Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
Penataan main sistem irigasi yang baik akan menjamin pemberian air ke areal
irigasi sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian yang dengan sendirinya dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan khususnya petani.Peningkatan hasil
pertanian ini juga akan mendukung program ketahanan pangan yang diprogramkan
oleh pemerintah, maka dari itu diperlukan penyusunan detail desain bendung dan
main system jaringan irigasi yang sesuai dengan standar - standar teknis yang ada.
Pada tahun 2002 melalui Proyek Irigasi dan Rawa Andalan Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dilakukan pekerjaan Survey Investigasi Oesain (SID) D.I.
Tamiang seluas 3.732 Ha Kabupaten Aceh Timur. Pada tahun 2007 melalui dana
BRR sudah dilaksanakan Pekerjaan Detail Desain (DD) Bangunan Utama Bendung
Tamiang.Pada Tahun 2013 sudah dilaksanakan Model Tes Bendung Tamiang.
Berdasarkan Model Test diperlukan penyelidikan lebih lanjut rencana tanggul
penutup pada sungai existing yang difungsikan untuk pengendalian banjir.
Dengan adanya rencana pembangunan Daerah Irigasi tersebut maka nantinya akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas
pembangunan sehingga perlu dianalisis sejak awal (tahap perencanaan),
dengan demikian langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan
dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Oleh karena itu berdasarkan
Permen LH No. 12 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau kegiatan
yang wajib AMDAL maka pembangunan DI.Tamiang termasuk jenis kegiatan
wajib AMDAL berdasarkan luas arealnya yang lebih dari 3000 Ha.
Sehubungan dengan uraian di atas, pada tahun anggaran 2015, Balai Wilayah
Sungai Sumatera-l melalui Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Program
akan melakukan Kegiatan Pekerjaan Detail Desain, AMDAL, dan LARAP
Pembangunan Bendung dan Jaringan Irigasi D.I Tamiang (3000 Ha).
Pekerjaan ini menggunakan sumber dana yang berasal dari DIPA APBN P dengan
menggunakan Multi Years Contract (MYC) selama 13 bulan, Tahun Anggaran
2015-2016.
1.2.3. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini, yaitu :
Tersedianya acuan atau pedoman bagi Pemerintah untuk pembebasan lahan dan
relokasi penduduk (bila ada relokasi penduduk) di lokasi rencana Jaringan Irigasi
Tamiang.
Pada tahapan kegiatan pembuatan gambar desain Pra Lay Out dan Final Lay Out
Sistem Jaringan Irigasi dan kegiatan AMDAL berjalan secara bersamaan tersebut
Konsultan dapat melakukan kegiatan LARAP dimana kegiatan ini dimulai dengan
Inventarisasi lapangan berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder.
1.6.3. Melakukan Pengukuran dan Pengumpulan Data Kepemiliakan Tanah dan Aset
Lainnya, Pemetaan Rencana Pembebasan Tanah, Serta Data SOSBUD
1. Melaksanakan kegiatan pengumpulan data teknis / informasi pada instansi –
instansi terkait untuk keperluan penyelidikan yang terdiri dari:
- Peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1: 25.000 atau disesuaikan
- Peta / poto udara skala 1 : 10.000 ( bila tersedia)
- Peta tata guna dan kepemilikan lahan serta peta lainnya yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan pengukuran lapangan.
2. Melaksanakan pengukuran KADASTRAL pembebasan lahan (land acquisition)
dilokasi rencana jaringan irigasi serta relokasi penduduk ( bila ada). Beberapa hal
yang perlu dilakukan terhadap kegiaatan ini diantaranya adalah:
- Penyusunan tim yang dipimpin oleh tenaga ahli dibidangnya;
- Melakukan oriental dan survei lapangan;
- Inventarisasi, indentifikasi permasalahan, analisa dan evaluasi.
a. Dasar Survey
Peta RBI sebagai acuan peta lokasi
Data untuk horizontal dan vertikal ditunjukan dalam catatan khusus
Koordinat – koordinat dati Titik Triangulasi yang ada
Sistim grid yang digunakan ialah sitem proyeksi UTM dan Ellipsoid WGS 84
Titik referenssi elevasiawal harus ditarik dari BM.TTG BAKOSURTANAL
terdekat (± 100 km dari lokasi pekerjaan).
b. Lingkup Kegiatan Survey
Pengukuran Keerangka Utama
Pengukuran batasan persil kepemilikan
Pengukuran rencana relokasi penduduk (bila ada)
c. Titik Kontrol Geodesi
Titik kontrol geodesi yang merupakan kerangka dasar pemetaan harus
menggunakan titik kontrol yang ditarik dari BM.TTG
BAKOSURTANAL/Titik Tringulasi terdekat atau dari titik kontrol (BM)
yang telah terpasang hasil pengukuran terdahulu dan dilakukan koreksi.
Apabila memerlukan tambahan maka konsultan harus memasang titik kontrol
baru. Titik kontrol geodesi dibuat dari pilar beton dengan ketentuan ukuran
yang ada pada kriteria yang berlaku.
d. Umum
Semua data penting yang digunakan untuk menentukan koordinat titik
pengukuran diperoleh dengan cara pengukuran langsung dilapangan.
Semua alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan baik setelah dilakukan
pengecekan oleh tim teknis/Direksi dan memenuhi syarat ketelitian yang
diminta.
Sebelum pekerjaan dimulai pelaksana harus menyerahkan program kerja yang
berisi jadwal waktu pelaksana pekerjaan, daftar personil, daftar peralatan dan
rencana keberangkatan untuk dibahas bersama.
Pelaksana pekerjaan harus disesuaikan dengan program kerja dan waktu
pelaksanaan sesuai dengan jangka waktu yang tersedia.
e. Kontrol Horizontal (Pengukuran Poligon)
sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang terikat kepada poligon utama dan titik
jalur poligon baik cabang atau utama melalui batas alam yang ada seperti jalan,
sungai, batas kampung, dan lain – lain.
sebagai berikut:
1. Pengukuran Leveling harus diikatkan pada minimal 2 bench mark yang telah
diketahui elevasinya dan harus melalui titik-titik poligon. Metode
pengukuran leveling digunakan cara pulang pergi atau double stand, dan
apabila dilapangan hanya ada 1 Bench Mark maka pengukuran harus dilakukan
secara close circuit (tertutup).
2. Pembacaan rambu harus dilakukan dengan pembacaan tiga benang lengkap
yaitu benang atas, benang tengah dan benang bawah sebagai kontrol 2
BT = SA + SB. Pengukuran dilakukan cara double stand maka selisih
setiap stand pada tiap slag tidak boleh melebihi 2 mm.
3. Alat yang digunakan adalah automatic level seperti zeiss Ni2, (Wild
NAK2) atau yang sederajat ketelitiannya dan seijin tim teknis. Setiap slag
diusahakan alat di tengah- tengah dari dua titik yang diukur dengan jarak
maksimum 60 m sedangkan alat terdekat dari alat ke rambu tidak boleh lebih <
dari 5 m ke rambu muka dan rambu belakang.
4. Saat perpindahan rambu, rambu belakang dijadikan sebagai rambu depan
tetap pada posisi semula sebagai rambu belakang dengan cara hanya memutar
di atas landasan rambu. Rambu landasan memakai logam yang dapat
tertancap di atas tanah. Rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo kotak yang
terletak di belakang rambu untuk mengetahui bahwa rambu benar – benar vertikal
pada saat pengukuran.
5. Ketelitian kesalahan penutup tinggi dari pengukuran pulang pergi atau
doubel stand pada pengukuran Waterpas Utama tidak boleh melebihi 10√
D dan waterpas cabang tidak lebih 30√D dimana D adalah jumlah jarak
dalam satuan kilometer.
1.7.2. Penggambaran
I. Setiap gambar peta harus berisi:
- Garis tepi wajah peta
- Garis-garis silang grid yang berjarak 10 cm baik vertikal maupun horizontal
dengan sayap lembar grid 0,5 cm.
- Kop di pojok kanan bawah lembar peta disesuaikan dengan Kop Direksi.
- Legenda/Keterangan gambar dan penunjuk arah utara
- Album gambar dilengkapi daftar isi, peta lokasi, peta Ikhtisar dan peta hasil
pengukuran.
II. Penggambaran persil kepemilikan dan situasi (relokasi penduduk) dengan
skala 1 : 2000 (uk. A 1) dan skala 1 : 4000 (Uk. A3) peta iktisar dengan skala 1
: 10000 (disesuaikan), untuk penggambaran relokasi penduduk selang garis
ketinggian 1 m untuk daerah tinggi (berbukit) sedangkan untuk daerah
pengukuran yang rata selang garis ketinggian 0.5 m.
Penggambaran persil kepemilikan da relokasi penduduk diuraikan sebagai berikut:
- Penggambaran persil kepemifikan di lokasi rencana saluran pembuang
- Penggambaran kepemilikan di lokasi rencana bangunan pelengkap lainnya
- Penggambaran relokasi penduduk
- Penulisan huruf dan angka dengan eetak atau sablon dengan model
dapat terbaca dengan jelas pada gamabar Uk.A1 dan Uk. A3 dan
format sesuai dengan petunjuk tim teknis.
- Kriteria penggamabran disesuaikan dengan standar penggambaran (KP-
07) yang disetujui tim teknis
Hasil inventarisasi dan identifikasi yang telah dilakukan, Penyedia jasa harus
melakukan analisis dan menyusun program persiapan rencana lokasi untuk
bantuan usaha dan penampungan bagi masyarakat yang diperkirakan terkena
dampak langsung pembangunan Jaringan Irigasi tersebut.
1.10 MENYUSUN TATA CARA PEMBEBASAN TANAH ( Land Acquisition)
Penyedia jasa harus melakukan analisis dan menyusun rekomendasi atau tata
cara pembebasan tanah dan penanda tanganan persetujuan ganti rugi dan
perbaikan. Rekomendasi tata cara dan mekanisme pembebasan/pengadaan
tanah ini sangat diperlukan oleh pemangku kebijakan dalam rangka untuk
mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang
berhak atas tanah tersebut dalam upaya rencana pembangunan Jaringan Irigasi
Tamiang.
Penyedia jasa diharuskan melakukan analisis dan menyusun tata cara ganti
rugi termasuk alternatif peluang usaha dan rekomendasi pelatihan bagi
masyarakat yang terkena dampak langsung proyek pembangunan Jaringan
Irigasi tersebut. Penyusunan tata cara ganti rugi ini sangat diperlukan untuk
mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang
berhak atas tanah tersebut dimana pelepasan atau penyerahan hak atas tanah
adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah
dengan tanah yang dikuasainyadengan memberikanganti kerugian atas dasar
musyawarah. Untuk dasar dan tata cara perhitungan ganti kerugian tanah
ditetapkan atas dasar :
- Harga tanah yang didasarkan atas nilai nyata atau sebenarnya, dengan
memperhatikan nilai jual objek Pajak Bumi dan Bangunan yang
terakhir untuk tanah yang bersangkutan.
- Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah
yang bertanggung jawab di bidang bangunan.
- Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah
yang bertanggung jawab di bidang pertanian.