Anda di halaman 1dari 18

PENYULUHAN HUKUM

tentang
HAK ASASI MANUSIA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dianugerahi hak-
hak asasi dalam rangka menjamin keberadaan harkat dan martabat
kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya. Dalam
perwujudannya, manusia wajib menghormati hak-hak yang melekat pada
dirinya dan orang lain dengan penuh ketaqwaan dan tanggungjawab menuju
keharmonisan kehidupan antar sesama manusia dan manusia dengan
lingkungannya.

Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai hak dasar yang melekat pada diri
manusia bersifat universal dan abadi, sehingga harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh
siapapun, kecuali oleh Undang-undang atau Putusan Pengadilan.

Setiap negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengemban tugas dan


tanggungjawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan
melaksanakan Deklarasi Universal tentang HAM dan instrumen-instrumen
HAM lainnya yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Indonesia
sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, wajib melindungi,
menegakkan dan memajukan HAM.

Pada era refocmasi dan atas desakan masyarakat yang kuat


ketentuan tentang HAM mendapatkan perhatian yang serius sebagaimana
telah berhasil dikeluarkan Ketetapan MPR tentang Hak Asasi Manusia
(HAM) yakni TAP MPR No.XVII/MPR/1998.

Setahun kemudian, untuk menindak lanjuti TAP tersebut telah dikeluarkan


Undang undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dengan
keluamya UU tentang HAM ini, maka untuk memantapkan kedudukan HAM
dalam UUD 1945, telah dilakukan perubahan UUD 1945 yang kedua pada
tanggal 18 Agustus 2000 dengan menambahkan satu bab khusus yakni Bab
X tentang HAM mulai Pasal 28 A s/d J.

Untuk memberi perlindungan, kepastian, keadilan dan perasaan aman


kepada perorangan atau masyarakat, perlu dibentuk suatu Pengadilan HAM.
Dengan adanya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia, baik perseorangan
maupun masyarakat dan menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum,
keadilan dan perasaan aman bagi perseorangan maupun masyarakat
terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

2. Dasar

a. UUD 1945 dan perubahannya, terutama Amandemen ke II


tahun 2000 padaBab X A tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
Pasal 28 A s/d J.

b. TAP MPR Nomor: XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia


(HAM).

c. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia (HAM).

d. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan


HAM.

e. Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana


Aksi NasionalHak Asasi Manusia (RANHAM).

3. Maksud dan Tujuan

Maksud diselenggarakannya penyuluhan hukum mengenai HAM adalah


untuk memasyarakatkan pengetahuan HAM dalam hal penerapan dan
pelaksanaannya di Indonesia, dengan tujuan untuk mencegah atau
memperkecil terjadinya pelanggaran HAM oleh aparat dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya serta untuk menambah wawasan bagi kita semua
tentang penerapan HAM dalam kehidupan sehari-hari.

4. Ruang Lingkup dan Sistematika

Ruang lingkup penyuluhan dibatasi pada pemahaman tentang HAM,


pelanggaran HAM berat, prosedur penyelesaian pelanggaran HAM berat,
menurut UU HAM dan Pengadilan HAM. dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

BAB II Hak Asasi Manusia (HAM) dan Pengadilan Hak


Asasi Manusia (HAM)

BAB III Implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam


kehidupan sehari-hari

BAB IV Penutup.
5. Pengertian-pengertian

a. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang


melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

b. Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan


seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan
atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh undang-undang tentang HAM, dan tidak
mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.

c. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah


pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang tentang Pengadilan HAM.

d. Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah pengadilan


khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat.

e. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut


Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya
setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi
melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan
dan mediasi hak asasi manusia.

f. Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan


sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan
yang hebat, baik jasmani maupun rokhani, pada seseorang
untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang
atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu
perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh
seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa
seseorang atau orang ketiga. atau untuk suatu alasan yang
didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit
atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari,
dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau
pejabat publik.

g. Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang


dilakukan oleh siapapun yang menyebabkan seseorang tidak
diketahui keberadaannya dan keadaannya.

BAB II

HAK ASASI MANUSIA (HAM) DAN


PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

6. Hak Asasi Manusia (HAM)


Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (HAM) antara lain mengatur tentang hak, kewajiban
dasar, tugas dan tanggungjawab pemerintah dalam penegakan HAM,
pembentukan Kornisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
dan partisipasi masyarakat. Adapun pemahaman tentang HAM yang
paling mendasar antara lain meliputi:
a. Hak Asasi Manusia (HAM) dan Kebebasan Dasar Manusia,
yakni:
1) Hak untuk hidup.
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan
hidup. meningkatkan taraf kehidupannya, hidup tentram,
aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak
atas kehidupan ini bahkan juga melekat pada bayi yang
belum lahir atau orang yang terpidana mati. Dalam hal
atau keadaan yang sangat luar biasa yaitu demi
kepentingan hidup ibunya dalam kasus aborsi atau
berdasarkan putusan pengadilan dalam kasus pidana
mati, maka tindakan aborsi atau pidana mati dalam hal
dan atau kondisi tersebut, masih dapat diizinkan. Hanya
pada dua hal tersebut itulah hak untuk hidup dapat
dibatasi.
2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(perkawinan yang dilaksanakan menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan), atas kehendak bebas
calon suami dan isteri yang bersangkutan yakni
kehendak yang lazim dari niat suci tanpa paksaan,
penipuan atau tekanan apapun dan dari siapapun
terhadap calon suami dan atau calon isteri.
3) Hak mengembangkan diri.
Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak
pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun
kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsadan
negaranya.
4) Hak memperoleh keadilan.
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk mem-
peroleh keadilan dengan mengajukan permohonan,
pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana,
perdata, maupun administrasi serta diadili melalui
proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai
dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan
secara obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk
memperoleh putusan adil dan benar.
5) Hak atas kebebasan pribadi.
Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai
keyakinan politik, mengeluarkan pendapat di muka
umum, memeluk agama masing-masing, tidak boleh
diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa
diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan bertempat
tinggal di wilayah Rl.
6) Hak atas rasa aman.
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman
dan tentram serta perlindungan terhadap ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
7) Hak atas kesejahteraan.
Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain demi
pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat dengan
cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan
jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak atas pekerjaan,
kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat
pekerja demi melindungi dan memperjuangkan
kehidupannya.
Khusus mengenai:
a) Hak milik tersebut mempunyai fungsi sosial yakni
bahwa setiap penggunaan hak milik harus
memperhatikan kepentingan umum bilamana
menghendaki atau membutuhkan benar-benar,
maka hak milik dapat dicabut menurut peraturan
perundang-undangan.
b) Setiap orang berhak untuk mendirikan serikat
pekerja dan tidak boleh dihambat untuk menjadi
anggotanya demi melindungi dan
memperjuangkan kepentingannya serta menurut
peraturan perundang-undangan. Tidak boleh
dihambat disini maksudnya adalah bahwa setiap
orang atau pekerja tidak dapat dipaksa untuk
menjadi anggota dari suatu serikat pekerja.
8) Hak turut serta dalam pemerintahan.
Setiap warga negara berhak turut serta dalam
pemenntahan dengan langsung atau perantaraan wakil
yang dipilih secara bebas dan dapat diangkat dalam
setiap jabatan pemerintahan.
9) Hak wanita.
Setiap wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat
dalam jabatan, profesi dan pendidikan sesuai dengan
persyaratan dan peraturan perundang-undangan.
Disamping itu berhak mendapat-kan perlindungan
khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya
terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan
dan atau kesehatannya.
10) Hak anak.
Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua,
keluarga, masyarakat dan negara serta memperoleh
pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan
diri dan tidak dirampas kebebasan-nya secara melawan
hukum.
b. Kewajiban Dasar Manusia
Setiap orang atau setiap warga negara yang ada di wilayah
negara Rl Wajib :
1) Patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum
tidak tertulis dan hukum internasional mengenai HAM
yang telah diterima Indonesia.
2) Ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Menghormati HAM orang lain, moral, etika dan tata
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Setiap HAM seseorang menimbulkan kewajiban dasar
dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain
secara timbal balik serta menjadi tugas pemerintah untuk
menghormati, melindungi, menegakkan dan memajukannya.
Dalam menjalankan hak dan kewajibannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan oleh
undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, keamanan dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.
c. Kewajiban dan Tanggung Jawan Pemerintah
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati,
melindungi, menegakkan dan memajukan HAM sebagaimana
diatur dalam undang-undang tentang HAM, peraturan
perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang
HAM yang diterima oleh Indonesia. Kewajiban dan tanggung
jawab tersebut meliputi langkah implementasi yang efektif
dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya.
pertahanan keamanan negara dan bidang lain.
d. Partisipasi Masyarakat.
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga
kemasyarakatan lainnya, berhak:
1) Berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan dan
pemajuan HAM;
2) Menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran
HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang
berwenang dalam rangk& perlindungan, penegakan dan
pemajuan HAM;
3) Mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan
yang berkaitan dengan HAM kepada Komnas HAM dan
atau lembaga lainnya.
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi
masyarakat. lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi,
lembaga studi, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, baik
sendiri-sendiri maupun bekerjasama dengan Komnas HAM
dapat melakukan penelitian, pendidikan dan penyebarluasan
informasi mengenai HAM.
7. Pengadilan HAM
a. Karakteristik
Pengadilan HAM adalah Pengadilan khusus terhadap
pelanggaran HAM berat sebagaimana diatur oleh Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Dua belas karateristik yang terkandung dalam UU
Pengadilan Hak Asasi Manusia, yakni:
1) Yurisdiksi Pengadilan HAM mencakup luar batas
teritorial wilayah negara Rl;
2) Untuk hal-hal tertentu, hukum formal yang diberlakukan
tidak mengikuti KUHAP, tetapi diatur tersendiri dalam UU
Pengadilan HAM itu;
3) Penyelidikan dilakukan Komnas HAM;
4) Adanya ketentuan mengenai tim penyelidik ad.hoc, yang
keanggotannya terdiri atas Komnas HAM dan unsur
masyarakat;
5) Kewenangan penyidikan dan penuntutan berada pada
Jaksa Agung. Namun dalam melakukan penyidikan dan
penuntutan tersebut, Jaksa Agung mengangkat penyidik
ad.hoc dan penuntut ad.hoc yang terdiri dari unsur
pemerintah dan masyarakat;
6) Pemeriksaan pada tingkat pengadilan HAM, pengadilan
tinggi HAM, ataupun Mahkamah Agung, dilakukan
Majelis Hakim yang berjumlah lima orang. Mereka terdiri
atas dua hakim dari setiap tingkat pengadilan yang
bersangkutan dan tiga orang hakim ad.hoc;
7) Proses penyelesaiannya, baik pada tahap
penyelidikan, penyidikan, penuntutan maupun
pemeriksaan sidang pengadilan,. diberi tenggang waktu
yang ketat;
8) Adanya ketentuan mengenai perlindungan hukum bagi
korban dan saksi dalam penyelesaian pelanggaran HAM
yang berat;
9) Sistem pemidanaannya berbeda dengan yang ada
dalam KUHAP, UU HAM mematok pidana penjara paling
lama 25 tahun.
10) Ditentukannya pengadilan HAM ad.hoc untuk memeriksa
dan memutuskan pelanggaran HAM berat yang terjadi
sebelum diundangkannya UU Pengadilan HAM.
11) Peran vital DPR, sebagaimana dimaksud pada Pasal 43
ayat (2) yakni Pengadilan HAM ad.hoc dibentuk dengan
Keputusan Presiden atas usul DPR.
12) Asas retroaktif dapat diberlakukan dalam rangka
melindungi HAM itu sendiri berdasarkan Pasal 28 J ayat
(2) UUD 1945.
b. Jenis pelanggaran HAM berat
1) Kejahatan genosida.
Adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa. ras, kelompok etnis,
kelompok agama. dengan cara:
a) Membunuh anggota kelompok;
b) Mengakibatkan penderitaan fisik atau
mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok;
c) Menciptakan kondisi kehidupan kelompok
yang akan mengakibatkan kemusnahan secara
fisik baik seluruh atau sebagiannya;
d) Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau
e) Memindahkan secara paksa anak-anak
dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
2) Kejahatan terhadap kemanusiaan.
Adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa "serangan tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil" (suatu rangkaian
perbuatan yang dilakukan terhadap penduduk sipil
sebagai kelanjutan kebijakan yang berhubungan dengan
organisasi), berupa:
a) Pembunuhan (sebagaimana tercantum
dalam Ps. 340 KUHP);
b) Pemusnahan (meliputi perbuatan yang
menimbulkan penderitaan yang dilakukan dengan
sengaja, antara lain berupa perbuatan
menghambat pemasokan barang makanan dan
obat-obatan yang dapat menimbulkan
pemusnahan pada sebagian penduduk);
c) Perbudakan (dalam ketentuan ini termasuk
perdagangan manusia, khususnya perdagangan
wanita dan anak-anak);
d) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara
paksa (pemindahan orang-orang secara paksa
dengan cara pengusiran atau tindakan pemaksaan
yang lain dari daerah mana mereka bertempat
tinggal secara sah, tanpa didasari alasan yang
diijinkan oleh hukum internasional);
e) Perampasan kemerdekaan atau perampasan
kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok
hukum internasional;
f) Penyiksaan (dengan sengaja dan melawan
hukum menimbulkan kesakitan atau penderitaan
yang berat, baik fisik maupun mental, terhadap
seorang tahanan atau seseorang yang berada di
bawah pengawasan);
g) Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran
secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan
atau strilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara;
h) Penganiayaan terhadap suatu kelompok
tentang perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras. kebudayaan, etnis, budaya,
agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah
diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional;
i) Penghilangan orang secara paksa (yakni
penangkapan, penahanan atau penculikan
seseorang oleh atau dengan kuasa, dukungan
atau persetujuan dari negara atau kebijakan
organisasi, diikuti oleh penolakan untuk mengakui
perampasan kemerdekaan tersebut atau untuk
memberikan informasi tentang nasib atau
keberadaan orang tersebut, dengan maksud
untuk melepaskan dari perlindungan hukum
dalam jangka waktu yang panjang; atau
j) Kejahatan aparheid (perbuatan tidak manusiawi
dengan sifat yang sama dengan sifat-sifat yang
disebutkan dalam kejahatan genosida yang
dilakukan dalam konteks suatu rezim
kelembagaan berupa penindasan dan dominasi
oleh suatu kelompok rasial atas suatu kelompok
atau kelompok-kelompok ras lain dilakukan
dengan maksud untuk mempertahankan rezim
itu).
c. Sebab-sebab pelanggaran HAM
Pelanggaran HAM dapat disebabkan oleh 4 (empat) hal:
1) Kesewenangan (abuse of power) yaitu tindakan
penguasa atau aparatur negara terhadap masyarakat di
luar atau melebihi batas-batas kekuasaan dan
wewenangnya yang telah ditetapkan dalam perundang-
undangan.
2) Pembiaran pelanggaran HAM (violation by ommission)
yaitu tidak mengambil tindakan atas suatu pelanggaran
HAM.
3) Sengaja melakukan pelanggaran HAM (violation by
commission).
4) Pertentangan antar kelompok masyarakat.
d. Prosedur penyelesaian pelanggaran HAM berat.
1) penyelidikan
a) Dilakukan oleh Komnas HAM.
b) Komnas HAM dalam melakukan penyelidikan
dapat embentuk tim ad-hoc yang terdiri atas :
(1) Komnas HAM; dan
(2) Unsur masyarakat.
c) Dalam hal Komnas HAM berpendapat
bahwa terdapat bukti permulaan yang cukup
(bukti permulaan untuk menduga adanya
tindakan pidana bahwa seseorang yang
karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkan bukti permulaan patut diduga
sebagai pelaku pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang berat), telah terjadi peristiwa pelanggaran
HAM berat, maka kesimpulan hasil
penyelidikan disampaikan kepada penyelidik.
d) Tetap berlaku asas praduga tak bersalah.
e) Penyebarluasan keterangan atau bukti lain yang
diperoleh Komnas HAM dapat ditetapkan untuk
dirahasiakan atau dibatasi dengan pertimbangan:
(1) membahayakan keamanan dan
keselamatan negara;
(2) membahayakan keselamatan dan
ketertiban umum;
(3) membahayakan keselamatan perorangan;
(4) mencemarkan nama baik perorangan;
(5) membocorkan rahasia negara atau hal-hal
yang wajib dirahasiakan dalam proses
pengambilan keputusan Pemerintah;
(6) membocorkan hal-hal yang wajib
dirahasiakan dalam proses penyidikan,
penuntutan, dan persidangan suatu
perkara pidana;
(7) menghambat terwujudnya penyelesaian
terhadap masalah yang ada; atau
(8) membocorkan hal-hal yang termasuk
dalam rahasia dagang.
2) Penyidikan
a) Dilakukan oleh Jaksa Agung;
b) Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad-hoc
yang terdiri atas:
(1) Unsur pemerintah; dan atau
(2) Masyarakat.
3) Penuntutan
a) penuntutan perkara pelanggaran HAM berat
dilakukan oleh Jaksa Agung.
b) Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut umum
Ad Hoc yang terdiri atas:
(1) Unsur pemerintah; dan atau
(2) Masyarakat (diutamakan diambil dari
mantan penuntut umum di Peradilan
Umum atau Peradilan Militer).
4) Pengadilan
a) Pengadilan HAM berkedudukan di daerah
Kabupaten atau daerah kota yang daerah
hukumnya meliputi daerah hukum Pengadilan
Negeri yang bersangkutan.
b) Pengadilan HAM berwenang "memeriksa dan
memutus" (termasuk menyelesaikan perkara
yang menyangkut kompensasi, restitusi dan
rehabilitasi) pelanggaran HAM berat, berwenang
juga memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM berat yang dilakukan diluar
batas teritorial wilayah negara Rl oleh warga
negara Indonesia (ketentuan ini dimaksudkan
untuk melindungi warga negara Indonesia yang
melakukan pelanggaran HAM berat yang
dilakukan di luar batas teritorial, dalam arti tetap
dihukum sesuai dengan Undang-Undang
Pengadilan HAM). Namun demikian, tidak
berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh
seseorang yang berumur di bawah 18 tahun pada
saat kejahatan dilakukan (diperiksa dan diputus
oleh Pengadilan Negeri).
c) Pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum
diundangkan-nya UU Pengadilan HAM (UU
No.26/2000), diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM ad/hoc. yang dibentuk atas usul
DPR berdasarakan peristiwa tertentu dengan
Keputusan Presiden (dalam hal DPR
mengusulkan dibentuknya Pengadilan HAM
ad/hoc, DPR mendasarkan pada dugaan telah
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia berat
yang dibatasi pada locus dan tempos delicti
tertentu yang terjadi sebelum diundangkannya
UU Pengadilan HAM).
d) Pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum
berlakunya UU Pengadilan HAM tidak menutup
kemungkinaci penyelesaian-nya dilakukan oleh
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yang
dibentuk dengan UU (ketentuan ini untuk
memberikan alternatif penyelesaian pelanggaran
HAM berat, dilakukan di luar Pengadilan HAM).
e) Pengadilan HAM untuk saat ini:
(1) Jakarta Pusat, meliputi:
(a) PN daerah Khusus Ibukota Jakarta
(b) PN Propinsi Jabar, Banten,
Sumatera Selatan, Lampung,
Bengkulu, Kalimantan Barat dan
Kalimantan Tengah.
(2) Surabaya, meliputi Propinsi Jawa Timur,
Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Bali. Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur.
(3) Makasar. meliputi Propinsi Sulawesi
Selatan. Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan
Irian Jaya.
(4) Medan, meliputi Propinsi Sumatera Utara,
Daerah Istimewa Aceh, Riau, Jambi dan
Sumatera Barat.
e. Penyelesaian Pelanggaran HAM selain pelanggaran HAM
berat. (Kriminal biasa)
Dalam hubungan ini, semua kejahatan yang bukan kejahatan
genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, diselesaikan
melalui pengadilan umum sesuai dengan hukum acara yang
berlaku diperadilan umum.

BAB III
IMPLEMENTASI HAK ASASI MANUSIA
(HAM) DALAM KEHIDUPAN SEHARI-
HARI

8. Kewajiban

a. Aparat

1) POLRI

Sesuai dengan peran Polri dalam memelihara keamanan dan


ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan
perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat, maka
dalam melaksanakan tugasnya tersebut Polri wajib dan
bertanggung jawab melindungi, menegakkan dan
memajukan Hak Asasi Manusia (HAM). yakni:

a) Dalam rangka perlindungan dan pelayanan


masyarakat, antara lain:

(1) Melayani laporan dan pengaduan terjadinya


pelanggaran hukum termasuk pelanggaran HAM.

(2) Memberikan perlindungan terhadap tempat-


tempat yang telah dan diperkirakan dapat menjadi
sasaran pelanggaran HAM

b) Dalam rangka pembimbingan masyarakat, antara lain


:

(1) Memberikan informasi kepada masyarakat


dalam meningkatkan kesadaran hukum dan
pemahaman HAM.

(2) Mengarahkan dan mendayagunakan


masyarakat agar menghormati hukum dan ketentuan
HAM.

(3) Membimbing, mendorong, mengarahkan


dan menggerakkan unsur Satpam, Polsus dan unsur
potensi masyarakat lainnya untuk membantu Polri
dalam penegakkan HAM.

c) Dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :

(1) Melarang anggota masyarakat untuk tidak main


hakim sendiri dalam menghadapi pelanggaran HAM
atau kejahatan yang terjadi di lingkungan masyarakat
setempat.

(2) Memberi contoh/tauladan yang baik dalam


kehidupan bermasyarakat seharhhari dengan
berperilaku yang baik dan sopan misalnya dalam
menjalankan kendaraan bermotor dijalan umum atau
jalan raya dengan tidak mentang-mentang bahwa ia
aparat kepolisian.

(3) Cepat tanggap dan membantu kesulitan yang


terjadi di lingkungannya.

2) TNI Pada setiap bentuk pelibatan TNI, maka prajurit TNI


wajib :
a) Menghormati Deklarasi Universal PBB tentang
HAM.

b) Menghormati integritas individu dan martabat


manusia dengan:

(1) Memberikan kesempatan pada


masyarakat untuk melaksanakan hak-hak
asasinya.

(2) Memberikan perlindungan terhadap


masyarakat yang tidak mampu melindungi
dirinya.

(3) Bersikap ramah tamah kepada


masyarakat.

c) Melindungi nyawa, badan dan harta benda


rakyat antara lain karena:

(1) Adanya ancaman, serangan terhadap


kehormatan, jiwa dan harta benda sendiri
maupun orang lain.

(2) Terjadinya pembunuhan dan


penganiayaan terhadap seseorang atau
kelompok.

(3) Terjadinya pencurian, penjarahan,


perampokan, pengrusakan dan pembakaran
terhadap bangunan dan harta benda rakyat.

d) Melakukan tindakan pembelaan diri.

Karena adanya serangan atau ancaman terhadap diri


sendiri maupun orang lain, terhadap kehormatan
kesulitan atau harta benda sendiri maupun orang
lain.

e) Dalam kehidupan sehari-hari antara lain :

1) Memberi pertolongan baik di llingkungan


tugasnya maupun di tempat-tempat lain bila
ada orang/anggota masyarakat yang
memerlukan pertolongan.

2) Sopan berkendaraan di jalan


raya/umum, dengan mengikuti
peraturan/rambu-rambu lalulintas yang berlaku.

3) Dalam menggunakan fasilitas Rumah


Tangga di-usahakan tidak mengganggu
lingkungan disekitarnya.

4) Ikut berpartisipasi dalam menjaga


keamanan dan ketertiban di lingkungan
masyarakat dimana ia bertempat tinggal.

b. Masyarakat.

Masyarakat dalam hal ini meliputi setiap orang, kelompok,


organisasi politik, organisasi masyarakat. lembaga swadaya
masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya, mempunyai
kewajiban dalam rangka perlindungan, penegakan dan pemajuan
HAM.

Dalam hubungan ini implementasinya dalam kehidupan


sehari-hari antara lain:

1) Menahan diri apabila terjadi pertengkaran diantara sesama


rekan atau tetangga dan berupaya menyelesaikan
pertengkaran tersebut dengan baik dan terhormat, serta
jangan ikut-ikutan main hakim sendiri.

2) Melakukan kegiatan rumah tangga dengan tidak


mengganggu ketenangan dan ketertiban tetangganya.

3) Mentaati tata tertib lingkungan hidup sehari-hari di


lingkungan masyarakat masing-masing.

4) Menghindari pertengkaran/adu fisik karena masing-masing


merasa dirinya benar.

5) Jangan mengembangkan perselisihan antar anak menjadi


perselisihan antar orang tua.

9. Larangan.

Ketentuan-ketentuan dalam UU tentang HAM, tidak satupun boleh


diartikan bahwa pemerintah, partai, golongan atau pihak manapun
dibenarkan mengurangi, merusak atau menghapuskan HAM atau
kebebasan dasar sebagaimana diatur dalam UU. siapapun tidak
dibenarkan mengambil keuntungan dan atau mendatangkan kerugian
pihak lain dalam mengartikan ketentuan dalam UU HAM yang
mengakibatkan berkurangnya dan atau hapusnya HAM yang dijamin
dalam UU.

BAB

IV

PEN

UTU

Demikian materi penyuluhan hukum disampaikan semoga dapat bermanfat bagi


kita semua.

Jakarta, Juli 2001

Anda mungkin juga menyukai