 1

1.2 Fokus Penelitian ........................................................... 7

1.3 Pertanyaan Penelitian................................................... 8

1.4 Tujuan Penelitian .......................................................... 8

1.5 Signifikansi Penelitian ................................................... 9

1.5.1 Signifikansi Teoritis ............................................ 9

1.5.2 Signifikansi Praktis ............................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis ............................. 10

2.2 Kerangka Konsep – Konsep Penelitian dan Teori ........ 15

2.2.1 Ilmu Komunikasi………................................... ... 15

8
9

a. Pengertian Komunikasi ................................ 15

b. Tujuan Komunikasi………………………… ... 18

2.2.2 Public Relations ................................................. 19

a. Pengertian Public Relations……………… .... 19

2.2.3 Strategi Komunikasi ........................................... 23

2.2.4 Model 7’C of Public Relations ............................ 24

2.2.5 Strategi Komunikasi Humas PT. Girder

Indonesia ........................................................... 25

2.3 Bagan Alur Pikir ............................................................ 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian.................................................... 28

3.2 Pendekatan Penelitian .................................................. 35

3.3 Jenis /Format Penelitian ............................................... 37

3.4 Metode Penelitian ......................................................... 38

3.5 Objek dan Subjek Penelitian ......................................... 41

3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 42

3.6.1 Data Primer…………………………………………. 42

3.6.1.1 Wawancara Mendalam…………………… 43

3.6.1.2 Observasi…………………………………... 44

3.6.2 Data Sekunder………………………………………. 44

3.6.2.1 Dokumentasi………………………………. 45

3.7 Teknik Keabsahan Data ............................................... 45

3.8 Teknik Analisis Data ..................................................... 46

9
10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................... 49

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Girder Indonesia ................ 49

4.1.2 Logo PT. Girder Indonesia ................................. 52

4.1.3 Struktur Organisasi PT. Girder Indonesia .......... 52

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian .......................................... 55

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................. 57

4.3.1 Strategi Komunikasi Humas PT. Girder

Indonesia dalam Pembangunan Proyek Jalan

Tol Depok - Antasari .......................................... 58

4.4 Program Komunikasi Humas PT. Girder Indonesia…… 69

Model 7’C of Public Relations ....................................... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ....................................................................... 91

5.2 Saran ............................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

10
11

DAFTAR TABEL & GAMBAR

Tabel

Tabel 2.1 Kajian Pustaka .............................................................. 13

Gambar

Gambar 1.1 Layout Proyek Jalan Tol Depok – Antasari ................... 6

Gambar 4.1 Logo PT. Girder Indonesia ............................................ 52

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Hubungan Antar Proyek ................ 52

Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT. Girder Indonesia ..................... 53

Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. Girder Indonesia ..................... 54

11
12

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

ABSTRAK

Nama : Avia Yunita


NIM : 2014-41-172
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Judul : Strategi Komunikasi Humas PT. Girder Indonesia
dalam Pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari.
Jumlah Buku/Hal : V Bab/ 94 Halaman
Bibliografi : 22 Buku + 2 Jurnal Akademik + 4 Website
Pembimbing 1 : Radja Erland Hamzah, S.kom., M.Si
Pembimbing 2 : Dr. Drs. Bambang Winarso M.Sc

Di dalam sebuah negara, pasti akan sangat membutuhkan


infrastruktur. Karena akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi negara. Tetapi membangun infrastruktur tidak semudah yang kita
kira, banyak sekali tahapan – tahapan yang diperlukan dalam membangun
infrastruktur. Salah satunya membangun Jalan Tol, seorang Humas
kontraktor memiliki peran yang penting yaitu untuk merubah pola pikir
masyarakat sekitar yang tinggal di area proyek Jalan Tol, agar sepaham
dengan tujuan yang dituju perusahaan. Untuk itu sangat dibutuhkan
sosialisasi secara mendalam kepada masyarakat sekitar, agar proyek
pembangunan Jalan Tol ini tidak membuat kerugian kepada masyarakat
sekitar.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada Strategi
Sosialisasi yang dilakukan PT. Girder Indonesia kepada masyarakat
sekitar, kemudian dihubungkan dengan konsep 7’C of Public Relations.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan
pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui
wawancara langsung kepada key informan dan informan yaitu, Kepala

12
13

Humas PT. Girder Indonesia, Supervisor Mutu Proyek PT. Girder


Indonesia, Pengguna Jalan Tol Depok – Antasari setelah diresmikan, dan
masyarakat sekitar yang terkena imbas penggusuran lahan. Dengan
mendatangi langsung kantor PT Girder Indonesia di Jalan Mandala II
Cilandak Permai, Jakarta Selatan.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa strategi yang digunakan PT.
Girder Indonedia dalam sosialisasi terkait pembangunan Tol Depok –
Antasari, melalui perencanaan yang matang diawali dengan memberikan
penjelasan secara rinci di depan masyarakat sekitar, yang di dalam nya
membahas tentang apa yang akan dilakukan kedepan oleh PT. Girder
Indonesia, membahas tentang penawaran ganti rugi, dan menjelaskan
tentang strategi timbal balik yang dilakukan PT. Girder Indonesia ,disini
PT. Girder Indonesia selalu mendengar semua keluhan masyarakat
sekitar, dan berusaha memberikan fasilitasi kepada masyarakat sekitar.
Sehingga di akhir, kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan pada
proyek Jalan Tol Depok – Antasari ini.

Kata kunci: Humas, Strategi, Komunikasi, Sosialisasi

13
14

UNIVERSITY PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)


FACULTY OF COMMUNICATION
COMMUNICATION SCIENCE STUDY PROGRAM
CONSENTRATION PUBLIC RELATION

ABSTRACT

Name : Avia Yunita


Student ID : 2014-41-172
Concentration : Public Relations
Thesis Title : Communication Strategy of the PT. Girder
Indonesia’s Public Relation in the Depok - Antasari
Toll Road Construction
Chapters & Page : V Chapters & 94 Pages
Bibliography : 22 Books + 2 Academic Journal + 4 Websites
Adviser : 1. Radja Erland Hamzah, S.kom., M.Si
2. Dr. Drs. Bambang Winarso M.Sc

In a country, it will definitely need infrastructure. Because, it will


affect economic growth of the country and also the vehicle mobility. But,
building infrastructure is not as easy as we think, there are so many steps
which is needed to build infrastructure. One of them is building the Toll
Road, a contractor Public Relations has an important role to change the
local residents’ mindset which are live in the toll road’s area, so they will
agree with the company’s mindset. Deep socialization is really needed to
the local residents, so the development project will not cause harm to
them.
In this research, author focused on the Communication Strategy by
PT. Girder Indonesia to the local society which is related to the 7 'C of
Public Relations concept.
This research uses the constructivism paradagim with a descriptive
qualitative approach. The collecting data technique is through direct
intervie to the key informant and informant which is the Head of Public

14
15

Relations of PT. Girder Indonesia, Project Quality Supervisor at PT. Girder


Indonesia, Depok - Antasari Toll road user, and the local residents who
affected by the land eviction. By visiting the PT Girder Indonesia office
directly on Jalan Mandala II Cilandak Permai, South Jakarta.
The results of the research shows that the strategies which is used
by PT. Girder Indonedia in the socialization related to the construction of
the Depok - Antasari Toll Road, is through a plan that was begun by giving
a detail explanation in front of the local residents, including the
compensation offer, and explained about the mutual strategy by PT. Girder
Indonesia, where the PT. Girder Indonesia always hears all complaints
from the local residents, and tried to facilitate the them. So at the end of
the project of this Depok - Antasari Toll Road project, both side are not
harmed.

Keyword : Public Relations, Strategy, Communication, Socialization

15
16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Memajukan suatu bangsa bukanlah hal yang mudah, padahal

dengan penduduk lebih dari 230 juta jiwa dan kekayaan alam yang

melimpah harusnya Indonesia lebih bisa memanfaatkannya secara

maksimal dan optimal. Secara sederhana kemajuan bangsa dapat

diukur dengan kemajuan ekonomi bangsa. Negara yang disebut

maju dapat dikatakan jika perekonomiannya baik, pendapatan

perkapita besar, dan pertumbuhan ekonomi tinggi. Dalam

meningkatkan perekonomian negara tentu tidak terlepas dari

kebutuhan infrastruktur. Infrastruktur menjadi kebutuhan dasar

masyarakat di suatu negara baik secara ekonomi dan sosial. Seperti

fasilitas transportasi, bangunan institusional dan komersial,

pembangunan irigasi, drainase dan pengendali banjir, fasilitas air

bersih dan kotor, fasilitas olahraga, dan rekreasi.

Menurut Erlangga Djumena (5/12/2012), dilansir oleh Didik


Purwanto dari Jakarta, Kompas.com, kualitas infrastruktur Indonesia
dinilai terendah se-Asia pada tahun 2012, “Diantara Negara-Negara
se- Asia, kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah kedua,
hanya lebih baik dari Filipina, “kata ekonom Standar Chartered Bank,
Erik Sugandi. Mengutip laporan World Economic Forum mengenai
kualitas infrastruktur pada 2012-2013, kualitas infrastruktur Indonesia
hanya memperoleh nilai peringkat 92. Tetapi pada tahun 2018,
pemerintah secara besar-besaran membangun infrastruktur yang
nyatanya membuahkan hasil positif, sekarang Indonesia naik
peringkat menjadi 52.1

1
https://ekonomi.kompas.com/read/2012/12/05/14102269/Kualitas.Infrastruktur.Indon
esia.Terendah.Se-Asiadiakses pada tanggal 20 September 2018

16
17

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyimpukan

bahwa kerja nyata dari pemerintah Indonesia dari tahun 2012 sampai

saat ini mengalami peningkatan yang signifikan. Terbukti ditahun

2012 kualitas infrastruktur Indonesia berada diperingkat 92, dari hal

tersebut tentunya pemerintah Indonesia mengevaluasi apa yang

harus dilakukan agar kualitas Infrastruktur Indonesia meningkat. Dan

hasilnya terjawab, kualitas Infrastruktur Indonesia di tahun 2018 naik

berada di peringkat 52.

Dalam hal ini, infrastruktur jalan toltentunya menjadi salah

satu hal yang utama dalam menopang kegiatan perekonomian

negara,Infrastruktur tol sangatlah penting dimiliki oleh negara

Indonesia. Untuk itu manfaat dari proyek jalan tol sendiri sebenarnya

bukan hanya memiliki tujuan untuk mengurangi kemacetan, tapi juga

memiliki banyak manfaat diantaranya, pembangunan jalan tol

berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi

nasional yang dapat meningkatkan daya saing ekonomi sosial.

Dengan adanya proyek jalan tol ini akan menimbulkan banyak

manfaat dan dampak positif terhadap perkembangan wilayah di

setiap daerah yang sudah dibangun jalan tol. Setiap daerah yang

mudah diakses biasanya akan memberikan banyak daya tarik para

investor dalam hal proses penanaman modal sehingga nantinya

daerah ini akan berkembang cukup maju. Serta dapat meningkatkan

mobilitas serta aksesibilitas barang dan juga jasa, dengan adanya

17
18

jalan tol maka masyarakat akan menjadi lebih cepat dan jauh lebih

efesien dalam melakukan bisnis antar daerah tentunya hal tersebut

akan sangat membantu. Selain itu, jalan tol dapat mengenjot

ekonomi masyarakat terutama untuk masyarakat yang tinggal di

dekat jalan tol. Dengan dibangunnya proyek jalan tol ini, banyak

melibatkan masyarakat desa atau daerah sekitar untuk mengerjakan

proyek padat karya. Tentunya hal tersebut sangat berbau positif

karena dapat menciptakan banyak tenaga kerja dan pemasukan

untuk masyarakat desa yang terlibat.

Sebagai contoh, seperti yang dilansir Kompas.com pada 5


maret 2018, Organda Ivan Kamadjaja mengatakan, “Di wilayah
pendukung, angkutan barang sebagai komponen utama dalam
transportasi. Hal ini sangat terbantu dengan keberadaan jalan tol
karena salah satu musuh utama angkutan barang adalah kemacetan
dan waktu.” Dan terlebih lagi, rencana pemerintah membangun jalan
tol di seluruh Indonesia akan membantu pelaku usaha dan
masyarakat. Jika jalan tol bagus dan lalu lintasnya lancar, pelaku
usaha angkutan barang bisa terbantu 10-20%.2

Dari uraian yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa dengan adanya jalan tol pelaksanaan roda

ekonomi akan semakin berkembang, bahkan kian pesat. Selain itu,

dari sisi angkutan barang tentunya sangat terbantu dalam proses

pendistribusian barang karena karena jarak tempuh yang harus

dilalui semakin singkat dengan jalan tanpa hambatan yang akan

semakin mempercepat waktu tempuh tersebut. Jadi, dalam segi

2
https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20180305/281943133385365
diakses pada tanggal 25 Oktober 2018

18
19

angkutan barang akan lebih terbantu karena adanya jalan tol

tersebut.

Tetapi dalam hal pembangunan tol ini tentunya tidak semudah

membalikkan telapak tangan, pembangunan untuk fasilitas umum

seperti pembangunan jalan tol, pastinya memerlukan tanah sebagai

sarananya. Tanah yang luas akan mempermudah dalam

pembangunan jalan tol. Berhubung dengan topik yang penulis buat

mengenai perusahaan Kontraktor, jika di perdalam sesungguhnya

masalah ketersediaan lahan bukan merupakan urusan dari

Kontraktor, jadi hal tersebut merupakan tugas pemerintah setempat

dan pemilik proyek. Kontraktor hanya bagian dari eksekutor jika

lahan sekiranya sudah mendapatkan izin untuk digusur dari si

pemilik lahan dan juga proses kerjanya pembangunan jalan tol. Dan

sekiranya pihak Humas Kontraktor membantu pemilik proyek dan

pemerintah setempat dalam proses sosialisasi kepada masyarakat

sekitar terkait pembebasan lahan. Tetapi yang tetap bertanggung

jawab dalam hal ini adalah tetap pemilik proyek.

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka peneliti mengamati


bahwa proyek Tol Depok – Antasari mengalami hambatan dalam
proses pembangunannya. Khususnya, dalam hal perizinan dari
warga setempat dengan perusahaan. Seperti yang dilansir dalam
independensi.com, salah satu warga sekitar memberi tanggapan
terkait pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari, “Kalau memang
pengembang PT Citra Waspphutowa mau membebaskan tanah kami
untuk kepentingan pembangunan Jalan Tol Desari, alangkah baiknya
adadulu kesepakatan soal harga tanah. Untuk itu, harga yang sudah

19
20

ditetapkan oleh tim penilai sulit kami terima,” tegas Monang


(19/9/18).3

Dari uraian yang dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari terhambat

dikarenakan, banyak warga setempat yang kontra terhadap nilai

gusur tanah yang diajukan oleh perusahaan kepada warga yang

terkena imbas dari pembangunan Jalan Tol Depok - Antasari.PT.

Girder Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang

kontraktor, PT. Girder Indonesia berdiri sejak tahun 2014, yang pada

mulanya hanya menjadi sebuah anak perusahaan kontraktor

ternama yaitu, CNMP ( Citra Marga Nusaphala Persada) dengan

dimulainya project konstruksi kecil, PT. Girder Indonesia maju

dengan cepat untuk menjadi salah satu perusahaan kontraktor

spesialis yang telah dikenal dengan baik di Indonesia. Selama 4

tahun berdiri, PT. Girder Indonesia sudah membangun jembatan dan

jalan tol, yang terdiri dari Jembatan Makalam – Jambi, Jembatan

Suramadu (sisi Madura) – Madura, Jembatan Ancol – Jakarta.

Sedangkan proyek jalan tol yang dikerjakan saat ini oleh PT. Girder

Indonesia adalah proyek Desari ( Depok – Antasari).

3
https://independensi.com/2018/09/19/warga-protes-harga-pembebasan-lahan-jalan-
tol-desari/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2018

20
21

Sumber : Proyek Tol Depok – Antasari

Gambar 1.1 : Layout Proyek Jalan Tol Depok - Antasari

Dilansir dari Kompas.compada tanggal 28 September

2018,Tol Depok – Antasari atau lebih dikenal dengan proyek Desari

memiliki cerita cukup panjang. Rencana pembangunan jalan tol ini

sebenarnya telah dimulai pada 2005 atau pada masa pemerintahan

presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu,

PT Citra Waspphutowa menjadi konsorsium memenangkan lelang

perusahaan proyek ini. Konsorsium tersebut terdiri atas PT Citra

Marga Nusaphala Persada Tbk (62,5 persen), PT Waskita Toll Road

(25 persen), dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (12,5

persen). Tol Depok – Antasari dirancang sepanjang 21,6 kilometer

dan terbagi ke dalam tiga seksi. Seksi I Antasari – Brigif yang telah di

resmikan membentang 5,8 kilometer. Adapun Seksi II Brigif –

21
22

Sawangan serentang 6, 3 kilometer dan seksi III Sawangan –

Bojonggede sepanjang 9,5 kilometer.4

Humas kontraktor memiliki peranan penting dalam

pembangunan proyek jalan tol ini, tugas utama dari seorang Humas

kontraktor adalah sosialisasi baik untuk masyarakat maupun aparat.

Masyarakat disini yang menjadi target Humas PT. Girder Indonesia

adalah masyarakat yang tinggal di dekat proyek pembangunan jalan

tol Depok- Antasari. Aparat disini memiliki istilah “teman” bagi

kontraktor, karena dengan adanya bantuan dari aparat proses

pembangunan proyek jalan tol ini menjadi lancar. Oleh sebab itu

seorang Humas dari perusahaan kontraktor harus menjalin

hubungan yang baik dengan masyarakat maupun aparat, karena jika

tidak maka proses pembangunan jalan tol akan terhambat. Karena

pada dasarnya pembangunan proyek jalan tol harus memerlukan izin

dari masyarakat sekitar maupun aparat.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dari penelitian ini,

maka fokus masalah dari penelitian ini adalah bagaimana strategi

komunikasi PT. Girder Indonesia dalam pembangunan Jalan Tol

Depok - Antasari kepada masyarakat, terutama masyarakat yang

tinggal di sekitar pembangunan proyek jalan tol Depok - Antasari.

4
https://properti.kompas.com/read/2018/09/28/133425621/tol-desari-sby-diresmikan-
jokowi diakses pada tanggal 25 Oktober 2018

22
23

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian kali ini yang berdasarkan pada pendahuluan

dan fokus masalah yang tertera di atas, maka pertanyaan penelitian

kali ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi komunikasiHumas PT. Girder Indonesia

dalam pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari kepada

masyarakat sekitar?

2. Apakah terdapat faktor penghambat dalam proses komunikasi

kepada masyarakat terkait pembangunan proyek jalan tol Depok

- Antasari?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi Humas PT.

Girder Indonesia dalam pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari

kepada masyarakat sekitar?

2. Untuk mengetahui faktor hambatan apa saja dalam proses

komunikasi kepada masyarakat terkait pembangunan proyek jalan

tol Depok – Antasari.

23
24

1.5 Signifikansi Penelitian

1.5.1 Signifikansi Teoritis

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat

menjadi bahan masukan dalam pembelajaran di bidang Ilmu

Komunikasi khususnya dalam bidang Hubungan Masyarakat.

Sehingga Ilmu Komunikasi dapat berkembang dan

memberikan pengetahuan yang lebih banyak terhadap

masyarakat luas, terutama bagi para mahasiswa yang belajar

di bidang Ilmu Komunikasi dan juga para praktisi Hubungan

Masyarakat.

1.5.2 Signifikansi Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan kepada manajemen PT. Girder Indonesia dalam

rangka membina hubungan harmonis kepada masyarakat

terutama yang tinggal di dekat pembangunan proyek jalan tol.

Karena kegiatan ini menyangkut kepentingan bersama, dan

untuk kemajuan Jakarta yang lebih baik dalam segi

infrastruktur, dalam hal mengurangi kemacetan khususnya di

Jakarta.

24
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP, DAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Penelitian terdahulu yang sejenis dengan yang dilakukan oleh

penulis yang berjudul“Strategi Komunikasi Hubungan Masyarakat

dalam Membentuk Citra Pemerintahan di Kota Malang”.Penelitian ini

dilakukan olehSisilia Herlina dari Universitas Tribhuwana Tunggadewi,

Malang pada tahun 2015.

Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari

penelitian tersebut adalah untuk mengetahui strategi komunikasi

hubungan masyarakat dalam membentuk citra pemerintahan di Kota

Malang.Dalam penelitian tersebut menggunakan teori Management

Public Relations.

Hasil dari penelitian ini dijelaskanStrategi komunikasi Public

Relations di Bagian Humas Sekretariat Daerah Pemerintah Kota

Malang dalam membentuk citra pemerintahan, adalah dengan

melaksanakan dua komunikasi yaitu komunikasi internal dan

komunikasi eksternal. Dalam komunikasi internal dilakukan dengan

cara menggerakan seluruh pegawai dan karyawan agar memberikan

pelayanan yang baik pada masyarakat dan untuk bekerja lebih

produktif dan efisien. Sedangkan komunikasi eksternal dilakukan

dengan cara membuat press release oleh para karyawan dan

25
26

mahasiswa magang dari kampus Brawijaya, yang dibuat sesuai

dengan kebutuhan wartawan dan berusaha untuk memberikan

layanan kepada masyarakat dengan sebaik mungkin tanpa membeda

– bedakan status ekonomi dan sosial masyarakat yang dilayani sesuai

Standar Operasional Pelayanan yang telah diterapkan.

Penelitian kedua yang sejenis dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis yaitu berjudul “Strategi Komunikasi Humas

dalam Membentuk Public Opinion Lembaga Pendidikan”. Penelitian ini

dilakukan oleh Nur Izza Afkarinadari Universitas Nurul Jadid Paiton

Probolinggo pada tahun 2018.

Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif dengan

menggunakan metode penelitian Deskriptif Kualitatif. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana startegi komunikasi

humas dalam membentuk Public Opinion Lembaga Pendidikan.

Dalam penelitian tersebut menggunakan teoriManagement Public

Relations.

Hasil dari penelitian ini adalahPada konteks ini, maka Public

Relations dituntut harus bisa membentuk nilai –nilai pemahaman

sikap-sikap sampai perilaku public agar searah dengan kebutuhan

organisasi. Melalui pengemasan pesan –pesan komunikasi public

yang lebih banyak mengandung tentang apa dan siapa serta apa

manfaat dari keberadaan organisasi. Mengenai hal ini karena opini

masyarakat diciptakan oleh public yang selektif, dimana masyarakat

26
27

yang akan bercirikan seperti itu memilih dan memilah seperti apa yang

ingin mereka konsumsi dan ketahui. Pihak lembaga seharusnya

mempunyai strategi yang kreatif sehingga bisa sama –sama

menguntungkan dan terutamanya masyarakat keinginan

masyarakatnya bisa terpenuhi.

27
28

Tabel 2.1

Kajian Pustaka

Paparan
No. Literatur 1 Literatur 2 Penelitian Penulis
Literatur
1. Nama Penulis Sisilia Herlina Nur Izza Afkarina Avia Yunita

2. Judul Strategi Komunikasi Strategi Komunikasi Strategi Program


Hubungan Humas dalam Sosialisasi PT Girder
Masyarakat dalam Membentuk Public Indonesia dalam
Membentuk Citra Opinion Lembaga Pembangunan
Pemerintahan di Pendidikan Proyek Jalan Tol
Kota Malang Depok – Antasari.
3. Tahun 2015 2018 2019
Penelitian
4. Tujuan Untuk mengetahui Untuk mengetahui Untuk mengetahui
Penelitian
bagaimana strategi strategi humas dalam strategi Humas PT
komunikasi membentuk public Girder Indonesia
hubungan opinion lembaga dalam
masyarakat dalam pendidikan mensosialisasikan
membentuk citra kepada masyarakat
pemerintahan di terkait proyek
kota Malang pembangunan jalan
tol Depok- Antasari.
5. Pendekatan Kualitatif Kualitatif Kualitatif

6. Teori Teori Management Teori Management Teori 7C’s of


Public Relations Communication
Public Relations

7. Metode Deskriptif kualitatif Deskriptif Kualitatif Deskriptif Kualitatif

Penelitian

28
29

8. Temuan dan Strategi komunikasi Pada konteks ini,


Public Relations di maka Public
Kesimpulan
Bagian Humas Relations dituntut
Penelitian
Sekretariat Daerah harus bisa
Pemerintah Kota membentuk nilai –
Malang dalam nilai pemahaman
membentuk citra sikap-sikap sampai
pemerintahan, perilaku public agar
adalah dengan searah dengan
melaksanakan dua kebutuhan
komunikasi yaitu organisasi. Melalui
komunikasi internal pengemasan pesan –
dan komunikasi pesan komunikasi
eksternal. Dalam public yang lebih
komunikasi internal banyak mengandung
dilakukan dengan tentang apa dan
cara menggerakan siapa serta apa
seluruh pegawai manfaat dari
dan karyawan agar keberadaan
memberikan organisasi. Mengenai
pelayanan yang hal ini karena opini
baik pada masyarakat
masyarakat dan diciptakan oleh public
untuk bekerja lebih yang selektif, dimana
produktif dan masyarakat yang
efisien. Sedangkan akan bercirikan
komunikasi seperti itu memilih
eksternal dilakukan dan memilah seperti
dengan cara apa yang ingin
membuat press mereka konsumsi
release oleh para dan ketahui. Pihak

29
30

karyawan dan lembaga seharusnya


mahasiswa magang mempunyai strategi
dari kampus yang kreatif sehingga
Brawijaya, yang bisa sama –sama
dibuat sesuai menguntungkan dan
dengan kebutuhan terutamanya
wartawan dan masyarakat
berusaha untuk keinginan
memberikan masyarakatnya bisa
layanan kepada terpenuhi.
masyarakat dengan
sebaik mungkin
tanpa membeda –
bedakan status
ekonomi dan sosial
masyarakat yang
dilayani sesuai
Standar
Operasional
Pelayanan yang
telah diterapkan.

2.2 Kerangka Konsep-konsep Penelitian dan Konsep Humas

2.2.1 Ilmu Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah merupakan suatu proses dua arah yang

hakikatnya adalah suatu proses penyampaian pesan baik berupa

30
31

ide atau gagasan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

(komunikan) agar keduanya mencapai kesamaan makna.

Komunikasi sangat penting dan dibutuhkan bagi kehidupan

manusia karena manusia sebagai makhluk sosial pasti

membutuhkan pesan dan akan menyampaikan pesan.

Manusia tidak akan bersosialisasi dengan sesamanya tanpa

adanya komunikasi. Komunikasi untuk berinteraksi dan beradaptasi

antar sesama manusia di linkungannya dan tanpa adanya

komunikasi kehidupan manusia tidak ada artinya. Komunikasi

dikatakan efektif apabila ada kesamaan makna antara komunikator

dengan komunikan.

Dalam komunikasi terdapat berbagai aspek yang

mendukung adanya suatu komunikasi yang efektif. Harold D

Laswell, (2011:128) berkata “Who says what, to whom, to which

channel and with what effect” komunikasi pada dasarnya,

merupakan proses yang menjelaskan “siapa” mengatakan “apa”

“dengan saluran apa” “kepada siapa” dan “dengan akibat dan hasil

apa”. (who: komunikasi, Says what: pesan, in which channel :

saluran atau media, to whom : komunikan, with what effect) :

a) Aspek Kognitif (tahu, mengerti, paham).

b) Aspek Afektif ( perasaan atau emosi ).

c) Aspek konatif ( bertindak melalui tindakan ).

31
32

Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur

komunikasi yang saling bergantungan satu sama lain, yaitu:

1. Sumber (Source), sering disebut juga pengirim (Sender),


penyandi (Encoder), komunikator (Communicator),
pembicara (Speaker).Sumber adalah pihak yang berinisiatif
atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi,
menyampaikan apa yang ada di dalam hatinya (perasaan)
atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah
perasaan atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol
verbal dan non verbal yang idealnya dipahami oleh penerima
pesan.
2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan merupakan seperangkatg simbol verbal
dan non verbal yang mewakili perasaan, nilai gagasan, atau
maksud sumber tadi.
3. Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan
sumber untuk menyampaikan pesannya pada penerima.
4. Penerima (receiver), sering disebut sasaran atau tujuan
(destination), komunikan (communicate), penyandi balik
(decoder) atau khalayak (audience), penedengar (listener),
penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari
sumber.
5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia
menerima pesan tersebut, misalnya menambah
pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur,
perubahan sikap (dari yang tidak setuju menjadi setuju),
perubahan keyakinan, perubahan perilaku dan sebagainya.

Penjelasan diatas dikenal sebagai Formula Laswell. Dalam

mempraktekan komunikasi sesungguhnya, kita harus mengetahui

terlebih dahulu Formula Laswell. Komunikasi akan berjalan efektif

jika kita telah mengetahui siapa komunikatornya, pesan, atau

informasi yang akan disampaikan, media yang digunakan untuk

penyampaian pesan, sasaran target (komunikan) serta fedback

yang diharapkan.

32
33

Untuk menjelaskan pengertian komunikasi yang lain, maka

akan dikemukakan oleh beberapa ahli yang melihat komunikasi dari

sudut pandang keahliannya masing-masing:

1. Komunikasi menurut David K. Berlo dalam Hafied Cangara,


merupakan instrumen dari interaksi sosial, yang berguna
untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, serta
mengetahui keberadaan diri sendiri. Dilakukan dengan
tujuan untuk menciptakan keseimbangan dalam masyarakat.
(Cangara, 2006:19).
2. Komunikasi menurut Carl I. Hovland dalam Dedy Mulyana,
sebagai sebuah proses yang memungkinkan seseorang
(Komunikator) untuk dapat menyampaikan rangsangan,
dengan tujuan untuk dapat mengubah perilaku orang lain
(Komunikan). (Mulyana, 2017: 15).
3. Komunikasi menurut Everett M Rogers dalam Hafied
Cangara, menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku. (Cangara 2006: 19).
4. Komunikasi menurut Rogers D Lawrence Kincaid dalam
Hafied Cangara, Komunikasi adalah suatu proses dimana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi antara satu sama lain, dan akan terjadi saling
pengertian (Cangara: 2006: 32)

Dengan demikian yang dimaksud dengan Proses

Komunikasi adalah proses saling pengaruh mempengaruhi suatu

bentuk interaksi yang bersifat dinamis, kontinyu, dan berlangsung

secara dua arah. Dan akan membentuk suatu perubahan perilaku

yang secara tidak sadar telah berubah dan tidak mungkin dihindari.

b.Tujuan Komunikasi

Kegiatan atau upaya yang dilakukan tentunya mempunyai

tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah menunjukan suatu

33
34

hasil atau akibat yang di inginkan oleh Pelaku Komunikasi. Secara

umum, tujuan komunikasi menurut Wilbur Schramm, dapat dilihat

dari dua perspektif kepentingan yakni:

Kepentingan Sumber (Pengirim) Komunikator, dan Kepentingan

Penerima / Komunikan.

Menurut Ojong Uchjana Effendy (2009:8), tujuan komunikasi

adalah:

1. Perubahan Sosial/Mengubah Masyarakat (To Change the


Society)
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan
tujuan akhir supaya masyarakat mau mendukung dan ikut
serta terhadap tujuan informasi itu.
2. Perubahan Sikap. (Attitude Change)
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat
dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya.
3. Perubahan pendapat. (Opinion Change)
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan
akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan
persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan.
4. Perubahan perilaku. (Behaviour Change)
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat
dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah
perilakunya.

2.2.2 Public Relations

A. Pengertian Public Relations

Di dalam buku Cutlip & Center’s Effective Public

Relations edisi sebelas (Glenn M. Broom dan Bey-Ling Shia,

2013: 7) dikatakan, Public Relations (PR) adalah fungsi

manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan

yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang

34
35

memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.

Dalam definisi itu, Public Relations ditempatkan sebagai sebuah

fungsi manajemen, yang berarti bahwa manajemen di semua

organisasi harus memperhatikan Public Relations. Sebagai

sebuah fungsi manajemen, Public Relations mencakup hal-hal

sebagai berikut:

1. Memperhatikan,menganalisis,dan
menginterpretasikan opini dan sikap publik, dan isu-
isu yang mempengaruhi operasi dan rencana
organisasi, baik itu pengaruh buruk maupun
pengaruh baik.
2. Memberi saran kepada manajemen di semua level
organisasi sehubungan dengan pembuatan
keputusan, jalannya tindakan, dan komunikasi dan
mempertimbangkan tanggapan publik, dan
tanggung jawab sosial.
3. Meriset, melahirkan, dan mengevaluasi secara rutin
program-program aksi dan komunikasi untuk
mendapatkan pemahaman publik demi kesuksesan
organisasi.
4. Merencanakan dan mengimplementasikan usaha
organisasi untuk mempengaruhi atau mengubah
kebijakan publik.
5. Menentukan tujuan, rencana, anggaran, rekrutmen,
dan training staff, mengembangkan fasilitas,
mengelola sumber daya.

Menurut buku Effective Public Relations edisi sebelas

pula (Scott M Cutlip, Allen H Center, Glenn M. Broom, 2013:23)

Terdapat pula, empat tahapan atau langkah-langkah pokok

yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja

kehumasan sebagai berikut:

1. Fact Finding, yaitu sebuah proses untuk mengenali


dan mendefinisiakan masalah yang dihadapi oleh
organisasi sebagai dasar acuan untuk penyusunan

35
36

langkah selanjutnya bagi PR sebagai masukan


kebijakan bagi manajemen.
2. Planning, yaitu perencanaan merupakan proses
mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat
strategi digunakan untuk mencapai tujuan dari
organisasi, serta mengembangkan rencana aktivitas
kerja organisasi.
3. Actuating, adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai
dengan tujuan
4. Evaluating, yaitu evaluasi dimana merupakan tahap
penilaian terhadap program dan hasil kerja PR.
Pelaksanaan kegiatan humas harus dievaluasi atau
dilakukan perbaikan agar permasalahan atau
hambatan yang ada dapat diatasi dan dipecahkan
serta menciptakan hubungan yang harmonis antara
publik suatu badan / lembaga/ perusahaan.

Setiap unsur di dalam sebuah organisasi atau sebuah

perusahaan, pasti membutuhkan peran humas untuk

pembuatan strategi komunikasi dan mendukung tercapainya

tujuan organisasi.

Berikut definisi Humas menurut beberapa ahli (Rachmat

Kriyantono, 2009: 5) antara lain:

a. Humas menurut Scott M. Cutlip, Allen H Center, &


Glenn M Broom
“Public Relations adalah fungsi manajemen yang
membangun dan mempertahankan hubungan yang
baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik
yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan
organisasi tersebut.”

b. Humas menurut Frank Jefkins


“Public Relations is a system of communication to
create a good will” (Public relations adalah sebuah
sistem komunikasi untuk menciptakan niat baik).

36
37

Penting juga untuk memahami di mana seorang Public

Relations bekerja.

(Public Relations: Roles, Entry Requirements and

Professionalism. Jurnal ILMU KOMUNIKASI VOLUME 6,

NOMOR 1, Juni 2009: Halaman 56 oleh Kadek Dwi Cahyana

Putra. Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Public Relations bekerja di atau untuk perusahaan

organisasi misalnya Organisasi Nirlaba, Perusahaan Swasta,

Universitas, Rumah Sakit, Perusahaan Teknologi dan

sebagainya. Tempat kerja dan peran atau kegiatan yang

berbeda biasanya merujuk untuk nama profesi, yang berbeda-

beda karena mewakili spesialisasi mereka. Humas atau Public

Relations yang bekerja untuk instansi pemerintah, biasanya

disebut Pejabat Informasi Publik, Petugas Informasi, Spesialis

Urusan Publik, Sekretaris Pers. Humas yang bekerja untuk

manajemen acara perusahaan dapat disebut Spesialis Acara

dan banyak lainnya. Humas atau Public Relations biasanya

bekerja di bawah tiga kategorisasi yang merupakan Praktisi In-

House, Agensi Kehumasan, dan Freelance(Pritchard et al,

2006). Bekerja di Rumah berarti dipekerjakanoleh suatu

organisasi, baik perusahaan publik atau swasta atau

publikbadan, amal atau organisasi non-pemerintah / LSM). Lalu

bekerja di Agensi Kehumasan adalah agen tempat Public

37
38

Relations bekerja untuk satu atau lebih banyak klien berbeda

dengan biaya tertentu. Dan bekerja secara freelance, bekerja

sesuai proyek yang dikerjakan.

2.2.3 Strategi Komunikasi

Kata Strategi berasal dari bahasan Yunani Klasik yaitu

“stratos” yang artinya tentara dan kata “agen”yang berarti

memimpin. Dengan demikian, strategi dimaksudkan adalah

memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos yang artinya

pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi strategi adalah

konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para

jendral (The Art of General), atau suatu rancangan yang terbaik

untuk memenangkan peperaangan. Dalam strategi ada prinsip

yang harus dicamkan, yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti

dari segalanya kecuali mengetahui apa yang akan dikerjakan

oleh musuh, sebelum mereka mengerjakannya.”

Dalam menangani masalah komunikasi, para perencana

dihadapkan pada sejumlah persoalan, terutama dalam

kaitannya dengan strategi penggunaan sumber daya

komunikasi yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ingin

dicapai. Rogers (1982) memberi batasan pegertian strategi

komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk

38
39

mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar

melalui transfer – transfer ide –ide baru.

Seorang pakar perencanaan komunikasi Middleton (1980)


membuat definisi dengan menyatakan “Strategi komunikasi
adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi
mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima
sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai
tujuan komunikasi yang optimal.”

Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang

memerlukan penanganan secara hati – hati dalam perencaan

komunikasi, sebab jika pemilihan strategi salah atau keliru

maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari

segi waktu, materi dan tenaga. Oleh karena itu, strategi juga

merupakan rahasia yang harus disembunyikan oleh para

perencanaan.

2.2.4 Model7’C Of Communication

Adapun 7’C Of Public Relation adalah sebagai berikut:

1. Credibility
Komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya.
Iklim ini dibangun dengan melalui kinerja di pihak institusi,
yang merefleksikan keinginan untuk melayani stakeholder
dan publik. Penerima harus percaya kepada pengirim
informasi dengan menghormati kompetensi sumber
informasi terhadap topik informasi.
2. Context
Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan
lingkungan. Media massa hanyalah suplemen untuk ucapan
dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari, Harus
disediakan konteks partisipasi dan umpan balik. Konteks
harus menginformasikan bukan menentang isi pesannya.

39
40

3. Content
Pesan harus mengandung makna bagi penerimanya.
Pesan harus relevan dengan situasi penerimanya. Pesan
pada umumnya memilih item informasi yang menyajikan
manfaat yang besar bagi mereka.
4. Clarity
Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana. Kata
harus bermakna sama menurut si pengirim dan penerima.
Isu atau stereotip yang mengandung kesederhanaan dan
kejelasan. Semakin jauh pesan akan dikirim, pesan itu
seharusnya semakin sederhana.
5. Continuity and Consistency
Menurut buku yang menjadi rujukan dan referensi
penulis, pada bagian ini komunikasi adalah proses tanpa
akhir. Ia membutuhkan repetisi agar bisa masuk.
6. Channel
Saluran komunikasi yang sudah ada harus
digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan di pakai
oleh penerima. Menciptakan saluran baru bisa jadi sulit,
membutuhkan waktu, dan mahal. Saluran yang baik dan
efektif pada tongkat yang berbeda-beda dalam tahap proses
difusi informasi.
7. Capability of Audience
Komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan
audience. Komunikasi akan efektif bila tidak banyak
membebani penerima untuk memahaminya. Scott M Cutlip
& Alien, Effective Public Relations (2011:408)

2.2.5 Strategi Komunikasi Humas PT. Girder Indonesia

Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Humas PT.

Girder Indonesia dalam pembangunan jalan tol Depok -

Antasari ini adalah . Dalam melakukan pengerjaannya pun juga

tidak mudah. Karena Humas Kontraktor harus meyakini

masyarakat bahwa pembangunan infrastruktur ini juga

menguntungkan bagi masyarakat dan tentunya dapat pula

memajukan infrastruktur di Indonesia. Masalah dari pengerjaan

40
41

infrastruktur ini, adanya penolakan dari masyarakat yang

tinggal di sekitar pembangunan jalan tol Depok- Antasari.

Penolakannya pun bermacam-macam, mulai dari tidak

setujunya dengan proyek pembangunan jalan tol, sampai

dengan penolakan penutupan jalan karena terkena imbas dari

pembangunan jalan tol. Oleh karena itu, Humas dari PT. Girder

Indonesia, melakukan pembicaraan terlebih dahulu untuk

meminimalisir adanya gangguan pada proses pengerjaan jalan

tol kepada masyarakat sekitar. Humas PT. Girder Indonesia

pada tahap sosialisasi kepada masyarakat sekitar, melakukan

proses timbal balik. Jadi disini pihak PT. Girder Indonesia

selaku kontraktor memenuhi apa kemauan yang diinginkan

masyarakat sekitar, terkait dengan lingkungannya. Dengan

begitu masyarakat tidak menemukan kerugian yang berlebih

pada pengerjaan proyek jalan tol ini, dan proses pengerjaan

jalan tol berjalan lancar tanpa adanya hambatan.

41
42

2.3 Bagan Alur Pikir

PT. GIRDER
Pemilik Proyek Konsultan
INDONESIA

Strategi Komunikasi
Humas PT. Girder
Indonesia dalam
Pembangunan Jalan Tol
Depok - Antasari

7 C’s

Terus Menerus Bertahap

Hasil

42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan suatu perspektif yang biasa juga disebut

dengan cara pandang. Paradigma terbentuk untuk mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap sesuatu yang pada akhirnya

mempengaruhi tindakan seseorang. Paradigma sendiri mempengaruhi

metode dalam peneltian yang dimana pada akhirnya akan

mempengaruhi hasil dari penelitian itu sendiri.

Menurut Baker dalam paradigma: The Business of

discovering future, mendefinisikan paradigma sebagai “Seperangkat

aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang melakukan dua hal: (1) Hal itu

membangun atau mendefinisikan batas-batas; (2) Hal itu

menceritakan kepada anda bagaimana seharusnya melakukan

sesuatu di dalam batas-batas itu agar berhasil”. (Meleong, 2017; 49)

Menurut Denzin dan Lincoln (2009:133) paradigma

merupakan sisitem kepercayaan dasar yang dilandasi oleh asumsi-

asumsi Ontologis, Epstimologis, dan Metodelogis. Paradigma bagi

para peneliti memberikan penjelasan tentang apa yang hendak

merka lakukan, dan apa saja yang masuk dalam dan di luar batas-

batas penelitian yang sah. Kepercayaan dasar yang memenetukan

berbagai paradigma penelitian dapat diringkas berdasarkan jawaban-

jawaban yang diberikan oleh para penganut sebuah paradigma

49
50

tertentu untuk menjawab tiga pertanyaan fundamental, yang saling

berkaitan erat sehingga jawaban yang diberikan untuk satu

pertanyaan, apapun susunannya, memaksa pola jawaban bagi dua

pertanyaaanya lainnya. Penulis memaparkan sebuah susunan yang

dipercaya mencerminkan suatu keunggulan logis:

Pertanyaan Ontologis. Apakah bentuk dan sifat realitas, dan

oleh karena itu dan apakah yang ada disana yang dapat diketahui

tentangnya merupakan “bagaimana keadaan segala sesuatu yang

sesungguhnya, dan bagaimana cara kerja segala sesuatu itu yang

sesungguhnya.”

Pertanyaan Epstimologis. Apakah sifat hubungan yang

terjalin antara yang mengetahui atau calon yang mengetahui

(peneliti) dengan suatu yang dapat diketahui. Jawaban yang dapat

diberikan dibatasi oleh jawaban yang telah diberikan untuk

pertanyaan ontologisnya, artinya kini tidak sembarang hubungan

yang dapat dipostulatkan.

Pertanyaan Metodelogis. Apa saja cara yang ditempuh

peneliti untuk menemukan apapun yang ia percayai dapat diketahui,

sekali lagi jawaban yang dapat diberikan terhadap pertanyaan ini

dibatasi oleh jawaban-jawaban yang telah diberikan untuk dua

pertanyaan pertama ; tidak sembarang metode yang sesuai.

Teori-teori dan penelitian komunikasi bisa dikelompokkan

sekurang-kurang nya ke dalam tiga paradigma, yaitu paradigma:

50
51

Paradigma Klasik, Paradigma Konstruktivis, dan Paradigma Analisis

Wacana. Perbedaan antar paradigma tersebut sekurang-kurangnya

mencakup empat dimensi seperti dijelaskan diatas, yaitu:

epistemologis, ontologis, metodologis, dan aksiologis. Berikut ini

merupakan karakteristik penelitian dengan paradigma konstruktivis

berdasarkan keempat dimensi tersebut. (Prasetya Irawan 2006:13)

1. Positivisme

Ontologi: Realisme. Sebuah realitas yang bisa dipahami,

diasumsikan hadir yang dikendalikan oleh hukum-hukum alam

dan mekanisme yang dapay diubah. Pengetahuan tentang

“Keadaan alami Benda-Benda” secara konvensional dirangkum

dalam bentuk. Generalisasi bebas waktu dan bebas konteks,

yang sebagainya mengambil bentuk hukum sebab akibat. Secara

prinsip, penelitian mampu mencapai keadaan alami benda yang

“sesungguhnya.” Sikap dasar paradigma ini dipandnag berciri

reduksionis sekaligus deterministik. Epstimologis: Dualis dan

Objektivitis. Peneliti dan “objek” yang diteliti dianggap sebagai

identitas yang terpisah. Sedangkan peneliti dipandang mampu

mempalajari objek tanpa mempengaruhi atau dipengaruhi

olehnya ketika terjadi pengaruh di kedua arah, maka berbagai

strategi pun ditempuh untuk mereduksi. Penelitian berlangsung

laksana melalui satu arah nilai dan bias dicegah agar tidak

mempengaruhi hasil, sepanjang prosedur yang ditentukan

51
52

dengan ketat. Metodologi: Eksperimental dan Manipulatif

pertanyaan dan hipotesis dinyatakan dalam bentuk proposisi

dalam pengauan empiris untuk memverifikasinya.

2. Post Positivisme

Ontologi: Realisme Kritis. Realitas diasumsikan ada,

namun tidak bisa dipahami secara sempurna karena pada

dasarnya intelektual manusia memiliki kekurangan sedangkan

fenomena itu sendiri secara fundamental memiliki sifat yang tidak

mudah diatur.

Epstimologis: Dualis dan Objektivis yang dimodifikasi.

Dualisme sudah banyak ditinggalkan karena tidak mungkin lagi

dipertahankan, sedangkan objektivitas tetap menjadi “cita-cita

pemandu”; penekanan khusus diberikan kepada “pengawal”

eksternal objektivitas seperti tradisi-tradisi kritis (apakah hasil-

hasil penelitian “sesuai” dengan llmu pengetahuan yang sudah

ada sebelumnya.

Metodelogi: Eksperimental/Manipulatif yang dimodifikasi.

Penekanan diberikan pada “keragaman kritis” sebagai satu cara

untuk memfalsifikasi hipotesis. Metodologinya bertujuan untuk

memecahkan sebagaian persoalan yang dipaparkan dimuka

dengan melalkukan penelitian dalam setting yang lebih alami,

mengumpulkan informasi yang lebih situasional, dan

52
53

mengembalikan kembali penemuan sebagai satu elemen dan

dalam ilmu-ilmu sosial.

3. Teori Kritis

Ontologi: Realisme Historis. Sebuah realitas dianggap

bisa dipahami pernah suatu ketika berciri lentur, namun dari

waktu kewaktu, dibentuk oleh serangkaian faktor sosial, politik,

budaya, ekonomi, etnik, gender, kemudian mengkristal

(membantu) serangkaian struktur yang saat ini dipandang

sebagai yang “nyata”. Yakni alamiah dan abadi. Demi tujuan

praktis, struktur tersebut adalah “nyata” yaitu sebuah realitas

maya atau historis.

Epstimologis: Transaksional dan Subjektif. Peneliti dan

subjek yang diteliti terhubung secar interaktif, dengan nilai-nilai

peneliti memengaruhi penelitian secara tidak terhindarkan. Oleh

karenanya temuan-temuan diperantarai oleh nilai.

Metodelogi: Dialogis dan Dialektis. Sifat transaksional

penelitian membutuhkan dialog antar peneliti dengan subjek –

subjek penelitian; dialog tersebut haruslah berciri dialektis agar

dapat mengubah ketidaktahuan yakni, menerima struktur –

struktur yang diperantarai sebagai historis tidak dapat diubah

menjadi kesadaran yang lebih matang.

53
54

4. Konstruktivisme

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan

paradigma penelitian konstruktivis. Paradigma konstruktivis

adalah sebuah jawaban atau bias diakatakan sebagai sebuah

pertentangan dari paradigma positivisme. Salim (2006; 53) terkait

paradigma konstruktivisme menyatakan bahwa realitas itu ada

dalam bentuk bermacam-macam konstruksi mental, berdasarkan

pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik tergantung pada

orang yang melakukannya.

Dapat diartikan bahwa paradigma konstruktivis bermaksud

untuk menggali makna perilaku yang ada dibalik tindakan

seseorang, peneliti berusaha mendapatkan pemahaman yang

mendalam dari satu fenomena yang diteliti.

Paradigma Konstruktivisme memandang realitas sebagai

suatu yang bersifat relative realitas hanya eksis dalam bentuk

konsepsi mentah atau konstruksi, tersebar social, local dan

tergantung kepada definisi subjektif seseorang.

Secara ontologis, aliran konstruktivisme menyatakan

bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental

yang didasarkan pada pengalaman social, bersifat local dan

spesifik, serta tergantung pada pihak yang melakukannya.

Karena itu, realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa

digeneralisasikan kepada semua orang sebagaimana yang biasa

54
55

dilakukan di kalangan positivisme atau post-positivisme. Dalam

paradigma ini, hubungan antara pengamat dan objek merupakan

satu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi

antara keduanya.

Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode

hermeneutika (studi mengenai pemahaman, terutama dengan

menginterpretasikan tindakan) dan dialektika dalam proses

mencapai kebenaran. Metode pertama dilakukan melalui

identifikasi kebenaran atau konstruksi pendapat orang per orang,

sedangkan metode kedua mencoba untuk membandingkan dan

menyilangkan pendapat orang per orang yang diperoleh melalui

metode pertama, untuk memperoleh consensus kebenaran yang

disepakati bersama. Dengan demikian hasil akhir dari suatu

kebenaran merupakan perpaduan pendapat yang bersifat

relative, subjektif dan spesifik mengenai hal – hal tertentu. Tujuan

penelitian dalam paradigma konstruktivisme adalah memahami

dan membentuk ulang konstruksi – konstruksi yang saat ini

dipegang. (Salim 2006:75)

Dapat diartikan bahwa paradigm konstruktivisme

bermaksud untuk menggali makna perilaku yang ada dibalik

tindakan seseorang, peneliti berusaha mendapatkan pemahaman

yang mendalam dari satu fenomena yang diteliti.

55
56

Penelitian ini menggunakan paradigma Konstruktivisme, karena

ciri – ciri penelitian yang digunakan penulis sesuai dengan ciri – ciri

paradigma Konstruktivisme yaitu mengkonstruksi realitas dan

menggali makna dari realitas tersebut. Realitas yang digali adalah

realitas tentang Strategi Komunikasi Humas pada PT. Girder

Indonesia dalam pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin (1997),

seperti yang dikutip oleh Basrowi dan Sukidin (2002: 1), bahwa

qualitative research (riset kualitatif) nerupakan jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapaidengan

menggunakan prosedur statistik atau cara kuantitatif lainnya.

Penelitian kualitatif ini dapat dipergunakan untuk penelitian kehidupan

masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional organisasi, peristiwa

tertentu, pergerakan-pergerakan sosial dan hubungan kekerabatan

dalam kekeluargaan. (Ruslan 2010 :214-215)

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu

uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang

dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi

tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut

56
57

pandang yang utuh, komprehensif dan holistic (Bogdan and Taylor,

1992:22).

Sukmadinata (2005:27) dasar penelitian kualitatif adalah

konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi

jamak, interaktif, dan suatu pertukaran pengalaman sosial

diinterpretasikan oleh setiap individu.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif

partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu,

tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial

yang menjadi focus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan

berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.

Penulis menggunakan penelitian kualitatif dalam penelitian ini “

Strategi Komunikasi Humas PT. Girder Indonesia dalam

Pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari” yang bermaksud untuk

memahami upaya yang dilakukan oleh subjek penelitian berhubungan

dengan bahasan yang sedang diteliti oleh penulis, serta bagaimana

cara subjek penelitian mengatasi segala kendala yang dihadapi

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahsa, pada

suatu konteks, yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode

ilmiah.

Dalam penelitian ini data yang terkumpul berbentuk seperti

kata, kalimat, pernyataan, dan konsep. Tujuannya yaitu untuk

57
58

menggambarkan secara terperinci dan relatif akurat mengenai topik

yang diangkat dalam kasus ini.

3.3 Jenis/Format Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif-kualitatif merupakan salah

satu dari jenis penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian

kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variable

dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan

menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini menafsirkan

dan menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi yang

sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam

masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih, hubungan

antara variabel yang timbul perbedaan antara fakta yang ada serta

pengaruh terhadap suatu kondisi dan sebagainya.

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2009:130),

penelitian deskriptif kulitatif diuraikan dengan kata – kata menurut

pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan

penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata – kata apa yang

melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir, berperasaaan, dan

betindak) seperti itu tidak seperti lainnya, direduksi, ditriangulasi,

58
59

disimpulkan (diberi makna oleh peneliti), dan di verifikasi

(dikonsultasikan kembali kepada responden dan teman sejawat).

Menurut Sugiyono (2005), dalam Nazir(1998:63-64)metode

deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Whitney (1960)

dalam Nazir (1998:64) metode deskriptif adalah pencarian fakta

dengan interpretasi yang tepat.

3.4 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan penulis

adalah metode penelitian deskriptif.

Menurut Ruslan (2010:12) Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan tentang

karakteristik (ciri-ciri) individu, situasi atau kelompok tertentu.

Penelitian ini relatif sederhana yang tidak memerlukan landasan

teoritis rumit atau pengajuan hipotesis tertentu. Dapat meneliti pada

hanya satu variable, dan termasuk penelitian mengenai gejala atau

hubungan antara dua gejala atau lebih.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yang dimana

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang hasil temuannya tidak

berdasarkan pada perhitungan angka-angka statistik. Penelitian ini

59
60

bersifat deskriptif karena hanya memaparkan situasi atau peristiwa,

penelitian ini tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi dan juga

tidak menguji teori, data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

berupa teks, warna, visual berupa foto atau gambar dan bukanlah

angka-angka.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus,

karena secara umum studi kasus dapat diartikan sebagai metode atau

strategi penelitian dan sekaligus hasil suatu penelitian pada kasus

tertentu. Dalam mainstream ilmu – ilmu social yang kini berkembang,

periset umumnya lebih menekankan pengertian pertama. Studi kasus

lebih dipahami sebagai pendekatan untuk mempelajari, menerangkan,

atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya yang

alamiah tanpa adanya intervensi pihak luar. Diantara semua ragam

studi kasus, kecenderungan, yang paling menonjol adalah upaya

untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, yakni

mengapa keputusan itu diambil, bagaimana ia diterapkan, dana apa

pula hasilnya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif,

artinya metode ini merupakan adanya tanda-tanda yang diteliti dan

diuraikan serta diinterpretasikan yang tersembunyi dibalik fenomena

sosial. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretatif

yang menggunakan banyak metode dalam menelaah masalah dalam

60
61

penelitiannya, penggunaan metode ini sering disebut dengan

Triangulasi. (Burhan Bungin, 2001; 45)

Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh

pemahanan yang komprehensif mengenai fenomena yang diteliti.

Secara konvensional, penelitian kualitatif cenderung disosialisasikan

dengan keinginan penelitian untuk menelaah sebuah makna, konteks,

dan suatu pendekatan holistik terhadap suatu fenomena. (Kurniawan

2000:63).

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,

pandangan, perasaan, dan perilaku baik individu, maupun sekelompok

orang.

Penelitian kualitatif bersifat empiris, artinya pengamatan dapat

dilakukan menggunkan panca indera sesuai dengan kenyataan di

lapangan. Pada setiap proses penafsiran tanda-tanda yang dilakukan

seseorang pasti akan berbeda penafsirannya dengan orang yang lain,

dikarenakan sebagai seorang manusia kita memiliki latar belakang

yang berbeda satu sama lain, baik itu dari segi pemikiran maupun

pengalaman, yang dapat mempengaruhi cara berpikir sesuatu, dari

pemahaman itulah penelitian ini bersifat subjektif.

61
62

3.5 Objek dan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah narasumber yang akan

diwawancara untuk dapat memberikan informasi tentang penelitian ini.

Karena dianggap kredibel dan memang terjun langsung dalam

kegiatan Public Relations. Menurut Panduan Umum Ejaan Bahasa

Indonesia (PUEBI), definisi narasumber yaitu orang yang memberi

(mengetahui secara jelas atau menjadi sumber informasi). Jadi

pengertian narasumber adalah orang yang memberi informasi utama

yang masih dalam lingkup yang sedang diteliti. Narasumber dalam

peneitian ini dibagi menjadi dua, yaitu narasumber internal dan

narasumber eksternal. Dimana narasumber internal adalah:

1. Arief Andreas sebagai kepala Humas yang merupakan

orang yang berperan dalam menjalankan program

sosialisasi kepada masyarakat sekitar terkait pembangunan

proyek jalan tol Depok- Antasari. Beliau yang membuat

konsep seperti apakah sosialisasi yang akan dilakukan

kepada masyarakat sekitar agar nantinya proses

pembangunan jalan tol berjalan dengan lancar.

2. Edrya Ehrlich Zain sebagai supervisor mutu proyek yang

berperan sebagai membantu Humas dalam menjalankan

program sosialisasinya dari tahap awal hingga akhir kepada

masyarakat sekitar.

62
63

Sedangkan narasumber eksternal yakni:

Ibu Marni sebagai salah satu masyarakat yang terkena

penggusuran lahan akibat proyek pembangunan Jalan Tol Depok

– Antasari. Semula perumahannya berada di Kelurahan Cilandak

Barat, saat ini berada di Cilodong, Depok.

Adapun objek penelitian pada penelitian yang dibuat oleh peneliti

adalah “PT. Girder Indonesia”.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini, pengumpulan data dilakukan oleh

peneliti sendiri. Menurut Azwar (2010:123) teknik pengumpulan data

merupakan penelitian yang memiliki tujuan untuk mengungkapkan

fakta mengenai variable yang diteliti. Tujuan untuk mengetahui (goal

of knowing) haruslah dicapai dengan menggunakan metode atau cara-

cara yang efisien dan akurat.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari data primer dan data sekunder.

3.6.1 Data Primer

Data primer adalah suatu data yang diperoleh langsung

di lapangan oleh peneliti. Data primer yang digunakan melalui

wawancara. “Biasanya wawancara dalam penelitian kualitatif

berlangsung dari alur umum ke alur khusus.” (Salim 2006:217)

63
64

3.6.1.1 Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Indepth interview (Dun, 1986:219) seperti yang dikutip

dalam buku Metodologi Penelitian untuk Public Relations

Kuantitatif dan Kualitatif (Ardianto 2016:61) merupakan sutu

teknik dalam penelitian kualitatif, dimana seorang responden

atau kelompok responden atau kelompok responden

mengkomunikasikan bahan- bahan dan mendorong untuk

didiskusikan secara bebas. Wawancara mendalm dapat

dilakukan melalui telepon. Seringkali pewawancara dilatih

secara psikologis agar ia dapat menggali perasaan dan skiap

yang tersembunyi dari responden.

Wawancara merupakan alat utama dalam sebuah

penelitian. Karena peneliti dapat mengajukan pertanyaan

secara personal tentang suatu topik. Sifat personal inilah yang

memberikan keuntungan bagi peneliti dalam melakukan

penelitian. “Wawancara juga digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, apabila peneiti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti dan juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah responden banyak atau sedikit.”

(Sugiyono, 2015:137)

Menurut Burhan Bungin wawancara mendalam (indepth

interview) merupakan suatu cara mengumpulkan informasi

64
65

dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan

maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang

diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara insentif dn

berulang – ulang. Pada penelitian kualitatif, wawancara

mendalam menjadi alat utama yang dikombinasikan dengan

observasi partisipasi. (Bungin 2001:110)

3.6.1.2 Observasi

Dalam Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya

MendukungPenggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai

Disiplin Ilmu (Afrizal 2014:35-36) mengklasifikasikan observasi

berpartisipasi, observasi non partisipasi, observasi pasif dan

obsevasi aktif.

Menurut Garayibah (1981:33) observasi atau

pengamatan dapat didefinisikan sebagai “perhatian yang

terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu”. Adapun

observasi ilmiah adalah “perhatian terfokus terhadap gejala,

kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya,

mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya dan menemukan

kaidah-kaidah yang mengaturnya (Emzir, 2010:37-38).

Peneliti menggunakan Observasi Non Partisipasi,

dalam hal ini peneliti melakukan observasi pengumpulan data

dan informasi tanpa melibatkan diri.Observasi yang

menjadikan peneliti sebagai penonton atau penyaksi terhadap

65
66

gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Dalam

observasi jenis ini peneliti melihat atau mendengarkan pada

situasi sosial tertentu tanpa pertisipasi aktif di daleamnya.

Kelebihan dari observasi non-partisipan yaitu mengurangi bisa

pengaruh peneliti pada fenomena tersebut Emzir (2010:39-

40).

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder pada umumnya berbentuk catatan atau

laporan data yang diperoleh dari kepustakaan,Company Profile,

laporan dan lain sebagainya.Data sekunder adalah sumber

data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data,misalnya lewat orang lain atau dokumen.

3.6.2.1 Dokumentasi

Menurut Guba dan Lincoin dalam Moleong(2017:216)

record adalah suatu pernyataan tertulis yang disusun oleh

seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu

peristiwa atau menyajikan akunting. Sedangkan menurut

mereka dokumen adalah setiap bahan tertulis atau file lain dari

record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

penyelidik.

66
67

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian

sebagai sumber data, karena dalam banyak hal dokumen

sebagai seumber data dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan bahkan untuk meramalkan.

Dokumen yang akan digunakan dan dikumpulkan

peneliti sebagai bukti penelitian berupa foto dan rekaman hasil

wawancara.

3.7 TeknikKeabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan dalam

penelitian kualitatif demi keaslian dan keandalan serta tingkat

kepercayaan data yang telah terkumpul. Teknik Keabsahan Data

adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Hal ini merupakan

salah satu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2017:330)

Dengan teknik pemeriksaan ini, penulis menggunakan teknik

triangulasi sumber dan triangulasi teori, dimana data yang telah

dikumpulkan kemudian dikaitkan dengan teori –teori, model, konsep

dari terlaksanana Strategi Komunikasi Humas PT. Girder dalam

pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari, diyakini dengan fakta,

data, dan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan

memenuhi persyaratan, kesasihan, dan keandalan. Kemudian

67
68

pemeriksaan melalui sumber dengan cara membandingkan data hasil

pengamatan dan wawancara dengan informan.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian untuk mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik analisi data, peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Mulyana (2001:180) analisis adalah “proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil data

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

merorganisasikan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, memilih nama yang penting dan akan dipelajari.

Peneliti menggunakan teknik analisis data secara deskriptif

dimana data yang dikumpulkan berupa kumpulan hasil wawancara,

dokumen, dan segala bentuk yang menggambarkan fenomena yang

ada di lapangan. Sehingga peneliti dapat mengumpulkan menjadi

satu dan menggabungkan setelah itu menganalisis apa yang telah

diamati dan memberikan kesimpulan dari data yang telah diperoleh.

Laporan penelitian disini berupa kutipan hasil wawancara untuk

memberikan gambaran penyajian laporan. Data tersebut berasal dari

hasil naskah wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman audio,

catatan atau memo. Pada penelitian ini peneliti menganalisis data

yang sangat kaya tersebu kemudian di telaah satu demi satu.

68
69

Pertanyaan yang sering muncul seperti mengapa, alasan apa, dan

bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti.

Dengan demikian peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu

sudah memang demikian keadannya. (Moleong, Lexy J, 2011:11)

Miles, Huberman, dan Saldana dalam Qualitative Data

Analysis: A Methods Sourcebook 3rd Revised Edition (2015:123),

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya

sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display) serta penarikan kesimpulan

dan verifikasi (conclusion drawing/ verification).

Teknik Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada

saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara,

peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarainya. Jika setelah dianalisis belum memuaskan, maka

peneliti akan melanjutkan pernyataan lagi sampai tahap tertentu.

69
70

BAB IV

HASIL, PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Girder Indonesia

Citra Marga Nusaphala Persada Tbk pada awal

pendiriannya 13 April 1987 adalah sebuah konsorsium, terdiri dari

beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan

swasta nasional yang bergerak di bidang infrastruktur, khususnya

pengusahaan jalan tol di bidang terkait lainnya.

Berdirinya CMNP membuka era baru kemitraan masyarakat

dan swasta dalam pengusahaan jalan tol, melalui perannya

membangun jalan tol ruas Cawang – Tanjung Priok ( North South

Link/ NSL) sepanjang 19,03 km. Keberhasilan pelaksanaan pilot

proyek tol tersebut, membuat Pemerintah memberikan

kepercayaan kepada CMNP untuk membangun jalan tol ruas

Tanjung Priok – Jembatan Tiga/ Pluit (Harbour Road/ HBR) 13,93

km.

Penyelesaian ruas jalan tol NSL dan HBR sepanjang 32,96

km atau yang dikenal dengan Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono, MSc

dengan masa konsesi 31 tahun 3 bulan ini, telah memungkinkan

system jaringan Jalan Tol dalam Kota Jakarta (Tomang- Cawang-

Tanjung Priok- Ancol Timur -Jembatan Tiga -Pluit -Grogol-

70
71

Tomang) dapat beroperasi secara terpadu, di bawah pengelolaan

bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan CMNP dengan system

bagi hasil.

Seiring degan tuntutan ekspansi usaha, CMNP telah

berubah statusnya menjadi perusahaan terbuka sejak 10 Januari

1995, yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh masyarakat.

Saat ini CMNP memiliki 5 (lima) anak perusahaan yaitu PT Citra

Margatama Surabaya pemegang konsesi jalan tol ruas Simpang

Susun Waru – Bandara Juanda Surabaya; PT Citra Waspputowa

pemegang konsesi jalan tol ruas Antasari – Depok –Bogor ; PT

Citra Persada Infrastruktur sebagai spesialis operation and

maintenance jalan tol yang sekaligus induk usaha dari PT. Girder

Indonesia sebagai speasialis precast concrete atau beton pra cetak

dan konstruksi, PT Citra Marga Nusantara Propertindo yang

bergerak di bidang properti dan pengembangan kawasan, serta PT

Citra Marga Lintas Jabar yang merupakan Badan Usaha Jalan Tol

pemegang konsesi ruas Soreang – Pasir Koja (‘Soroja”) Bandung,

Jawa Barat, sepanjang 8,15 Km.

Seperti yang telah diketahui dengan sejarah singkat PT.

Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, PT. Girder Indonesia salah

satu anak perusahaan yang bergerak di bidang beton pra cetak dan

konstruksi jalan dan jembatan. Pesatnya kemajuan dan

perkembangan PT. Girder Indonesia adalah pencapaian yang

71
72

didapat karena dedikasi para karyawan sejak awal pertama kali PT.

Girder Indonesia berdiri.

Dimulai dengan project konstruksi kecil, PT. Girder Indonesia

maju dengan cepat untuk menjadi salah satu perusahaan

kontraktor spesialis yang telah dikenal baik di Indonesia. Proyek

yang sudah dikerjakan PT. Girder Indonesia saat ini adalah

Jembatan Tanah Abang Fabrikasi balok dan cor , Jembatan Ancol

– Balok Lengkung, Manila Skyway, Philippines- Putar Pierhead,

Jembatan Makalam – Jambi Fabrikasi balok dan cor, Segmental

Balok Beton, Segmentak Balok Beton, Jakarta Outer Ring Road W-

1 Paket 1,2,3,6&7.

Visi dari PT. Girder Indonesia adalah adalah mewujudkan

rencana jangka panjang 25 tahun, yang dibagi dalam rencana

jangka menengah 5 tahun melalui tahapan tema dan visi

pengembangan yang berkesinambungan. Sedangkan Misi dari PT.

Girder Indonesia adalah menyelenggarakan solusi infrastruktur

yang memungkinkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan melalui mobilitas orang, barang dan informasi.

72
73

4.1.2 Logo PT. Girder Indonesia

Gambar 4.1

Logo PT. Girder Indonesia

4.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 4.2

Struktur Organisasi Hubungan Antar Proyek

73
74

Gambar 4.3

Struktur Organisasi PT. Girder Indonesia

74
75

STRUKTUR ORGANISASI PT. GIRDER INDONESIA


PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL DEPOK-ANTASARI

Gambar 4.4

Struktur Organisasi PT. Girder Indonesia

PROJECT MANAGER
Ekwan Yulianto

DEPUTY PROJECT MANAGER


Aloysius Cahyo Kurniawan

SITE ADMINISTRATION MANAGER


AC Kurniawan
SITE OPERATION MANAGER SITE OPERATION MANAGER
Suripto Suripto

QUANTITY
SITE MANAGER
ENG

LOGISTIK Antasari-A1 A2 Elven.


KEUANGAN HUMAS ADMIN UMUM BRIGIF QC ENG
Dimas Bagus Mirzansyah Arief Andreas Elven. Andara Andara-Brigif Gigih
Puspita Sari Rohimat
Joko Supriyanto Slamet Santoso Jovan
Arifin
Gindo
Pungki
KASIR GUDANG M/E Emanuel Monic
ADTEK PLANNING/MONITORING
Rizal
Ridho Putra

ALAT BERAT OFFICE BOY DRIVER ASS.PELAKSANA ASS.PELAKSANA ASS.PELAKSANA


HELPER Yazid
Meita Atep Jaiman Tanto Heri Irawan Aris Y Puguh Djajang Roheli Pandu LABTEK DRAFTER SURVEYOR
Aditya Agung Prakoso
Rio Fachri Ferdian Hariyadi Asep Nandang Ade Ferry M. Irfannuha Sriyono Giyanto Riski. P Tatang K
Abdil K Sugiyono Fery Cahyani Edi S Egi Sunantara Ade Setiawan
SECURITY Rudi Wildan Ady Wibowo Fahmi Ajat Wahdini Dani Gilang R
Kukuh M. Husen M. Toyib Turhakim Kaswandi Nana Arifqi Didi Setiadi

54
Syarifudin Effendi Wagito Hermanto Rudi Suardi Pajar Team Candra

Hari Nugraha Dwi Laksana Faris

Nanang
75 Sigit

Sudirman
Tangguh
4.2 Deskripsi Subjek Peneliti

Pada bagian ini penulis akan menguraikan narasumber yang

relevan untuk mendukung penelitian. Narasumber atau informan dalam

penelitian kualitatif yaitu informan peneliti yang memahami informasi

tentang objek penelitian. Informan yang dipilih harus memiliki kriteria agar

informasi yang didapatkan bermanfaat untuk penelitian yang dilakukan.

Terdapat kriteria-kriteria untuk menentukan informan penelitian yang

dikatakan oleh para ahli.

Menurut Spradley(2011:98) dalam bukunya yang berjudul Metode

Etnografi, informan harus memiliki beberapa kriteria yang harus

dipertimbangkan, yaitu:

1. Informan yang intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau

medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian

dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan

informasi diluar kepala tentang sesuatu yang dinyatakan.

2. Informan masih terkait secara penuh serta aktif pada lingkungan

dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Informan mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan

untuk dimintai informasi

4. Informan yang dalam memberikan informasi tidak cenderung

diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih

lugu dalam memberikan informal. (Moleong, 2004:165)

76
77

1. Data Narasumber 1

Nama : Arief Andreas

Jabatan :Humas / Umum

Tempat, Tanggal Lahir :3 September 1975

Alasan : Peneliti memilih Bapak Arief Andreas, beliau adalah orang

yang merancang semua strategi sosialisasi yang dilakukan PT. Girder

Indonesia. Dan Bapak Arief Andreas sendiri yang melakukan proses

pembicaraan langsung kepada masyarakat sekitar selama proses

pembangunan jalan tol berlangsung. Serta peran dari Bapak Arief

Andreas ini adalah meyakinkan masyarakat untuk mau melakukan

sebuah perubahan yang nantinya dapat berguna untuk kesejahteraan

masyarakat sekitar.

2. Data Narasumber 2

Nama : Edrya Ehrlich Zain

Jabatan :Supervisor Mutu Proyek

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 15 Juli 1973

Alasan: Peneliti memilih Bapak Erdya Ehrlich Zain, beliau adalah

tangan kanan dari Bapak Arief Andreas, yang membantu Bapak Arief

Andreas dalam menjalankan proses sosialisasi kepada masyarakat

yang khususnya tinggal di sekitar pembangunan proyek. Bapak Erdya

Ehrlich Zain senantiasa saling bertukar pikiran kepada Bapak Arief

77
78

Andreas guna menjalakan proses sosialisasi, agar sosialisasi tersebut

berjalan dengan lancar dan tidak adanya hambatan.

3. Data Narasumber 3

Nama :Marni

Jabatan :Ibu Rumah Tangga

Tempat, Tanggal Lahir :Jakarta, 23 Agustus 1979

Alasan:Peneliti memilih Ibu Marni, dikarenakan beliau merupakan

salah satu korban penggusuran akibat pembangunan Jalan Tol Depok

– Antasari.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai program sosialisasi PT. Girder

Indonesia dalam pembangunan jalan tol Depok-Antasari. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan langsung dan

wawancara langsung. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan

penulis di lapangan, kegiatan sosialisasi ini dilakukan secara

berkelanjutan per periodisasi. Maksud per periodisasi disini adalah jika

zona di titik A sudah selesai dilakukan pembangunan, apabila ingin

melakukan pembangunan zona di titik B, maka PT. Girder Indonesia

melakukan sosialisasi kembali kepada masyarakat sekitar. Sosialisasi

terus dilakukan di setiap zona, kegiatan sosialisasi kepada masyarakat ini

dilakukan hingga tahap pembangunan selesai.

78
79

4.3.1 Strategi Komunikasi Humas PT. Girder Indonesia dalam

Pembangunan Proyek Jalan Tol Depok- Antasari

Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sekitar ini

merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam pembangunan

proyek jalan tol Depok- Antasari. Rencana proyek pembangunan ini

dimulai pada sejak tahun 2005 danproyek ini akan selesai pada

tahun 2018 akhir. Program sosialisasi ini, dilakukan dengan cara

memberikan informasi, dan mengedukasi masyarakat luas terkait

pembangunan infrastruktur.Dengan tujuan agar masyarakat

teredukasi atau mendapat informasi yang layak dan melihat

langsung bagaimana proses pembangunan jalan tol Depok-

Antasari berlangsung. Dengan pembangunan jalan tol Depok-

Antasari diharapkan dapat mengurangi kemacetan yang berada di

Depok-Antasari.

Pembangunan ini memang sudah berjalan cukup lama pada

tahun 2005 pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Kemudian pada 2006, konsorsium dan pemerintah

menandatangani Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT)

sebagai tanda dimulainya pekerjaan proyek ini. Semula, pekerjaan

proyek ini ditargetkan selesai selama tiga tahun dan dapat

beroperasi pada 2009. Namun dalam realisasinya proyek ini tak

79
80

berjalan sesuai harapan lantaran proses pembebasan lahan yang

cukup sulit.

Ditahun 2010 dilakukan evaluasi terhadap rencana

pembangunan jalan tol ini. Akhirnya restatement perjanjian

pengusahaan jalan tol kembali dibuat pada 7 Juni 2011. Meski

demikian, hal itu tidak serta merta membuat proyek ini langsung

berjalan mulus. Setelah pemerintahan berganti, Presiden Joko

Widodo akhirnya menetapkan Tol Desari sebagai salah satu

proyek strategis nasional (PSN) pada 2015. Rupanya, upaya

tersebut berbuah manis dan proses pembebasan lahan pun

berjalan lebih cepat.

Pada 12 Agustus 2016, pemerintah menerbitkan Surat

Perintah Mulai Kerja Jalan Tol Depok – Antasari Seksi 1 Antasari –

Brigif, tetapi PT. Citra Waspphutowa selaku pemilik dan pengelola

proyek Jalan Tol Depok – Antasari, mengakhiri kontrak kerjasama

operasi (KSO) antara Hutama Karya, PT Waskita Toll Road serta

PT Pembangunan Perumahan (Persero). Dan mulai diganti dengan

PT. Girder Indonesia sebagai kontraktor utama pembangunan

Jalan Tol Depok – Antasari. Setelah itu, hanya butuh waktu 13

bulan bagi konsorsium menyelesaikan pekerjaanya.

Pada November2016, PT. Girder Indonesia mengambil alih

proyek pembangunan jalan tol Depok- Antasari, kemudian fokus

untuk mensosialisasikan daerah mana saja yang masih menjadi

80
81

permasalahan antara kontraktor dan masyarakat sekitar yang

tinggal di dekat pembangunan Jalan Tol Depok - Antasari.

Diawal bulan Desember 2016, Humas PT. Girder Indonesia

mendatangi perumahan Pondok Duta yang menolak pembangunan

jalan tol Depok Antasari, karena akses langsung ke Jalan Juanda

terpotong sehingga harus memutar jalan sedikit jauh. Hal itu

tentunya, sangat merugikan masyarakat sekitar dalam segi waktu

maupun materi. Dalam sosialisasi ini, Humas PT. Girder Indonesia

berhasil meyakinkan masyarakat untuk mencari solusi secepatnya

yaitu dengan membangun jembatan yang menghubungkan

perumahanPondok Duta dengan Jalan Juanda. Dan tentunya

dengan melancarkan program sosialisasi ini, pihak PT. Girder

Indonesia dibantu dengan pihak aparat kepolisian agar tidak terjadi

hal yang tidak diinginkan. PT. Girder Indonesia menerapkan

konsep model 7’Cs menurut Cutlip Center and Broom dalam buku

Effective Public Relations.

Dalam kegiatan sosialisasi proyek pembangunan jalan tol

Depok – Antasari, hal yang penting dilakukan adalah sosialisasi

internal dan eksternal, dimana untuk kegiatan eksternal dilakukan

dengan terjun langsung kelapangan dan berinteraksi langsung

dengan masyarakat yang bertempat tinggal disekitar kawasan

proyek jalan tol Depok – Antasari. Seperti yang diutarakan oleh

Edrya Ehrlich Zain selaku Supervisor Mutu Proyek :

81
82

“Untuk program sosialisasi Humas PT. Girder Indonesia ini


ada internal dan eksternalnya. Kalau internal focusnya lebih
kepada seluruh karyawan baik Top Level, Middle Level
sampai Low Level. Dan perusahaan kontraktor itu tidak
pernah bekerja sendiri, saling berkesinambungan antara
pemilik proyek, konsultan sampai dengan kontraktor itu
sendiri. Jadi pihak tersebut merupakan internal kita juga.
Bentuk coorporate communication sendiri ini adalah umum.
Jadi kesemua karyawan, contohnya komunikasi dengan
mengadakan rapat umum yang dihadiri oleh pemegang
peranan dari masing-masing perusahaan, PT. Citra
Waspphutowa, Kerjasama Operasi (KSO) antara Multi phi
beta, Virama Karya, Indotek konsultan utama (konsultan) dan
PT. Girder Indonesia. Nanti setelahnya para Top Level
tersebut akan mengkomunikasikan kebawahannya.
Sedangkan untuk sosialisasi eksternal kami selaku pihak
Humas PT. Girder Indonesia bersama , PT Citra Waspphutowa
dan KSO antara MPB, VK, IKU (konsultan) terjun langsung
kelapangan untuk memaparkan apa yang telah kita
rencanakan kepada masyrakat.”
Jadi untuk sosialisasi proyek pembangunan Jalan Tol Depok

– Antasari pada intinya dimulai dari dalam perusahan. Yang artinya

pemlik proyek, konsultan dan kontraktor saling merancang program

strategi apa yang akan dilakukan terkait dengan pembangunan

proyek Jalam Tol Depok – Antasari. Hal tersebut juga diperkuat

dengan pernyataan Bapak Arief Andreas selaku Kepala Humas :

“Jadi yang pertama itu kita bagi dahulu menjadi sosialisasi


internal dan eksternal. Untuk internal sendiri sasaran yang
utama adalah pada unit-unit yang mempunyai kaitan dengan
perencanaan strategi sosialisasi ini. Jadi keputusan tersebut
harus disetujui oleh berbagai macam pihak pemilik proyek
dan konsultanjadi kita tidak dapat mengambil keputusan
tersebut secara sendiri. Kita merencanakan strategi secara
bersama setelah itu baru kita terjun langsung kelapangan.
Disana kita memaparkan apa program yang akan dilakukan
kita kepada masyarakat yang tinggal dikawasan proyek,, kita
menjelaskan sedetail mungkin tentang program ini. Awalnya

82
83

respon dari masyarakat setempat tidak berujung / tidak


menemukan titik temunya, dan kita sudah memprediksi hal
tersebut. Sampai pada akhirnya kita mengeluarkan strategi
feedback (umpan balik). Seperti pada kehidupan sehari-hari
aja ya, apabila kita ingin meminta tolong kepada orang lain,
pasti ada saja yang memberi imbalan sebagai tanda terima
kasih. Jadi kita menawarkan kepada masyarakat untuk
mengganti semua kerugian yang telah dikerjakan oleh pihak
kita. Sampai pada akhirnya sosialisasi ini menemukan titik
temunya pada kedua belah pihak.”
Dari keterangan narasumber diatas, dapat penulis simpulkan

bahwa program sosialisasi pembangunan proyek Jalan Tol Depok –

Antasari tetap sasaran utamanya adalah pihak eksternal yaitu

masyarakat setempat yang tinggal dikawasan proyek. Walaupun

pihak PT Girder Indonesia dan unit unit yang lain melakukan

sosialisasi dalam dua arah (internal dan eksternal), tetapi tujuan

utama dari proyek Jalan Tol ini adalah sasaran utamanya adalah

pihak eksternal karena tentunya PT. Girder Indonesia selaku

kontraktor utama proyek Jalan Tol Depok – Antasari memerlukan

lahan yang memadai agar proses pengerjaan proyek jalan tol

berjalan dengan lancar tanpa ada halangan dari pihak manapun.

Oleh karena itu, PT Citra Waspphutowa, KSO antara antara MPB,

VK, IKU dan PT. Girder Indonesia mengadakan sosialisasi terlebih

dahulu kepada masyarakat setempat.

Dalam melakukan suatu kegiatan tentunya kita melihat

adanya suatu hambatan yang melatar belakangi proses terjadinya

sosialisasi proyek Jalan Tol Depok- Antasari ini. PT. Girder

Indonesia mengakui tahap sosialisasi ini berujung cukup lama.

83
84

Seperti yang diutarakan oleh Bapak Arief Andreas selaku Kepala

Humas, beliau mengatakan bahwa:

“Dari segi hambatan ini sangat berat, karena kita melakukan


proses sosialisasi ini secara kontinuitas, maksud disini
misalkan, apabila daerah A sudah clear/beres maka segera
kita lakukan proses sosialisasi di daerah B, begitu
seterusnya hingga proyek selesai. Karena kita
mengeksekusinya juga secara bertahap tidak langsung
diratakan. Banyak sekali masyarakat yang tidak setuju
dengan pembangunan proyek jalan tol ini, bahkan ada yang
enggan meninggalkan rumahnya padahal sudah kami
berikan dana ganti ruginya. Banyak masyarakat setempat
yang menyatakan bahwa susah untuk merelakan rumahnya
yang ia bangun dengan hasil jerih payah sendiri. Atau
masyarakat setempat merasa rugi dan tidak adil dengan
proyek Jalan Tol Depok – Antasari tersebut. Mungkin itu
salah satu alasan yang melatar belakangi.”

Dari yang sudah di paparkan oleh Bapak Arief Andreas, hal

serupa juga disampaikan oleh Bapak Edrya Ehrlich Zain selaku

Supervisor Mutu Proyek beliau memberikan pernyataan sebagai

berikut:

“Kami dalam proses sosialisasi memakan waktu yang lama,


untuk mencapai kata sepakat dari masing –masing kedua
belah pihak itu sangat susah. Bahkan para masyarakat
sekitar yang menentang tegas dengan kebijakan ini banyak
yang memberikan asprirasinya pada saat dilakukannya
sosialisasi. Kami terus memberikan penawaran terus
menerus kepada masyarakat setempat, tetapi tetap ada saja
yang tidak setuju dengan penawaran kami. Tapi dari situ
kami terus mencoba dan mencoba agar dipertemukan titik
temunya untuk masing-masing kedua belah pihak,
bagaimana caranya agar kedua belah pihak sama-sama
untung dan tidak ada pihak yang dirugikan terkait masalah
ini.”

84
85

Seperti yang dikatakan oleh kedua narasumber tersebut

bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi hambatan dalam

proses sosialisasi pembangunan proyek Jalan Tol Depok – Antasari

ini ada beberapa yang mempengaruhi. Pasti dalam proses seperti

ini ditemukan hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan.

Penulis menyimpulkan bahwa dana ganti rugi sering kali tidak

cukup untuk membayar semua kerusakan yang akan terjadi. Sulit

untuk menerima kenyataan bahwa tempat tinggal dan investasi

para masyarakat sekitar seperti sawah, untuk direalakan begitu

saja. Bahkan seperti yang sudah dikatakan oleh salah satu

narasumber, banyak sekali dari masyarakat sekitar yang

menentang tegas di depan kantor PT. Girder Indonesia. Untuk itu

pihak dari,PT. Citra Waspphutowa, KSO antara MPB, VK, IKUdan

PT. Girder Indonesiaini benar-benar melakukan pekerjaan yang

ekstra untuk menemukan strategi sosialisasi yang diterapkan agar

kebijakan ini tidak ada pihak yang dirugikan, karena sesungguhnya

kebijakan ini pun untuk kesejahteraan masyarakat dan

meningkatkan infrastruktur bagi negara Indonesia.

Menurut penulis, dengan adanya jalan tol Depok – Antasari

ini, memberikan manfaat juga untuk masyarakat sekitar. Dengan

dibangunnya proyek jalan tol ini, banyak melibatkan masyarakat

desa atau daerah sekitar untuk mengerjakan proyek padat karya.

Tentunya hal tersebut sangat berbau positif karena dapat

85
86

menciptakan banyak tenaga kerja dan pemasukan untuk

masyarakat desa yang terlibat. Dengan begitu pembangunan

infrastruktur ini menambah banyak sekali manfaat yang

diuntungkan dalam pembangunan Jalan Tol ini. Dan yang paling

utama dari kehadiran dari Tol Depok – Antasari ini adalah dapat

mempercepat mobilitas kendaraan barang dan orang yang ingin

bepergian dari Jakarta ke Depok maupun sebaliknya.

Setiap melaksanakan kegiatannya, Humas tentu memiliki

tujuan yang ingin dicapai, begitu pun dalam melaksanakan program

sosialisasi pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari. Kegiatan

yang dilandasi karena pentingnya sebuah sosialisasi untuk internal

karyawan dan publik eksternal dalam sosialisasi pembangunan

Jalan Tol Depok – Antasari. Adapun tujuan kegiatan dari Humas ini

diutarakan oleh Bapak Edrya Ehrlich Zain selaku Supervisor Mutu

Proyek, beliau mengatakan bahwa :

“Pada saat sosialisasi kami sebetulnya mempunyai tujuan


utama yaitu agar masyarakat memiliki pendapat yang sama
dengan kita, tapi hal tersebut tentunya berbanding terbalik
dengan keinginan kami disini. Kami harus memikirkan jalan
keluar untuk masyarakat sekitar terlebih dahulu karena ini
menyangkut kehidupan seseorang dan
memusyawarahkannya kepada masyarakat sekitar. Kami
tidak boleh memikirkan secara sepihak karena itu akan
merugikan banyak orang. Banyak yang harus dilakukan
terlebih dahulu untuk mendapatkan kesepakatan yang sah
dari masing- masing kedua belah pihak. Misalkan, pada
saat proses pengerjaan contoh kecilnya, selain adanya
rumah warga yang terkena penggusuran lahan, kami juga
sering kali menutup jalan. Dengan begitu akses masyarakat

86
87

sekitar tentunya akan sangat sulit, dari sanalah kami


mengkaji. Kami menggunakan strategi timbal balik,
contohnya kami menanyakan apa yang diperlukan oleh
perumahan tersebut, agar nantinya dapat kami penuhi.
Seperti penambahan lampu pada perumahaan tersebut,
penambalan jalan yang rusak dan lain sebagainya.
Tentunya kami harus menyiapkan perjanjian kesepakatan
yang lain yang dapat menguntungkan masyarakat sekitar
serta dapat mudah diterima oleh masyarakat sekitar. Agar
terjalinnya satu saling pengertian antara masyarakat sekitar
dengan PT. Girder Indonesia.”

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Arief Andreas,

selaku Kepala Humas. Beliau mengatakan bahwa:

“Tujuan disini kami tidak hanya ingin sekedar sosialisasi


ramah tamah untuk mewujudkan realisasi infrastruktur ini,
tetapi kami juga ingin mensejahterahkan lingkungan dari
masyarakat sekitar dan juga meningkatkan perkembangan
lajunya infrastruktur di Indonesia. Dengan adanya
pembangunan proyek ini, pasti ada pihak yang dirugikan
dan diuntungkan. Tetapi dari pihak yang dirugikan tersebut
kami coba mengkaji ulang agar tidak ada pihak yang
dirugikan, tentunya dengan pertimbangan dari pihak internal
kami. Dengan adanya proyek besar Jalan Tol Depok –
Antasari ini, kami berharap PT.Girder Indonesia nantinya
dapat menjadi perusahan kontraktor besar yang dikenal
memiliki kinerja yang baik bukan hanya di daerah Jakarta,
Depok, Bogor saja tetapi juga di seluruh Indonesia. Dengan
begitu kami ingin menggambarkan kalau kami merupakan
perusahaan kontraktor Indonesia yang kuat. Perusahaan
lokal dengan daya saing internasional, yang kami harapkan
bahwa investor menjadi lebih tertarik menanam saham di
Indonesia. Jadi kami memasang positioning dalam satu
kesatuan yang utuh dengan kinerja yang baik”.

87
88

Jadi dapat disimpulkan dari paparan narasumber diatas,

bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan PT. Girder Indonesia

dalam pembangunan proyek Jalan Tol Depok- Antasari adalah

selain untuk merealisasikan infrastruktur yang ada di Indonesia

tetapi dari pihak PT. Girder Indonesia, dengan adanya proyek besar

Depok – Antasari ini mengharapkan perusahaannya dapat dikenal

baik oleh masyarakat di seluruh Indonesia sebagai perusahaan

kontraktor yang memiliki kinerja yang baik.

Dalam kegiatan komunikasi internaldi PT. Girder Indonesia

antara Top Level, Middle Level, karyawan dan staf-staf harus

terjalin komunikasi yang baik dan efektif, karena bagaimana pun

para karyawan dan staff yang bekerja di PT. Girder Indonesia harus

mengetahui betul tentang apa yang dilakukan pihak internal dengan

pihak eksternal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Arief

Andreas, selaku Kepala Humas beliau melontarkan pernyataan

bahwa:

“ Dalam komunikasi internal di perusahaan kami, kami biarkan


semua orang yang berada di perusahaan ini, wajib untuk
mengetahuinya. Karena itu akan memunculkan adanya ide-
ide dan pemikiran baru selain dari pihak kami (Humas)
tentunya hal tersebut akan sangat memudahkan pihak kami,
dan selain itu agar komunikasi dalam perusahaan ini bersifat
terbuka, transparant. Hal ini dapat pula untuk meningkatkan
kinerja dari karyawan dan staf-staf, dengan adanya
komunikasi secara terbuka di perusahaan, maka karyawan
tersebut menganggap bahwa kinerjanya akan sangat
dibutuhkan oleh perusahaan untuk kepentingan perusahaan.”

88
89

Disini dalam komunikasi internal PT. Girder Indonesia seperti

yang dikemukakan oleh Bapak Arief Andreas diatas bahwa para

karyawan dan staff perlu mengetahui segala informasi yang

dilakukan kami (pihak internal) kepada masyarakat sekitar

(eksternal). Agar nantinya dapat bermunculan banyak ide – ide /

gagasan baru yang dapat menyelesaikan masalah dan tentunya

agar suasana di perusahaan terbuka dan transparant. Dan demi

mewujudkan suatu satu kesatuan, satu visi misi.

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Edrya Ehrlich Zain,

selaku Supervisor Mutu Proyek beliau mengutarakan pernyataan

bahwa:

“Sebenarnya dalam komunikasi di perusahaan ini, semua


lapisan harus mengetahui informasi tersebut. Karena kami
merupakan perusahaan yang terbuka akan informasi kepada
karyawan, dan hal tersebut tidak menutup kemungkinan kami
akan menampung ide- ide dan gagasan yang baru dari para
karyawan. Dalam 4 tahun ini, kami PT. Girder Indonesia tidak
hanya bergerak di bidang pembangunan jalan tol saja, kami
juga membangun jembatan, segmental balok beton dan
fabrikasi beton. Tentunya dalam pengerjaan tersebut tidak
luput dari ide dan gagasan para karyawan.”

Dari paparan yang dikemukakan oleh key informan tersebut

dapat disimpulkan bahwa budaya komunikasi yang dilakukan PT.

Girder Indonesia kepada para staff dan karyawan sudah cukup

baik. PT. Girder Indonesia ingin semua lapisan yang berada di

ruang lingkup mengetahui akan informasi yang sudah direncankan.

Agar nantinya akan banyak ide-ide dan gagasan yang muncul dari

para karyawan /staff yang akan memudahkan program kerja.

89
90

4.4 Program Komunikasi Humas PT. Girder Indonesia

1. Sosialisasi

Sosialisasi yakni pemeberitahuan suatu kebijakan tersebut

dilakukan, sosialisasi memiliki tujuan untuk menyampaikan

informasi kepada masyarakat, agar hal yang di sosialisasikan atau

program yang akan dikerjakan tidak mendapat reaksi negative dari

masyarakat.

Sosialisasi terkait pembebasan lahan yang dilakukan PT.

Girder Indonesia, dalam hal ini Sosialisasi dilakukan di beberapa

titik yang merupakan lintasan proyek Jalan Tol Depok – Antasari.

Seperti Kelurahan Cilandak Timur, Cilandak Barat, Pondok Labu,

Ciganjur & Cipedak di wilayah Jakarta Selatan. Serta Kelurahan

Pangkalan Jati Baru, Gandul, Krukut, Grogol, dan Rangkap Jaya

untuk wilayah Depok.

 Sosialisasi bersama dengan pemilik proyek,

konsultan, kontraktor serta P2T (Panitia Penggadaan

Tanah) dengan merembukkan terkait proyek

pembangunan yang akan dikerjakan, yang dihadiri

oleh RT, RW di masing – masing kelurahan.

 Setelah sosialisasi pada tahap awal selesai, langkah

selanjutnya adalah memusyawarahkan kepada warga

di masing – masing kelurahan.

90
91

 Pada mulanya reaksi negatif mulai dimunculkan oleh

warga sekitar, karena terdapat keluhan mengenai

ketidak puasan harga di kelurahan Ciganjur dan

Cipedak. Untuk 3 kelurahan lainnya yakni, Cilandak

Barat, Cilandak Timur dan Pondok Labu setuju

dengan pembebasan lahan tersebut.

2. Relokasi Lahan

Program Relokasi terkait proyek pembangunan Jalan Tol

Depok – Antasari yang berupa makam, mushollah dan sekolah

sebagian sudah ter relokasikan. Langkah awal yang dilakukan PT.

Girder Indonesia yakni:

a. Pendekatan yang interaktif kepada warga terkait fasilitas

yang akan terkena relokasi dalam rangka

menginformasikan rencana program relokasi tersebut.

b. Pembentukan forum diskusi warga sebagai wadah untuk

menggali respon, aspirasi warga dan peran serta

masyarakat dalam proyek. Kegiatan forum diskusi ini

dilakukan mulai dari perencanaan hingga terlaksananya

program.

c. Penyusunan rencana penempatan lokasi fasilitas dengan

memperhatikan aspirasi dari warga setempat.

91
92

d. Setelah pemindahan lokasi, diadakan bimbingan dan

pembinaan kepada warga terkait fasilitas lokasi baru.

Seperti TPU Kumpi Saribah , Limo – Depok yang terkena

imbas pembangunan sekitar 525 makam. Luas tanah dari TPU

Kumpi Saribah seluas 2 hektare, yang terkena proyek

pembangunan sekitar 1.617 meter dari total 2 hektare. Sedangkan

untuk Makam yang terkena dampak relokasi dipindahkan di dekat

TPU Kumpi Saribah yang masih satu Komplek di Limo – Depok.

Sekolah yang terkena imbas pembangunan Jalan Tol Depok

– Antasari yaitu SMPN 13 Depok,yang akan direlokasikan pada

tahun 2020. Alasan di relokasikannya SMPN 13 Depok ini karena

sebagian lahan nya yang tergerus proyek Jalan Tol Depok –

Antasari, Sebanyak 9 ruang kelas SMPN 13 Depok-Limo terkena

pembebasan lahan terkait pembangunan proyek Jalan Tol dan

sering mengalami kebanjiran.

Mushollah yang direlokasikan pembangunan Jalan Tol

Depok – Antasari adalah Mushollah At-Taqwa, Cinere – Depok.

Mushollah At – Taqwa yang dibangun ulang seluas 200 meter ini

berada di Jalan Sungai RT 002, Pangkalan jati Baru – Cinere, 500

meter di lokasi awal. Terkait perumahan warga yang berada di

kelurahan, terdapat Cilandak Barat, Cilandak Timur, Pondok Labu,

Ciganjur dan Cipedak serta Pangkalan Jati Baru, Gandul, Krukut,

92
93

Grogol, dan Rangkap Jaya (Depok) tidak dilakukan relokasi,

dikarenakan para warga yang ingin mencari tempat tinggal yang

baru secara sendiri.

3. Pemberian Dana Ganti Rugi

Proses pemberian dana ganti rugi dalam kegiatan

pengadaan tanah adalah hal yang sangat penting, karena tanpa

adanya ganti rugi pembangunan akan terhambat. Dana ganti rugi

yang diberikan para warga yang terkena pengadaan tanah akibat

proyek pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari sangat

bervariasi, tergantung dari besarnya dana yang diminta oleh

masing – masing warga. Dana ganti rugi yang dikeluarkan untuk

proyek pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari kurang lebih

sebesar 300 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pembebasan

rumah warga yang berada di kelurahan, terdapat Cilandak Barat,

Cilandak Timur, Pondok Labu, Ciganjur dan Cipedak serta

Pangkalan Jati Baru, Gandul, Krukut, Grogol, dan Rangkap Jaya

(Depok) dan fasilitas yang terkena relokasi seperti masjid, tempat

pemakaman umum, dan sekolah.

Untuk wilayah Jakarta selatan, dana yang dikeluarkan terkait

ganti rugi kurang lebih sebesar 200 miliar. Untuk kelurahan

Ciganjur dan Cipedak yang semula menolak tegas pembangunan

Jalan Tol Depok – Antasari dikarenakan uang ganti rugi yang tidak

93
94

sesuai, dikarenakan harga awal yang dipatok perusahaan dan

pemerintah setempat sebesar 2 juta per meter, tetapi warga

memasang harga yang beragam seperti 6 juta sampai 8 juta per

meter.

4. Memberikan Fasilitasi

Pihak PT Girder Indonesia memberikan fasilitasi terkait

warga yang tinggal di area proyek tetapi tidak terkena pembebasan

lahan. Seperti yang dilakukan di area Cilandak, karena dalam

proses pembangunan akan sangat menganggu ketenangan warga

setempat, untuk itu pihak internal memberikan fasilitasi.

Pihak perusahaan memberikan fasilitasi seperti,

membetulkan jalan yang rusak di area perkampungan Cilandak

Timur, memberikan lampu di sisi jalan perumahan. Serta

memberikan akses cepat berupa jembatan yang sudah dibangun

dengan standar keselamatan, karena pihak perusahaan menutup

jalan akses utama warga, untuk itu pihak perusahaan perlu untuk

memberikan hubungan timbal balik dengan warga setempat.

5. Memberikan Proyek Padat Karya kepada Warga

Dengan adanya pembangunan Proyek Jalan Tol Depok –

Antasari, memberikan lapangan kerja baru kepada warga yang

tinggal di area pembangunan Jalan Tol. Seperti yang dilakukan di

94
95

area Cilandak Timur dan Cilandak Barat, para warga bersedia

untuk membantu proses pembangunan sebagai buruh kasar/ kuli

bangunan. Dan pihak perusahaan juga meminta bantuan kepada

ibu-ibu agar membuat makanan / catering siang dan malam untuk

para pekerja.

Model 7C’s of Communication

Dalam penyampaian informasi, pesan menjadi unsur yang

sangat penting. Seperti teori Cutlip dan Center yang dikenal

dengan The 7C’s of Communication. Strategi Sosialisasi Humas PT

Girder Indonesia dalam Pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari

telah memenuhi ketujuh syarat dalam merumuskan pesan

mengenai program sosialisasi dalam pembangunan Jalan Tol

Depok – Antasari, yaitu:

1. Credibility (Kredibilitas)

Komunikasi di mulai dengan iklim rasa saling percaya. Iklim

ini di bangun melalui kinerja di pihak institusi, yang merefleksikan

keinginan untuk melayani stake holder dan publik. Penerima harus

percaya kepada informasi dan menghormati kompetensi sumber

informasi terhadap topik informasi.

Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar

dalam melakukan sosialisasi, sangat di butuhkan individu yang

mempunyai kompetensi yang tinggi di bidangnya. Dalam hal ini

95
96

adalah pemahaman tentang program infrastruktur Jalan Tol

Depok- Antasari. Selain mempunyai pemahaman yang tinggi

dengan topik apa yang di bicarakan perlu juga untuk memahami

apa yang didbutuhkan oleh masyarakat sekitar. Seperti apa yang

dikatakan Bapak Edrya Ehrlich Zain selaku Supervisor Mutu

Proyek dalam kutipan wawancara berikut:

“Karena proyek ini sangat penting untuk pembangunan


infrastruktur di Indonesia, pihak Humas kami
mempersiapkan strategi sebaik mungkin. Jadi sumber daya
manusia dan materinya dapat dipercaya dan di
pertanggung jawabkan.”

Hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak Arief Andreas

selaku Kepala Humas, beliau mengatakan:

“Pihak kami turun langsung dalam menyampaikan


sosialisasi. Sosialisasi yang kami berikan, kami buat sejelas
mungkin agar dapat tepat sasaran. Selain itu, kami juga
membahas hal yang paling utama, yaitu perihal ganti rugi.
Jadi ya harus benar- benar orang yang berkompeten dalam
bidangnya, agar masyarakat sekitar tergerak akan program
kami ini.”

Hasil kutipan tersebut membuktikan bahwa pihak Humas

PT. Girder Indonesia yang turun langsung dalam menjalankan

program sosialisasi pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari,

bisa dikatakan mempunyai standard yang tinggi dan dapat

dipercaya segala sesuatu apa yang dikeluarkan dari ucapannya.

Karena mereka memang orang yang berkompeten dalam

bidangnya.

96
97

Menurut hasil pengamatan dari penulis di lapangan, hal

tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas dari PT. Girder

Indonesia dan untuk membangun infrastruktur di Indonesia serta

menjaga kepercayaan masyarakat kepada PT. Girder Indonesia.

Agar tidak adanya kerancuan informasi dari proyek ini.

2. Context(Konteks)

Menyangut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan

kehidupan sosial, pesan harus di sampaikan dengan jelas serta

sikap partisipatif. Perlu adanya sikap saling berkesinambungan

atau partisipatif yang melakukan sosialisasi ataupun masyarakat

sekitar. Hal tersebut dilakukan agar tercapai satu tujuan yang

sama. Misalnya saja sikap partisipatif dapat dilakukan dengan

saling diskusi satu dengan yang lainnya, ada feedback atau umpan

balik yang berjalan secara continue atau berkelanjutan, ada

pemahaman yang sama antara satu dengan yang lainnya dan

macam sebagainya. Komunikasi yang efektif dapat dilakukan

dengan cara pemberian informasi sesuai dengan konteksnya.

Sehingga tidak terjadi sebuah kesimpang siuran yang dapat

membuat masyarakat sekitar tidak mengerti secara jelas tentang

informasi yang disampaikan.

Seperti apa yang disampaikan Bapak Arief Andreas selaku

Kepala Humas:

97
98

“Tujuannya utamanya untuk merubah mind set masyarakat


sekitar agar mau merubah Indonesia untuk lebih baik lagi,
karena dengan masyarakat sekitar mau untuk merubah
Indonesia untuk lebih baik lagi. Karena dengan masyarakat
sekitar yang mau untuk melakukan perubahan itu pastinya
akan baik juga untuk Indonesia. Dengan demikian kami
menyiasatkan program sosialisasi Jalan Tol Depok –
Antasari bukan sekedar sosialisasi saja. Tapi disini kami
juga ada diskusi untuk pemecahan masalah, agar
masyarakat sekitar jelas akan sosialisasi yang kami
sampaikan.”

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Edrya Ehrlich

Zain selaku Supervisor Mutu Proyek:

“Kegiatan sosialisasi ini dilakukan bersamaan dengan


diskusi secara bersama. Masyarakat sekitar tidak ingin rugi
dengan pembangunan proyek Jalan Tol Depok – Antasari
ini. Oleh karena itu, kami memberikan penawaran yang
terbaik seperti dana ganti rugi yang setimpal untuk
perumahan yang terkena penggusuran. Serta perumahan
yang disekitar area proyek yang tidak terkena penggusuran,
kami memberikan fasilitasi sesuai dengan yang dibutuhkan
masyarakat sekitar terkait lingkungan perumahan mereka.”

Menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,

proses sosialisasi yang disertai diskusi dari kedua belah pihak

sangat positif. Pihak PT. Girder Indonesia tidak ingin

mementingkan keuntungan secara sepihak. Oleh karena itu,

dilakukannya diskusi secara bersama agar mendapat titik tengah

untuk mendapatkan keuntungan secara bersama.

3. Content(Isi)

98
99

Isi pesan dalam sosialisasi ini, pesan harus menyangkut

kepentingan orang banyak sehingga informasi dapat di terima

sebagai sesuatu yang bermanfaat secara umum bagi masyarakat.

Seorang Humas yang menjalankan program sosialisasi ini

seharusnya mampu menentukan topik bahasan atau isi pesan

yang akan di sampaikan kepada masyarakat sekitar. Jangan

sampai pesan yang di sampaikan tidak sesuai dengan bahasan

yang sedang di bawakannya, karena beda penyampaian beda juga

pemahaman yang akan didapatkan. Sehingga pada akhirnya akan

menimbulkan kebingungan bagi masyarakat sekitar itu sendiri.

Karena bila seorang Humas tidak menguasai isu yang akan di

sampaikan dampaknya akan berdampak sangat luas. Akan

menimbulkan beda pemahaman dari masyarakat sekitar terhadap

pembangunan Jalan Tol Depok - Antasari. Kesimpangan informasi

itu pun juga akan membuat citra PT. Girder Indonesia jelek dan

buruk di mata masyarakat luas.

Seperti apa yang di kutip dari hasil wawancara dengan oleh

Bapak Edrya Ehrlich Zain selaku Supervisor Mutu Proyek ;

“Isi pesan yang kita berikan seputar proyek pembangunan


Jalan Tol Depok - Antasari. Disini kita menjelaskan manfaat
kedepan untuk pembangunan proyek ini, dapat
meningkatkan perkembangan infrastruktur di Indonesia,
dapat mempercepat mobilitas kendaraan. Selain itu, kami
juga mengajak masyarakat sekitar untuk mengerjakan
proyek padat karya pada saat proses pembangunan.”

99
100

Penyampaian sosialisasi proyek Jalan Tol Depok – Antasari

memperhatikan kemungkinan – kemungkinan yang terjadi ataupun

perilaku yang beresiko yang dapat terjadi di lapangan. Seperti

yang disampaikan oleh Bapak Arief Andreas selaku Kepala

Humas:

“Selain menyampaikan apa yang akan kita lakukan kepada


masyarakat sekitar, PT. Girder Indonesia juga menekankan
secara jelas dan sangat detail perihal ganti rugi. Karena hal
tersebut sangat penting akan kehidupan masyarakat sekitar
yang terkena penggusuran lahan.”

Berdasarkan kutipan di atas peneiti menginterpretasikan

atau memandang bahwa Humas PT. Girder Indonesia sudah

menyampaikan pesan dengan isi yang sudah sesuai dengan

penginstruksian yang sudah ditetapkan. Isi materinya adalah

informasi yang sangat penting berguna bagi masyarakat luas.

Dengan pembawaan yang tegas dan informatif sehingga mudah

untuk di pahami oleh sebagian masyarakat sekitar. Sehingga

masyarakat sekitar yang menjadi audiens sosialisasi ini, akan lebih

bijak dalam mengambil keputusan secara setuju dalam

penggusuran lahan yang dilakukan. Memang tidak dapat dilihat

secara mikro. Namun dapat dilihat secara garis besar dampak dari

kegiatan sosialisasi dengan isi yang mudah di pahami ini, semakin

banyak masyarakat sekitar yang mulai satu pemikiran dengan

pihak PT. Girder Indonesia terkait dengan proyek pembangunan

100
101

Jalan Tol Depok – Antasari, walaupun masih sebagian masyarakat

sekitar masih tidak sepaham dengan PT. Girder Indonesia.

4. Clarity(Kejelasan)

Pesan disusun dengan kata-kata atau simbol-simbol yang

jelas, mudah dimengerti, serta memiliki pemahaman yang sama

(maksud, tema dan tujuan) antar komunikator dan komunikan.

Suatu pesan dalam proses komunikasi harus memiliki

kejelasan dan memiliki kemudahan untuk di mengerti oleh lawan

bicaranya (komunikan), hal tersebut di lakukan agar terjadinya

komunikasi yang efektif agar maksud dan tujuan yang di

sampaikan dalam proses pengkominukasian tersebut dapat

berjalan lancar dan sesuai dengan harapan di awal sebelum

melakukan proses komunikasi.

Dalam proses komunikasi, tidak bisa memaksakan

seseorang harus mengerti apa yang kita sampaikan, sebagai

seseorang komunikator yang baik. Ketiga, kita harus mampu

menyesuaikan dengan siapa kita berbicara. Karena faktor

terpenting dalam komunikasi adalah mengenali siapa lawan bicara

kita.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, peneliti

mendapatkan bahwa Humas PT. Girder Indonesia selalu

menempatkan diri mereka sesuai kepada siapa mereka

101
102

menyampaikan pesan sosialisasinya atau dimana mereka akan

melakukan sosialisasi tersebut agar komunikasi yang di lakukan

akan berjalan dengan baik dan menjadi komunikasi yang efektif.

Seperti yang di kutip melalui wawancara dengan Bapak Arief

AndreasKepala Humas:

“Ya, jadi kami sesuaikan dengan masyarakat sekitar


misalnya kayak gini. Rata-rata biasanya yang kami
sosialisasikan orang tua, gaya komunikasinya kita terapkan
yang sama dengan mereka. Lebih formal, cukup tegas dan
memberikan penjelasan se detail mungkin. Jadi kami
terapkan gaya komunikasi yang formal, karena kami
menyesuaikan dengan target kami.”

Pandangan yang hampir sama disampaikan dengan Bapak

Edrya Ehrlich Zain selaku Supervisor Mutu Proyek:

“Tolak ukur balik atau tidaknya penerimaan sosialisasi oleh


masyarakat sekitar adalah tergantung bagaimana
masyarakat sekitar bisa paham dengan sosialisasi kami.
Andai materi sosialisasi tidak tersampaikan dengan baik
dan masyarakat masih menuntut akan haknya, maka
Humas PT. Girder Indonesia memberikan pemahaman dan
perjanjian kembali.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas Humas PT. Girder

Indonesia selalu memperhatikan pola komunikasi seperti apa yang

di gunakan dalam proses sosialisasi. Mereka tidak bisa menyama

ratakan gaya bahasanya kepada semua masyarakat sekitar. Hal

tersebut semata-mata dilakukan agar pesan yang di sampaikan

bisa di terima dengan baik dan komunikasi yang dilakukan agar

102
103

berjalan dengan efektif tanpa harus membuang-buang waktu dan

tenaga.

5. Continuity consistency (Kontinuitas dan konsistensi)

Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir,

oleh karena itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai

variasi pesan. Dengan demikian, akan mudah proses

komunikasinya, yaitu untuk membujuk publik dan tidak saling

bertentangan.

Pemberian informasi secara terus menerus dan dilakukan

secara berulang, sangat penting dilakukan dalam proses

pemberian informasi. Apalagi apabila hal tersebut di pandang dari

segi pemberian edukasi atau pendidikan. Pesan yang di

sampaikan tidak bisa di lakukan pada saat itu saja. Harus di

lakukan secara berkala.

Hal ini dilakukan dengan tujuan pesan yang di sampaikan

akan tetap di ingat dan benar-benar sampai kepada lawan bicara

(komunikan).

Seperti yang diutarakan oleh Bapak Edrya Ehrlich Zain

selaku Supervisor Mutu Proyek:

“Dari tahun 2016 sampai sekarang kami melakukan


sosialisasi lebih dari sekali. Tentu jelas ya, karena ini
proyek besar, kami melakukan sosialisasi secara
berkelanjutan dan terus menerus.”

103
104

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Arief Andreas

selaku kepala Humas:

“Ya, betul sekali. Kira – kira kami melakukan sosialisasi


secara berkelanjutan setiap 2 minggu sekali. Yang
terpenting kami tetap konsisten dengan perjanjian kami
dengan masyarakat. Agar proyek ini berjalan dengan
lancar.”

Berdasarkan dari hasil kutipan di atas. Pihak Humas

PT.Girder Indonesia selalu memberikan informasi kepada

masyarakat luas tidak hanya di lakukan hanya sekali.Hal ini

nampaknya bisa efektif di bidang sosialisasi, karena pada

dasarnya perubahan mind set tidak bisa dilakukan hanya sekali

harus ada tahapan secara berkala.Pesan yang disampaikan pun

selalu konsisten dari sosialisasi yang pertama ke sosialisasi yang

berikutnya.

6. Channels (Saluran)

Menggunakan saluran media yang tepat dan terpercaya

serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran. Pemakaian

saluran media yang berbeda akan berbeda juga efeknya. Dalam

hal ini seorang PR harus memahami perbedaan dan proses

penyebaran informasi secara efektf.

Penggunaan media sangat berpengaruh besar saat ini

dalam penyebar luasan informasi. Media juga berguna dalam

membantu sebuah rencana agar berjalan sesuai dengan rencana

104
105

yang di harapkan. Penggunaan media membantu untuk

melancarkan jalannya sosialisasi yang di lakukan juga harus di

pikirkan masing-masing. Jangan sampai penggunaan media

pembantu bisa membuat sulit sendiri jalannya sosialisasi.

Penggunaan media yang berbeda akan menghasilkan efek

yang berbeda pula. Begitu pun sebaliknya penggunaan yang tepat

akan menghasilkan efek yang baik juga. Dalam sosialisasi tanpa

media akan menimbulkan kesulitan juga untuk Humas PT. Girder.

Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan, pemilihan

media yang di gunakan Humas PT. Girder Indonesia hanya

menggunakan media offline. Hal tersebut semata-mata untuk

menunjang dari berjalannya sosialisasi agar tetap berjalan dengan

lancar.

Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Edrya Ehrlich Zain

selaku Supervisor Mutu Proyek selaku Kepala Humas:

“Media nya sih kami pakai offline saja, biasanya kami


menggunakan PPT untuk menjelaskan ke masyarakat
sekitar, pada saat sosialisasi”.

Pendapat serupa juga di utarakan oleh Bapak Arief

Andreas selaku Kepala Humas, berikut hasil kutipan wawancara

dengan Bapak Arief Andreas:

“Kami hanya membutuhkan media offline saja, karena


target kami hanya untuk masyarakat sekitar. Menurut kami
media online tidak ada kaitannya dengan sosialisasi
dengan masyarakat sekitar terkait program sosialisasi
pembangunan Jalan Tol Depok – Antasari.”

105
106

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pihak

Humas PT. Girder Indonesia memanfaatkan media offlineyaitu

PPT, agar menyebarluaskan informasi sosialisasi menjadi lebih

mudah. Hal tersebut di lakukan agar tetap bisa menyebar luaskan

informasi terkait proyek pembangunan Jalan Tol Depok - Antasari.

Karena sifat media sendiri yang bisa menembus ruang dan waktu.

Tentunya pemilihan dari media yang digunakan tersebut sudah

melalui proses yang cukup panjang, karena media tersebut di pilih

sudah sesuai dengan target Humas PT. Girder Indonesia.

Dari hasil penelitian yang ada di lapangan, untuk segala

keluhan atau pertanyaan yang di tanyakan masyarakat sekitar

akan di respon dengan baik oleh Humas PT. Girder Indonesia,

walaupun feedback atau umpan balik yang di dapat membutuhkan

waktu yang cukup lama dan tidak langsung mendapatkan

feedback.

7. Capabilityof Audience(Kapabilitas Khalayak)

Kemampuan pihak pertama yaitu memperhitungkan

kemampuan yang dimiliki oleh khalayak. Komunikasi akan efektif

bila berkaitan dengan faktor-faktor seperti kebiasaan dan

peningkatan kemampuan membaca dan pengembangan

pengetahuan khalayak. Komunikasi harus memperhatikan

kemampuan komunikan dalam menerima pesan.

106
107

Kemampuan seseorang dalam menerima dan memaknai

pesan yang di sampaikan pasti akan berbeda-beda satu dengan

yang lainnya. Itu semua dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya

dan pengalaman dari orang tersebut. Misalnya saja orang yang

memiliki tingkat pendidikan hanya sampai tingkat dasar

kemungkinan besar ia akan sulit menafsirkan beberapa kata atau

kalimat. Dalam melakukan sosialisasi di lapangan sering kali

Humas PT. Girder Indonesia menemukan hal tersebut. Latar

belakang masyarakat sekitar yang berbeda-beda membuat Humas

PT. Girder Indonesia harus memutar otak menemukan bagaimana

cara yang tepat agar audience dapart menerima pesan dengan

baik.

Humas PT. Girder Indonesiapun memiliki beberapa cara

untuk memastikan apakah pesan yang di sampaikan dapat di

terima dengan baik dan apakah masyarakat sekitar dapat paham

tentang pesan yang di sampaikan. Di kutip dari hasil wawancara

dengan Bapak Arief Andreas sebagai Kepala Humas.

Maka didapatkan kutipan sebagai berikut:

“Ya, kami menunggu respon masyarakat sekitar, biasanya


dari yang sudah – sudah mereka akan sepakat dengan
kami asalkan dana ganti rugi sudah saling disetujui oleh
kedua belah pihak. Itu artinya mereka paham dengan
pemahaman yang kami berikan”.

Melihat dari rujukan kutipan di atas, menurut hasil dari

interpretasi dan pengamatan peneliti di lapangan. Apa yang di

107
108

katakana Bapak Arief Andreas benar adanya di lakukan oleh

Humas PT. Girder Indonesia. Banyak cara yang di lakukan untuk

mengetahui sejauh mana pehamahan masyarakat sekitar

mengenai pembangunan proyek Jalan Tol Depok - Antasari.

Akhir tahun 2018 diketahui bahwa hasil evaluasi Jalan Tol

Depok- Antasari sudah mendapat tanggapan yang positif dari para

masyarakat (eksternal public) terhadap Jalan Tol Depok –

Antasari. Terbukti dengan adanya Jalan Tol Depok – Antasari ini

lebih mengurangi kepadatan yang sering terjadi di lokasi Antasari

(Cilandak) sampai dengan Brigif (Cinere- Depok).

Evaluasi ini penting dilakukan karena akan dapat

mengetahui dan mengukur dengan pasti keektifan dari program

atau tindakan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Dimana hasil evaluasi tentu akan menjadi dasar pertimbangan

apakah perlu melakukan perbaikan program atau pelaksanaan

program dalam waktu di masa depan, sehingga program- program

yang dilakukan akan berjalan dengan lebih baik dan efektif sesuai

dengan tujuan yang di tentukan.

Dari kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan oleh PT.

Girder Indonesia tentunya perusahaan melakukan evaluasi

terhadap semua kegiatan yang dilakukan selama pengerjaan

proyek Jalan Tol Depok – Antasari ini, terutama dalam proses

pelaksanaan survey pada saat pembersihan lahan untuk

108
109

mengetahui efektivitas penerapan hasil sosialisasi yang sudah

diterapkan oleh PT. Girder Indonesia untuk masyarakat sekitar

berjalan dengan lancar. Seperti yang disampaikan oleh Bapak

Arief Andreas selaku Kepala Humas:

“Apabila pihak kami sudah melakukan sosialisasi ke rumah


– rumah warga, kami memberikan waktu sekitar 2 minggu
untuk para warga menentukan keputusan. Jadi kami tidak
memaksa secara paksa, apabila dari warga tersebut ada
yang belum sepaham, maka kami tidak bosan untuk
menjelaskan sosialisasi kami kepada para warga yang
belum setuju. Jika warga yang sudah setuju dengan
perjanjian kami, barulah kami mengeksekusi pembersihan
lahan. Yang paling utama kami lakukan dalam
menjalankan strategi sosialisasi dimulai dari personal
approach, memberikan hubungan timbal balik, harus
memikirkan kehidupan para target kami. Tentunya semua
dilandasi dengan kerja sama antara pemilik
proyek,konsultan dan kontraktor. Lalu lebih baik jika kami
melakukan proyek pembangunan ini, warga ikut serta
membantu dan mendapatkan keuntungan. Dengan
jauhnya akses kantor kami, maka kami seringkali
menggunakan jasa ibu – ibu perumahan yang berada di
dekat pembangunan proyek Jalan Tol Depok – Antasari
membuat makan siang dan malam kami, dan masih
banyak lagi. ”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu

masyarakat sekitar yang terkena penggusuran akibat

pembangunan Jalan Tol Depok - Antasari, peneliti bertemu

dengan salah satu masyarakat yang terkena penggusuran. Yaitu

Ibu Marni yang berusia 40 tahun. Ibu Marni mengatakan:

“Ya, menentang awal-awalnya mba, karena belom


dijelaskan secara detail. Penggantian ruginya untuk
harganya juga belum diberitahu, pembangunan Jalan Tol

109
110

apa – apanya juga kita tidak tahu. Cuman diberi tahu


bahwa RT kita kena gusur.Seminggu kemudian, pak RT
ngadain pertemuan dengan perwakilan dari perusahaan
yang membuat jalan tol. Nah disitu mulailah munculah
keputusan-keputusan yang disepakati oleh kita dan
perusahaan. Terus barulah pihak perusahaan mulai
mendatangi rumah- rumah warga termasuk rumah Saya.”

Lalu Ibu Marni menambahkan:

“Harga yang dipatok pada awalnya rada kurang setuju, tapi


seiring berjalannya waktu, Saya mulai setuju, karena pihak
perusahaan juga mendengar kemauan saya dan keluarga.”

“Lalu Saya beserta warga yang lain yang terkena dampak


jalan tol diberi waktu 2 bulan setelah pembayaran untuk
pindah. Awalnya sih kita kurang terima untuk pindah,
apalagi Saya orang asli situ. Tapi karena untuk kepentingan
bersama ya Saya harus ikhlas. Apalagi harga yang
ditawarkan cocok dengan pasaran harga di daerah ini
mba.”

Dari hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

Sosialisasi dan musyawarah yang dilakukan oleh Humas PT.

Girder Indonesia, berjalan dengan cukup lancar. Dikarenakan

masyarakat sekitar dapat menerima dengan baik hasil sosialisasi

atau musyawarah yang ditawarkan oleh PT. Girder Indonesia.

Pada awalya memang masyarakat sekitar kurang menerima

dengan tindakan yang akan dilakukan perusahaan, namun

seiring berjalan waktu, dan pihak Humas PT. Girder sering

110
111

melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar di tiap – tiap

rumah yang akan terkena proses pembebasan lahan untuk

membicarakan dana ganti rugi yang sesuai, akhirnya masyarakat

sekitar mulai setuju dengan pihak perusahaandan bersedia untuk

di relokasi,

Dengan adanya Tol Depok Antasari cukup mengurangi

kemacetan yang berada di wilayah Antasari Interchange, Cilandak

Utama, Andara dan Brigif. Serta akan memangkas waktu tempuh

perjalanan terutama, bagi pengendara yang biasa melintas di Jalan

Raya Margonda.Hal ini tentunya sangat memudahkan untuk para

masyarakat yang memiliki aktivitas kantor pagi dan dapat sampai

di tempat tujuan dengan tepat waktu.

Dan yang paling utama tujuan dibangunnya Jalan Tol

Depok – Antasari ini, untuk memajukan infrastruktur negara.

Ketersediaan infrastruktur dapat meningkatkan akses masyarakat

terhadap sumber daya sehingga dapat meningkatkan produktifitas

serta efisiensi, dan pada akhirnya dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah

satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah

dilakukan dan juga berguna untuk menentukan arah pembangunan

di masa yang akan datang.

111
112

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, kerangka pemikiran, dan hasil penelitian serta

pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Program komunikasi Humas PT. Girder Indonesia terkait

pembangunan proyek Jalan Tol Depok – Antasari melakukan,

pada tahapan awal Sosialisasi, Sosialisasi dilakukan bersama

pemilik proyek, konsultan serta P2T di Cilandak Barat, Timur,

Pondok Labu, Ciganjur, Cipedak di wilayah Jakarta Selatan.

Serta Pangkalan Jati baru, Gandul, Krukut, Grogol dan Rangkap

Jaya di wilayah Depok. Lalu Tahap yang kedua adalah Relokasi,

yang direlokasi kan berupa Mushollah At- Taqwa Cinere, Sekolah

SMPN 13 Depok dan Tempat Pemakaman Umum yang berada

di Limo-Depok. Tahap Ketiga adalah Memberikan Dana Ganti

Rugi yang menghabiskan dana kurang lebih sekitar 300 miliar.

Untuk tahap Keempat memberikan fasilitasi kepada perumahan

warga yang tidak terkena proses pembebasan lahan. Lalu untuk

Tahap Kelima adalah memberika proyek padat karya terhadap

warga, warga bersedia membantu pembangunan proyek Jalan

Tol Depok – Antasari sebagai pekerja kasar/ kuli bangunan.

112
113

Strategi komunikasi yang digunakan oleh Humas PT. Girder

Indonesia dalam pembangunan Tol Depok – Antasari adalah

menggunakan strategi timbal balik. Yang pertama, apabila lahan

masyarakat sekitar yang terkena penggusuran, maka akan

diberikan dana ganti rugi sesuai dengan kesepakatan kedua

belah pihak yang sudah dibicarakan pada tahap awal, dan

tentunya dengan pertimbangan pihak internal perusahaan. Lalu

yang kedua, apabila lahan masyarakat yang tidak tergusur tetapi

tinggal di dekat area proyek, maka akan diberikan fasilitasi oleh

pihak internal (Pemilik proyek, Konsuktan, Kontraktor). Karena

bagaimana pun juga dalam membangun proyek Jalan Tol ini,

pasti ada pihak yang dirugikan, khususnya masyarakat sekitar

yang tinggal di area proyek. Mengambil contoh nyata dilapangan

sesuai dengan yang narasumber katakan, apabila sedang

mengerjakan penggalian, maka akan sangat menimbulkan suara

yang berisik dan banyak debu yang berimbas kerumah warga.

Oleh karena itu, pentingnya dilakukan sosialisasi terlebih dahulu

91
kepada masyarakat sekitar pada saat pengerjaan proyek

berlangsung. Lalu, apabila pihak kontraktor memerlukan akses

cepat untuk membawa bahan – bahan yang diperlukan pada saat

pengerjaan berlangsung, maka pihak kontraktor harus menutup

jalan warga terlebih dahulu. Disitulah, pihak internal memberikan

fasilitasi kepada warga sekitar, membangun jembatan agar akses

113
114

warga tidak terganggu dan jauh, lalu membetulkan jalan warga,

serta memberikan sumbangan lampu jalan.

2. Hambatan utama yang terjadi pada saat pengerjaan proyek Jalan

Tol Depok – Antasari yakni, ketidak cocokan harga yang

dipasang oleh pihak internal perusahaan kepada masyarakat

sekitar sebagai dana ganti rugi. Masyarakat sekitar sering kali

menyuarakan ketidak setujuannya dan tidak mau meninggalkan

lahannya, dikarenakan dana ganti rugi yang kurang. Oleh karena

itu, pihak internal perusahaan melakukan sosialisasi secara

berkelanjutan, agar pihak internal perusahaan mengetahui apa

yang diinginkan masyarakat sekitar. Serta pihak perusahaan juga

melakukan penawaran secara terus menerus agar menemukan

jalan tengahnya dan masing- masing pihak tidak ada yang

dirugikan.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan analisa

yangtelah diuraikan diatas adalah sebagai berikut:

1. Saran Praktis

Kedepannya untuk Humas PT. Girder Indonesia agar

tidak menghilangkan tindakan sosialisasi terlebih dahulu kepada

masyarakat sekitar apabila ingin membangun proyek. Agar

nantinya PT. Girder Indonesia dapat dikenal masyarakat luas

114
115

dengan perusahaan kontraktor yang professional, terpercaya

dan berpengalaman.

2. Saran Akademik

Dari hasil penelitian, saran untuk akademik adalah agar

penelitian ini dapat membantu dan meningkatkan bidang studi

ilmu komunikasi, khususnya bagi yang tertarik dengan

pembahasan sosialisasi.

115
116

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, M.A. (2014). MetodePenelitianKualitatif


:SebuahUpayaMendukungPenggunaanPenelitiandalamBerbagaiD
isiplinIlmu. Depok : PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Ardianto, Elvinaro. (2016). MetodologiPenelitianuntuk Public Relations


KuantitatifdanKualitatif. Cetakankeempat. Bandung: SIMBIOSA
REKATAMA MEDIA

Arifin, Zainal. (2012). PenelitiandanPendidikanMetodedanParadigmaBaru.


Bandung: RajawaliPers

Azwar, Saifuddin. (2010). MetodePenelitian. Cetakanke -11. Yogyakarta


:PustakaPelajar

Bungin, Burhan. (2001). MetodologiPenelitianKualitatif. Jakarta : PT. Raja


GrafindoPersada

Cangara, Hafied .(2011). PengatarIlmuKomunikasi, Cetakanke – 12.


Jakarta : Raja GrafindoPersada

Cutlip, Scott M, Allen H Center, dan Glenn M Broom, Effective Public


Relations. Alih Bahasa Tri Wibowo, Prenada Media, Jakarta. 2006

Emzir. 2010. MetodologiPenelitianKualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT


RajaGrafindoPersada.

Glenn M Broom, Bey-Ling Sha, 2013 Cutlip& Center’s Effective Public


Relations Eleventh Edition. London: Pearson

Jefkins, Frank. (2003). Public Relations, EdisiKelima. Jakarta: Erlangga

Kriyantono, Rachmat. (2008). Public Relation Writing, CetakanKetiga.


Jakarta :Prenada Media Group

Kurniawan. (2000). SemiologiRolad Barthes, Magelang: Yayasan


Indonesia Raya

Kusumastuti, Frida. (2004). Dasar- DasarHumas, CetakanKedua. Bogor


:Ghalia Indonesia

Laswell D Harold, 2011. Politics: Who Gets What, When, How. Montana:
Literary Licensing

116
117

Moleong, J Lexy. (2017). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung:


RemejaRosdakarya

Morissan. (2008). Manajemen Public Relations, CetakanPertama.


Jakarta:Prenada Media Group

Mulyana, Deddy. (2001).


MetodePenelitianKualitatifParadigmaBaruIlmuKomunikasidanIlmu
SosialLainnya. Bandung :RemajaRosdakarya

Nazir, M. (1998). MetodePenelitian. Jakarta :Ghalia Indonesia

Onong Effendy Uchjana. 2009. KomunikasiTeoridanPraktek. Bandung


:RemajaRosdakarya.

Ruslan, Rosady. (2010). MetodePenelitian Public Relations


danKomunikasi. Edisi 1 CetakanKelima. Jakarta: RajawaliPers

Salim, Agus. (2006). TeoridanParadigmaPenelitianSosial. Yogyakarta :


Tiana WacanaPers

Soekanto, Soerjono. (2012).SosiologiSuatuPengantar . Jakarta: Rajawali


Press

Soelaeman, (2000).ManajemenKinerja;
LangkahEfektifMengendalikandanEvaluasiKerja. CetakanKedua.
Jakarta: PT. Intermedia PersonaliaUtama

Spradley, James (2011). MetodeEtnografi:. Yogyakarta: Tiara Wacana

Sugiyono. (2005). MemahamiPenelitianKualitatif. Bandung : ALFABETA

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005) MetodePenelitianPendidikan.


Bandung: RemajaRosdakarya

Suprapto , Tommy.(2011).
PengantarIlmuKomunikasidanPeranManajemendalamKomunikasi.
Yogyakarta : CAPS

Usman, HusainidanSetiadyAkbar.(2011). MetodologiPenelitianSosial.


EdisiKedua. Jakarta: BumiAksara

Widjaja, H.A.W. (2008). Komunikasi


:KomunikasidanHubunganMasyarakat, CetakanKelima. Jakarta:
BumiAksara

117
118

JurnalAkademik:
 Herlina S. (2015) .StrategiKomunikasiHumasdalamMembentuk
Citra Pemerintahan di Kota Malang. JISIP
JurnalIlmuSosialdanIlmuPolitik, Volume 4 No. 3
 Afkarina N. (2018). StrategiKomunikasiHumasdalamMembentuk
Public Opinion LembagaPendidikan. JurnalIdaarah, Volume 2 No. 1
Website:
 https://ekonomi.kompas.com/read/2012/12/05/14102269/Kualitas.In
frastruktur.Indonesia.Terendah.Se-Asiadiaksespadatanggal 20
September 2018
 https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20180305/281943
133385365diaksespadatanggal 25 Oktober 2018
 https://independensi.com/2018/09/19/warga-protes-harga-
pembebasan-lahan-jalan-tol-desari/diaksespadatanggal 25 Oktober
2018
 https://properti.kompas.com/read/2018/09/28/133425621/tol-desari-
sby-diresmikan-jokowidiakses pada tanggal 25 Oktober 2018

118
119

LAMPIRAN
Transkip Wawancara dengan Bapak Edrya Ehrlich Zain(Supervisor Mutu Proyek)

P : Baik pak, Saya mulai. Pertama- tama Saya ingin menanyakan


tentang

bagaimana Sosialisasi yang dilakukan oleh Humas PT.


Girder Indonesia dalam pengerjaan tol Depok- Antasari
kepada masyarakat sekitar?

N :Sebelum mengarah sosialisasi ke masyarakat sekitar, Saya ingin


menjelaskan sosialisasi kita dulu mba, pertama sosialisasi kita ini
ada internal dan eksternal. Kalau internal focusnya lebih kepada
seluruh karyawan, baik Top Level, Middle Level sampai Low
Level. Dan perusahaan kontraktor itu tidak pernah bekerja
sendiri. Saling berkesinambungan antara pemilik proyek,
konsultan sampai dengan kontraktor itu sendiri. Jadi pihak
tersebut merupakan internal kita juga. Bentuk coorporate
communication sendiri ini adalah umum. Jadi kesemua karyawan,
contohnya komunikasi dengan mengadakan rapat umum yang
dihadiri oleh pemegang peranan dari masing-masing
perusahaan, PT. Citra Waspphutowa, Kerjasama Operasi (KSO)
antara Multi phi beta, Virama Karya, Indotek konsultan utama
(konsultan) dan PT. Girder Indonesia. Nanti setelahnya para Top
Level tersebut akan mengkomunikasikan kebawahannya.
Sedangkan untuk sosialisasi eksternal kami selaku pihak Humas
PT. Girder Indonesia bersama , PT Citra Waspphutowa dan KSO
antara MPB, VK, IKU (konsultan) terjun langsung kelapangan
untuk memaparkan apa yang telah kita rencanakan kepada
masyrakat.

P :Jadi seperti itu ya Pak, PT. Girder dalam pembangunan


Jalan Tol Depok – Antsari, bekerja sama dengan, PT. Citra
Waspphutowa, Kerjasama Operasi (KSO) antara Multi phi
beta, Virama Karya, Indotek konsultan utama (konsultan) dan
mereka merupakan pihak internal PT. Girder Indonesia
sendiri ya Pak. Selanjutnya Saya ingin bertanya apakah

119
120

hambatan yang terjadi pada sosialisasi ini? Dan kesepakatan


antara kedua belah pihak apakah cukup lama?

N : Kami dalam proses sosialisasi memakan waktu yang lama,


untuk mencapai kata sepakat dari masing –masing kedua belah
pihak itu sangat susah. Bahkan para masyarakat sekitar yang
menentang tegas dengan kebijakan ini banyak yang memberikan
asprirasinya pada saat dilakukannya sosialisasi. Kami terus
memberikan penawaran terus menerus kepada masyarakat
setempat, tetapi tetap ada saja yang tidak setuju dengan
penawaran kami. Tapi dari situ kami terus mencoba dan
mencoba agar dipertemukan titik temunya untuk masing-masing
kedua belah pihak, bagaimana caranya agar kedua belah pihak
sama-sama untung dan tidak ada pihak yang dirugikan terkait
masalah ini.

P :Baik Pak Saya mengerti, masyarakat sekitar selama


sosialisasi banyak yang menentang tegas dengan kebijakan
ini karena tidak cocoknya harga kesepakatan dengan pihak
internal perusahaan. Selanjutnya, sebenarnya tujuan utama
dari kegiatan Humas ini seperti apa ya Pak?

N :Pada saat sosialisasi kami sebetulnya mempunyai tujuan utama


yaitu agar masyarakat memiliki pendapat yang sama dengan kita,
tapi hal tersebut tentunya berbanding terbalik dengan keinginan
kami disini. Kami harus memikirkan jalan keluar untuk
masyarakat sekitar terlebih dahulu karena ini menyangkut
kehidupan seseorang dan memusyawarahkannya kepada
masyarakat sekitar. Kami tidak boleh memikirkan secara sepihak
karena itu akan merugikan banyak orang. Banyak yang harus
dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan kesepakatan yang
sah dari masing- masing kedua belah pihak. Misalkan, pada saat
proses pengerjaan contoh kecilnya, selain adanya rumah warga
yang terkena penggusuran lahan, kami juga sering kali menutup
jalan. Dengan begitu akses masyarakat sekitar tentunya akan

120
121

sangat sulit, dari sanalah kami mengkaji. Kami menggunakan


strategi timbal balik, contohnya kami menanyakan apa yang
diperlukan oleh perumahan tersebut, agar nantinya dapat kami
penuhi. Seperti penambahan lampu pada perumahaan tersebut,
penambalan jalan yang rusak dan lain sebagainya. Tentunya
kami harus menyiapkan perjanjian kesepakatan yang lain yang
dapat menguntungkan masyarakat sekitar serta dapat mudah
diterima oleh masyarakat sekitar. Agar terjalinnya satu saling
pengertian antara masyarakat sekitar dengan PT. Girder
Indonesia.

P :Untuk gaya komunikasi dengan pihak internal karyawan


kira- kira seperti apa ya Pak?

N :Sebenarnya dalam komunikasi di perusahaan ini, semua lapisan


harus mengetahui informasi tersebut. Karena kami merupakan
perusahaan yang terbuka akan informasi kepada karyawan, dan
hal tersebut tidak menutup kemungkinan kami akan menampung
ide- ide dan gagasan yang baru dari para karyawan. Dalam 4
tahun ini, kami PT. Girder Indonesia tidak hanya bergerak di
bidang pembangunan jalan tol saja, kami juga membangun
jembatan, segmental balok beton dan fabrikasi beton. Tentunya
dalam pengerjaan tersebut tidak luput dari ide dan gagasan para
karyawan.

P :Baik Pak jadi komunikasi akan informasi ini sangat terbuka


di perusahaan, untuk dapat memunculkan ide- ide dan
gagasan dari para karyawan. Selanjutnya pak, perihal terjun
langsungnya Humas PT. Girder Indonesia dalam sosialisasi
bagaimana ya Pak?

N :Karena proyek ini sangat penting untuk pembangunan


infrastruktur di Indonesia, pihak Humas kami mempersiapkan
strategi sebaik mungkin. Jadi sumber daya manusia dan
materinya dapat dipercaya dan di pertanggung jawabkan.

121
122

P :Jadi bukan orang sembarangan ya Pak, yang turut


memberikan sosialisasi pembangunan Jalan Tol Depok –
Antasari. Lalu Pak, perihal kegiatan sosialisasi, apakah ada
kegiatan lain yang dilakukan bersama masyarakat sekitar
dalam sosialisasi. Misalkan seperti diskusi secara bersama?

N :Kegiatan sosialisasi ini dilakukan bersamaan dengan diskusi


secara bersama. Masyarakat sekitar tidak ingin rugi dengan
pembangunan proyek Jalan Tol Depok – Antasari ini. Oleh
karena itu, kami memberikan penawaran yang terbaik seperti
dana ganti rugi yang setimpal untuk perumahan yang terkena
penggusuran. Serta perumahan yang disekitar area proyek yang
tidak terkena penggusuran, kami memberikan fasilitasi sesuai
dengan yang dibutuhkan masyarakat sekitar terkait lingkungan
perumahan mereka.

P :Terkait isi pesan yang diberikan PT.Girder Indonesia dalam


sosialisasi masyarakat sekitar itu seperti apa Pak?

N :Isi pesan yang kita berikan seputar proyek pembangunan Jalan


Tol Depok - Antasari. Disini kita menjelaskan manfaat kedepan
untuk pembangunan proyek ini, dapat meningkatkan
perkembangan infrastruktur di Indonesia, dapat mempercepat
mobilitas kendaraan. Selain itu, kami juga mengajak masyarakat
sekitar untuk mengerjakan proyek padat karya pada saat proses
pembangunan.

P :Selanjutnya Pak, bagaimana PT. Girder Indonesia


mengetahui respon masyarakat sekitar bila sudah setuju
dengan kesepakatan dari pihak perusahaan?

N :Tolak ukur balik atau tidaknya penerimaan sosialisasi oleh


masyarakat sekitar adalah tergantung bagaimana masyarakat
sekitar bisa paham dengan sosialisasi kami. Andai materi
sosialisasi tidak tersampaikan dengan baik dan masyarakat
masih menuntut akan haknya, maka Humas PT. Girder Indonesia
memberikan pemahaman dan perjanjian kembali.

122
123

P :Pesan yang disampaikan PT. Girder Indonesia kepada


masyarakat sekitar, apakah dilakukan berulang kali, agar
masyarakat sekitar sepaham dengan PT. Girder Indonesia?

N :Dari tahun 2016 sampai sekarang kami melakukan sosialisasi


lebih dari sekali. Tentu jelas ya, karena ini proyek besar, kami
melakukan sosialisasi secara berkelanjutan dan terus menerus.

P :Media yang digunakan PT. Girder Indonesia dalam


menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat sekitar apa
saja ya Pak?

N :Media nya sih kami pakai offline saja, biasanya kami


menggunakan PPT untuk menjelaskan ke masyarakat sekitar,
pada saat sosialisasi.

Transkrip Wawancara dengan Bapak Arief Andreas (Kepala Humas)


P : Saya ingin menanyakan tentang bagaimana Sosialisasi yang
dilakukan oleh Humas PT. Girder Indonesia dalam
pengerjaan tol Depok- Antasari kepada masyarakat sekitar

N :Jadi yang pertama itu kita bagi dahulu menjadi sosialisasi internal
dan eksternal. Untuk internal sendiri sasaran yang utama adalah

123
124

pada unit-unit yang mempunyai kaitan dengan perencanaan


strategi sosialisasi ini. Jadi keputusan tersebut harus disetujui oleh
berbagai macam pihak pemilik proyek dan konsultan jadi kita tidak
dapat mengambil keputusan tersebut secara sendiri. Kita
merencanakan strategi secara bersama setelah itu baru kita terjun
langsung kelapangan. Disana kita memaparkan apa program yang
akan dilakukan kita kepada masyarakat yang tinggal dikawasan
proyek,, kita menjelaskan sedetail mungkin tentang program ini.
Awalnya respon dari masyarakat setempat tidak berujung / tidak
menemukan titik temunya, dan kita sudah memprediksi hal
tersebut. Sampai pada akhirnya kita mengeluarkan strategi
feedback (umpan balik). Seperti pada kehidupan sehari-hari aja ya,
apabila kita ingin meminta tolong kepada orang lain, pasti ada saja
yang memberi imbalan sebagai tanda terima kasih. Jadi kita
menawarkan kepada masyarakat untuk mengganti semua kerugian
yang telah dikerjakan oleh pihak kita. Sampai pada akhirnya
sosialisasi ini menemukan titik temunya pada kedua belah pihak.

P : Baik Pak Saya mengerti, jadi PT. Girder Indonesia ini tidak
mengambil keputusan secara sendiri ya Pak, harus disetujui
oleh pihak pemilik proyek dan konsultan. Karena pemilik
proyek dan konsultan termasuk dalam pihak internal.
Selanjutnya Pak, untuk hambatannya dalam sosialisasi ini
seperti apa ya Pak?

N :Dari segi hambatan ini sangat berat, karena kita melakukan proses
sosialisasi ini secara kontinuitas, maksud disini misalkan, apabila
daerah A sudah clear/beres maka segera kita lakukan proses
sosialisasi di daerah B, begitu seterusnya hingga proyek selesai.
Karena kita mengeksekusinya juga secara bertahap tidak langsung
diratakan. Banyak sekali masyarakat yang tidak setuju dengan
pembangunan proyek jalan tol ini, bahkan ada yang enggan
meninggalkan rumahnya padahal sudah kami berikan dana ganti
ruginya. Banyak masyarakat setempat yang menyatakan bahwa
susah untuk merelakan rumahnya yang ia bangun dengan hasil

124
125

jerih payah sendiri. Atau masyarakat setempat merasa rugi dan


tidak adil dengan proyek Jalan Tol Depok – Antasari tersebut.
Mungkin itu salah satu alasan yang melatar belakangi.

P : Seperti itu ya Pak, banyak masyarakat yang enggan


meninggalkan rumah karena susah merelakan rumahnya yang
dibangun dengan hasil jerih payah sendiri. Lalu Pak,
sebenarnya tujuan utama Humas PT. Girder Indonesia disini
dalam Sosialisasi apa ya Pak kira-kira?

N :Tujuan disini kami tidak hanya ingin sekedar sosialisasi ramah


tamah untuk mewujudkan realisasi infrastruktur ini, tetapi kami juga
ingin mensejahterahkan lingkungan dari masyarakat sekitar dan
juga meningkatkan perkembangan lajunya infrastruktur di
Indonesia. Dengan adanya pembangunan proyek ini, pasti ada
pihak yang dirugikan dan diuntungkan. Tetapi dari pihak yang
dirugikan tersebut kami coba mengkaji ulang agar tidak ada pihak
yang dirugikan, tentunya dengan pertimbangan dari pihak internal
kami. Dengan adanya proyek besar Jalan Tol Depok – Antasari ini,
kami berharap PT. Girder Indonesia nantinya dapat menjadi
perusahan kontraktor besar yang dikenal memiliki kinerja yang baik
bukan hanya di daerah Jakarta, Depok, Bogor saja tetapi juga di
seluruh Indonesia. Dengan begitu kami ingin menggambarkan
kalau kami merupakan perusahaan kontraktor Indonesia yang kuat.
Perusahaan lokal dengan daya saing internasional, yang kami
harapkan bahwa investor menjadi lebih tertarik menanam saham di
Indonesia. Jadi kami memasang positioning dalam satu kesatuan
yang utuh dengan kinerja yang baik.

P : Lalu Pak, untuk gaya komunikasi dengan pihak internal


karyawan kira- kira seperti apa ya Pak?

N : Dalam komunikasi internal di perusahaan kami, kami biarkan


semua orang yang berada di perusahaan ini, wajib untuk
mengetahuinya. Karena itu akan memunculkan adanya ide-ide dan
pemikiran baru selain dari pihak kami (Humas) tentunya hal

125
126

tersebut akan sangat memudahkan pihak kami, dan selain itu agar
komunikasi dalam perusahaan ini bersifat terbuka, transparant.
Hal ini dapat pula untuk meningkatkan kinerja dari karyawan dan
staf-staf, dengan adanya komunikasi secara terbuka di
perusahaan, maka karyawan tersebut menganggap bahwa
kinerjanya akan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk
kepentingan perusahaan.

P :Jadi semua karyawan harus mengetahui ya Pak, agar mereka


menganggap bahwa kinerjanya akan sangat dibutuhkan oleh
perusahaan. Selanjutnya Pak, apakah Humas PT. Girder
Indonesia yang terjun langsung ke lapangan, memberikan
sosialisasi dengan sangat detail dan jelas?

N :Pihak kami turun langsung dalam menyampaikan sosialisasi.


Sosialisasi yang kami berikan, kami buat sejelas mungkin agar
dapat tepat sasaran. Selain itu, kami juga membahas hal yang
paling utama, yaitu perihal ganti rugi. Jadi ya harus benar- benar
orang yang berkompeten dalam bidangnya, agar masyarakat
sekitar tergerak akan program kami ini.

P : Lalu Pak, perihal kegiatan sosialisasi, apakah ada kegiatan


lain yang dilakukan bersama masyarakat sekitar dalam
sosialisasi. Misalkan seperti diskusi secara bersama?

N :Tujuannya utamanya untuk merubah mind set masyarakat sekitar


agar mau merubah Indonesia untuk lebih baik lagi, karena dengan
masyarakat sekitar mau untuk merubah Indonesia untuk lebih baik
lagi. Karena dengan masyarakat sekitar yang mau untuk
melakukan perubahan itu pastinya akan baik juga untuk Indonesia.
Dengan demikian kami menyiasatkan program sosialisasi Jalan Tol
Depok – Antasari bukan sekedar sosialisasi saja. Tapi disini kami
juga ada diskusi untuk pemecahan masalah, agar masyarakat
sekitar jelas akan sosialisasi yang kami sampaikan.

126
127

P :Isi pesan yang disampaikan oleh pihak PT. Girder Indonesia


dalam sosialisasi kepada masyarakat sekitar seperti apa ya
Pak?

N :Selain menyampaikan apa yang akan kita lakukan kepada


masyarakat sekitar, PT. Girder Indonesia juga menekankan secara
jelas dan sangat detail perihal ganti rugi. Karena hal tersebut
sangat penting akan kehidupan masyarakat sekitar yang terkena
penggusuran lahan.

P :Mengenai penyampaian sosialisasi, apakah Humas PT. Girder


Indonesia menyesuaikan gaya komunikasi dengan masyarakat
sekitar?

N :Ya, jadi kami sesuaikan dengan masyarakat sekitar misalnya


kayak gini. Rata-rata biasanya yang kami sosialisasikan orang tua,
gaya komunikasinya kita terapkan yang sama dengan mereka.
Lebih formal, cukup tegas dan memberikan penjelasan se detail
mungkin. Jadi kami terapkan gaya komunikasi yang formal, karena
kami menyesuaikan dengan target kami.

P :Apakah PT. Girder Indonesia melakukan sosialisasi


berkelanjutan dan terus menerus kepada masyarakat sekitar?

N :Ya, betul sekali. Kira – kira kami melakukan sosialisasi secara


berkelanjutan setiap 2 minggu sekali. Yang terpenting kami tetap
konsisten dengan perjanjian kami dengan masyarakat. Agar proyek
ini berjalan dengan lancar.

P : Terkait dengan penggunaan media dalam sosialisasi kepada


masyarakat sekitar, apa yang digunakan oleh Humas PT.
Girder Indonesia?

N :Kami hanya membutuhkan media offline saja, karena target kami


hanya untuk masyarakat sekitar. Menurut kami media online tidak
ada kaitannya dengan sosialisasi dengan masyarakat sekitar
terkait program sosialisasi pembangunan Jalan Tol Depok –
Antasari.

127
128

P : Apakah pemahaman yang diberikan pihak PT. Girder


Indonesia dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat
sekitar?

N :Ya, kami menunggu respon masyarakat sekitar, biasanya dari yang


sudah – sudah mereka akan sepakat dengan kami asalkan dana
ganti rugi sudah saling disetujui oleh kedua belah pihak. Itu artinya
mereka paham dengan pemahaman yang kami berikan.

P :Setelah dilakukannya sosialisasi, apa hal selanjutnya yang


dilakukan oleh Humas PT. Girder Indonesia?

N :Apabila pihak kami sudah melakukan sosialisasi ke rumah – rumah


warga, kami memberikan waktu sekitar 2 minggu untuk para warga
menentukan keputusan. Jadi kami tidak memaksa secara paksa,
apabila dari warga tersebut ada yang belum sepaham, maka kami
tidak bosan untuk menjelaskan sosialisasi kami kepada para warga
yang belum setuju. Jika warga yang sudah setuju dengan
perjanjian kami, barulah kami mengeksekusi pembersihan lahan.
Yang paling utama kami lakukan dalam menjalankan strategi
sosialisasi dimulai dari personal approach, memberikan hubungan
timbal balik, harus memikirkan kehidupan para target kami.
Tentunya semua dilandasi dengan kerja sama antara pemilik
proyek,konsultan dan kontraktor. Lalu lebih baik jika kami
melakukan proyek pembangunan ini, warga ikut serta membantu
dan mendapatkan keuntungan. Dengan jauhnya akses kantor
kami, maka kami seringkali menggunakan jasa ibu – ibu
perumahan yang berada di dekat pembangunan proyek Jalan Tol
Depok – Antasari membuat makan siang dan malam kami, dan
masih banyak lagi.

128
129

Transkrip Wawancara dengan Ibu Marni (masyarakat sekitar yang mengalami


penggusuran Tol Depok – Antasari)

P : Bagaimana tanggapan ibu mengenai lahan ibu yang terkena


penggusuran akibat pembangunan Tol Depok- Antasari? Apa
tindakan ibu pertama kali? Apakah menentang?

N :Ya, menentang awal-awalnya mba, karena belom dijelaskan secara


detail. Penggantian ruginya untuk harganya juga belum diberitahu,
pembangunan Jalan Tol apa – apanya juga kita tidak tahu. Cuman
diberi tahu bahwa RT kita kena gusur. Seminggu kemudian, pak
RT ngadain pertemuan dengan perwakilan dari perusahaan yang
membuat jalan tol. Nah disitu mulailah munculah keputusan-
keputusan yang disepakati oleh kita dan perusahaan.

129
130

P : Baik bu, Saya mengerti. Lalu, apakah pihak perusahaan


memberikan tenggang waktu untuk ibu dan warga lainnya
mengosongkan lahan?

N : Lalu Saya beserta warga yang lain yang terkena dampak jalan tol
diberi waktu 2 bulan setelah pembayaran untuk pindah. Awalnya
sih kita kurang terima untuk pindah, apalagi Saya orang asli situ.
Tapi karena untuk kepentingan bersama ya Saya harus ikhlas.
Apalagi harga yang ditawarkan cocok dengan pasaran harga di
daerah ini mba.

130
131

131
132

132
133

133
134

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : AviaYunita
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Juni 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Villa Pamulang Mas, JalanAngsana Mas I
Blok O3 no. 2 Pamulang, Tangerang Selatan
15415
Telepon : Rumah: 021 - 74634252
Ponsel: +62 85691201983
Surat Elektronik : aviayunita22@gmail.com
Kewarganegaraan : Indonesia

RIWAYAT PENDIDIKAN
2002 - 2008 : SD Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
2008 – 2011 : SMP Muhammadiyah 22
2011 – 2014 : SMA Negeri 6 Tangerang Selatan
2014 – Sekarang : Program Studi Hubungan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Prof.
Dr. Moestopo (Beragama)

134
135

135

Anda mungkin juga menyukai