KASUS PEMBAGIAN HARTA WARISAN

Badu pada tahun 1985 menikah dengan istri bernama Elita, pernikahannya tercatat dalam
buku di pencatatan sipil seta buku babtis, dan pada tahun 1986 lahir seorang anak perempuan
bernama Prita, dalam perkawinan itu mereka mendapatkan harta 25 hektar kebun kelapa sawit, 2
unit ruko dengan hak guna bangunan, masing-masing no 46 dan 47, lading sawah seluas 5
hektar, dan 2 unit rumah tinggal bersertifikat hak guna bangunan, atas nama BADU.

Pada Tahun 1995 badu menikah lagi dengan seorang perempuan bernama suri yang
tercatat dalam kantor catatan Sipil dari perkawinan kedua badu dan siri lahir 4 orang anak yang
bernama, devi, dedy, dini dan doni, akibat perkawinan badu dari istri kedua pada tahun 1996
elita menggugat cerai badu karena tidak setuju dengan pernikahan kedua badu. Pada pengadilan
negeri gugat cerai dikabulkan , kemudian ada gugatan harta gono gini badu dan elita, namun
dalam harta gono gini ada perdamaian yang dituangkan dalam akta Van dading antara elita dan
badu, dengan pembagian 25 hektar kebun kelapa sawit dan 1 unit rumah tinggal jadi hak ibu
elita, harta lain 2 unit ruko, sawah 5 hektar, 1 unit rumah tinggal jadi milik badu.

Pada tahun 2000 ibu elita meninggal dunia, anaknya prita setelah perceraian diasuh oleh
ibu elita, namun dalam akta perdamian yang dituangkan dalam perjanjian akta notaris bahwa
Prita sebagai anak kandung badu dan elita menyetujui dan menerima perdamian dan pembagian
harta gono gini antara badu dan elita, pada tahun 2022 saudara badu meninggal dunia karna
sebuah penyakit, sejak perceraian badu tinggal dengan istri kedua yaitu suri beserta 4 orang
anaknya, setelah badu meninggal dunia harta warisan dikuasi bersama oleh suri dan 4 orang
anaknya, 2 unit ruko, I unit rumah tinggal telah dibalik nama sertifikat hak kepemilikannya
menjadi hak bersama suri dan 4 orang anaknya.

PERTANYAANNYA

1. Siapa yang menjadi ahli waris badu?

2. Siapa yang menjadi ahli waris elita?
3. Buatlah prmbagian harta warisan Badu?