Anda di halaman 1dari 4

UMKM perlu diperhatikan dan dilindungi dari adanya persaingan yang ketat antar

pelakunya mengingat pelaku UMKM ini terus bertambah banyak. UMKM adalah
suatu usaha milik perseorangan yang mana bukan merupakan anak perusahaa
atau cabang perusahaan dengan jumlah penghasilan atau kekayaan dalam
setahun sesuai dengan yang diatur dalam undang-undang UMKM Nomor 20
Tahun 2008 (Sriyana, 2010 cit Rawis, 2016).
Usaha Mikro Kecil dan Menengah mayoritas bergerak dalam bidang sumber daya
alam pertanian atau sektor agribisnis. Pemilihan sektor agribisnis dikarenakan
ketersediaan sumber daya alam sektor pertanian yang sangat melimpah. Selain
itu, sektor pangan menjadi sektor yang sangat diperhatikan mengingat kebutuhan
pangan sampai sejauh ini belum dapat tercukupi. Sejatinya UMKM mampu untuk
menjadi aset berharga bagi kehidupan perekonomian karena UMKM dapat terus
menggerakan roda perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemberian program Kredit Usaha Rakyat kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah sepenuhnya dananya berasal dari bank selaku lembaga atau badan
penyedia modal yang telah bekerjasama dengan pemerintah terkait (Anggraini et
al, 2013). Penyediaan modal dilakukan dengan pemberian kredit kepada pelaku
UMKM. Kredit adalah penyediaan sejumlah uang dimana terdapat persetujuan
antara pihak peminjam dan pihak pemberi pinjaman seperti bank terkait jumlah
pinjaman dan lama waktu pengembalian (Harun, 2013). Bentuk yang dilakukan
adalah dengan pemberian modal usaha. Dalam pelaksaan program ini,
pemerintah
Pembentukan program Kredit Usaha Rakyat oleh pemerintah yang mempunyai
tujuan untuk membantu menggerakkan kegiatan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah adalah suatu bentuk inisiatif pemerintah dalam memecahkan
permasalahan perekonomian di Indonesia. Kredit yang diberikan ini diharapkan
dapat dimanfaatkan oleh pelaku kegiatan UMKM dengan maksimal untuk
mengatasi permasalahan seperti terbatasnya sumber modal, untuk membeli
peralatan atau teknologi yang dapat menunjang produksi usaha, dan
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
Program Kredit Usaha Rakyat dilakukan dengan memberikan kredit pembiayaan
modal kepada debitur baik secara
individu, kelompok, dan badan usaha kecil yang produktif melakukan usaha dan
layak untuk dibentuk serta dikembangkan. Kebijakan program Kredit Usaha
Rakyat dibentuk oleh pemerintah dengan tujuan untuk membantu pelaku usaha
menemukan akses terhadap pembiayaan modal usaha, meningkatkan daya saing
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) karena dengan adanya kemudahan
akses maka akan semakin meningkatkan gairah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) untuk mengembangkan usahanya, membuka lapangan kerja
baru agar tingkat pengangguran menurun, dan mendorong pertumbuhan
ekonomi negara.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dapat menerima Kredit Usaha
Rakyat adalah usaha produktif yang feasible namun belum bankable dengan
ketentuan :
a. Merupakan debitur baru yang belum pernah mendapatkan kredit/pembiayaan
dari perbankan yang dapat dibuktikan melalui SID (Sistem Informasi Debitur) pada
saat mengajukan permohonan kredit atau belum pernah memperoleh fasilitas
program kredit dari pemerintah.
b. Khusus untuk penutupan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat antara tanggal Nota
Kesepakatan Bersama dan sebelum adendium I, maka fasilitas penjamin dapat
diberikan kepada debitur yang belum pernah mendapatkan program pembiayaan
kredit program lainnya.
c. Kredit Usaha Rakyat yang diperjanjkan antara bank pelaksana dengan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah yang bersangkutan.
2. Kredit Usaha Rakyat disalurkan sebagai modal kerja dan investasi kepada
pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan ketentuan : a. Kredit sampai
dengan nominal Rp 5.000.000,00 tingkat margin atau bunga kredit pembiayaan
yang dikenakan maksimal sebesar 20-21%
efektif pertahun. b. Kredit diatas nominal Rp 5.000.000,00 tingkat margin atau
bunga kredit pembiayaan yang dikenakan maksimal sebesar 12-13% efektif
pertahun. 3. Bank pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat
berdasarkan dengan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas-asas
perkreditan sehat atau tanpa masalah dengan mempertimbangkan ketentuan
yang berlaku.
Mayoritas pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah pelaku
usaha yang bergerak di sektor informal karena sebagian besar pelaku Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah adalah tenaga kerja yang tidak dapat terserap sektor
formal. Menurut Gonibala et al (2019) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) telah diatur dalam UU No. 2 Tahun 2008 seperti berikut :
Dalam menjalankan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sendiri
mempunyai beberapa kelebihan, antara lain adalah :
1. Pemilik usaha mempunyai kebebasan dalam mengarahkan dan
mengembangkan usahanya.
2. Pemilik usaha mempunyai kewenangan penuh terhadap pengambilan
keputusan dalam usahanya.
3. Usaha yang dijalankan dapat langsung menyasar kepada kebutuhan masyarakat
sekitarnya.
Selain terdapat kelebihan dalam menjalankan Usaha Mikro Kecil dan Menengah,
terdapat juga kekurangan dalam menjalankan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
seperti berikut :
1. Terdapat kesulitan dalam mendorong dan mengembangkan usaha karena
terbatasnya modal.
2. Adanya kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja atau karyawan karena
jumlah gaji yang nantinya diterima oleh karyawan relatif tidak terlalu besar.
3. Adanya kebebasan dalam penentuan sasaran kebutuhan masyarakat, membuat
pekerjaan relatif lemah karena Usaha Mikro Kecil dan Menengah biasanya tidak
berjualan produk tetap, tetapi produk yang dihasilkan bisa saja berbeda-beda
tergantung waktunya.
Suku bunga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pelaku UMKM untuk
mempertimbangkan pengambilan program KUR. Suku bunga yang rendah akan
membuat pelaku UMKM mempertimbangkan untuk memilih keputusan
mengambil program KUR. Penyediaan kredit tentu sangat bergantung pada
kondisi perekonomian pelaku UMKM dalam masa penerimaan kredit dan
pengembalian kredit. Pemerintah selaku pemangku kebijakan yang mempunyai
pengaruh besar dalam program ini telah mendeteksi bahwa suku bunga menjadi
faktor penting dalam penentuan pengambilan program KUR oleh pelaku UMKM
sehingga pada Tahun 2018 Pemerintah menurunkan tingkat suku bunga menjadi
7% per tahun (Eni et al, 2019)
Pelayanan dari program Kredit Usaha Rakyat menjadi salah satu faktor yang
cukup dipertimbangkan oleh pelaku UMKM. Pelayananan mengenai
program KUR sejauh ini masih belum dapat menjangkau hingga ke pelosok-
pelosok daerah, sedangkan banyak dari pelaku UMKM khususnya sektor agribisnis
bergerak di pelosok daerah (Aristanto, 2020). Pelaku UMKM tentunya sangat
mempertimbangkan kemudahan pelayanan dan administrasi mengingat
mayoritas bentuk usaha yang dijalani adalah milik perseorangan sehingga
mungkin mereka akan mengorbankan beberapa waktunya untuk mengurus segala
administrasi yang dibutuhkan.
Faktor yang tidak kalah penting dalam pemanfaatan program Kredit Usaha Rakyat
ini adalah jangka waktu pengembalian dari kredit yang telah diberikan. Pelaku
UMKM tentunya sangat mempertimbangkan apakah mereka akan dapat
mengembalikan kredit yang diberikan secara tepat waktu. Penentuan jumlah
cicilan, bunga, dan jangka waktu akan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh kemampuan likuiditas debitur, serta jangka waktu pengembalian seharusnya
tidak hanya dikaitkan dengan kemampuan total akumulasi tetapi juga harus
memperhatikan aktivitas turn over dan cash flow (Lubis et al, 2011).
Faktor selanjutnya adalah lingkungan usaha pelaku UMKM. Adanya informasi dan
testimoni dari penerima kredit akan dapat mempengaruhi pelaku UMKM untuk
dapat memutuskan mengambil program KUR ini atau tidak. Adanya testimoni
positif dari beberapa oknum yang telah menggunakan program ini yang mungkin
dekat dengan pelaku UMKM
akan membuat pelaku UMKM dapat termotivasi untuk memanfaatkan pemberian
kredit ini. Sebaliknya, apabila terdapat testimoni negatif maka akan membuat
pelaku UMKM berpikir lebih panjang bahkan memutuskan untuk tidak
memanfaatkan program KUR tersebut.

Anda mungkin juga menyukai