Anda di halaman 1dari 15

MODUL

PEMBINAAN AHLI MUDA K3 KONSTUKSI


SERTIFIKASI
KEMENTRIAN TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA

2020
DAFTAR MODUL

Modul 1 : Undang-Undang, Standar & Aturan K3


Modul 2 : Undang-Undang Jasa Konstruksi
Modul 3 : Pengetahuan Dasar K3
Modul 4 : Manajemen dan Administrasi K3
Modul 5 : Manajemen Pelatihan dan Kompetensi
Modul 6 : Higiene Perusahaan dan Proyek
Modul 7 : Manajemen Lingkungan
Modul 8 : K3 Pekerjaan Konstruksi
Modul 9 : K3 Pekerjaan Mekanikal & Elektrikal
Modul 10 : K3 Pekerjaan Tangga dan Perancah
Modul 11 : K3 pada Alat Angkat dan Angkut
Modul 12 : K3 Peralatan Konstruksi
Modul 13 : Kesiagaan dan Sistem Tanggap Darurat
Modul 14 : Sistem Pemadam Kebakaran
Modul 15 : Pengetahuan Inspeksi K3
Modul 16 : Pengenalan Jasa Konstruksi
Modul 17 : Panduan Observasi Lapangan, Penyusunan Makalah,
dan Seminar
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, Standard & Aturan K3

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 2
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................... 4
1. Tujuan Pembelajaran Umum ............................................................. 4
2. Tujuan Pembelajaran Khusus ............................................................ 4

BAB II PERATURAN DAN PERUNDANGAN K3 ............................... 5


A. Beberapa Peraturan Yang Berkaitan K3 Di Indonesia .......................... 5
B. Dasar Hukum ......................................................................................... 5
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bangunan ........ 11
2. Instalasi Listrik, Petir dan Lift .......................................................... 12
3. Keselamatan dan Kesehatan Penanggulangan Kebakaran ................ 12
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mekanik ..................................... 13
5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekan ............................. 13

1
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dari semula dan tidak
dikehendaki yang mengganggu suatu proses dari aktifitas yang telah ditentukan dari semula
dan dapat mengakibatkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan
pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala daya upaya atau pemikiran yang
ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempatan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya untuk
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur.
Norma adalah kaidah-kaidah yang memuat aturan dan berlaku serta ditaati masyarakat
baik tertulis dan tidak. Dengan demikian pengertian Norma Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dari resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kerugian akibat kecelakaan dalam bentuk material dapat berupa uang, kerusakan harta
benda maupun kehilangan waktu kerja. Dilihat dari sisi perusahaan hal tersebut merupakan
pemborosan ekonomi perusahaan. Oleh karena itu pencegahan kecelakaan di tempat kerja
adalah merupakan tugas yang penting, baik dilihat dari segi ekonomi maupun dari segi
kemanusiaan.
Setiap orang pada dasarnya tidak ada yang ingin memperoleh kecelakaan terhadap
dirinya maupun terhadap segala harta benda yang dimilikinya. Keinginan untuk
mendapatkan jaminan keamanan terhadap dirinya, tidak adanya gangguan atau kerusakan
terhadap harta benda miliknya merupakan naluri setiap orang dimanapun di dunia. Oleh
sebab itu dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah hal yang universal
dan merupakan naluri setiap orang pada umumnya. Banyak pemikiran yang dicurahkan
untuk menyelidiki sebab-sebab kecelakaan tersebut adalah untuk menerangkan faktor-faktor
yang sesungguhnya menjadi penyebab dari kecelakaan kerja dalam industri dan tempat-
tempat kerja lainnya. Namun demikian penggolongan kecelakaan tersebut masih belum
dapat menggambarkan keadaan atau peristiwa terjadinya kecelakaan.

2
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

Dewasa ini bermacam-macam usaha telah dilakukan melalui:


1. Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundang-udangan yang bertalian dengan syarat-
syarat kerja, perencanaan, konstruksi, perawatan, pengawasan, pengujian dan pemakaian
peralatan industri, kewajiban pengusaha dan para pekerja, pelatihan pengawasan
keselamtan dan kesehatan kerja, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja.
2. Standarisasi, yaitu menyusun standar-standar yang bersifat wajib (compulsary) maupun
yang bersifat sukarela (voluntary) yang bertalian dengan konstruksi yang aman dari
peralatan yang digunakan, Alat Pelindung Diri, alat pengaman lainnya.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Penelitian Medis, yaitu meliputi hal-hal khusus yang berkaitan dengan penyakit akibat
kerja dan akibat medis terhadap manusia dan berbagai kecelakaan kerja.
5. Penelitian Psikologis, yaitu penelitian terhadap pola-pola psikologis yang dapat
menjurus ke arah kecelakaan kerja.
6. Penelitian Statistik, yaitu menentukan kecenderungan kecelakaan yang terjadi melalui
pengamatan terhadap jumlah, jenis orangnya (korban), jenis kecelakaan, faktor
penyebab, sehingga dapat ditentukan pula pencegahan kecelakaan yang serupa.
7. Training (latihan¸ yaitu pemberian instruksi atau petunjuk-petunjuk melalui praktek
kepada para pekerja mengenai cara kerja yang aman.
8. Asuransi, yaitu upaya pemberian isentif dalam bentuk reduksi terhadap premi asuransi
kepada perusahaan yang melakukan usaha-usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau
yang berhasil menurunkan tingkat kecelakaan di perusahaannya.
9. Penerapan butir 1 s/d 11 di tempat kerja, artinya efektifitas usaha Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sangat tergantung dengan penerapannya di tempat kerja secara
konsekuen.

3
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Diharapkan agar peserta pelatihan dapat mengerti secara umum Peraturan Perundang-
undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


Diharapkan agar peserta pelatihan memahami dan mampu menjelaskan tentang:
- K3 Konstruksi Bangunan
- K3 Instalasi Listrik, Lift dan Petir
- K3 Penanggulangan Kebakaran
- K3 Mekanik
- K3 Bejana Tekan
- K3 Kesehatan Kerja

4
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

BAB II
PERATURAN DAN PERUNDANGAN K3
A. Beberapa Peraturan Yang Berkaitan K3 Di Indonesia
1. Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
2. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
sosial Tenaga Kerja
3. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2019
Peraturan berisi tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
4. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
Peraturan ini mengatur penyakit akibat kerja dalam 4 kategori jenis penyakit. Pertama,
penyakit yang disebabkan pajanan (peristiwa yang menimbulkan risiko penularan) faktor
yang timbul dari aktivitas pekerjaan. Kedua, berdasarkan sistem target organ. Ketiga,
kanker akibat kerja. Keempat, penyakit spesifik lainnya
5. Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970
Undang-undang Keselamatan Kerja, lembaran Negara Nomor 1 Tahun 1970 adalah
undang-undang Keselamatan kerja yang berlaku secara nasional di seluruh wilayah
hukum Republik Indonesia dan merupakan induk dari segala peraturan keselamatan kerja
yang berada di bawahnya. Meskipun judulnya disebut dengan Undang-Undang
Keselamatan Kerja sesuai bunyi pasal 18 namun materi yang diatur termasuk masalah
kesehatan kerja. Setelah Bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, sudah barang tentu
dasar filosofi pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tercermin di dalam
peraturan perundangan yang lama tidak sesuai lagi dengan falsafah Negara Republik
Indonesia yaitu Pancasila. Pada tahun 1970 berhasil dkeluarkan Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang merupakan penggantian VR 1910 dengan
beberapa perubahan mendasar, antara lain:
1. Bersifat lebih preventif
2. Memperluas ruang lingkup
3. Tidak hanya menitikberatkan pengamanan terhadap alat produksi

5
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

Tujuan UU No. 1 Tahun 1970


Pada dasarnya Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tidak menghendaki sikap kuratif
atau korektif atas kecelakaan kerja, melainkan menentukan bahwa kecelakaan kerja itu harus
dicegah jangan sampai terjadi, dan lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan. Jadi, jelaslah bahwa usaha-usaha peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
lebih diutamakan daripada penanggulangan. Secara umum, kecelakaan selalu diartikan
sebagai kejadian yang tidak diduga sebelumnya. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja dapat
diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan.
Oleh karena itu kewajiban berbuat secara selamat, dan mengatur peralatan serta
perlengkapan produksi sesuai standar yang diwajibkan oleh UU adalah suatu cara untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
HW Heinrich dalam bukunya The Accident Prevent mengungkapkan bahwa 80%
kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe act) dan hanya 20% oleh
kondisi yang tidak aman (unsafe condition), dengan demikian dapat disimpulkan setiap
karyawan diwajibkan untuk memelihara Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara maksimal
melalui perilaku yang aman. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh:
a. Kekurangan pengetahuan, keterampilan dan sikap;
b. Keletihan atau kebosanan;
c. Cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomic;
d. Gangguan psikologis;
e. Pengaruh sosial psikologis.
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi sesuatu usaha dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja tempat itu.
Tempat kerja tersebut mencakup semua tempat kegiatan bersifat ekonomis maupun sosial
seperti:
a. bengkel tempat untuk pelajaran praktek;
b. tempat rekreasi;
c. rumah sakit;
d. tempat ibadah;
e. tempat berbelanja;
f. pusat hiburan.
Tenaga kerja yang bekerja disana, diartikan sebagai pekerja maupun tidak tetap atau
yang bekerja pada waktu-waktu tertentu, misalnya : rumah pompa, gardu transormator dan
6
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

sebagainya yang tenaga kerjanya memasuki ruangan tersebut hanya sementara untuk
mengadakan pengendalian, mengoperasikan instalasi, menyetel dan lain sebagainya maupun
yang bekerja secara terus. Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang ditetapkan secara
terperinci dalam Bab II pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
Perincian sumber bahaya dikaitkan dengan:
a. keadaan perlengkapan dan peralatan;
b. lingkungan kerja;
c. sifat kpekerjaan;
d. cara kerja;
e. proses produksi.
Materi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diatur dalam ruang lingkup UU No.
1 Tahun 1970 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang bertalian dengan mesin,
peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara mencegah terjadinya
kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada sumber-sumber
produksi sehingga meningkatkan efisiensi dan produktifitas. Persyaratan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja diatur mulai dari tahap perencanaan, pembuatan dan pemakaian terhadap
barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan
bahaya kecelakaan.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat perlingungan diri dan para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radio suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
7
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;


m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara di proses
kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Pengawasan
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah unit
organisasi pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan ketentuan pasal 10
UU No. 14 tahun 1969 dan pasal 5 ayat (a) UU No. 1 tahun 1970. secara operasional
dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang berfungsi:
1. Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan hukum mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga kerja tentang
hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan secara efektif dari peraturan-peraturan yang
ada.
3. Melaporkan kepada yang berwenang dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja tentang
kekurangan-kekurangan atau penyimpangan yang disebabkan karena hal-hal yang tidak
secara tegas diatur dalam peraturan perundangan atau berfungsi sebagai pendeteksi
terhadap masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lapangan.
Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para Pegawai Pengawas
dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dapat dijalankan sebaik-baiknya. Untuk
itu diperlukan tenaga pengawasan yang cukup besar jumlahnya dan bermutu dalam arti
mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis dalam bidang spesialisasi yang beraneka ragam
dan berpengalaman di bidangnya. Untuk mendapatkan tenaga yang demikian tidaklah
mudah dan sangat sulit apabila hanya mengandalkan dari Departemen Tenaga Kerja sendiri.
Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi oleh pegawai teknis dari
Departemen Tenaga Kerja sendiri, maka Menteri Tenaga Kerja dapat mengangkat tenaga-
8
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

tenaga ahli dari luar Departemen Tenaga Kerja maupun swasta sebagai ahli K3 seperti
dimaksud dalam pasal 1 ayat (6) UU No. 1 Tahun 1970.
Dengan sistem ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan pengawasan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja tetapi kebijaksanaan nasional tetapi kebijaksanaan
nasional tetap berada dan menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin
pelaksanaan Undang-Undang Keselamatan Kerja dapat berjalan secara serasi dan merata di
seluruh wilayah hukum Indonesia. Dalam pasal 6 diatur tentang tata cara banding yang dapat
ditempuh apabila terdapat pihak-pihak yang merasa dirugikan atau tidak dapat menerima
putusan Direktur dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia banding adalah
panitia teknis yang anggotanya terdiri dari ahli-ahli dalam bidang yang diperlukan. Tata
cara, susunan anggota, tugas dan lain-lain ditentukan oleh Menteri Tenaga Kerja &
Transmigrasi RI. Untuk pengawasan yang dilakukan oleh petugas Departemen Tenaga Kerja
dalam hal ini Pengawas Ketenagakerjaan maka pengusaha harus membayar retribusi seperti
yang diatur dalam pasal 7. Agar setiap tenaga kerja mendapatkan jaminan terhadap
kesehatannya yang mungkin dapat diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan kerja
yang bertalian dengan jabatannya dan untuk tetap menjaga efisiensi dan produktifitas kerja,
maka diwajibkan utnuk dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap setiap tenaga kerja baik
secara awal maupun berkala.

Kewajiban perusahaan
1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja
yang akan diterimanya maupun yang akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.
2. Memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya secara berkala
pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan disetujui oleh Direktur.
3. Menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru tentang:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksankan pekerjaannya.
4. Hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa
tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
9
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

5. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah


pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan kebakaran serta peningkatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan juga dalam pemberian Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan.
6. Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha tempat
kerja yang dijalankannya.
7. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di Tempat Kerja yang dipimpinannya pada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja, sesuai dengan tata cara pelaporan dan
pemeriksaan kecelakaan yang telah ditentukan.
8. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinannya, semua syarat
Keselamatan Kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang kerja bersangkutan, pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas
atau Ahli Keselamatan Kerja.
9. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar Keselamatan Kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah
dilihat terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau keselamatan kerja.
10. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya. Dan menyediakan setiap orang lain
yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut pegawai pengawas atau keselamatan kerja.

Kewajiban dan hak tenaga kerja


1. Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/Ahli K3.
2. Memakai alat-alat pelindung diri.
3. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
4. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3 dan alat pelindung
diri tidak menjamin keselamatannya.

Sanksi
Ancaman hukuman dari para pelanggaran UU NO. 1 Tahun 1970 merupakan ancaman
pidana dengan hukuman kurangan selama-lamanya 3 bulan atau denda setinggi-tingginya
Rp 100.000,-.
10
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

B. Dasar Hukum K3 Konstruksi


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bangunan
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
c. Permenakertrans No. 1/Men/1980 tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
Terdiri dari 19 Bab 106 pasal:
1) Bab I : Ketentuan Umum
2) Bab II : Tempat Kerja dan Alat-alat Kerja
3) Bab III : Perancah
4) Bab IV : Tangga dan Tangga Rumah
5) Bab V : Alat-alat Angkat
6) Bab VI : Kabel Baja, Tambang, Rantai dan Peralatan Bantu
7) Bab VII : Mesin-mesin
8) Bab VIII : Peralatan Konstruksi Bangunan
9) Bab IX : Konstruksi di Bawah Tanah
10) Bab X : Penggalian
11) Bab XI : Pekerjaan Memancang
12) Bab XII : Pekerjaan Beton
13) Bab XIII : Pekerjaan Lainnya
14) Bab XIV : Pembongkaran
15) Bab XV : Penggunaan Perlengkapan Penyelamatan dan Pelindung Diri
16) Bab XVI : Ketentuan Peralihan
17) Bab XVII : Ketentuan Lain-lain
18) Bab XVIII : Ketentuan Hukum
19) Bab XIX : Ketentuan Penutup
d. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
Kep.174/Men/1986 dan no. 104/Kpts/1986:
1) 8 (delapan) pasal
2) Buku Pedoman Pelaksanaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi

11
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

6. Instalasi Listrik, Petir dan Lift


Listrik lift maupun petir adalah merupakan bentuk dari sumber bahaya yang perlu
dikendalikan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 1 Tahun 1970. Pasal-pasal dalam
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 yang berkaitan dengan batasan ruang lingkup, tujuan,
metode K3 listrik perlu dipahami secara baik. Dari ketentuan-ketentuan dasar tersebut di
atas, lebih lanjut ditetapkan pengaturan secara teknis mengacu sesuai perkembangan
teknologi. Standar teknik perencanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan
pemeriksaan/pengujian instalasi listrik, adalah mengikuti perkembangan penerbitan
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). Edisi PUIL yang terbaru adalah PUIL 2011
sebagai generasi keenam. PUIL berdiri sendiri adalah standar yang bersifat netral, sebagai
panduan yang tidak mengikat secara hukum. Biasanya standar digunakan sebagai rujukan
dalam suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalator dengan pemberi kerja. Oleh karena
PUIL telah ditetapkan diberlakukan secara utuh dengan Peraturan dan Keputusan Menteri,
maka semua persyaratan teknis maupun administratif menjadi bersifat wajib. Dalam PUIL
juga memuat persyaratan khusus instalasi listrik untuk pesawat lift dan persyaratan instalasi
proteksi bahaya sambaran petir. Ketentuan secara lebih teknis lift dan proteksi bahaya
sambaran petir masing-masing diatur dalam peraturan tersendiri yaitu:
1. Permenaker No. Per.02/Men/1989, mengatur persyaratan mengenai instalasi
penyalur petir dan diubah melalui permenaker No 31 Tahun 2015
2. Permenaker No. 6 Tahun 2017, mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elevator
dan Eskalator.
3. Permenaker No 12 Tahun 2015 mengatur lebih lanjut mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja

7. Keselamatan dan Kesehatan Penanggulangan Kebakaran


Sasaran obyektif K3 penanggulangan kebakaran sebagaimana dirumuskan dalam
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 ayat (3) adalah:
- Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
- Memberi kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada kejadian kebakaran,
- Mengendalikan penyebaran asap, panas dan gas.
Strategi teknis penanggulangan kebakaran lebih lanjut dijabarkan dengan peraturan
perundangan dan standar.
a) Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
12
Modul Ahli Muda K3 Konstruksi
M-01 Undang-undang, standard & aturan K3

b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1980 tentang Syarat-Syarat


Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1987 tentang P2K3
d) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
e) Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan
Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran

8. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mekanik


a) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 38 Tahun 2016 tentang Pesawat Tenaga dan
Produksi
b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 8 Tahun 2020 tentang Pesawat Angkat dan
Angkut

9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekan


a) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 37 Tahun 2016 tentang Bejana Tekan dan Tanki
Timbun
b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las

13

Anda mungkin juga menyukai