Anda di halaman 1dari 123

ANALISIS PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA

PADA NY J. DENGAN GOUT ARTRITIS (ASAM URAT)


MELALUI TERAPI PEMBERIAN REBUSAN AIR DAUN
SIRSAK TERHADAP NYERI ASAM URAT DI RT 009 RW 004
DUSUN IV DESA MANUSAK

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

OLEH
TRIFEBI E. HAEKASE
72202821

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022

i
ANALISIS PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA
PADA NY J. DENGAN GOUT ARTRITIS (ASAM URAT)
MELALUI TERAPI PEMBERIAN REBUSAN AIR DAUN
SIRSAK TERHADAP NYERI ASAM URAT DI RT 009 RW 004
DUSUN IV DESA MANUSAK

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

OLEH
TRIFEBI E. HAEKASE
72202821

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama :Trifebi E. Haekase

NIM : 72202821

Tanda Tangan :

Tanggal

iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Rahmat-Nyalah, maka saya dapat menyelesaikan KIAN dengan judul “Analisis

Praktek Klinik Keperawatan Keluarga Pada Ny. J Dengan (Gout artritis)

Asam Urat Melalui Terapi Pemberian Rebusan Air Daun Sirsak Terhadap

Nyeri Asam Urat Di RT 009 RW 004 Dusun IV Desa Manusak ” dengan baik

dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan limpah

terimakasih kepada:

1. Ketua Yayasan Maranatha Kupang, Alfred Selan, atas dukungannya.

2. Ns. Stefanus Mendes Kiik., JKep.,Sp.Kep.Kom selaku Ketua STIKes

Maranatha Kupang beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

pada STIKes Maranatha Kupang.

3. Ns. Siti Sakinah, S. Kep.,M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan, saran, dan motivasi kepada penulis.

4. Ns. Irlin Falde Riti, S.Kep.,M.Kes, selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, saran untuk perbaikan penulisan KIAN ini

5. Waket I, II, III STIKes Maranatha Kupang, yang telah memfasilitasi

kelancaran perkuliahan pada program studi Profesi Ners

6. Ni Made Merlin, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi

Ners STIKes Maranatha Kupang yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Profesi Ners.

v
7. Pembimbing akademik saya, Ni Made Merlin, S.Kep.Ns.,M.Kep, yang

selalu memotovasi.

8. Bapak dan Ibu dosen yang mengabdi di STIKes Maranatha Kupang, yang

telah dengan susah payah mengajar, membimbing, serta memotivasi

selama menjalani pendidikan di STIKes Maranatha Kupang.

9. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Napuleon Haekase dan Mama

Lodia Nomeni yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan moril,

doa dan material dalam setiap perjuangan dan perjalanan hidup saya.

10. Saudaraku yang tercinta : Kaka Melki ,Adik Rian yang selalu mendukung.

11. Teman – teman Ners angkatan IX yang mendukung dalam suka dan duka

terkhususnya Ubbu Gaspar yang selalu ada.

12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan KIAN ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang telah

memberikan bantuan dalam menyelesaikan penyusunan KIAN ini. Penulis

menyadari bahwa KIAN ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala

masukan, saran demi perbaikan penulisan KIAN ini penulis terima dengan senang

hati.

Kupang, 2022

Penulis

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKes Maranatha Kupang, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama : Trifebi E. Haekase, S.Kep
NIM : 72202821
Program Studi : Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
STIKes Maranatha Kupang Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-Exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Analisis Praktik Klinik Keperawatan Keluarga Pada Ny. J Dengan Gout


Artritis (Asam Urat) Melalui Terapi Pemberian Rebusan Air Daun Sirsak
Terhadap Nyeri Asam Urat Di RT 10 RW 004 Dusun IV Desa Manusak”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini STIKes Maranatha Kupang berhak untuk menyimpan, mengalih
media/mengformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data based),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Kupang
Pada Tanggal : 20 Desember 2022
Yang Menyatakan

Trifebi E. Haekase,S.Kep
NIM: 72202821

vii
ABSTRAK

Nama : Trifebi E. Haekase, S.Kep


Program Studi : Profesi Ners

Judul : Analisis Praktek Klinik Keperawatan Keluarga Pada Ny.J


Dengan Gout Artritis (Asam Urat) Melalui Terapi
Pemberian Rebusan Air Daun Sirsak Terhadap Nyeri
Asam Urat Di RT 009 RW 004 Dusun IV Desa Manusak

Latar Belakang : Gout Arthritis atau asam urat merupakan penyakit


metabolisme yang biasanya menyerang pada pria lanjut usia dan wanita yang
sudah menopause. Pola makan yang kurang sehat bisa menjadi faktor penyebab
seseorang terkena asam urat.Tujuan :penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan
untuk memberikan gambaran pemberian asuhan keperawatan keluarga pada
pasien dengan penyakit Gout Artritis. Metode : pendekatan yang digunakan
dalam menyelesaikan masalah keperawatan dengan Gout Artritis yaitu dengan
menggunakan proses keperawatan yang komprehensif. Berdasarkan pengkajian
didapatkan masalah manajemen kesehatan keluarga tidak efektif dan perfusi
perifer tidak efektif. Intervensi keperawatan secara lima TUK, dengan pemberian
Terapi nonfarmakologi menggunakan air hangat dan daun sirsak. Hasil :
pemberian terapi nonfarmakologi air rebusan daun sirsak yang diberikan kepada
keluarga pasien yang mengalami Gout Artritis menunjukan bahwa ada penurunan
tingkat nyeri. Kesimpulan dan Rekomendasi: Pemberian intervensi air rebusan
daun sirsak ini dapat menurunkan tingkat nyeri, rekomendasi hasil karya ilmiah
ini adalah pemberian terapi menggunakan air rebusan daun sirsak dijadikan
sebagai terapi untuk mengatasi nyeri asam urat.

Kata Kunci : Gout Artritis, Keluarga,Terapi Air Rebusan Daun Sirsak.

viii
ABSTRACT

Name : Trifebi E. Haekase, S.Kep

Study Program : Nurse Profession

Title : Analysis Of Family Nursing Clinical Practice In Mrs. J


With Gout Arthritis (Uric Acid) Through The Therapy
Of Giving Soursop Leaf Water Decoction To Gout Pain
In Rt 009 Rw 004 Dusunt IV, Manusak Village

Background: Gout Arthritis or uric acid is a metabolic disease that usually


attacks elderly men and women who have reached menopause. Unhealthy eating
patterns can be a factor causing a person to develop gout. purpose: Writing this
final scientific paper aims to provide an overview of providing family nursing
care to patients with Gout Arthritis. Method: the approach used in solving nursing
problems with Gout Arthritis is by using a comprehensive nursing process. Based
on the study, it was found that family health management problems were
ineffective and peripheral perfusion was not effective. Nursing interventions in
five TUKs, by giving non-pharmacological therapy using warm water and soursop
leaves. Results: administration of non-pharmacological therapy of soursop leaf
boiled water given to the families of patients who experience Gout Arthritis shows
that there is a decrease in pain levels. Conclusions and Recommendations:
Providing soursop leaf boiled water intervention can reduce pain levels, the
recommendation from this scientific work is to administer therapy using soursop
leaf boiled water as a therapy to treat gout pain.
Keywords: Gout Arthritis, Family, Soursop Leaf Water Therapy.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
HALAM PERSETUJUAN ................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ................................................................. viii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ....................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2.Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3.Tujuan .................................................................................................. 4
1.4. Manfaat ............................................................................................... 5
1.5. Metode Penulisan ............................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Keluarga ............................................................................ 7
2.1.1. Pengertian Keluarga ............................................................ 7
2.1.2. Tipe Keluarga ...................................................................... 8
2.1.3. Struktur Keluarga ................................................................ 12
2.1.4. Fungsi keluarga ................................................................... 15
2.1.5. Tahap Dan Perkembangan Keluarga ................................... 16
2.1.6. Tugas Keluarga ................................................................... 25
2.2. Konsep gout artritis (asam urat) .................................................. 27
2.2.1 Pengertian ........................................................................... 27

x
2.2.2 Etiologi ................................................................................ 28
2.2.3 Patofisiologi ......................................................................... 29
2.2.4 Tanda dan gejala................................................................... 30
2.2.5 Faktor resiko ........................................................................ 32
2.2.6 Klasifikasi ............................................................................ 33
2.2.7 Penatalaksanaan .................................................................. 36
2.2.8 Komplikasi .......................................................................... 36
2.3. Konsep Intervensi Dengan Dengan Menggunakan Terapi
Rebusan Daun Sirsak .................................................................. 39
2.3.1. Pengertian ........................................................................... 39
2.3.2. Kandungan ........................................................................ 39
2.3.3. Manfaat ............................................................................. 40
2.3.4. Indikasi ............................................................................. 40
2.3.5. Cara Pembuatan ................................................................ 41
2.4. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................... 42
2.4.1. Pengkajian ............................................................................ 42
2.4.2. Diagnosa ............................................................................... 47
2.4.3. Intervensi .............................................................................. 48
2.4.4. Implementasi ........................................................................ 54
2.4.5. Evaluasi ............................................................................... 54

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN ............................................ 55


3.1. Pengkajian .............................................................................. 55
3.2. Diagnosa ................................................................................ 70
3.3. Intervensi ............................................................................... 71
3.4. Implementasi........................................................................... 85
3.5. Evaluasi .................................................................................. 85

BAB 4 ANALISIS SITUASI .................................................................. 95


4.1. Profil Lahan Praktik ....................................................................... 95
4.2. Analisis Masalah Keperawatan terkait kasus gout artritis ............ 96
4.3. Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan

xi
penelitian terkait ............................................................................ 99
4.4. Alternatif Pemecahan Yang Dapat Di Lakukan ............................ 102
BAB V PENUTUP ................................................................................... 104
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 105
5.2. Saran ............................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jurnal
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi
Lampiran 3 : Dokumentasi

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Analisa Data


Tabel Penentuan Skoring
Tabel Intervensi
Tabel Implementasi Dan Evaluasi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang

Gout Arthritis atau asam urat merupakan penyakit metabolisme yang

biasanya menyerang pada pria lanjut usia dan wanita yang sudah menopause.

Pola makan yang kurang sehat bisa menjadi faktor penyebab seseorang

terkena asam urat karena biasanya mereka tidak terlalu memperhatikan

asupan-asupan makanan yang masuk kedalam tubuhnya yang tanpa disadari

dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah makanan

yang banyak mengandung tinggi purin (Prayogi, 2017).

Permasalahan dalam keluarga banyak disebabkan oleh beberapa

factor yang salah satunya disebabkan oleh factor penyakit, yaitu penyakit

gout arthritis atau biasa dikenal dengan istilah asam urat. Data yang

menunjukan penyakit sendi banyak dialami oleh mereka dengan usia

produktif, yang akan memberikan dampak pada masalah ekonomi dan

social (Sumariyono,2017).

Data World Health Organization (WHO) 2017 penderita asam urat di

dunia sebanyak 34,2%. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar

(Riskesdas,2018) menyatakan bahwa Penderita asam urat di Indonesia terjadi

pada wanita lanjut usia sebanyak 8,5% dan pada laki-laki lanjut usia sebanyak

6,1%. Prevalensi penyakit sendi terjadi pada usia 35-44 tahun sebesar 6,3%,

usia 45-54 tahun sebanyak 11,1% , usia 55-64 tahun sebanyak 15,5%,usia

65-74 tahun sebanyak 18,6% dan usia 75+ sebanyak 18,9%. Prevalensi yang

1
didiagnosis tenaga kesehatan lebih tinggi pada perempuan (13,4%) dibanding

laki-laki (10,3%) namun jika dibandingkan dengan hasil rikesdas pada tahun

2013 justru pernyakit sendi cenderung menurun dibeberapa kota besar di

Indonesia khusus nya di NTT mengalami penurunan yaitu pada tahun 2013

prevalensi penyakit gout atritis (asam urat) 11,9% dan pada tahun 2018

menurun menjadi 7,3%. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Kupang

tahun (2018) yang didiagnosa dokter menderita gout atritis (asam urat)

sebanyak 4,80% orang.

Berdasarkan data yang di peroleh dari Desa Manusak jumlah orang

dengan penyakit gout atritis (asam urat) sebanyak 85 orang , sedangkan hasil

yang di dapatkaan saat pengkajian di Dusun IV sendiri yang dilakukan oleh

mahasiswa NERS STIKes Maranatha Kupang tahun (2022) didapatkan gout

atritis (asam urat) sebanyak 19 orang.

Sesuai dengan kasus yang penulis dapat di Desa Manusak Dusun IV

pada salah satu kelurga binaan yaitu keluarga Ny.J dengan masalah gout

atritis (asam urat). Pasien berusia 65 tahun dengan riwayat asam urat sejak 3

tahun lalu, dari hasil pengkajian data yang didapatkan pada Ny.J adalah ia

sering mengkonsumsi makan yang tinggi purin seperti kacang-kacangan,

daun singkong,dan juga kangkung . Pasien juga mengatakan bahwa ia bekerja

setiap harinya dari pagi hingga sore hari, pasien terkadang merasakan nyeri

yang sangat berat pada persendian sehingga ia tidak bisa melakukan aktivitas

seperti biasanya, karena sendi-sendi tersebut nyeri hingga terjadi

pembengkakan . Keluarga sangat mendukung dalam kesembuhan Ny. J tetapi

2
tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik dan tidak mengkonsumsi

obat secara teratur.

Pengobatan gout atritis (asam urat) terdiri dari pengobatan

farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan gout atritis (asam urat)

secara farmakologis mempunyai dua fungsi utama yaitu penanggulangan

radang sendi yang sakit dan pengendalian kadar asam urat agar tetap stabil.

Pengobatan non farmakologis bisa dilakukan dengan memberikan terapi

komplementer dengan memanfaatkan daun sirsak yang memiliki banyak

manfaat. Daun sirsak mengandung flavonoid dimana kandungan flavonoid

pada daun sirsak akan berikatan dengan xanthin oksidase yang strukturnya

hampir mirip dengan xanthin. Ikatan falvonoid-xanthin oksidase akan lebih

banyak daripada ikatan xanthin-xanthin oksidase di dalam darah sehingga

yang lebih banyak dioksidasi oleh xanthin oksidase adalah flavonoid dimana

nantinya konsentrasi flavonoid akan meningkat menyebabkan konsentrasi

xanthin yang tidak teroksidasi akan bersifat mudah larut sehingga akan lebih

mudah diekskresi melalui urin dan akan membuat kadar asam urat dalam urat

menurun (Santi, 2019).

Perawat juga berperan dalam mendukung keluarga dalam memenuhi

tugas perawatan kesehatannya yang meliputi merawat anggota keluarga

yang sakit, mengambil keputusan, mempertahankan suasana di rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik

3
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada (Jhonson L & Leny R, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun laporan

tugas akhir mengenai “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Keluarga

Pada Ny J. Dengan Gout Atritis (Asam Urat) Melalui Terapi Pemberian

Rebusan Air Daun Sirsak Terhadap Nyeri Asam Urat di RT 009 RW 004

Dusun IV Desa Manusak Kabupaten Kupang Timur”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini “ Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada

keluarga Ny J dengan kasus Gout Athritis (asam urat) di RT 009 RW 004

Dusun IV desa Manusak, Kabupaten Kupang Timur”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dai penulisan karya ilmiah ini adalah untuk

memberikan gambaran asuhan keperawatan pada Ny. J dengan gout

artritis (asam urat) melalui terapi pemberian rebusan air daun sirsak

terhadap nyeri gout artritis (asam urat) di RT 009 RW 004 Dusun IV Desa

Manusak.

2.3.1 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. J dengan gout

artritis (asam urat) melalui terapi pemberian rebusan air daun sirsak

di RT 009 RW 004 Dusun IV Desa Manusak

4
2. Menegakan diagnosa keperawatan pada Ny. J dengan gout artritis

(asam urat) melalui terapi pemberian rebusan air daun sirsak di RT

009 RW 004 Dusun IV Desa Manusak

3. Merencanaan asuhan keperawatan pada Ny. J dengan gout artritis

(asam urat) melalui terapi pemberian rebusan air daun sirsak di RT

009 RW 004 Dusun IV Desa Manusak

4. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan pada Ny. J

dengan gout artritis (asam urat) melalui terapi pemberian rebusan

air daun sirsak di RT 009 RW 004 Dusun IV Desa Manusak

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. J dengan gout artritis

(asam urat) melalui terapi pemberian rebusan air daun sirsak di RT

009 RW 004 Dusun IV Desa Manusak

6. Menganalisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny. J dengan

gout artritis (asam urat) berdasarkan penerapan Evidance Based

Nursing terapi pemberian rebusan air daun sirsak.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan agar Karya Ilmiah Akhir NERS ini dapat membantu

memberikan tambahan informasi tentang tindakan yang dilakukan pada

pasien gout artritis (asam urat) dengan diagnosa keperawatan keluarga.

5
1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi mahasiswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi

mahasiswa kesehatan sehingga dapat diaplikasikan di keluarga dan

masyarakat.

2. Bagi Institusi

Hasil penulisan ini dapat memberi informasi dan bahan untuk

dikembangkan dalam ilmu keperawatan terkhususnya terapi pemberian

rebusan air daun sirsak untuk mengatasi diagnosa keperawatan resiko

regimen terapeutik tidak efektif pada pasien gout artritis (asam urat)

dalam keluarga

3. Bagi Desa Manusak

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi

dan masukan agar dapat meningkatkan derajat kesehatan melalui

penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit gout artritis (asam

urat) dan cara perawatannya

1.3.3 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah mengunakan

metode deskriptif dalam hal ini adalah studi kasus

6
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. KONSEP KELUARGA

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-

ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri

mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan

menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

keadaan saling kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria,

2017) mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan

perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan,

mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,

emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya. Dari hasil analisa

Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu

dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi

berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka

sebagai suatu keluarga.

7
2.1.2. Tipe Keluarga

Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :

1. Keluarga Tradisional

a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang

terdiri dari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis

maupun adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe

keluarga inti diantaranya:

1. Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu

keluarga dengan suami dan istri (tanpa anak) yang

hidup bersama dalam satu rumah.

2. The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak

dikarenakan terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan

mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

3. Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil

tanggung jawab secara sah dari orang tua kandung ke

keluarga yang menginginkan anak.

b. Keluarga Besar (The Extended Family) yaitu keluarga yang

terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu

rumah, contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante,

kakek dan nenek.

c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family)

yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)

8
dengan anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian,

kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum

pernikahan).

d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja

di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai

tempat tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul

dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau

pada waktu-waktu tertentu.

e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa

generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam

satu rumah.

f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal

dalam satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan

barang-barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti

kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.

g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda

(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan

anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living

Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang

hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),

seperti perceraian atau ditinggal mati.

9
i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana

anak ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika

orang tua dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan

baik. Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya

jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.

j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana

anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua

rumah tangga inti.

2. Keluarga Non-tradisional

a. The Unmarried Teenage Mother yaitu keluarga yang terdiri

dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan

tanpa nikah.

b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua

tiri.

c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak)

yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama

dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas yang sama,

pengalaman yang sama serta sosialisasi anak melalui

aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital

Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup

bersama berganti-ganti pasangan tanpa melakukan

pernikahan.

10
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang

mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana

‘marital partners

f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal

bersama diluar hubungan perkawinan melainkan dengan

alasan tertentu.

g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang

menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling

merasa menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu

termasuk seksual dan membesarkan anak.

h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi

aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan

saling menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,

pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada

hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada

saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.

j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak

mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis

personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan

atau masalah kesehatan mental.

11
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang

muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga

mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan

dan kriminal dalam kehidupannya.

2.1.3. Struktur Keluarga

Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga,

namun ada juga yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai

dimensi struktural. Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam

Nadirawati (2018) sebagai berikut :

1. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik,

transaksional untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam

keluarga.

2. Struktur Kekuatan

Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada

kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam

keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan

(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau

memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur

keluarga:

a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti

orang tua terhadap anak.

12
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua

adalah sesorang yang dapat ditiru oleh anak.

c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).

d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan

yang akan diterima).

e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan

keinginannya).

f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)

g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi

cinta kasih, misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:

a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing

anggota keluarga memiliki hak yang sama dalam

menyampaikan pendapat.

b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.

c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan

authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan

kebenaran.

d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada

peraturan.

e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak

adanya peraturan yang memaksa.

f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.

13
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.

h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.

3. Struktur Peran

Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status

atau tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.

a. Peran-peran formal dalam keluarga

Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada

keluarga, seperti ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga

memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin

keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik,

pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga,

dan sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial

tertentu. Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga,

pengasuh dan pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai

pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota

masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak

berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

b. Peran Informal kelauarga

Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit,

tidak tampak ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi

kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan

keluarga.

14
4. Struktur Nilai

Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai

masyarakat. Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku

dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga

ini akan menentukan bagaimana keluarga menghadapi masalah

kesehatan dan stressor-stressor lain.

2.1.4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018)

sebagai berikut:

1. Fungsi afektif dan koping dimana keluarga memberikan

kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam

membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi stres.

2. Fungsi sosialisasi keluarga sebagai guru, menanamkan

kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan

feedback dan saran dalam penyelesaian masalah.

3. Fungsi reproduksi dimana keluarga melanjutkan garis

keturunannya dengan melahirkan anak.

4. Fungsi ekonomi keluarga memberikan finansial untuk anggota

keluarga dan kepentingan di masyarakat.

5. Fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga memberikan keamanan

dan kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan,

perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.

15
2.1.5. Tahap dan Perkembangan Keluarga

Menurut Menurut Dion & Betan (2013) Tahapan dan tugas

perkembangan keluarga yaitu :

a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning

family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing

individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui

perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-

masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk

keluarga baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru

tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena

keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-

hari.Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan

keluarga orang tuanya dan mulaimembina hubungan baru

dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-

masing.

Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi

dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya

kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya.

Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat

untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang

diharapkan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini

antara lain :

16
1. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.

2. Menetapkan tujuan bersama

3. Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan

kelompok social

4. Merencanakan anak (KB)

5. Menyesuaikan diri dengan kehamilan

6. Mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua

b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child

bearing family)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari

kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut

sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan

dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri

melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran

bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga,

sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan

kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus

perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.

Suami merasa belum siap menjadi ayah atau

sebaliknya. Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :

1. Persiapan menjadi orangtua

2. Membagi peran dan tanggungjawab

17
3. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan

suasana rumah yang menyenangan

4. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing

5. Memfasilitasi role learning anggota keluarga

6. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai

balita

7. Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with

preschool)

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun

dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang

tua beradaptasi terhadap kebutuhan kebutuhan dan minat dari

anak prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya.

Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak

sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus

mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan

anak, suami/istri, dan ekerjaan (punya waktu/paruh waktu)

dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam

merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga dalam

merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar

kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara

menguatkan kerja sama antara suami istri.

18
Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi

perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak

agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Tugas

perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai

berikut:

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti:

kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.

2. Membantu anak untuk bersosialisasi

3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara

kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi

4. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam

maupun di luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan

sekitar)

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

(tahap paling repot)

6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan

kembang anak.

d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families

with children)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki

sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.

Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga

19
maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk.Selain aktifitas di

sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat

sendiri demikian pula orang tua yangmempunyai aktifitas

berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama

untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga

(orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi

kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di

sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan perhatian tentang kegiatan Social anak,

pendidikan dan semangat belajar

2. Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam

perkawinan

3. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

intelektual

4. Menyediakan aktifitas untukanak

5. Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan

mengikut sertakan anak.

e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with

teenagers)

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun

dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat

anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga

20
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta

kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi

lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini

antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan

tanggung jawab mengingat remaja yang sudah

bertambah dan meningkat otonominya.

2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan

keluarga.

3. Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan

orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan

permusuhan.

4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh

kembang keluarga.

f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan

(lounching center families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir

meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada

banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum

berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama

pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk

tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.

Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk

21
membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir

untuk lebih mandiri.Saat semua anak meninggalkan rumah,

pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami

istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan

peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-

anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi

keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja,

meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara

hubungan dengan anak.Tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini adalah :

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2. Mempertahankan keintiman pasangan

3. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit

dan memasuki masa tua

4. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anak

5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada

keluarga

6. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek

7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi

contoh bagi anak-anaknya.

22
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)

Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu

pasangan meninggal. Tahap ini semua anak meninggalkan

rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan

kesehatan dengan berbagai aktifitas. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini atara lain adalah :

1. Mempertahankan kesehatan

2. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam

arti mengolah minat sosial dan waktu santai

3. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan

generasi tua

4. Keakraban dengan pasangan

5. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan

keluarga

6. Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan

keakraban pasangan.

h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal.

Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat

dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus

dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya

23
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan

pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi

kesehatan.Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan

merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.Usia lanjut

umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada

tinggal bersama anaknnya. Tugas perkembangan tahap ini adalah :

1. Mempertahankan suasana rumah yangmenyenangkan

2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik, dan pendapatan.

3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

4. Mempertahakan hubungan anak dan socialmasyarakat.

5. Melakukan life review

6. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan

kematian (Harmoko,2015).

24
2.1.6. Tugas keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :

1. Mengenal masalah kesehatan

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

perubahan yang dialami anggota keluarga.Dan sejauh mana

keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari masalah

kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor

penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga

terhadap masalah kesehatan.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat

dan luasnya masalah. Apakah keluarga merasakan adanya

masalah kesehatan, menyerah terhadap masalah yang dialami,

adakah perasaan takut akan akibat penyakit, adalah sikap negatif

terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau

fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap

tenaga kesehatan, dan apakah keluarga mendapat informasi yang

benar atau salah dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang

sakit, keluarga harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan

penyakit, sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-sumber yang ada

25
dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,

finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga terhadap

yang sakit.

4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk

memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat yaitu sumber-sumber keluarga yang dimiliki, manfaat dan

keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap

keluarga terhadap hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota

keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga,

keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas

kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan adanya pengalaman

yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,

fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.

26
2.2. KONSEP DASAR GOUT ARTRITIS (ASAM URAT)

2.2.1. Pengertian

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit

pirai atau penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang

disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat

yang tinggi di dalam darah melebihibatas normal menyebabkan

penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya.

Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan

meradang (Haryani and Misniarti 2020). Selain itu asam urat

merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan protein

(terutama dari daging, hati,ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti

kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang

seharusnya akan dibuang melalui ginjal,feses, atau keringat. Asam

urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sangat

membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi

juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik. (Haryani and Misniarti

2020). Kadar asam urat normal pada wanita: 2,6 – 6 mg/dl, dan pada

pria : 3 – 7 mg/dl (Marlinda and Putri Dafriani 2019).

Purin adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan

yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Gout artritis ditandai dengan

peningkatan kadar asam urat, serangan berulang-ulang dari artritis

yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat

besar yang ditemukan topus, deformitas, sendi dan cedera pada ginjal

27
(Senocak 2019). Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal

urat monohidrat monosidium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi

degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-2%,

terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada

pria dari pada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian

pergelangan kaki (Senocak 2019).

2.2.2. Penyebab Gout Artritis (Asam Urat)

Penyebab dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin,

riwayat medikasi, obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki

tingkat serum asam urat lebih tinggi daripada wanita, yang

meningkatkan resiko mereka terserang artritis gout. Perkembangan

artritis gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria

dibandingkan wanita. Namun angka kejadian artritis gout menjadi

sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Prevalensi

artritis gout pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan

mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun (Wahyu Widyanto

2017). Wanita mengalami peningkatan resiko artritis gout setelah

menopause, kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun

dengan penurunan level estrogen karena estrogen memiliki efek

urikosurik, hal ini menyebabkan artritis gout jarang pada wanita muda

(Wahyu Widyanto 2017).

28
Pertambahan usia merupakan faktor resiko penting pada pria

dan wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak faktor, seperti

peningkatan kadar asam urat serum (penyebab yang paling sering

adalah karena adanya penurunan fungsi ginjal), peningkatan

pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang dapat meningkatkan kadar

asam urat serum (Wahyu Widyanto 2017) .

2.2.3. Patofisiologi Gout Artritis (Asam Urat)

Penyebab dari penyakit gout atau asam urat disebabkan oleh 2

faktor yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer dapat

disebabkan karena genetik, perubahan hormon dan gangguan pada

ginjal sedangkan faktor sekunder disebabkan karena alkohol,

konsumsi makanan tinggi purin, penyakit ginjal,obat-obatan. Orang

yang mengkonsumsi alkohol kadar purin dalam tubuhnya akan

meningkat ini dikarenakan alkohol menggandung purin dan

metabolisme dari alkohol yang akan meningkatkan produksi asam

laktat. Produksi belebih dari asam laktat akan menghambat eksresi

asam urat oleh ginjal, eksresi asam urat yang terganggu akan

meningkatkan kadar asam urat di dalam darah. Sedangkanpada

penyakit ginjal, penurunan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan

laju filtrasi, laju filtrasi yang menurun akan eksresi zat-zat sisa dalam

tubuh termasuk asam urat. Zat-zat sisa tadi yang seharusnya

dikeluarkan dari tubuh bersama dengan urin karena penyaringan oleh

glomerulus terganggu pada akhirnya zat-zat tersebut akan beredar

29
dalam darah. Jika terjadi terus menerus akan menimbulkanpenyakit

hiperurisemia.

Hiperurisemia dapat menyebabkan penumpukan kristal

monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar asam urat secara

mendadak dapat menyebabkan serangan gout. Apabila kristal urat

mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflamasi

akan terjadi dan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan terjadi

berulang-ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang

dinamakan fotus akan mengendap dibagian perifer tubuh, seperti jari

kaki, tangan, dan telinga. Pada kristal monosodium urat yang

ditemukan tersebut dengan imunoglobulin IgG. Selanjutnya

imunoglobulin yang berupa IgG akan meningkat fagositosis kristal,

dengan demikian akan memperlihatkan aktifitas imunologik

(Novianty Heni Priatna, 2014).

2.2.4. Tanda Dan Gejala Gout Artritis (Asam Urat)

Tanda dan Gejala Menurut (Sapti 2019b), tanda dan gejala

yang biasa dialami oleh penderita penyakit arthritis gout adalah:

a. Kesemutan dan linu

b. Nyeri terutama pada malam atau pagi hari saat bangun tidur

c. Sendi yang terkena arthritis gout terlihat bengkak, kemerahan,

panas, dan nyeri luar biasa.

d. Menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari,

gejalanya menghilang secara bertahap dimana sendi kembali

30
berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan

berikutnya

e. Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang adalah ibu

jari kaki (padogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi

kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon

pada siku

f. Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam

mejelang pagi

g. Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit

biasanya akan berwarna merah atau kekuningan, serta terasa

hangat dan nyeri saat digerakkan serta muncul benjolan pada

sendi (tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit di

atasnya akan berwarna merah kusam dan terkelupas

(deskuamasi). Gejala lainnya adalah muncul tofus di helix

telinga/pinggir sendi/tendon. Menyentuh kulit di atas sendi

yang terserang gout bisa memicu rasa nyeri yang luar biasa.

Rasa nyeri ini akan berlangsung selama beberapa hari hingga

sekitar satu minggu, lalu menghilang.

h. Gejala lain yaitu demam, menggigil, tidak enak badan, dan

jantung berdenyut dengan cepat.

31
2.2.5. Faktor Resiko Gout Arthritis (Asam Urat)

Menurut (Wahyu Widyanto 2017), faktor resiko yang mempengaruhi

gout arthritis adalah :

a. Usia Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada

laki-laki untuk pertama kalinya pada usia 40-69 tahun,

sedangkan pada wanita serangan gout arthritis terjadi pada

usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat

menopause. Wanita memiliki hormon estrogen, hormon

inilah yang dapat membantu proses pengeluaran asam urat

melalui urin sehingga asam urat didalam darah dapat

terkontrol.

b. Jenis kelamin Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih

tinggi dari pada wanita, sebab wanita memiliki hormon

ektrogen.

c. Konsumsi purin yang berlebih Konsumsi purin yang berlebih

dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam darah, serta

mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.

d. Konsumsi alkohol

e. Penyakit dan obat-obatan

32
2.2.6. Klasifikasi Gout Arthritis (Asam Urat)

Ada 3 klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik :

a. Gout artritis stadium akut

Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Lansia

tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa

sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat

monoartikular dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak,

terasa hangat, merah dengn gejala sistemik berupa demam,

menggigil dan merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut,

dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut,

dan siku. Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa

trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan

operasi, pemakaian obat diuretik dan lain-lain. Pemilihan

regimen terapi merekomendasikan pemberian monoterapi

sebagai terapi awal antara lain NSAIDs, kortikosteroid atau

kolkisin oral. Kombinasi diberikan berdasarkan tingkat

keparahan sakitnya, jumlah sendi yang terserang atau

keterlibatan 1-2 sendi besar (Senocak 2019).

b. Stadium interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi

periode interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat

ditemukan tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi

ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses

33
peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan

(Senocak 2019).

c. Artritis Gout stadium kronik

Stadium ini umumnya terdapat pada Lansia yang mampu

mengobati dirinya sendiri (self medication). Sehingga dalam

waktu lama tidak mau berobat secara teratur pada dokter. Gout

artritis menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan

poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan

obat. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Secara

umum penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi

pengaturan diet, istrahat sendi dan pengobatan. Pengobatan

dilakukan dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun

komplikasi lainnya. Tujuan terapi meliputi terminasi serangan

akut, mencegah serangan di masa depan, mengatasi rasa sakit

dan peradangan dengan cepat dan aman, mencegah komplikasi

seperti terbentuknya tofi, batu ginjal, dan arthropati destruktif

(Senocak 2019) .

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya :

a. Gout primer

Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat

berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal. Gout

primer disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Faktor

genetik adalah faktor yang disebabkan oleh anggota keluarga

34
yang memiliki penyakit yang sama. Dan buruknya jika kita

mengalami penyakit yang disebabkan dari gen, Sulit sekali

untuk disembuhkan. Makannya untuk keluarga mana pun, harus

menjalankan kehidupan yang sehat, agar penyakit tidak

menyerang pada anggota keluarganya. Masih ada banyak lagi

penyakit yang disebabkan oleh faktor keturunan. pernyataan ini

adalah faktor penyebab asam urat tinggi.

b. Gout sekunder

Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan.

3. Obat-obatan

Obat TBC seperti obat etambutol dan pyrazinamide dapat

menyebabkan kenaikan asam urat pada beberapa Lansia.

Hal ini terjadi karena adanya efek dari obat ini yang

berefek terhambatnya seksresi dari ginjal, termasuk

sekresi asam urat yang menghasilkan terjadinya

peningkatan asam urat pada tubuh.

4. Penyakit lain

Penyebab asam urat bisa terjadi jika memiliki tekanan

darah yang terlalu tinggi, atau pun memiliki kadar gula

darah yang terlalu tinggi, dan menimbulkan penyakit

hipertensi atau pun penyakit diabetes dan kolesterol dan

penyakit tersebut bisa menyebabkan organ tubuh

menurunkan fungsi nya sehingga tidak dapat

35
mengeluarkan limbah tubuh dengan baik seperti limbah

asam urat, oleh sebab itu salah satu penyebab asam urat

akibat penyakit di dalam tubuh.

2.2.7. Penatalaksanaan gout artritis (Asam Urat)

Pentalaksanaan pada penderita asam urat dapat dengan edukasi,

pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan (kolaboratif) dengan

pemberian akupresur. Hindari makanan yang mengandung tinggi

purin dengan nilai biologik yang tinggi seperti, hati, ampela ginjal,

jeroan, dan ekstrak ragi.

Makanan yang harus dibatasi konsumsinya antara lain daging

sapi, domba, babi, makanan laut tinggi purin (sardine, kelompok

shellfish seperti lobster, tiram, kerang, udang, kepiting, tiram, skalop).

Alkohol dalam bentuk bir, wiski dan fortified wine meningkatkan

risiko serangan gout. Demikian pula dengan fruktosa yang ditemukan

dalam corn syrup, pemanis pada minuman ringan dan jus buah juga

dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Sementara konsumsi

vitamin C, dairy product rendah lemak seperti susu dan yogurt rendah

lemak, cherry dan kopi menurunkan risiko serangan gout.

2.2.8. Komplikasi Gout Artritis

Komplikasi dari arthritis gout belum banyak disadari oleh

masyarakat umum. Menurut (Sapti 2019), berikut ini komplikasi yang

terjadi akibat tingginya kadar asam urat.

36
a. Kerusakan sendi

Arthritis gout merupakan penyakit yang cukup ditakuti

sebagian orang karena menimbulkan kerusakan sendi dan

perubahan bentuk tubuh. Kerusakan sendi yang disebabkan

tingginya asam urat dapat terjadi di tangan maupun kaki.

Kerusakan tersebut terjadi karena asam urat menumpuk di

dalam sendi dan menjadi kristal yang menganggu sendi. Sendi

yang tertutup kristal asam urat menyebabkan jari-jari tangan

maupun kaki menjadi kaku dan bengkok tidak beraturan.

b. Terbentuk tofi

Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat

(MSUM) di sekitar persendian yang sering mengalami

serangan akut atau timbul di sekitar tulang rawan sendi,

synovial, bursa, atau tendon. Di luar sendi, tofi juga bisa

ditemukan di jaringan lunak, otot jantung (miokard), katup

bicuspid jantung (katup mitral), retina mata, dan pangal

tenggorokan (laring). Tofi tampak seperti benjolan kecil

(nodul) berwarna pucat, sering teraba pada daun telinga,

bagian punggung (ekstensor) lengan sekitar siku, ibu jari kaki,

bursa di sekitar tempurung lutut (prepatela), dan pada tendon

achilles. Tofi baru ditemukan pada kadar asam urat 10-11

mg/dL. Pada kadar >11 mg/dL, pembentukan tofi menjadi

sangat progresif. Bila hiperurisemia tidak terkontrol, tofi bisa

37
membesar dan menyebabkan kerusakan sendi sehingga fungsi

sendi terganggu. Tofi juga bisa menjadi koreng (ulserasi) dan

mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang mengandung

MSU. Dengan adanya tofi, kemungkinan sudah terjadi

pengendapan Na urat di ginjal.

c. Penyakit jantung

Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan

jantung. Bila penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah

arteri maka akan mengganggu kerja jantung. Penumpukan

asam urat yang terlalu lama dapat menyebabkan LVH (Left

Ventrikel Hypertropy) yaitu pembengkakan ventrikel kiri pada

jantung

d. Batu ginjal

Tingginya kadar asam urat uang terkandung dalam darah dapat

menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa

zat yang disaring dalam ginjal. Bila zat tersebut mengendap

pada ginjal dan tidak bisa keluar bersama urine maka

membentuk batu ginjal. Batu ginjal yang terbentuk diberi nama

sesuai dengan bahan pembuat batu tersebut. Batu ginjal yang

terbentuk dari asam urat disebut batu asam urat.

e. Gagal ginjal (nefropati gout)

Komplikasi yang sering terjadi karena arthritis gout adalah

gagal ginjal atau nefropati gout. Tingginya kadar asam urat

38
berpotensi merusak fungsi ginjal. Adanya kerusakan fungsi

ginjal dapat menyebabkan ginjal tidak bisa menjalankan

fungsinya dengan baik atau mengalami gagal ginjal. Bila gagal

ginjal terjadi ginjal tidak dapat membersihkan darah. Darah

yang tidak dibersihkan mengandung berbagai macam racun

yang menyebabkan pusing, muntah, dan rasa nyeri sekujur

tubuh.

2.3. Konsep Intervensi Dengan Menggunakan Terapi Rebusan Daun

Sirsak

2.3.1. Pengertian

Sirsak merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis di

Benua Amerika, yaitu hutan Amazon. Masuknya tanaman sirsak di

Indonesia diduga dibawa oleh Bangsa Belanda pada abad ke-19.

Tanaman ini nyatanya tumbuh subur dan berkembang dengan baik

karena iklim tropis Indonesia yang cocok bagi tanaman sirsak (Dewi

dan Hermawati, 2013).

2.3.2. Kandungan

Daun sirsk merupakan bagian yang banyak mengandung

senyawa daintaranya acetogenins, annocatin, annocatcalin,

annohexocin, annonacin, cnnomuricin, annomurine, ananol,

caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid, serta

muricapenttocin. Daun sirsak merupakan bagian yang paling berkhasiat

39
untuk menyembuhkan penyakit salah satunya adalah penyakit gout.

Senyawa yang paling penting adalah tannin, resin dan magostine yang

mampu mengatasi nyeri sendi pada penyakit gout (Lina dan Juwita,

2012). Didalam etanol terdapat ekstrak magostine yang mempunyai

aktivitas sebagi penghambat, prostaglandin sebagai mediator inflamasi,

dan metanol dari daun sirsak mempunayi efek meredam nyeri yang

terjadi pada penderita gout (Karundeng F. Gerry, 2015).

Tanin dan resin merupakan suatu senyawa yang mengandung

flavonoid yaitu antioksidan pada daun sirsak yang dapat menurunkan

kadar asam urat dalam darah (Ilkafah, 2017). Senyawa yang tergandung

dalam daun sirsak tersebut berfungsi sebagai analgetik (pereda rasa

sakit) yang kuat serta bersifat sebagai antioksidan. Kombinasi sifat

analgetik dan anti inflamasi mampu mengurangi nyeri gout (Shabella,

2018).

2.3.3. Manfaat

Mengonsumsi rebusan daun sirsak pada penderita gout bertujuan

untuk mengurangi nyeri yang dikeluhan oleh penderita dan mengurangi

kadar asam urat dalam darah (Ilkafah, 2017).

2.3.4. Indikasi

Indikasi klien yang diberikan rebusan daun sirsak untuk

mengurangi nyeri menurut Ilkafah (2017) yaitu:

a. Penderita penyakit gout.

b. Tidak sedang mengonsumsi obat anti nyeri.

40
2.3.5. Cara Pembuatan

Menurut Ilkafah (2017) menyatakan bahwa salah satu cara

memanfaatkan daun sirsak sebagai obat gout adalah dengan cara

merebusnya.

a. Alat dan Bahan:

1. Panci

2. Kompor

3. Gelas

4. Air

5. 10 lembar daun sirsak berwarna hijau tua (panjang 10-11 cm

dan lebar 4-5 cm)

b. Cara pembuatan:

1. Cuci 10 lembar daun sirsak menggunakan air bersih.

2. Rebus 10 lembar daun sirsak dengan 500 cc air

3. Setelah mendidih, kecilkan api dan biarkan air menguap

hingga tersisa satu gelas (250 cc).

4. Setelah dingin, minum rebusan daun sirsak dua kali sehari

sampai gejala penyakit asam urat mereda, diminum setelah 1

jam makan.

5. Rebusan daun sirsak dapat dikonsumsi selama 7 hari

berturut-turut untuk dapat menurunkan nyeri dan kadar asam

urat pada penderita gout.

41
2.4. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses yang

kompleks bersifat dinamis, menggunakan pendekatan yang sistematis

pada keluarga dan anggota keluarga dengan menggunakan metode

ilmiah. Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian

kegiatan dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai

anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses

keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup

wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).

2.4.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai

dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian

dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas

rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data lain yang

ada seperti hasil pemeriksaan kesehatan KMS. Hal-hal yang perlu

dikaji dalam keluarga adalah:

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi nama kepala

keluarga, alamat dan telepon, pekerjaan kepala keluarga,

pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga dan genogram,

tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga

dan aktifitas rekreasi keluarga.

42
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan

anak tertua dari keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan

mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan

tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber

pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta

pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai

riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

4. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara

komunikasi antar anggota keluarga.

43
b. Struktur kekuatan keluarga yaitukemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah

perilaku.

c. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing

anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

d. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai

dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan

dengaan kesehatan.

5. Fungsi-fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Kaji gambaran dari anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan yang

diciptakan keluarga dan bagaimana mengembangkan sikap

saling menghargai di antara anggota keluarga

b. Fungsi sosialisasi

Kaji bagaimana interaksi atau hubungannya dalam

keluarga, sejauh mana keluarga belajar disiplin, norma,

budaya dan perilaku

c. Fungsi perawatan kesehatan :

Kaji sejauh mana keluarga menyediakan makanan (kaji

berapa kali anggota keluarga makan dalam sehari, menu

makanannya, cara mempersiapkan, mengolah dan menyimpan

44
makanan, adakah makanan pantang atau yang dilarang agama

dan makanan yang disukai masing-masing anggota keluarga),

pakaian (kaji penampilan keluarga saat dikunjungi dan

aksesoris yang digunakan) Perawatan anggota keluarga yang

sakit (kaji kebiasaan keluarga tentang cara pengobatan bila

ada anggota keluarga yang sakit, apakah menggunakan sarana

kesehatan yang tersedia, dan apa yang dilakukan bila ada yang

sakit.

Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat-

sakit, dan kesanggupan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas

kesehatan anggota keluarga (keluarga mengenal masalah

kesehatan keluarga, keluarga membuat keputusan tindakan

yang tepat, keluarga memberi perawatan pada anggota

keluarga yang sakit, keluarga mempertahankan atau

mengusahakan suasana rumah yang sehat, keluarga

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

dimasyarakat)

d. Fungsi reproduksi : kaji berapa anak yang diinginkan,

pengetahuan keluarga tentang Keluarga Berencana dan alat

kontrasepsi yang digunakan

e. Fungsi ekonomi : kaji sejauh mana keluarga memenuhi

sandang, pangan, papan, kesehatan dan sejauhmana keluarga

memanfaatkan barang

45
kesejahteraan keluarga dan sumber-sumber yang tersedia di

masyarakat.

6. Koping Keluarga

a. Kaji stresor keluarga jangka panjang (Stressor jangka panjang

yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan)dan jangka

pendek (Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang

dari 5 bulan).

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

d. Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi

permasalah

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa

keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak

berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang

dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

46
2.4.2. Diagnosis

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,

keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

kesehatan (Herdman, 2017).

Berdasarkan pengakajian asuhan keperawatan keluarga maka

diagnosa yang mungkin muncul adalah :

1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, yaitu pola

penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan

untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga

2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk

mempertahankan kesehatan

3. Ketidakpatuhan yaitu perilaku individu yang tidak mengikuti

rencana perawatan/pengobatan yang sepakati dengan tenaga

kesehatan sehingga menyebabkan hasil perawatan tidak efektif.

47
2.4.3. Intervensi

Intervensi keperawatan berdasarkan SDKI,SLKI,SIKI

Diagnosis (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


Kode Diagnosis Kode Tujuan Kode Rencana Tindakan
tindakan
D.0115 Manajemen kesehatan L. TUK 1: Keluarga I. Edukasi Observesi :

keluarga tidak efektif b.d 12111 mampu mengenal 12383 kesehatan 1. Identifikasi kesiapan dan
Kompleksitas Program masalah kesehatan. kemampuan menerima informasi
perawatan/pengobatan d.d Setelah 2. Identifikasi factor-faktor yang
keluarga tidak memahami m dilakukan 2 k dapal meningkatkan dan
asalah ali kunjungan rumah menurunkan motivasi perilaku
kesehatan tentang, gejala pen tingkat pengetahuan hidup bersih dan sehat Terapeutik
yakit semakin memberat, dan meningkat, dengan 3. Sediakan materi dan media
aktivitas keluarga untuk kriteria hasil : pendidikan kesehatan

48
mengatasi masalah tidak 1. Perilaku sesuai 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan

tepat anjuran sesuai kesepakatan

meningkat 5. Berikan kesempatan untuk

2. Kemampuan bertanya

Menjelaskan Edukasi :
pengetahuan
1. Jelaskan faktor nsiko yang dapat
tentang suatu
mempengaruhi kesehatan
topik .
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
3. Perilaku sesuai
sehat
pengetahuan
3. Ajarkan strategi yang dapat
meningkat Perila
digunakan untuk meningkatkan
ku membaik
perilaku hidup bersih dan sehat

L.1311 TUK 2: mengambil I.09265 Dukungan Observasi :


2 keputusan untuk pengambilan 1. Identikasi persepsi mengenai

49
tindakan kesehatan keputusan masalah dan informasi yang
yang tepat. memicu konfik
Setelah dilakukan 2 Terapeutik:
kali 2. Fasilitasi mengklarifikasi nilai
kunjungan rumah
dukungan keluarga dan harapan yang membantu
meningkat, dengan membuat pilihan Diskusikan
kriteri hasil :
kelebihan dan kekurangan dari
1. keinginan untuk
setiap solusi
mendukung
3. Fasitasi melihat situasi secara
anggota keluarga realistic
yang sakit 4. Motivasi mengungkapkan tujuan
meningkat perawatan yang diharapkan
2. Menanyakan 5. Faslitasi pengambilan
kondisi pasien keputusan secara kolaborat
meningkat Edukasi:
3. Bekerja sama 1. informasikan altematif solusi
dengan secara jelas

anggota keluarga 2. Berikan infomasi yang diminta


pasien
yang sakit dalam

50
menentukanPera
watan
L.1312 TUK 3: memberi I.13121 Dukungan Obsevasi :
1 perawatan kepada keluarga 1. Identifikasi kebutuhan serta
anggota keluarga merawat harapan keluarga tentang
yang sakit. anggota kesehatan
Setelah keluarga yang 2. Indentifikasi tindakan yang
dilakukan 2 sakit ddapat dilakukan keluarga
kali Terapeutik :
kunjungan rumah 1. Motifasi pengembangan sikap
peran dan emosi yang mendukung

pemberi asuhan upaya kesehatan

meningkat dengan 2. Gunakan sarana dan fasilitas

kriteria hasil : yang ada dalam keluarga

1. Kemampuan 3. Berikan terapi/pengobatan


nonfarmakologi
memberikan
Edukasi :
asuhan meningkat
4. Ajarkan keluarga cara
2. Kemampuan pengobatan nonfarmakologi
merawat pasien

51
meningkat
L.1210 TUK 4 : I.14513 Manajemen Observasi :
5 memodifikasi kesehatan 1. Monitor perubahan status
lingkungan rumah. kesehatan lingkungan
lingkungan
Setelah Terapeutik :
dilakukan 2 2. Modifikasi lingkungan untuk
kali kunjungan meminimalkan bahaya resiko
rumah manajemen lingkungan
kesehatan keluarga Edukasi :
meningkat 3. Ajarkan individu keluarga dan
meningkat, dengan kelompok resiko tinggi bahaya
kriteria hasil : lingkungan
1.Tindakan untuk
mengurangi faktor
resiko meningkat
L.0907 TUK 5: keluarga I.12435 Edukasi perilaku Obsenvasi :
4 mampu upaya kesehatan 1. Identifikasi kesiapan dan
memanfaatkan kemampuan menerima informasi
fasilitas kesehatan. Terapeutik :

52
Setelah 2. Gunakan pendekatan promosi
dilakukan 2 kesehatan dengan memperhatikan
pengaruh dan harmbatan dari
kali lingkungan, sosial serta budaya
ketahanan kelaurga Edukasi :
meningkat, dengan 3. Informasikan sumber yang tepat
kriteria hasil : yang tersedia di masyarakat
1. Memanfaatkan 4. Anjurkan menggunakan fasilitas
sumber daya kesehatan

dikomunitas 5. Ajarkan manentukan perilaku

Meningkat spesifik yang akan diubah (mis.

2. Manfatkan keinginan mengunjungi fasilitas

tenaga kesehatan kesehatan)

untuk 6. Ajarkan pencarian dan

mendapatkan penggunaan sistem faslitas

informasi pelayanan kesehatan

meningkat

53
2.4.4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana yang telah disusun pad

tahap intervensi keperawatan .

2.4.5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Pada

tahap ini perawat melakukan evaluasi dari setiap tindakan keperawatan yng telah

dilakukan apakah sudah sesuia dengan rencana yang telah dibuat atau belum.

54
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Trifebi E. Haekase

NIM : 72202821

Tempat Praktek : Dusun IV, Desa Manusak

Tanggal Pengkajian : 29-09-2022

A. Pengkajian

I. Data Umum

1. Nama Kepala keluarga : Tn. N.

2. Pendidikan : Tidak bersekolah

3. Umur : 65 tahun

4. Pekerjaan : Petani

5. Alamat :RT 009, RW 004, Dusun IV, Desa Manusak

6. Susunan anggota keluarga :

No Nama L/P Hub Pendidika Imunisasi Ket


dg n
( Inisial) BCG DPT Polio Campa
KK
k

1 Tn. N L Ayah Tidak - - - - - - - -


bersekolah

2 Ny. J P Ibu Tidak - - - - - - - -


bersekolah

55
3 Tn. F L Anak SI - - - - - - -

4 Tn. A L Anak SMA - - - - - - - -

5 Ny. S P Anak SMA - - - - - - - -

6 An. B P Cucu Masih SD - - - - - - - -

7 An.E L Cucu Masih SD

Genogram keluarga

Keterangan: (Penggunaan simbol model Friedman)

Tinggal serumah
Wanita
Laki-laki
Garis penikahan
Garis keturunan
Meninggal

Pasien

56
7. Tipe keluarga

Keluarga Ny J. termasuk dalam tipe keluarga the extended family yaitu terdiri dari suami,

Istri, anak dan cucu.

8. Suku bangsa

Keluarga Ny J. memiliki kebangsaan Indonesia,Ny J mengatakan berasal dari suku Timor

Leste.

9. Agama

Keluarga Ny J. menganut agama Kristen Katholik. Ny J. mengatakan rajin beribadah

setiap minggu di gereja.

10. Status sosial ekonomi keluarga

Ny J. mengatakan penghasilan yang di dapatkan dari hasil perkebunan. Uang yang di

dapatkan di gunakan untuk keperluan sehari-hari dan juga untuk membiayai kebutuhan

dalam rumah.

11. Aktivitas rekreasi keluarga

Ny J.mengatakan bahwa keluarganya kadang melakukan rekreasi dengan berkunjung ke

rumah saudara, nonton televisi bersama. Ny J menganggap bahwa berkunjung ke saudara

dan berkumpul bersama merupakan kebahagiaan yang sama dengan rekreasi.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap Perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Ny J mempunyai 3 orang anak, 2 orang anak laki-laki 1 orang anak perempuan

dan 2 orang cucu. Sehingga keluarag Ny J berada pada tahap perkembangan kedelapan

yaitu keluarga usia lanjut dengan tugas perkembangan :

57
a. Adaptasi dengan perubahan kehilangan kekuatan fisik dan pendapatan

b. Saling merawat

c. Memperthankan hubungan anak-anak dan sosial masyarakat

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan keluarga Ny.J telah

terpenuhi karena sudah mampu melakukan semua tugas pada tahapan perkembangan usia

lanjut seperti saling merawat, mempertahankan hubungan anak-anak dan sosial

masyarakat.

3. Riwayat kesehatan keluarga inti

Keluarga Ny J. mengatakan tidak tau kalau ada anggota keluarga yang memiliki penyakit

asam urat karena keluarga tersebut jarang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan baik

itu di posyandu lansia atau fasilitas kesehatan terdekat.

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Ny J. mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit menular.

III. Data Lingkungan Keluarga

1. Karakteristik rumah

Rumah Ny. J merupakan rumah permanen. Tembok terbuat dari batako, lantai terbuat

dari semen, atap menggunakan seng, penerangan yang digunakan adalah lampu listrik,

halaman rumah terlihat bersih, sumber air yang digunakan adalah sumur bor dan

memiliki jarak dengan pembuangan ≥ 10 M, kamar mandi dan WC di luar rumah,dan

kondisi kamar mandi dan WC baik yaitu layak dipakai, bersih, tembok menggunakan

batako, kloset menggunakan kloset leher angsa

58
Denah Rumah

Kamar
Mandi
Dapur & WC

RT

Ruang K. Tidur
K. Tidur
Makan

K. Tidur
Ruang Tamu

2. Karakteristik tetanggga dan komunitas rumah tangga

Pemukiman termasuk dalam perumahan padat penduduk. Rumah warga umumnya

sempit, saling berdekatan dan tapi memiliki halaman rumah Tetangga mayoritas adalah

warga Timor Leste dengan pekerjaan Pensiunan TNI, petani dan sebagainya. Warga

sekitar rumah. Sebagian besar warga beragama Khatolik dan mempunyai status social

ekonomi menengah kebawah Ny J mengatakan selama ini hubungan dengan tetangga

baik, apalagi rata-rata antar tetangga masih merupakan sanak saudara, jadi kalau ada

kegiatan atau masalah saling membantu. Akses masuk hanya bisa dilalui motor dan

mobil.

59
3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Ny. J bertempat tinggal menetap di Dusun IV RT 009 RW 004 Desa manusak.

4. Perkumpulan dan interaksi keluarga dengan masyarakat

Ny J selalu mengikuti ibadah di gereja setiap minggu dan beriteraksi dengan masyarakat

di sekitarnya dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti kerja bakti di lingkungan,kumpul

keluarga.

5. Sistem pendukung keluarga

Ny J. mengatakan selama ini jika ada masalah dalam keluarga, Ny J selalu

mendiskusikan bersama dengan suami, anak-anaknya.

IV. Struktur Keluarga

1. Struktur peran keluarga

Keluarga Ny J selalu menjalankan perannya masing-masing dalam keluarga. Tn. N

bepran sebagai ayah yang memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung ,

pemberi rasa aman bagi semua anggota keluarga. Sedangkan Ny. J berperan sebagai ibu

yang memiliki peran sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak,

pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Dan anak-anak

memiliki peran sebagai perilaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental,

soaila, dan spiritual.

2. Nilai atau norma keluarga

Keluarga Ny J mengatakan selalu mengajarkan anak-anaknya untuk bersikap sopan dan

menghormati orang lain

60
3. Pola komunikasi keluarga

Keluarga selalu berusaha melakukan komunikasi dua arah, selalu berkomunikasi untuk

pendidikan anak-anaknya namun apa bila dirasa masalah tersebut membuat pikiran,

maka Ny J berusaha untuk menceritakannya kepada suaminya. Selama ini Ny J

mengajak diskusi suami dan anak-anaknya.

4. Struktur kekuatan keluarga

Pengambil keputusan tertinggi adalah suaminya Tn.N Untuk urusan kehidupan sehari-

hari, keputusan diambil oleh Tn. N Namun, jika dirasa masalah perlu untuk didiskusikan,

maka Ny J selalu melakukan musyawarah dengan suami dan anak-anaknya.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Ny J dan suami dan anak anaknya saling menyanyangi. Ny J tidak keberatan mengurus

anak-anaknya, Setiap ada masalah Ny J dan berusaha untuk menyelesaikan secara

kekeluargaan tanpa emosional. Ny J mengatakan sangat senang dan bersyukur memiliki

keluarga walaupun sederhana dan kecil namun ada kebahagiaan tersendiri yang

dirasakan.

2. Fungsi sosialisasi

Ny. J mengatakan selalu berusaha memberikan arahan kepada anak-anak untuk bersikap

sopan dan berbuat baik, penanaman etika didasarkan pada agama sebagai pondasi yang

kuat untuk membentuk karakter anak anaknya.

61
3. Fungsi perawatan kesehatan

a. Mengenal masalah

Ny J mengatakan belum mengetahui secara jelas apa penyebab dari penyakit asam

urat yang dialaminya dan cara mencegah penyakit tersebut, Ny J juga mengatakan

jarang untuk memeriksa kesehatannya.

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

Kemampuan keluarga Ny J. kurang mampu dalam mengambil keputusan terhadap

masalah kesehatan karena sekalipun mengalami gangguan kesehatan seperti

mengalami asam urat jarang untuk mengontrol kesehatannya di fasilitas kesehatan

dan mengganggap itu merupakan hal yang biasa.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga Ny J. selalu berusaha untuk merawat anggota keluarga yang mengalami

sakit.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

Kemampuan keluarga Ny J memelihara rumah yang sehat dan cukup baik. Hal ini

Nampak pada kondisi rumah yang bersih dan rapi.

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

Ny J mengatakan jika ada anggota keluarganya yang sakit mereka hanya membeli

obat di kios dan tidak membawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

VI. Stress Dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek

Stressor jangka pendek yang dipikir Ny J saat ini yaitu memikirkan tentang penyakitnya.

62
2. Stressor jangka panjang

Ny J ingin hidup sehat dan tidak sakit-sakitan lagi.

3. Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap stressor

Selalu melaksanakan ibadah sesuai ketentuan dan berdoa. Segala usaha telah dilakukan

hasil akhirnya ditempuh dengan doa. Setiap ada masalah selalu diusahakan untuk

musyawarah.

4. Strategi koping yang digunakan

Ny J. bahwa selalu bermusyawarah dengan suami dan anak-anaknya untuk meyelesaikan

masalah yang dihadapi.

VII. Harapan Keluarga terhadap asuhan keperawatan

Ny J beharap kondisi kesehatannya semakin membaik dan dapat disembuhkan dengan

adanya terapi dan informasi yang disampaikan oleh mahasiswa.

VIII. Pemeriksaan Fisik Semua anggota keluarga

Keadaan umum anggota keluarga

No Nama TB/BB TTV

TD Nadi Suhu RR

1. Tn. N 59 kg 130/90 mmHg 84x/m 36,50C 20x/m

2. Ny. J 50 kg 150/90 mmHg 86x/ m 36,50C 20x/m

3. An. E 19 kg 100/80 mmHg 72x/m 36,50C 26x/m

4. An.B 17kg 100/60 mmHg 96x/m 36,50C 27x/m

63
HEAD TO TOE

1. Kepala

Inspeksi : Rambut terdistribusi merata, beruban, kulit kepala bersih, kepala simetris

Palpasi : Tidak teraba benjolan, dan tidak ada nyeri tekan.

2. Wajah

Wajah tampak simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada edema. Kondisi mata simetris,

konjungtiva merah muda, sklera warna putih,penglihatan kabur tetapi tidak menggunakan

alat bantu penglihatan. Hidung simetris, tidak keluar cairan, tidak ada benjolan, tidak ada

nyeri tekan, tidak ada gangguan penciuman. Telinga simetris, tidak keluar cairan, tidak ada

benjolan, tidak ada gangguan pendengaran. Bibir simetris, tidak ada gangguan menelan.

3. Leher

Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.

4. Dada

Bentuk dada normal dan simetris, tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada luka, tidak

ada nyeri dada.

5. Abdomen

Inspeksi : Abdomen datar, tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani pada area abdomen

Auskulatsi : Bising usus 16x/menit

6. Genitalia dan Pelvis

Tidak dilakukan pengkajian

64
7. Tulang Belakang

Tidak melakukan pengkajian

8. Ekstremitas

Inspeksi :Tidak ada luka, tidak ada kelumpuhan, terdapat edema pada pergelangan tangan

kanan dan lutut kaki kiri dan kanan, dan juga terdapat nyeri.

P : sering mengkonsumsi kacang-kacangan, daun singkong dan kangkung.

Q : nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk oleh benda tajam

R : nyeri yang dirasakan di persendian lutut kaki kanan dan kiri, pergelangan

tangan kanan

S : skala nyeri 6 (nyeri sedang)

T : nyeri biasanya terjadi pada malam hari dan menetap 5 5

Palpasi : akral hangat, tidak ada krepitasi . 5 5

Manusak. 29 Agustus 2022

Yang Mengkaji

(Trifebi E. Haekase)

65
B. Analisis dan Sintesis Data

No Data Penunjang Masalah/Diagnosis

1 Data subyektif: Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d

ketidakmampuan mengatasi masalah d.d


1. Ny.J mengatakan sering mengkonsumsi
kurang menunjukan perilaku adaptif
sayur kacang-kacangan, daun singkong
terhadap perubahan lingkungan, kurang
dan kangkung.
menunjukan pemahaman perilaku sehat
2. Ny.J mengatakan selalu melakukan
dan tidak mampu menjalankan perilaku
aktivitas fisik yang berlebihan yaitu
sehat pada keluarga Ny.J
bekerja di kebun dari pagi hingga sore

hari

Data Obyektif:

P : sering mengkonsumsi kacang-kacangan

daun singkong dan kangkung.

Q : nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-

tusuk oleh benda tajam

R : nyeri pada persendian lutut kaki kiri dan

kanan, pergelangan tangan kanan

S : skala nyeri 6 (nyeri sedang)

T: nyeri yang terjadi menetap dan biasanya

terjadi pada malam hari.

66
TTV:

TD: 150/90mmHg

N:82x/mnt

RR:20x/mn

S:36,5 c

2 Data subyektif: Kesiapan Peningkatan Manajemen

1. Keluarga mengatakan tidak paham Kesehatan d.d mengekspresikan

tentang masalah asam urat yang dialami keinginan untuk mengelola masalah
oleh Ny. J
kesehatan
Data Obyektif:

1. Keluarga terlihat ingin tahu terkait


masalah asam urat yang dialami Ny J
2. Keluarga sering mengajukan pertanyaan
terkait penyakit asam urat
3. Keluarga meminta penjelasan terkait
penyakit asam urat pada mahasiswa

3 Data Subjektif : Nyeri akut berhubungan dengan agen


pencedera fisik d.d Ny. J. mengatakan
1. Ny. J. mengatakan merasakan nyeri
nyeri pada persendian lutut, pergelangan
pada bagian persendian lutut kaki
tangan kanan
,pergelangan tangan kanan.

Data Objektif :

P: Ny. J sering mengkonsumsi sayur


kacang-kacangan, kangkung dan daun
singkokng

67
Q: Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk benda tajam

R: Nyeri yang dirasakan dipersendian lutut


kaki kiri dan kanan,pergelangan tangan
kanan

S: Skala nyeri 6 (nyeri sedang)

T: Nyeri yang dirasakan menetap dan


biasanya terjadi pada malam hari

Penentuan (Skoring) Diagnosis Keperawatan keluarga

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran

1 Sifat Masalah : 1 Ny.J mengatakan


persendian lutut
Tidak atau kurang sehat 3
kaki kanan dan
Ancaman Kesehatan 2 kiri, pergelangan
tangan kanan
nyeri, Ny .J
mengatakan

2/3x1= 0,67 sering


mengkonsumsi
Krisis atau Keadaan sayur kacang,
1
sejahtera kangkung dan
daun singkong
karena suami
menyukai sayur-
sayur tersebut dan
selalu

68
membelikan
untuk dimakan
sehari-hari

2 Kemungkinan masalah dapat 3 Keluarga


diubah mengatakan jika
nyeri hanya
Dengan mudah 2 1/2x3=1,5 dipijat
Hanya sebagian 1

Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk 4 Keluarga


dicegah: mengatakan tidak
begitu paham
Tinggi 3
dengan penyakit
2/3x4=2.66
asam urat,
keluarga tidak
Cukup 2
mencari tahu
Rendah 1 tentang asam urat

4 Menonjolnya masalah: 1 Anggapan


keluarga tentang
Masalah berat, harus segera
2 masalah asam
ditangani
urat adalah jika
1/2x1=0,5
Ada masalah, tetapi tidak masih bisa
1
perlu segera ditangani beraktifitas maka
tidak perlu segera
Masalah tidak dirasakan 0 ditangani

Total 5,33

69
Prioritas Diagnosis Keperawatan

Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan mengatasi masalah d.d

kurang menunjukan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan, kurang


1
menunjukan pemahaman perilaku sehat dan tidak mampu menjalankan perilaku

sehat pada keluarga Ny.J

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik d.d Ny. J mengeluh nyeri,
2
sulit tidur, tampak meringis, tekanan darah meningkat.

70
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Data Kode SDKI Kode SLKI Kode SIKI


SDKI SLKI SIKI
Gejala Dan Tanda Mayor D.0117 Pemeliharaan L.12106 TUK 1: I.12383 Edukasi Kesehatan.
Subjektif kesehatan tidak efektif Keluarga mampu Keluarga mampu
(tidak tersedia) b.d ketidakmampuan mengenal masalah mengenal masalah
Objektif mengatasi masalah d.d kesehatan yang kesehatan yang dialami
1. kurang menunjukan kurang menunjukan dialami. anggota keluarga yaitu
peilaku adaptif terhadap perilaku adaptif Setelah dilakukan asam urat dengan
perubahan lingkungan terhadap perubahan tindakan keperawatan tindakan:
2. kurang menunjukan lingkungan, kurang selama 2 kali Observasi:
pemahaman tentang menunjukan kunjungan diharapkan 1 Identifikasi kesiapan
perilaku sehat pemahaman perilaku pemeliharaan menerima informasi
3. tidak mampu sehat dan tidak kesehatan meningkat
menjalankan perilaku mampu menjalankan dengan kriteria hasil: Terapeutik
sehat perilaku sehat pada 1. Menunjukan 1 Sediakan materi dan
Gejala Dan Tanda Minor keluarga Ny.J perilaku adaptif media pendidikan
2. Menunjukan kesehatan
Subjektif
pemahaman 2 Jadwalkan pendidikan
(tidak tersedia)
perilaku sehat kesehatan sesuai

71
Objektif 3. Kemampuan kesepakatan
menjalankan 3 Berikan kesempatan
1. Memiliki riwayat
perilaku sehat untuk bertanya
perilaku mencari bantuan
L.13112 4. Memiliki system I.09265 Edukasi
kesehatan yang kurang pendukung 1 Jelaskan factor resiko
yang dapat
2. Kurang menunjukan
mempengaruhi
minat untuk
kesehatan
meningkatkan

Dukungan pengambilan
keputusan.
TUK 2: Keluarga mampu
Keluarga mampu memutuskan tindakan
mengambil keputusan yang dilakukan terkait
untuk tindakan masalah kesehatan yang
kesehatan yang tepat. dialami anggota keluarga
Setelah dilakukan 2 yaitu asam urat dengan
kali kunjungan rumah tindakan:
dukungan keluarga Observasi
meningkat, dengan 1. Identifikasi persepsi

72
kriteri hasil : mengenai masalah
1. keinginan untuk dan intomasi yang
mendukung memicu konfik
anggota keluarga Terapeutik
yang sakit 1. Fasilitasi
meningkat mengklarifikasi nilai
2. Menanyakan dan harapan yang
kondisi pasien membantu membuat
meningkat pilihan
3. Bekerja sama 2. Diskusikan kelebihan
dengan anggota dan kekurangan dari
keluarga yang setiap solusi
sakit dalam 3. Fasitasi melihat
menentukan situasi secara realistic
perawatan 4. Motivasi
mengungkapkan
tujuan perawatan
L.13121 I.14525 yang diharapkan
5. Faslitasi pengambilan
keputusan secara
kolaboratif

73
6. Fasilitasi hubungan
antara pasien,
keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya
Edukasi
1. informasikan
altematif solusi secara
jelas
2. Berikan infomasi
yang diminta pasien
Kolaborasi
TUK 3 : 1. Kolaborasi dengan
Keluarga mampu tenaga kesehatan lain
memberi perawatan dalam menfasilitasi
kepada anggota pengambilan
keluarga yang sakit. keputusan
Setelah dilakukan 2
kali kunjungan rumah Pelibatan keluarga.
peran pemberi asuhan Keluarga mampu
meningkat, dengan merawat anggota
kriteria hasil : keluarga dengan masalah

74
1. Kemampuan kesehatan yang dialami
memberikan yaitu asam urat dengan
asuhan meningkat tindakan:
2. Kemampuan Observasi
merawat pasien 1. Identifikasi kesiapan
L.14126 meningkat I.14513 keluarga untuk
3. Kemampuan terilibat dalam
menyelesaikan perawatan
tugas merawat Terapeutik
pasien 1. Ciptakan hubungan
terapeutik pasien
dengan keluarga
dalam perawatan
2. Diskusikan cara
perawatan di rumah
3. Motivasi kaluarga
mengembangkan
aspek positif rencana
perawatan
4. Fasilitasi keluarga
mernbuat keputusan

75
perawatan
Edukasi
1. Jelaskan kondisi
pasien kepada
keluarga
2. Infomasikan tingkat
ketergantungan pasien
kepada keluarga
3. Infomasikan harapan
pasien kepada
keluarga
4. Anjurkan keluarga
TUK 4 : bersikap asertif dalam
Keluarga mampu perawatan
L.09074 memodifikasi rumah I.12435 5. Anjurkan keluarga
Setelah dilakukan 2 terlibat dalam
kali kunjungan perawatan
keamanan lingkungan Manajemen
rumah meningkat, keselamatan
dengan kriteria hasil : lingkungan.
1. Pemeliharaan Keluarga mampu

76
rumah meningkat memodifikasi lingkungan
2. Kebersihan hunian terkait masalah yang
3. Sistem respon dialami anggota keluarga
kegawat daruratan yaitu asam urat dengan
meningkat tindakan:
4. Keamanan Observasi
penyimpanan obat 1. Monitor perubahan
5. Pemeliharaan status keselamatan
peralatan rumah lingkungan
Terapeutik
1. Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bahaya resiko
lingkungan (nis.
comimode chair dan
pegangan tangan)
2. Sediakan alat bantu
keamanan
3. Gunakan perangkat
pelindung (mis.

77
pengekangan fisik, rel
samping, piriu
terkunci, pagar)
4. Hubungi pihak
berwerang sesuai
masalah komunitas
(mis. Puskesmas)
Edukasi
5. Ajarkan individu,
keluarga dan
kelompok risiko
tinggi bahaya
TUK 5 : lingkungan
Keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan. Edukasi perilaku
Setelah dilakukan 2 upaya kesehatan.
kali kunjungan Keluarga mampu
ketahanan keluarga memanfaatkan fasilitas
meningkat, dengan kesehatan terkait masalah
kriteria hasil : yang dialami anggota

78
1. Mengidentifikasi keluarga yaitu asam urat
sumber daya dengan tindakan:
dikomunitas Obsenvasi
2. Memanfaatkan 1. Identifikasi
sumber daya kesiapan dan
dikomunitas. kemampuan
3. Memenfaatkan menerima informasi
tenaga kesehatan Terapeutik
untuk 1. Gunakan
mendapatkan pendekatan promosi
informasi kesehatan dengan
memperhatikan
4. Memanfaatkan pengaruh dan
tenaga kesehatan harmbatan dari
untuk lingkungan, sosial
mendapatkan serta budaya
informasi Edukasi
1. Informasikan
sumber yang tepat
yang tersedia di
masyarakat

79
2. Anjurkan
menggunakan
fasilitas kesehatan
3. Ajarkan
manentukan
perilaku spesifik
yang akan diubah
(mis. keinginan
mengunjungi
fasilitas kesehatan)
4. Ajarkan pencarian
dan penggunaan
sistem faslitas
pelayanan
kesehatan
Gejala Dan Tanda Mayor D.0077 Nyeri Akut L.08066 Setelah dilakukan I.08238 Manajemen nyeri

Subjektif Berhubungan Dengan kunjungan selama 8 Observasi

1. Mengeluh nyeri Agen Pencedera Fisik kali maka diharapkan 1. Identifikasi lokasi,

Objektif d.d. mengeluh nyeri, tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,

1. Tampak meringis sulit tidur, tampak dan kontrol nyeri frekuensi, kualitas,

80
2. Bersikap protektif meringis, tekanan meningkat dengan intensitas nyeri

3. Gelisah darah meningkat kriteria hasil : 2. Identifikasi skala

4. Frekuensi nadi 1. Keluhan nyeri nyeri

meningkat menurun 3. Identifikasi respon

5. Sulit tidur 2. Meringis nyeri non verbal

menurun 4. Identifikasi faktor

3. Bersikap yang memperberat

Gejala Dan Tanda Minor protektif dan memperingan

Subjektif menurun nyeri

(tidak tersedia) 4. Gelisah menurun 5. Identifikasi

Objektif 5. Kesulitan tidur pengetahuan dan

1. Tekanan darah menurun keyakinan tentang

meningkat 6. Tekanan darah nyeri

2. Pola napas berubah menurun 6. Identifikasi

3. Nafsu makan berubah L.08063 pengaruh budaya

4. Proses berpikir terhadap respon

81
terganggu 1. Melaporkan nyeri nyeri

5. Menarik diri terkontrol 7. Identifikasi

6. Berfokus pada diri meningkat pengaruh nyeri pada

sendiri 2. Kemampuan kualitas hidup

7. Diaforesis mengenali onset 8. Monitor

nyeri meningkat keberhasilan terapi

3. Kemampuan yang sudah

mengenali diberikan

penyebab nyeri Terapeutik

meningkat 1. Berikan teknik non

farmakologi untuk

4. Kemampuan mengurangi rasa

menggunakan nyeri(mis. TENS,

teknik non- hipnotis akupresur,

farmakologi terapi musik, terapi

meningkat pijat, aromaterapi,

82
teknik imajinasi
5. Dukungan orang
terbimbing, kompres
terdekat
hangat atau dingin).
meningkat
2. Kontrol lingkungan

yang memperberat

rasa nyeri(mis.suhu

ruangan,

pencahayaan,

kebisingan)

3. Fasilitas istirahat

dan tidur

4. Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri

dalam pemilihan

terapi meredakan

nyeri

83
Edukasi

1. Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu

nyeri

2. Jelaskan strategi

meredakan nyeri

3. Anjurkan monitor

nyeri secara mandiri

4. Ajarkan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa

nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi

pemberian analgetik,

jika perlu

84
D.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa Hari/
Implementasi Evaluasi Ttd
Keperawatan Tanggal

Pemeliharaan Kamis ,01 TUK 1: Subjektif: keluarga mengatakan telah memahami apa

kesehatan September itu asam urat, apa yang menyebabkan


Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan yang
tidak efektif 2022 terjadinya asam urat, factor resiko dan
dialami anggota keluarga yaitu asam urat dengan
b.d pencegahan terkait masalah kesehatan
tindakan:
ketidakmamp yang dialami oleh Ny J
1. Mengidentifikasi kesiapan keluarga dalam
uan mengatasi Objektif:
menerima informasi terkait masalah kesehatan
masalah d.d TTV:
yang dialami salah satu anggota keluarga
kurang TD: 150/80 mmHg
2 Menyediakan materi dan media pendidikan
menunjukan N: 83x/menit
kesehatan yaitu leaflet terkait masalah kesehatan
perilaku S: 36,5oC
asam urat yang dialami oleh Ny J.
adaptif RR: 20x/menit
55
3 Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
terhadap 55

85
perubahan kesepakatan dengan anggota keluarga

lingkungan, 4 Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk

kurang bertanya Keluarga tampak memahami penjelasan yang

menunjukan 5 Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan diberikan dengan menganggukan kepala dan

pemahaman gejala, faktor resiko, cara mengatasi masalah dan mejawab pertanyaan yang diberikan oleh perawat

perilaku sehat pecegahan terkait masalah kesehatan yaitu asam Analisis:

dan tidak urat yang dialami oleh salah satu anggota TUK 1 tercapai dengan indicator keluarga

mampu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan Ny J

menjalankan Perencanaan:

perilaku sehat Lanjutkan intervensi TUK 2, keluarga mampu

pada keluarga memutuskan tindakan yang tepat terkait

Ny.J masalah kesehatan Ny J

Subjektif: Keluarga mengatakan ingin mengetahui


Senin,
strategi untuk merawat dan mencegah

86
05 TUK 2: masalah asam urat pada Ny.J

September Objektif: keluarga antusias dalam proses diskusi


Keluarga mampu memutuskan tindakan yang
2022 TTV:
dilakukan terkait masalah kesehatan yang dialami
TD: 140/90 mmHg
anggota keluarga yaitu asam urat dengan tindakan:
N: 85x/menit
1. Mengidentikasi persepsi mengenai masalah dan
Analisis: TUK 2 sudah tercapai dengan indicator
intomasi terkait asam urat yang dialami Ny J
keluarga sudah mampu memilih alternative
2. Memfasilitasi dan mengklarifikasi nilai dan
tindakan yang tepat untuk Ny.J
harapan yang membantu keluarga membuat
Perencanaan
pilihan terkait masalah asam urat yang dialami
Lanjutkan intervensi TUK 3, Keluarga mampu
Ny J
merawat anggota keluarga yang sakit
3. Mendiskusikan kelebihan dan kekurangan dari

setiap solusi yang dilakukan terkait masalah

asam urat yang dialami Ny J yaitu dengan

mengkonsumsi rebusan air daun sirsak untuk

mengurangi nyeri asam urat

4. Memotivasi mengungkapkan tujuan perawatan

87
yang diharapkan terkait masalah asam urat yang

dialami Ny J

5. Menginformasikan altematif solusi secara jelas

terkait terapi yang dilakukan untuk mengurangi

nyeri asam urat pada Ny J

6. Berikan infomasi yang diminta pasien terkait

terpai yang dilakukan untuk mengurangi nyeri

asam urat pada Ny J

Jumat 09 Subjektif: Keluarga mengatakan sudah memahami

September TUK 3: cara perawatan dengan memberikan

2022 terapi rebusan air daun sirsak di rumah


Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
terhadap Ny J
mengalami masalah kesehatan asam urat dengan
Objektif: Keluarga antusias dalam mempelajari cara
tindakan:
merawat Ny.J dengan memberi

1. Mengidentifikasi gejala – gejala penyakit pada pengobatan alternative yaitu

Ny.J memberikan rebusan air daun sirsak

88
2. Menyediakan lingkungan yang aman terhadap Ny.J

3. Mendiskusikan anggota keluarga yang akan TTV:

dilibatkan dalam perawatan TD: 140/90 mmHg

4. Mendiskusikan kemampuan dan perencanaan N: 80x/menit

keluarga dalam perawatan Analisis: TUK 3 sudah tercapai dengan indikator

5. Mendiskusikan cara perawatan dirumah yakni keluarga sudah mampu merawat Ny J

mengkonsumsi rebusan air daun sirsak untuk dengan cara mengkonsumsi rebusan air

mengurangi nyeri asam urat daun sirsak untuk mengurangi nyeri asam

6. Mengajarkan keluarga tentang cara perawatan urat

dirumah yakni memberikan rebusan air daun Perencanaan: Lanjutkan intervensi TUK 4 yaitu

sirsak untuk mengurangi nyeri asam urat keluarga mampu memodifikasi

7. Intervensi dilakukan dengan cara meminum lingkungan.

rebusan air daun sirsak sebanyak 10 lembar

direbus dengan 3 gelas air hingga mendidih

sampai tersisa 1 gelas (dengan api sedang),

diminum 2x sehari pada pagi dan sore hari 1 jam

89
Selasa 13 setelah makan rutin selama 8 minggu. Subjektif: keluarga mengatakan sudah memahami

September TUK 4: bahwa lingkungan yang bersih dapat

2022 mempengaruhi kesehatan anggota keluarga,


Keluarga mampu memodifikasi lingkungan:
namun Tn N dan Ny J jarang berada di
1. Mengidentifikasi lingkungan dan perilaku dalam
rumah dan yang tinggal hanya kedua cucu
keluarga yang mengganggu kesehatan
yang masih SD sehingga rumah berantakan
2. Menentukan bersama keluarga metode
dan kotor
pengelolaan resiko yang baik
Objektif: keluarga belum mampu memodifikasi

lingkungan disekitar rumah

TTV:

TD: 130/80 mmHg

N: 82x/menit

Analisis: TUK 4 belum tercapai dengan indikator

keluarga belum mampu memodifikasi

lingkungan

90
Perencanaan: Lanjutkan intervensi TUK 5 Keluarga

mampu memanfaatkan faskes

Subjektif:Keluarga mengatakan ketika sakit biasanya

Sabtu 17 tidak pergi ke puskesmas atau rumah sakit

September Objektif: keluarga tidak mampu memanfaatkan


TUK 5:
2022 faskes
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan: TTV:

1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang TD: 130/80 mmHg

fasilitas kesehatan N: 80x/menit

2. Memberi dukungan dalam perawatan dan Analisis: TUK 5 belum tercapai dengan indicator

pemanfaatan faskes keluarga belum mampu memanfaatkan

91
3. Member motivasi bagi keluarga berpartisipasi faskes

dalam kegiatan perawatan Perencanaan: Lanjutkan intervensi TUK 5 oleh

keluarga

Nyeri akut b.d Kamis 01 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S :

agen september frekuensi, kualitas dan untensitas nyeri: Ny.J mengatakan nyeri yang dirasakan pada

pencedera 2022 Lokasi : persendian lutut kaki kanan dan kiri, bagian persendian lutut kaki kanan dan kiri,

fisik ditandai pergelangan tangan kanan pergelangan tangan kanan sudah berkurang

dengan Durasi : menetap O:

mengeluh Frekuensi : < 5 menit Ny.J masih tampak meringis saat menunjkan

nyeri, tampak Kualitas :nyeri seperti tertusuk-tusuk oleh lokasi pada bagian persendian lutut kai kanan

meringis, sulit benda tajam dan kiri, pergelangan tangan kanan yang terasa

tidur, dan 2. Mengidentifikasi skala nyeri: skala nyeri 6 nyeri

tekanan darah (nyeri sedang) TTV:

meningkat, 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal: Ny. TD : 130/90 mmHg S: 36,5 oc

Ny. J J tampak meringis N: 84x/m RR: 20x/m

mengatakan 4. Menjelaskan strategi meredakan nyeri dengan

92
bahwa ia teknik pemberiaan rebusan air daun sirsak. Ny A :

merasakan J mengerti dengan penjelasan yang diberikan,


Masalah nyeri akut belum teratasi
nyeri hebat di dan Ny.J menyetujui dengan tindakan terapi
P:
persendian, pemberian rebusan air daun sirsak
Intervensi dilanjutkan
dan ia juga 5. Mengajarkan teknik pemberian rebusan air

ketika daun sirsak pada Ny.J sesuai SOP :

mengalalmi a. Cuci 10 lembar daun sirsak

nyeri ia akan menggunakan air bersih.

sulit untuk b. Rebus 10 lembar daun sirsak dengan

beristirahat. 500 cc air

c. Setelah mendidih, kecilkan api dan

biarkan air menguap hingga tersisa satu

gelas (250 cc).

d. Setelah dingin, minum rebusan daun

sirsak dua kali sehari sampai gejala

penyakit asam urat mereda, diminum

93
setelah 1 jam makan.

e. Rebusan daun sirsak dapat dikonsumsi

selama 7 hari berturut-turut untuk dapat

menurunkan nyeri dan kadar asam urat

pada penderita gout.

f. Mengidentifikasi hasil pemberian terapi

rebusan air daun sirsak : Hasil dari

terapi rebusan air daun sirsak Ny.J

tampak tenang, rileks, dan tidak tampak

meringis, skala nyeri menjadi 3(nyeri

ringan)

94
BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1. Profil Lahan Praktik

Desa Manusak dulunya bergabung dengan Desa Pukdale Kecamatan

Kupang Timur dan disebut dusun Tatelek. Sebagai salah satu dusun terjauh

dengan jarak kurang lebih 7 km dari pusat desa (Kantor Desa Pukdale) tentu

mengalami kesulitan untuk mendapatkan pelayanan baik pelayan pemerintah

desa maupun pelayanan kesehatan. Alasan inilah yang menjadi pertimbangan

dimekarkan dusun ini menjadi desa pada tahun 2004 telah ada upaya dari

Pemdes Pukdale dan masyarakat dusun 1 untuk mengusulkan kepada

pemerintah kabupaten agar segera dimekarkan dusun 1 Menjadi desa

devenitif dengan alasan pendekatan pelayanan umum namun usulan tersebut

belum sepenuhnya diterima. Meskipun demikian, upaya demi upaya tak

henti-hentinya dilakukan.Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2005,

usulan pemekaran tersebut dijawab oleh Pemerintah Kabupaten dan saat

itulah secara resmi Dusun 1 dimekarkan menjadi Desa devenitif dan

dinamakan Desa Manusak hingga sekarang.

Batas administrasi desa dan luas wilayah, Desa Manusak merupakan 1

dari 13 wilayah Desa dan Kelurahan yang berada di kecamatan Kupang

Timur. Desa Manusak merupakan Desa pemekaran dari Desa Pukdale yang

mulai dimekarkan sejak tahun 2005 dan devenitif pada tahun 2006. Luas

95
wilayah desa mencapai 2.500 ha. Jarak dari Kota Kecamatan 7 km. Jarak dari

Kota Kabupaten 5 km.

Sebagai sebuah wilayah administrasi pedesaan, Desa Manusak memiliki

batas-batas wilayah Devenitif yakni:

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Naibonat.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Raknamo, Desa Naunu.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pukdale, desa Fatuteta, Desa

Kuanheum, Desa Oefeto.

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Naibonat dan Desa Naunu.

4.2. Analisis Masalah Keperawatan

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada keluarga Ny.J

ditemukan bahwa Ny.J memiliki riwayat gout artritis (asam urat) Ny.J

memiliki kebiasaan suka mengkonsumsi daun singkong,kacang-kacangan,

daun pepaya dan kangkung. Hal ini sesuai dengan teori, dimana

mengkonsumsi makanan tinggi purin dapat meningkatkan kadar asam urat .

Serta sesuai dengan penelitian Veronica dkk (2019) dengan hasil ada

hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi

purin dengan kadar asam urat.

Ny.J mengatakan bahwa orang tuanya dulu tidak mengalami

mengalami sakit yang sama dengan yang dialami oleh Ny.J. Ira Riswana

(2022) mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya asam

urat yaitu faktor keturunan adanya hubungan antara yang diduga secara teori

karena adanya metabolisme yang berlebihan dari purin yang merupakan salah

96
satu hasil residu metabolisme tubuh terhadapan makanan yang mengandung

purin. Kondisi ini secara teoritis dapat diturunkan dari orang tua ke anak.

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny.J bahwa setiap

harinya Ny.J bekerja di kebun dari pagi hingga sore sehingga sering

mengalami kelelahan dan cedera sendi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Nurul dan Hariza, (2021) yang menyebutkan bahwa

semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan dan berlangsung jangka panjang

maka semakin banyak asam laktat yang diproduksi. Aktivitas fisik yang

dilakukan dalam intensitas yang berlebihan dapat memberikan beban yang

berlebihan pada sendi. Sesuai dengan penelitian tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan signfikan antara aktivitas fisik dan kadar

asam urat.

Selain itu didapatkan bahwa kurangnya peran keluarga dalam kasus asam

urat pada Ny.J Hal ini dapat tergambar dari 5 tugas kesehatan keluarga.

Keluarga Ny.J belum bisa mengetahui masalah kesehatan pada Ny.J ,

keluarga belum bisa mengambil keputusan tentang penyakit yang diderita

Ny.J , keluarga belum bisa merawat Ny.J dengan baik, keluarga belum bisa

memodifikasi lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan

anggota keluarga yang sakit. Sesuai dengan jurnal penelitian yang telah

dilakukan oleh Anisa dkk, dengan judul “Hubungan Pola Makan Dan Tingkat

Pengetahuan Dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Penderita gout

Artritis Di Puskesmas Ronatana Weru”

97
Peran keluarga sangat menentukan terjadinya asam urat. Karena peran

keluarga mempunyai dampak yang besar terhadap kejadian dan penanganan

asam urat. Semakin besar peran keluarga maka semakin tercapainya

kesehatan yang optimal dalam keluarga. Dari hasil pengkajian yang

dilakukan, adanya masalah keperawatan yaitu pemeliharaan kesehatan

keluarga tidak efektif. Maka dari itu diperlukan penatalaksanaan untuk

mengatasi masalah ini. Penatalaksanaan asam urat dapat berupa farmakologi

dan non farmakologi. Salah satu penatalaksanaan non farmakologi yaitu

terapi mengkonsumsi rebusan air daun sirsak.

Salah satu penanganan non farmakologis dalam penyembuhan

penyakit asam urat yaitu dengan terapi komplementer. Terapi komplementer

bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal,

terapi nutrisi, akupuntur dan akupresur, relaksasi progresif, meditasi,

homeopati, aromaterapi, terapi bach flower remedy, dan refleksiologi, terapi

es dan panas, teknik relaksasi, distraksi, biofeedback, hipnosis diri (Nuraini,

2017). Salah satu terapi herbal dapat menggunakan rebusan air daun sirsak.

Rebusan air daun sirsak bisa untuk mengobati asam urat karena memiliki

kandungan seperti Actogenins, annocatin, annonacin, tannin, dan resin

(Wijaya, 2017). Flavonoid menghambat degranulasi neutrofil sehingga akan

menghambat pengeluaran sitokin, radikal bebas, serta enzim yang berperan

dalam peradangan (Shabella, 2018). Flavonoid ini berfungsi sebagai

analgesik yang menghambat kerja enzim siklooksigenase dan lipoksigenase

98
sehingga dapat mengganggu sintesis prostaglandin dan mengurangi rasa nyeri

(Suryanto, 2012).

4.3. Analisis Intervensi Terapi Pemberian Rebusan Air Daun Sirsak

Intervensi keperawatan keluarga yang dilakukan untuk mengatasi

masalah difokuskan pada 5 tugas utama keluarga yaitu keluarga mampu

mengenal masalah kesehatan, keluarga mampu mengambil keputusan

terkait masalah kesehatan, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

sakit, keluarga mampu memodifikasi lingkungan, serta yang terakhir keluarga

mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, salah satu intervensi yang dapat

diberikan untuk menangani masalah gout arthritis (asam urat) adalah Ajarkan

keluarga cara membuat rebusan air daun sirsak.

Implementasi yang dilakukan pada Ny. J di Dusun IV RT 009 RW

004 Desa Manusak, dengan memberikan rebusan air daun sirsak . Dengan

waktu pemberian dua kali dalam sehari yaitu pagi hari dan malam hari.

Sebelum dilakukan pemberian terapi, pasien diukur kadar asam uratnya

terlebih dahulu dan didapatkan hasil 8,1 mg/dL, dan pasien mengeluh nyeri

pada persendian skala nyeri (6) nyeri sedang. Setelah lima kali diberikan

terapi tingkat nyeri yang sering dirasakan oleh Ny. J mengalami penurunan,

skala nyeri menjadi (3) nyeri ringan dan kadar asam urat juga menurun

menjadi 7,8 mg/dL Pemberian terapi ini dilakukan selama empat minggu

dengan takaran yang sesuai bersadarkan SOP.

c. Alat dan Bahan:

1. Panci

99
2. Kompor

3. Gelas

4. Air

5. 10 lembar daun sirsak berwarna hijau tua (panjang 10-11 cm

dan lebar 4-5 cm)

d. Cara pembuatan:

6. Cuci 10 lembar daun sirsak menggunakan air bersih.

7. Rebus 10 lembar daun sirsak dengan 500 cc air

8. Setelah mendidih, kecilkan api dan biarkan air menguap

hingga tersisa satu gelas (250 cc).

9. Setelah dingin, minum rebusan daun sirsak dua kali sehari

sampai gejala penyakit asam urat mereda, diminum setelah 1

jam makan.

10. Rebusan daun sirsak dapat dikonsumsi selama 7 hari

berturut-turut untuk dapat menurunkan nyeri dan kadar asam

urat pada penderita gout.

100
Hasil yang ditunjukkan setelah diberikan terapi memberikan pengaruh

yang cukup baik untuk Ny. J. Bisa dikatakan bahwa terapi yang dilakukan

sangat berhasil untuk mengontrol nyeri yang dialami klien. Penggunaan bahan

herbal sebagai terapi sangat dibutuhkan karena memiliki khasiat yang ampuh

dan alami sehingga meminimalisir terjadinya risiko yang berbahaya terhadap

klien.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi

(2020) tentang “ Efektifitas Rebusan Daun Sirsak Terhadap Penurunan Skala

Nyeri Pada Penderita Gout Artritis “ didapatkan hasil bahwa ada pengaruh

daun sirsak untuk penurunan skala nyeri. Hal ini dikarena daun sirsak

menganung senyawa tannin, resin dan crytallizable mogostine yang mampu

mengurangi rasa nyeri. Senyawa yang yang terkandung dalam daun sirsak

tersebut berfungsi sebagai analgesik (pereda rasa sakit) yang kuat serta

bersifat sebagai antioksidan.

Penelitian ini juga sejalan dengan Helena Patricia,dkk (2020) tentang

“Pengaruh Rebusan Daun Sirsak (Annona Muricatal.) Terhadap Penurunan

Intensitas Nyeri Pada Penderita Asam Urat Diwilayah Kerja Puskesmas Koto

Lolo Kota Sungai Penuh” didapakan hasil bahwa ada pengaruh rebusan daun

sirsak terhadap penurunan intensitas nyeri pada penderita asam urat. Senyawa

yang paling penting terdapat dalam daun sirsak adalah tannin, resin dan

crytallizable mogostine yang mampu mengatasi nyeri. Senyawa yang

terkandung dalam daun sirsak tersebut berfungsi sebagai analgetik yang kuat

serta bersifat sebagai antioksidan.

101
Mekanisme kerja antioksidan pada daun sirsak tersebut mirip dengan

mekanisme kerja obat allopurinol yang merupakan obat untuk menurunkan

kadar asam urat dalam darah.

Penelitian yang dilakukan juga oleh Dewi Yuliana tentang “Penerapan

Rebusan Daun Sirsak Untuk Menurunkan Nyeri Sendi Pada Lansia Yang

Mengalami Asam Urat” terhadap hasil bahwa pemberian rebusan daun

sirsak berhasil menurunkan nyeri dari skal nyeri 9 menjadi 5 yang

diakibatkan oleh asam urat, Dengan demikian rebusan daun sirsak dapat

digunakan sebagai salah satu terapi dalam menurunkan nyeri sendi pada

lansia dengan asam urat.

4.4. Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan

Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk masalah

kesehatan pada Ny.J dengan gout artritis (asam urat) adalah terapi kompres

hangat jahe merah. Karena pengaruh kompres jahe merah pada Gout artritis

(asam urat) dapat menimbulkan sensasi hangat, meningkatkan relaksasi otot,

memberikan rasa nyaman, meningkatkan sirkulasi darah, sehingga dapat

digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif yang mudah dilakukan.

Hal ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Zakina Arlina, 2018

dengan judul Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe

Merah Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Artritis Di Panti

Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang didapatkan hasil bahwa ada

pengaruh pemberian terapi jahe merah terhadap penurunan skala nyeri.

102
Pemberian kompres jahe ini dilakukan menggunakan waslap dengan suhu

sekitar 40oc dengan durasi 20-30 menit selama 11 hari .

103
BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari kasus keluarga dengan masalah gout

artritis (asam urat) baik tinjaun secara teori maupun pelaksanaan asuhan

keperawatan pada keluarga Ny. J maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dalam pengkajian Ny.J mengalami gout artritis (asam urat),

pada saat pengkajian Ny. M sering sakit pada pergelangan kaki,

tangan dan lutut dan jika kambuh tidak dapat melakukan

aktivitas sehari-hari. Keluarga belum mengetahui bagaimana

cara perawatan asam urat yang benar.

2. Sesuai dengan data yang didapatkan 2 diagnosa keperawatan

keluarga dan 1 diagnosa individu yaitu: 1) Pemeliharaan

kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan ketidakmampuan

mengatasi masalah pada keluarga Ny J 2) Kesiapan Peningkatan

Pengetahuan d.d mengungkapkan minat dalam belajar pada

keluarga Ny J 3) Nyeri Akut berhubungan dengan agen penceda

fisik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, dan tekanan darah

meningkat.

104
3. Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalahnya yang

dihadapi sekaligus memperhatikan kondisi Ny.J serta

kesanggupan keluarga dalam kerja sama.

4. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan implementasi

dari rencana keperawatan yang telah disusun. Pelaksanaan saat

bergantung pada sikap keterampilan yang dimiliki oleh perawat.

Kepercayaan klien terhadap perawat menimbulkan sikap

kooperatif dalam menjalankan tindakan keperawatan. Ny.J dan

keluarga dapat berpatisipasi dan menerima terhadap pelaksanaan

tindakan keperawatan yang telah direncanakan.

5. Setelah dilakukan implementasi kepada keluarga Ny. J maka:

a. Keluarga Ny.J dapat mengurangi nyeri pada pergelangan

kaki, tangan dan lutut dengan melakukan konsumsi

rebusan air daun sirsak apabila asam urat Ny.J kambuh.

b. Ny.J menjaga pola diet makan dengan cara mengurangi

makan kacang- kacangan, kangkung, daun singkong dan

lebih banyak mengkonsumsi buah- buahan.

c. Ny.J mengurangi pekerjaan yang berat-berat dan

memberikan istirahat yang cukup

105
5.2. Saran

1. Bagi pendidikan keperawatan

Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi tenaga

kesehatan dan pengajar dalam proses belajar mengajar mengenai

gout artritis (asam urat)

2. Bagi praktik keperawatan

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

bagi tenaga kesehatan di rumah sakit khususnya perawat mengenai

asam urat

3. Bagi Masyarakat

Memberikan saran kepada masyarakat bahwa pentingnya memeriksa

kesehaatan secara teratur kepelayanan kesehatan untuk mencegah

sedini mungkin penyakit yang mungkin terjadi dan mendukung

pelayanan kesehatan.

106
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Azwar. (2012). Tanaman Obat Indonesia.Jakarta : Salemba Medika.


Brunner & Suddarth.(2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Edisi 8.Volume 2. Jakarta: EGC.

Asikin, dkk. 2016. Keperawatan Medikal Bedah :Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: Penerbit Erlangga.

Bactiar, Arif (2010), Pengaruh Ekstrak Jahe (ZINGIBER OFFICINALE)


Terhadap Tanda dan Gejala Osteoarthritis pada Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Pandan Wangi Kota Malang Program Magister Ilmu
Keperawatan Kekhususan KMB, Fakultas Ilmu Keperawatan Depok.

Chilyatiz Zahroh, Kartika Faiza(2017). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap


Penurunan Nyeri Pada Penderita Penyakit Artritis Gout Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan, Univeristas Nahdlatul Ulama Surabaya
:internet publishing

Friedman, (2013).Keperawatan Keluarga, Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Gulbuddin Hikmatyar, TA Larasati(2017). Pentalaksanaan Komprehensif


Arthritis Gout dan Osteorthritis Pada Buruh Usia Lanjut. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung :Internet Publishing

Hernilawati.2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi


Selatan:

Pustaka As-Salam

Muhlisisn, A. 2012.Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Gosyen publishing

Rendra Eryan, (2016). Upaya Peningkatan Dukungan Keluarga dalam


Menjaga Diit Pasien Gout Athritis Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhhamadiyah Surakarta
:Internet Publishing

supriyanto3, rista apriana1) dwi retnaingsih2) joko. "pengaruh rebusan daun


sirsak untuk menurunkan nyeri gout atrhitis pada lansia pengaruh
rebusan daun sirsak untuk menurunkan nyeri gout atrhitis pada lansia
." soursop leaves, gout atrhitis pain , 2014: 401-407.

107

Anda mungkin juga menyukai