Anda di halaman 1dari 9

1

Review Jurnal Patterns Of Culture

Judul Jurnal : Patterns of Culture: The Integration of Culture

Jurnal : Journal Culture and Arts

Halaman : 45-56

Penulis : Ruth Benedict

Penerbit : Houghton Mifflin

Kota Terbit : Boston, Inggris

Reviewer : Nofansyah

Jurusan : Sastra inggris

NIM :13010219410004

Tanggal :

1. INTRODUCTION

Di dalam masyarakat majemuk terdapatnya proses komunikasi baik antar individu


maupun antar kelompok yang hidup dan menetap di dalamnya di mana mereka saling
bertukar informasi dalam berbagai hal yang mendatangkan manfaat di kehidupan
sehari-hari memungkinkan pembentukan ke arah perilaku serta perbuatan yang lebih
sinkron dan mengakar dalam diri masyarakat yang bersangkutan sehingga tujuan yang
nantinya akan dicapai akan lebih mengerucut dan juga terarah. Proses terjalinnya
komunikasi ini juga merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi dalam
masyarakat sebagai akibat dari kegiatan sosial yang dijalani oleh masyarakat setiap
2

harinya. Tak jarang proses interaksi ini membawa perubahan baik perubahan dari skala
yng kecil hingga perubahan ke dalam bentuk yang lebih besar dengan pengaruh yang
besar pula dalam diri masyarakat yang terdampak dan menjadi subjek dalam terjadinya
proses interaksi sosial. Pada perkembangannya, interaksi sosial ini bisa terbagi dalam
beberapa macam tergantung siapa subjeknya dan seberapa besar pengaruhnya terhadap
mereka. Misalnya pengaruhnya terhadap perilaku dan sikap masyarakat. Terjalinnya
komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya juga akan secara langsung
mempengaruhi perilaku dan sikap mereka dalam kehidupan sehari-hari, di mana
perilaku dan sikap yang dimaksud dalam hal ini ialah cara berpikir, bertindak, dan
mengungkapkan pendapat serta pemikiran terhadap suatu hal atau fenomena yang
terjadi. Intensitas individu untuk bertemu dengan individu lain dalam proses
komunikasi disadari ataupun tidak memungkinkan perubahan terhadap cara sikap dan
berperilaku seseorang yang juga akan mengalami perubahan. Apabila hal tersebut
dibiarkan tumbuh dan berkembang maka lambat laun membentuk satu perilaku khusus
yang mungkin dapat dijadikan satu karakteristik yang membedakannya dengan
masyarakat atau kelompok lain sehingga memungkinkan terbentuknya kelompok-
kelompok sosial hingga kelompok etnis. Masyarakat menyebutnya dengan istilah
budaya. Lalu, bagaimana definisi budaya sendiri dalam cakupan yang lebih luas? Jika
dikaji dengan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan agama, seorang ahli agama
Islam, Effat Al-Syarqawi, menuturkan bahwa budaya merupakan suatu khasanah dalam
sejarah dari sekelompok masyarakat yang tercermin pada di kesaksian dan berbagai
nilai kehidupan. Sedangkan dalam cakupan bidang ilmu kemasyarakatan dan
pengetahuan sosial, Soelaiman Soemardi dan Selo Soemardjan menjelaskan pengertian
budaya yakni sesuatu kebudayaan yang merupakan hasil karya yang meliputi cipta dan
rasa dari masyarakat. Karena memiliki keterkaitan erat dengan masyarakat maka
merekalah yang disebutkan terlibat dalam terciptanya suatu kebudayaan. Ki Hajar
Dewantara yang juga dikenal sebagai salah satu sosok penting bagi Indonesia
3

memandang budaya ini sebagai hasil dari usaha perjuangan masyarakat pada alam serta
zaman yang memberikan bukti kemakmuran dan kebahagiaan hidup masyarakat
tersebut. Budaya ini sendiri memiliki keterkaitan erat dengan masyarakat yang
memungkinkan terdapatnya suatu hasil karya dalam proses sosialnya sheingga hal
tersebut dapat dijadikan sebagai identitas unik dan khas dari suatu daerah di mana
masyarakat itu tinggal.

Selain proses interaksi sosial yang berpengaruh terhadap terbentuknya satu perilaku
dan sikap yang kemudian mengerucut kepada bentuk yang lebih terarah yakni budaya,
maka pengaruh globalisasi juga memiliki peran penting terhadap perkembangan budaya
yang ada di dalam masyarakat, yang sebagian besar di antaranya akan mengarah kepada
bentuk perubahan budaya yang besar. Seperti yang telah kita ketahui, pengaruh
globalisasi yang ada sekarang ini telah dapat dirasakan hampir di semua bidang dan di
seluruh lapisan masyarakat, mengingat perkembangan teknologi yang pesat menjadi
faktor pendukung kuatnya. Pengaruh globalisasi yang ada saat ini sering ditempatkan
sebagai penyebab turunnya moral bangsa terutama bangsa Timur oleh pengaruh budaya
Barat yang kian hari kian berkembang dan hampir menguasai. Pesatnya perkembangan
teknologi di era yang lebih terbuka yang memudahkan orang untuk mendapatkan
informasi dari luar merupakan salah satu pemicu tumbuh suburnya doktrin-doktrin barat
masuk ke dalam tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat bangsa Timur. Hal ini
kian diperjelas dengan perkembangan paham materialisme dan individualisme yang
tumbuh subur, terlihat dari banyaknya orang lebih tertarik pada gaya hidup yang
memiliki kesan mewah tanpa memperdulikan segala nilai dan norma yang ada.
Terciptanya suatu budaya yang ‘baru’ sebagai salah satu akibat dari pengaruh
globalisasi yang kian meluas ini mengharuskan adanya konfigurasi budaya sehingga
terjalin upaya yang dapat mengintegrasi segala budaya yang berkembang, baik yang
mencakup budaya tradisional yang telah lama ada maupun bentuk budaya baru
sehingga tidak terjadi degradasi nilai dan norma sosial sebagai salah satu pedoman yang
4

telah disepakati bersama untuk memperkecil angka ketidakpastian jati diri dan karakter
bangsa yang bersangkutan. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan dari upaya
pengembangan budaya yang dijadikan sebagai satu karakteristik pembeda dan khusus
sehingga dalam pertimbangannya sangat penting untuk dijaga agar tetap lestari dan
tetap mengakar kuat dalam diri masyarakat yang bersangkutan.

2. SUMMARY

Pentingnya arti dan peran budaya dalam suatu masyarakat sangat berkaitan erat
dengan pembentukan karakteristik masyarakat bangsa yang dapat dijadikan pembeda
sekaligus salah satu faktor yang dapat menarik minat untuk mempelajari segala bentuk
budaya yang berkembang. Dalam budaya juga terkandung sistem dan tata nilai
masyarakat sehingga dapat membentuk sikap mental dan pola berpikir manusia atau
masyarakat yang tersirat dalam pola sikap dan perilaku sehari-hari dalam berbagai segi
kehidupan, baik yang mencakup bidang sosial, ekonomi, politik, dan berbagai segi
penting lainnya. Sebagai akibat dari pengaruh globalisasi, terdapat budaya baru yang
kemudain muncul dan berkembang melebihi yang telah diperkirakan sehingga jika
dibiarkan akan membentuk satu persepsi yang memungkinkan adanya kebingungan
dalam diri masyarakat yang terdampak terhadap budaya yang mereka miliki.
Keberagaman budaya yang ada ini sebenarnya tidak sepenuhnya membawa dampak
yang buruk dalam berbagai segi kehidupan penting masyarakat selama masih dalam
koridor nilai dan norma sosial yang telah terbentuk sesuai dengan budaya yang telah
ada. Namun, diperlukan satu upaya untuk menjadikan segala bentuk kebudayaan yang
ada menjadi suatu sistem yang integral. Upaya yang dimaksud ini merupakan upaya
yang dinilai cukup efektif dalam rangka menjaga budaya dan kebudayaan agar tetap ada
di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan memberikan pengaruh yang berdampak
positif bagi kehidupan. Ini kemudian disebut sebagai integrasi kebudayaan. Integrasi
kebudayaan (cultural integration) kemudian terbagi menjadi tiga komponen utama
5

menurut cara pembentukannya yakni integrasi struktural, integrasi psikologis, dan


kebudayaan fisik dan sistem gagasan ideologis. Yang dimaksud dengan integrasi
struktural kebudayaan terdiri atas unsur-unsur yang berkaitan satu dengan yang lainnya
sebagai suatu organisme hidup. Unsur-unsur yang dimaksud tersusun menurut fungsi,
yang dimulai dari tingkatan-tingkatan yang paling kecil dan sederhana hingga tingkatan
yang paling kompleks. Misalnya dalam kebudayaan itu sendiri terbagi atas lembaga
(yang dalam hal ini merupakan tingkatan yang paling sederhana), kemudian lembaga
terbagi atas komplek (complexes), tiap kompleks terdiri atas traits dan traits terdiri atas
beberapa bagian yang disebut sebagai items. Semakin kecil unsur dalam kebudayaan
tersebut, maka semakin khusus dan lokal sifatnya.

Integrasi psikologis memandang kebudayaan sebagai semacam organisme hidup


yang mempunyai bukan hanya alat-alat yang berfungsi, melainkan juga ‘jiwa’ yang
mengarahkan dan mengendalikan fungsi-fungsi yang dimaksud. Jiwa mengarah pada
pikiran kolektif yang dimiliki manusia untuk menyerap segala bentuk ilmu dan
pengetahuan agar dapat dimanfaatkan secara optimal yang kemudian oleh para
antropologi dirumuskan sebagai satu konfigurasi. Pikiran kolektif atau konfigurasi ini
merupakan pendapat atau anggapan dasar nilai-nilai pokok serta tujuan-tujuan utama
yang menyerap pelbagai segi kebudayaan dan yang dengan itu memersatukannya.
Dalam praktiknya, konfigurasi ini kemudian bersifat mengarahkan segala bentuk
kebudayaan ke dalam sistem dan tata nilai masyarakat. Kemudian arah psikologis yang
bersifat memersatukan disebut oleh para ahli sebagai Weltanschaung dan worldview.
Secara garis besar keduanya memiliki pengertian yang sama hanya yang membedakan
ialah dari segi sudut pandang yang ingin diutarakan dan sifat/ciri kebudayaan yang mau
ditekankan. Yang berikutnya ialah terkait dengan kebudayaan fisik dan gagasan
ideologis yang juga memiliki peran dalam terbentuknya suatu integrasi kebudayaan
dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan fisik (artefacts) meliputi semua benda hasil
karya manusia, misalnya bangunan, benda-benda bergerak, dan semua benda yang
6

diciptakan oleh manusia yang dapat diindrai langsung. Sistem gagasan ideologis
(cultural values) meurupakan gagasan –gagasan yang telah dipelajari manusia sejak
dini dan oleh karenanya memiliki sifat yang mudah diubah. Seiring berkembangnya
zaman, maka yang terjadi pada kebudayaan juga sama, yakni mengalami perkembangan
sehingga sangat jarang ditemukan bentuk kebudayaan yang sama persis dari waktu ke
waktu. Meski begitu, masih terdapat sekelompok masyarakat yang mendiami daerah
yang tersebar di seluruh dunia masih mempertahankan segala bentuk kebudayaan
tradisional yang ada secara turun temurun tanpa melakukan tindakan pengubahan.
Biasanya ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.

Fenomena adanya perbedaan kebudayaan yang berkembang ini kemudian


menimbulkan kekhawatiran akan adanya konflik yang muncul dan akan membawa
dampak yang merugikan bagi masyarakat, terutama fenomena westernisasi. Masuknya
unsur budaya barat yang diperoleh melalui doktrin-doktrin yang disebarkan melalui
teknologi yang juga kian berkembang pesat dinilai mengancam bentuk kebudayaan asli
atau kebudayaan tradisional yang sebelumnya telah ada dan dilestarikan dari generasi
ke generasi dan lambat laun akan melunturkan nilai-nilai serta norma sosial yang telah
ada. Apabila ini dibiarkan tanpa adanya solusi yang terbaik dalam rangka menengahi
maka tidak jarang akan memunculkan konflik baik konflik antar individu maupun
konflik antar kelompok. Seperti jenis konflik yang ada sebelumnya maka segalanya
akan memberikan pengaruh yang buruk terhadap masyarakat dan perkembangan jati
diri masyarakat itu sendiri. Dalam rangka menemukan solusi terbaik, maka upaya untuk
membentuk integrasi kebudayaan merupakan salah satunya. Dalam integrasi
kebudayaan, masyarakat akan lebih mengetahui kebudayaan, unsur, dan fungsinya
secara lebih mendalam sehingga pemahaman yang mereka miliki ini mampu
mengurangi angka konflik yang terjadi sebagai akibat beragamnya kebudayaan yang
berkembang.
7

3. CONTENT REVIEW

Jurnal dalam penelitian ini menyajikan data yang dikumpulkan melalui metode
penelitian kuantitatif sehingga didukung oleh teori-teori terkait yang memperkuat
argumen dalam narasi yang dijelaskan. Seperti yang dijelaskan dalam teori tentang
konfigurasi. Yang pertama ialah yang berkaitan dengan pola-pola kebudayaan, Ruth
Benedict menyebutkan bahwa kebudayaan memiliki suatu karakter distingtif yang
sangat besar, seperti individu-individu; ada kebudayaan introvert, paranoid,
megalomania. Selain itu kebudayaan juga merupakan sesuatu yang berisi bentuk
gagasan dan tindakan serta membentuk pola yang padat. Kemudian pola-pola yang
padat ini diterangkannya sebagai satu keharusan atau hasil yang mutalk dan berasal dari
dorongan atau desakan (drives) yang khas bagi kebudayaan itu. Berkaitan erat dengan
fungsionalisme yang terdapat dalam integrasi struktural, dalam jurnal juga menjelaskan
tentang pengungkapan fungsi menurut Malinowski di mana berbagai unsur kebudayaan
yang ada dalam suatu masyarakat memiliki satu fungsi sekaligus peran untuk
memuaskan sejumlah hasrat naluri manusia. Oleh karenanya, terdapatnya unsur
“kesenian”, misalnya, memiliki fungsi untuk memuaskan hasrat naluri manusia akan
keindahan; unsur “sistem pengetahuan” dalam rangka untuk memuaskan hasrat mereka
untuk tahu akan suatu hal. Akan tetapi, dalam penjelasan tiap teori dan konsep yang
diterapkan, jurnal dalam penelitian ini tidak menggunakan subjek penelitian secara
lebih spesifik untuk mendapatkan data yang lebih valid terkait perkembangan cara
pembelajaran budaya, fungsi dan peran budaya/kebudayaan, dan integrasi kebudayaan,
termasuk integrasi struktural, konfigurasi kebudayaan, integrasi psikologis, serta
kebudayaan fisik dan gagasan ideologis.
8
9

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2019. Pengertian Budaya. RomaDecade-https://www.romadecade.org/pengertian-


budaya/#!
Alfian. 1982. Politik Kebudayaan dan Manusia Indonesia. Lembaga Penelitian,
Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.
Hudayana, Bambang. 2000. Kebudayaan Lokal dan Pemberdayaannya. Jurnal Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Gadjah Mada, Vol. 3, Nomor 3, Maret 2000. Yogyakarta.
Ika Devianna. 20 Oktober 2014. Integrasi Kebudayaan (Sosial). Ikadevianaa.blogspot.com-
http:ikadevianaa.blogspot.com/2014/10/integrasi-kebudayaan-sosial.html?m=1
Soedjatmoko, et.al,. 1987. Masalah Sosial Budaya Tahun 2000: Sebuah Bunga Rampai.
Tiara Wacana: Yogyakarta.
Soetrisno, Loekman. 1997. Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan. Kanisius:
Yogyakarta.
Koentjaraningrat. 1983. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai