Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROBLEMATIK TANAH LEMPUNG DI BOBONARO PADA JALAN PERBATASAN RI-


RDTL SEKTOR TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DOSEN PENGAMPU:

Dr.Fatma Sarie, ST,.MT.

oleh:

Nama : Ira Rolina Sinaga

Nim : 223010501035

JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya
sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Problematic Soil(Tanah
Bermasalah) dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Mekanika Tanah Lanjut. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Problematic Soil (Tanah Bermasalah).
Saya ucapkan terima kasih kepada IBU DR.FATMA SARIE, ST,.MT. selaku dosen
pengampu mata kuliah Mekanika Tanah Lanjut yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dalam bidang Mekanika Tanah di Teknik sipil.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui .
Maka dari itu saya mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Palangkaraya, 10 Februari 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan bagian utama untuk mendirikan bangunan gedung, jembatan, jalan raya dan lain
sebagainya, oleh karena itu tanah harus dipilih dengan baik. Apabila kondisi tanah kurang baik harus di
perbaiki dengan cara memperbaiki sifatsifat tanah supaya bisa di gunakan untuk mendirikan bangunan.
Salah satu yang sering menjadi permasalahan pada saat pembangunan yang akan dijalankan yaitu
terjadinya tanah bermasalah yang apabila digunakan sebagai bahan konstruksi atau berfungsi sebagai
pondasi suatu konstruksi maka akan menyebabkan problem geoteknik terhadap konstruksi tersebut yang
disebabkan oleh kuat geser yang rendah, kompresibilitas yang tinggi, ketahanan terhadap waktu, dan sifat
kembang susut yang tinggi, serta keruntuhan tanah dibawah beban (static dan dinamik)
maupun akibat pengaruh air.

Ruang lingkup Tanah Problematik dibidang pembangunan infrastruktur dapat digolongkan


masalah besar, karena berdampak pada permasalahan stabilitas terhadap konstruksi seperti jalan dan
jembatan. Penyebaran tanah problematic cukup luas berkisar Tanah lunak ini diperkirakan meliputi
sekitar 20 juta hektar atau sekitar 10 persen dari luas total daratan Indonesia dari total wilayah Indonesia
dan terutama dijumpai di daerah Dataran Rendah seperti pantai dan area yang terbentuk dari Endapan
Danau Purba.

Tanah Problematik meliputi Tanah Lunak baik organik maupun non-organik,Tanah Ekspansif dan
tanah Gambut yang masing-masing mempunyai sifat karakteristik properties yang sangat berbeda
walaupun sebagian ada yang mempunyai kemiripan. Tanah problematic ini sesuai keberadaannya yang
didominasi oleh endapan sedimen umur kuarter maka keberadaannya mempunyai kedalaman yang
bervariasi anatara terlihat dipermukaan sampai beberapa puluh meter dibawah permukaan. Perbedaan
sifat karakteristik properties tanah problematik sangat beraneka karena tergantung dari bentukan material
batuan/tanah asal yang terendapkan melalui proses transportasi yang umumnya oleh air atau terendapkan
dengan sendirinya karena proses mekanis dan kimia sehingga menjadi endapan sedimen.

Permasalahan tanah problematik khususnya dalamhubungannya terhadap konstruksi timbunanjalan


yang dibangun diatasnyadapat terganggunya stabilitasnya. Dengan terganggunya stabilitas timbunnan
maka tentu saja akan mempengaruhi kinerja perkerasan jalan yang dibangun diatas timbunan jalan
tersebut. Untuk itu sebelum beberapa langkahyang perlu dilakukan dalam upaya perbaikan tanah
problematik karena umumnya mempunyai daya dukung yang rendah dan penurunan yang besar serta
berpotensi terhadap kejadian keruntuhan konstruksi timbunan jalan, maka perlu mengetahui dan
mempelajari sifat karakteristiknya masing-masing tanah problematik.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dan Sifat Karakteristik Propertis Tanah Problematik ?

2. Apa Saja Jenis-jenis Tanah Problematik ?

3. Jelaskan Mengenai Karakteristik Properties Tanah Problematik !

4. Buatlah Rangkuman Mengenai Karakteristik Properties Tanah Problematik !

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dan Sifat Karakteristik Propertis Tanah Problematik


2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Tanah Problematik .
3. Untuk mengetahui Karakteristik Properties Tanah Problematik
4. Untuk mengetahui Cara Penanggulangan jenis Tanah Problematik
5. Untuk mengetahui dan memahami semua pembelajaran mengenai Tanah Problematik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat Karakteristik dan Propertis Tanah Problematik


Tanah Problematik adalah tanah endapan sedimen yang terbentuk melalui proses geologi pada
umur kuarter dan penyebarannya cukup luas berkisar 10% dari total wilayah Indonesia terutama dijumpai
di daerah Dataran Rendah seperti pantai dan area yang terbentuk dari Endapan Danau Purba. Tanah
Problematik meliputi Tanah Lunak baik organik maupun non- organik, Tanah Ekspansif dan tanah
Gambut yang masing-masing mempunyai sifat karakteristik properties yang sangat berbeda walaupun
sebagian ada yang mempunyai kemiripan.

Di area pegunungan/perbukitan juga dijumpai tanah problematik yang mempunyai nilai kuat geser
yang rendah karena merupakan tanah yang berasal dari lapukan batuan asal, seperti batu lempung dan
kombinasi dengan batuan debris vulkanik yang mengalami pelapukan sempurna dan bersifat menyerpih
atau dikenal sebagai material tanah serpih.

Secara umum Tanah Problematik didominasi berbutir halus dengan ciri karakteristik propertisnya:

1. Kadar air tinggi sehingga derajat kejenuhan tinggi.


2. Angka pori dan porositas dari tinggi sampai dengan sangat tinggi sehingga mempunyai
tingkat kemampatan yang menindikasikan problem penurunan.
3. Nilai kuat geser effektif daya dukung sangat rendah sampai dengan rendahyang
mengindikasikan problem permasalahan terjadinya keruntuhan geser.

Tanah problematik suatu jenis tanah yang ditemui pada pekerjaan rekayasa sipil terutama dalam
pembangunan infrastrukturyang memiliki perilakuberbedakarena dipengaruhi oleh unsur mineral yang
terkandung didalamnya menunjukkan sifat karakteristik.

Sifat karakteristik yang dipengaruhi oleh proses terbentuk nya terdiri dari:

1) proses pembentukan batuan secara geologi.

2) kandungan mineralogi batuan asal.

3) proses penguraian batuan.

4) proses mekanisme pengangkutan dan pengaruhnya.

5) kandungan mineralogi lempung.

6) perubahan setelah pengendapan

Tanah problematik utamanya mengandung mineral lempung yang terbentuk oleh kumpulan dari
partikel-partikel mineral lempung dan bukan lempung, yang memiliki sifat yang sebagian besar,
walaupun tidak secarakeseluruhan, ditentukan oleh mineral-mineral lempung. Mineral lempung pada
intinya adalah hidrat aluminium silikat yangmengandung ion-ion Mg, K, Ca, Na dan Fe. Mineral ini
bisa digolongkan kedalam empat golongan besar, yaitu kaolinit, smektit (monmorilonit), ilit (mikahidrat)
dan klorit. Mineral lempung biasanya merupakan produk pelapukanbatuan. Mineral ini terbentuk dari
penguraian kimia mineral silikat lainnya, danselanjutnya terangkut ke lokasi pengendapan oleh berbagai
sebab Oleh karena itu tanah problematik merupakan tanah yang kurang memenuhi syarat untuk dijadikan
tanah dasar sebagai landasan / pondasi bagi struktur konstruksi perkerasan jalan karena rendahnya daya
dukung dan sifat kemampatan tanah yang besar.

Tanah Problematik meliputi Tanah Lunak baik organik maupun non-organik, Tanah Ekspansif dan
tanah Gambut yang masing-masing mempunyai sifat karakteristik properties yang sangat berbeda
walaupun sebagian ada yang mempunyai kemiripan. Di area pegunungan/perbukitan juga dijumpai tanah
problematik yang mempunyai nilai kuat geser yang rendah karena merupakan tanah yang berasal dari
lapukan batuan asal, seperti batu lempung dan kombinasi dengan batuan debris vulkanik yang menalami
pelapukan sempurna dan bersifat menyerpih atau dikenal sebagai material tanah serpih.

2.2. Jenis Tanah Problematik


Ada beberapa jenis tanah problematik yang sering dijumpai di Indonesia dan masing-masing tergantung
dari asal muasal material pembentukannya berupa endapan sedimen yang terjadi melalui proses
geologiwaktu (geological time):

1. Tanah Lunak /Lempung (Soft Soil)

a) Tanah in-organis (inorganic soils); semua jenis tanah yangterbentuk melalui proses
pelapukanbatuan dasar yang ter erosiair dan tertransportasi menjadi sebagai sedimen
berumur kuarter. Yang termasuk dalam jenis tanah lunak ini antara lain; lanau, dan lempung.
b) Tanah organis (organic soils); semua jenis tanah yang terbentuk melalui proses pelapukanbatuan
dasar dan sisa tumbuhan yang ter erosi air dan ter-transportasi atau terendapkan menjadi
endapan sedimen yang berumur kuarter. Oleh sebab itu berupa tanah lempung yang mengandung
unsur organis.

2. Tanah Gambut (Peat Soil)

Ini terdiri atas tanah endapan setempat yang berasal dari sisa tumbuhan dan keberadaannya dapat berupa
gambut bersifat dari ‘fibrous’ sampai dnegan ‘amorfphous’.

a) Gambut ‘fibrous’; yaitu gambut berumur muda, butiran-butirannya terdapat serat- seratyang
masih segar maupunyang sudah mengalami proses pembusukan.
b) Gambut bersifat ’amorphous’, yaitu gambut berumur tua, butiranbutirannya berbentuk
Kristal seperti halnya tanah lempung organic walaupunsifat karakteristik propertisnya jauh
berbeda terutama dari kadar organic yang terkandung
3. Tanah Ekspansif (Swelling Soil)

Merupakan jenis tanah yang mempunyai sifat kembang – susut tinggi, pada saat jenuh air, tanah
ekspansif ini mengalami pengembangan sehingga bedampak pada menurunnya nilai kuat geser
effekstifnya dan pada keadaan kering mengalami penyusutan yang dapat dicirikan terjadinya retakan yang
tidak beraturan dan umumnya memanjang jalan.

Dalam kondisi basah maka pada jalan yang berada diatas tanah ekspansif yang mengalami rekahan
karena menyusut dan akan terisi air dan mengakibatkan proses penjenuhan sehingga berdampak pada
jenuhnya lapisan dibawahnya dan mengakibatkan penurunan nilai kuat geser effektifnya. Bila ini terjadi
maka sangat berpengaruh terhadap penurunan daya dukung dan konstruksi timbunan jalan menjadi tidak
stabil dan mengalami keruntuhan lereng dalam.

Identifikasi dan Klasifikasi Tanah Ekspansif antara lain :

a) Berdasarkan kandungan mineralnya: Montmorillonite dan bentonite merupakan mineral


tanah ekspansif.
b) Berdasarkan kandungan unsur kimianya, makin tinggi valensi dari unsur yang ada makin
mudah partikel lempung menyerap air.
c) Berdasarkan konsistensi tanah (LL, PL, IP, SL) dan kandungan koloidnya

4. Tanah Runtuh (Collapsible Soil)

Tanah Collapsible adalah jenis tanah yang akan mengembang pada saat ditambahkan air, namun
apabila kadar air meningkat melebihi kondisi optimum sehingga kejenuhan melebihi 100%, tanah akan
runtuh akibat hancurnya ikatan antar butiran tanah (tanah berperilaku seperti lumpur).

Tanah Collapsible, umumnya terjadi pada tanah yang mempunyai kohesi rendah seperti: Silt, tanah tak
jenuh, tanah loess, tanah timbunan yang dipadatkan pada kondisi dry of optimum .

Identifikasi tanah collapsible antara lain :

1. Specific gravity antara 2,6 – 2,8


2. Sebagian besar partikel lolos saringan no 200.
3. Kerapatan kering di lapangan antara 1 – 1,65 t/m3
4. Kerapatan kering pada kondisi optimum 1,55 – 1,75 t/m3
5. Batas Atterberg LL 25 – 55%; PL 15 – 30%
6. Kadar air optimum 12 – 20%
7. Angka pori 0,67 – 1,50,
8. Dan sebagainya.
5. Tanah Rentan Likuifaksi

Likuifaksi adalah peristiwa dimana tanah jenuh air berubah perilakunya menjadi seperti benda cair
(liquify) akibat beban dinamis (biasnya akibat gempa) sehingga menimbulkan bahaya yang cukup besar
terhadap konstruksi diatasnya Potensi likuifaksi dari suatu lapisan tanah dapat ditentukan dari kombinasi
sifat-sifat tanah, faktor lingkungan dan karakteristik gempa.

Potensi Likuifaksi Bedasarkan sifat-sifat tanah: Modulus geser (G), damping (redaman, J), porositas (n),
karakteristik butiran, dan kepadatan relatif (Dr).

Faktor Lingkungan: Riwayat pembentukan tanah, riwayatgeologis, koef tekanan tanah lateral (Ko),
confining stress (so).

Karakteristik gempa: Intensitas getaran, lama getaran, besardan arah getaran

Perbaikan tanah rentan liquifaksi antara lain:

a. Meningkatan kerapatan (densifikasi)


b. Perbaikan dengan cara kimiawi (Solidifikasi)
c. Menurunkan derajat kejenuhan dengan dewatering
d. Dissipasi tekanan air pori dengan drainase
e. Kontrol deformasi (memasang dinding diafragma)
f. Memperkuat pondasi
g. Penggunaan flexible joint dalam struktur untuk mengurangi bahaya likuifaksi
h. Penggunaan geogrid untuk memperkuat pondasi
i. Penggunaan sheet-pile untuk embankment (timbunan).

2.3. Karakteristik Properties Tanah Problematik

Akibat keberadaannya antara tanah lunak, ekspansif dan gambut yang pada dasarnya telah
mengalami berbeda proses pembentukan yang berbeda seperti telah mengalami pelapukan, ter-transportasi
atau ter-dekomposisi maka permasalahan yang terjadi pada tanah problematik ini juga berbeda.

Disamping itu, tanah problematic pada daerah iklim tropis (Tropical Climate) seperti Indonesia
dan Negara asean lainnya serta beberapa Negara di Amerika Selatan (bagian Utara), karakteristik
propertisnya sangat berbeda bila dibandingkan dengan daerah dengan iklim sedang (Temperate Climate).
Berikut sifat karakteristikproperties tanah problematikdi-dasarkan atas bahan pembentuknya maka
klasifikasi tanah problematic menurutklasifikasi unified (USCS).
Dapat dilihat dari gaambar 2.3.1 dibawah ini :

Gambar 2.3.1
Dalam diagram alir diperlihatkan perbedaan secara prinsip antara tanah lunak dan tanah gambut.
Untuk tanah lunak non organik maka berdasarkan pembentukannya akan terbagi menjadi tanah lunak dan
tanah ekspansif, sedangkan tanah organikdan tanah gambut terdapat perbedaan yang dibatasi oleh kadar
abunya sehingga bila > 25% maka digolingkan sebagai tanah gambut.

2.4. Rangkuman Karakteristik Properties Tanah Problematik


Tanah problematik merupakan tanah yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan tanah dasar atau
landasan bagi struktur konstruksi jalan karena permasalhan rendahnya daya dukung dan sifat kemampatan
tanah yang besar sehingga berdampak pada kerusakan perkerasan jalan. Konstruksi jalan yang berada
diatas tanah problematik ini tingkat stabilitasnya mudah terganggu dan menimbulkan terjadi deformasi
dengan bentuk yang bervariasi. Dengan demikian maka tanah problematik ini menunjukkan jenis tanah
yang tidak digunakan sebagai daya dukung konstruksi jalan, kecuali telah dilakukan perbaikan dengan
menerapkan teknologi yang sesuai bila tidak ada alternatif lain seperti menghindari atau relokasi/re-
alinyemen.

Demikian juga pada jembatan, maka stabilitas pondasi baik pada abutmen maupun pilar menjadi
terganggu sehingga jenis pondasi yang digunakan harus didisain sedemikian rupa agar mampu
mendukung beban baik secara axial maupun horizontal.

Sehubungan dengan itu, bila merencanakan trase jalan yang melintasi daerah tanah Problematik,
sebaiknya dilakukan upaya perbaikan tanah seperti meningkatkan daya dukung dan mengurangi beban
timbunan konstruksi jalan terlebih dahulu.
BAB III

STUDI KASUS

3.1. PROBLEMATIK TANAH LEMPUNG DI BOBONARO PADA JALAN


PERBATASAN RI-RDTL SEKTOR TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tanah lempung bobonaro merupakan jenis tanah ekspansi yaitu mempunyai sifat pengembangan dan
sifat penyusutan yang besar pada saat kondisi kering bersifat sangat keras dan pada kondisi basah akan
mengembang. Lempung bobonaro tersebar di ruas jalan Nasional di Perbatasan Sektor Timur Republik
Indonesia dan Republik Timor Leste di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Keretakan tanah dan longsor
menjadi masalah utama pada ruas perbatasan RI-RDTL sektor timur, hal ini terjadi karena ketika terpapar
oleh cuaca lempung Bobonaro akan mengalami retak serta terjadi perubahan nilai parameter fisis dan
mekanis. Penelitian bertujuan untuk melihat perilaku keretakan tanah lempung Bobonaro akibat proses
pengeringan, baik pada kondisi inisial kondisi dipadatkan maupun yang menggunakan bahan stabilisasi
kapur Ca(OH)2 dalam skala laboratorium. Material tanah yang digunakan sebagai penelitian adalah
lempung Bobonaro yang diambil dari tepi lereng dan subgrade lalan Nasional MotoainHenes-Motomasin.
Kabupaten Belu. Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Gambar 1. Tanah lunak Ekspansive


3.2. KONDISI TANAH

Tanah lempung Bobonaro adalah tanah yang terletak pada formasi lempung Bobonaro yang memiliki
aspek geologi dalam kategori formasi yang mempunyai resiko tinggi (High Risk Formation) yaitu formasi
tanah empung bersisik Bobonaro (Bobonaro Scaly day). dapat dilihat dari gambar disamping

Karakteristik tanah problematik Bebonaro tepatnya pada Ruas lalan Dafala Lak tutus KM 149+140
Pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui jenis komposisi mineral dan klasifikasi tanah serta
potensi ekspansil lempung Bobonaro Pengujian properties tanah menunjukkan nilai batas cair (LL) 80.83%
nilai batas plastis (PL) 22.08% dan Plastis indeks (PI) 58 75% Dari hasil pengujian properties tanah
Lempung Bobonaro sangat mudah terdeformasi dikarena memiliki konsistensi yang buruk dengan nilai
Liquid Limit (LL) Plastic Limit (PL) dan Plastic Index (PI) yang tinggi Penelitian ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam melakukan penanganan jalan di atas tanah tersebut.

Gambar 2. Kerusakan tanah si kawasan jalan(tanah ekspansive)


3.3. Ringkasan

Hasil penelitian karakteristik tanah Lempung Bobonaro di lokasi penelitian Makana Timor Leste
diperoleh nilai indeks plastisitas (IP) 23.09% hingga 26.18% sedangkan nilai batas cair (LL) rata- rata diatas
50 % Hal ini sesuai dengan hasil pengujian nilai potensi dan tekanan pengembangan tanah dimana jenis
tanah Lempung Bobonaro mempunyai nilai potensi dan tekanan pengembangan yang tinggi (Amaral Vong
2016) dan juga menurut Winston Fernandez 2017, mengemukakan bahwa lempung Bobonaro dengan
klasifikasi CH yang mempunyai sifat plastisitas tinggi sampai sangat tinggi berkisar antara 33.8- 63% dan
dengan kandungan mineral lempung Montmorilonite berkisar antara 6.71-36,65% merupakan lempung yang
bersifat ekspansive.

Gambar 3. Peta Lokasi denah tanah ekspansif.

Dari pembahasan pembahasan diatas adapat disimpulkan bahwa:


1. Dari hasil pengujian properties tanah menunjukkan lempung Bobonaro sangat mudah terdeformasi
karena memiliki konsistensi yang buruk dengan nilai Liquid Limit (LL). Plastic Limit (PL) dan Plastic
Index (PI) yang tinggi serta menurut USCS sebagai clay with high plasticity (Cit) dan menurut
AAHSTO terklasifikasi A-7-6 ,
2. Dari hasil pengujian minerologi dengan metode X-2D menunjukkan bahwa tidak terdapat kandungan
mineral ekspansif seperti Montmorilonite sehingga perlu dilakukan pengujian lagi sebagai validasi basil
pengujian.

3. Dari hasil identifikasi tidak langsung silat ekspansi berdasarkan indeks properties menunjukkan
lempung Bobonaro memiliki potensi pengembangan vane tine ei danat dikategorikan.
BAB IV

KESIMPULAN

Tanah Problematik adalah tanah endapan sedimen yang terbentuk melalui proses geologi pada
umur kuarter dan penyebarannya cukup luas berkisar 10% dari total wilayah Indonesia terutama dijumpai
di daerah Dataran Rendah seperti pantai dan area yang terbentuk dari Endapan Danau Purba. Tanah
Problematik meliputi Tanah Lunak baik organik maupun non- organik, Tanah Ekspansif dan tanah
Gambut yang masing-masing mempunyai sifat karakteristik properties yang sangat berbeda walaupun
sebagian ada yang mempunyai kemiripan.

Permasalahan tanah problematik khususnya dalam hubungannya terhadap konstruksi timbunan


jalan yang dibangun diatasnya dapat terganggunya stabilitasnya. Dengan terganggunya stabilitas
timbunnan maka tentu saja akan mempengaruhi kinerja perkerasan jalan yang dibangun diatas timbunan
jalan tersebut. Untuk itu sebelum beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam upaya perbaikan tanah
problematik karena umumnya mempunyai daya dukung yang rendah dan penurunan yang besar serta
berpotensi terhadap kejadian keruntuhan konstruksi timbunan jalan, maka perlu mengetahui dan
mempelajari sifat karakteristiknya masing-masing tanah problematik.

Dari Studi Kasus Mengenai Kerusakan Struktur Penahan tanah dapat disimpulkan bahwa
Problematik Tanah tersebut adalah jenis runtuh,Untuk rnenanggulangi dinding penahan tanah (DPT)
yang retak telah diusulkan suatu konstruksi penahan berupa soldier pile, yaitu sistem soldier pile berupa
barisan tiang-tiang bor dengan diameter 60.0 cm dengan jarak as-as 1.50 m sebanyak 2 baris. Kedalaman
pembenaman tiang bor adalah 16.0 m dari elevasi tanah eksisting dengan maksud agar tiang-tiang bor
relatif memiliki pergerakan yang sangat kecil karena dibenamkan sebagian di tanah pendukung,
sertapenambahan solder pile 1.0 m mampu untuk menambah Faktor Keamanan Stabilitas lereng.
Untuk instrumentasi telah disarankan untuk pernasangan inklinorneter guna rnernantau pergerakan
tanah.

Metode konstruksi sangat rnenentukan tingkat kearnanan lereng dan struktur penahan tanah seperti:
Kondisi Tanah awal ,Konstruksi DPT Batu Kali, Penimbunan Tanah dan Instalasi Tiang Pancang, Proses
Pembebanan, Proses Galian, Penimbunan, Pemasangan Soldier Pile, Konstruksi DPT Tipe Kantilever ,
Penimbunan
DAFTAR PUSTAKA

Tanah_Problematik_dan_serta_Implementasi_Teknologi_Penanganannya_
https://herbycalvinpascal.files.wordpress.com/2019/04/7.-modul-pengantar-tanah-problematik.pdf

Problematika_untuk_Sttruktur_Jalan_
file:///C:/Users/ASUS/Documents/SIPIL%20ku/Tanah%20Probematic%20(Mektan%20Lanjut).pdf

Kerusakan_dan_Perbaikan_Struktur_Penahan_Tanah_pada_Bangunan_Rumah
Tinggal_Studi_Kasus_Perumahan_di_Bandung
(PDF) Kerusakan dan Perbaikan Struktur Penahan Tanah pada Bangunan Rumah
Tinggal Studi Kasus Perumahan di Bandung (researchgate.net)

Problematic_Tanah_
(DOC) Studi-kasus-longsor-di-situbondo | johan jamaluddin - Academia.edu

Problematic_Tanah_(TanahBermasalah)_ https://www.google.com/search?
q=problematic+soils&oq=poriblematic+soils&aqs=chrome..69i57.5654
j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8#ip=1

Anda mungkin juga menyukai