Anda di halaman 1dari 19

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penataan main sistem irigasi yang baik akan menjamin pemberian air ke areal
irigasi sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian yang dengan sendirinya dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan khususnya petani.Peningkatan hasil
pertanian ini juga akan mendukung program ketahanan pangan yang diprogramkan
oleh pemerintah, maka dari itu diperlukan penyusunan detail desain bendung dan
main system jaringan irigasi yang sesuai dengan standar - standar teknis yang ada.

Daerah Irigasi Tamiang berada di dalam Wilayah Sungai (WS) Tamiang


Langsa yang sumber airnya diambil dari Sungai Krueng Tamiang. Daerah Irigasi
tersebut terletak di Kecamatan Manyak Payed dan Kecamatan Bendahara Kabupaten
Aceh Tamiang Provinsi Aceh. D.I. Tamiang memiliki luas total potensial 3.000 Ha
dimana areal seluas 500 Ha telah dilakukan review desain bendung D.I Tamiang
pada tahun 2015 sehingga diharapkan pada tahun 2016 area seluas 3.000
Ha tersebut dapat direncanakan secara menyeluruh agar pelaksanaan
pembangunan fisiknya dapat dilaksanakan sesuai rencana serta pemanfaatan air
irigasi ini dapat secara optimal digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

Pada tahun 2002 melalui Proyek Irigasi dan Rawa Andalan Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dilakukan pekerjaan Survey Investigasi Oesain (SID) D.I.
Tamiang seluas 3.732 Ha Kabupaten Aceh Timur. Pada tahun 2007 melalui dana
BRR sudah dilaksanakan Pekerjaan Detail Desain (DD) Bangunan Utama Bendung
Tamiang.Pada Tahun 2013 sudah dilaksanakan Model Tes Bendung Tamiang.
Berdasarkan Model Test diperlukan penyelidikan lebih lanjut rencana tanggul
penutup pada sungai existing yang difungsikan untuk pengendalian banjir.

Dengan adanya rencana pembangunan Daerah Irigasi tersebut maka nantinya akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas
pembangunan sehingga perlu dianalisis sejak awal (tahap perencanaan),
dengan demikian langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan
dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Oleh karena itu berdasarkan
Permen LH No. 12 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau kegiatan
yang wajib AMDAL maka pembangunan DI.Tamiang termasuk jenis kegiatan
wajib AMDAL berdasarkan luas arealnya yang lebih dari 3000 Ha.

Untuk melengkapi keseluruhan perencanaan D.I Tamiang ini, perlu dilakukan


kegiatan detail desain secara menyeluruh pada D.I Tamiang seluas 3.732 Ha yang
dilanjutkan dengan kegiatan studi AMDAL dan LARAP pada pembangunan jaringan
irigasi. Atas hal itu Pemrakarsa membutuhkan lembaga penyedia jasa yang
mempunyai registrasi kompetensi lembaga penyedia jasa penyusun dokumen
AMDAL.

Sehubungan dengan uraian di atas, pada tahun anggaran 2015, Balai Wilayah
Sungai Sumatera-l melalui Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Program
akan melakukan Kegiatan Pekerjaan Detail Desain, AMDAL, dan LARAP
Pembangunan Bendung dan Jaringan Irigasi D.I Tamiang (3000 Ha).
Pekerjaan ini menggunakan sumber dana yang berasal dari DIPA APBN P dengan
menggunakan Multi Years Contract (MYC) selama 13 bulan, Tahun Anggaran
2015-2016.

1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


1.2.1. Maksud Kegiatan
Maksud dilakukan Kegiatan studi LARAP untuk mendapatkan data kepemilikan
tanah, bangunan maupun informasi lainnya yang dibutuhkan secara detail dalam
rangka pelaksanaan pembebasan lahan dan relokasi penduduk (bila ada relokasi
penduduk) di daerah rencana Jaringan Irigasi Tamiang.
1.2.2. Tujuan Kegiatan
Tujuannya kegiatan LARAP adalah untuk merumuskan kebijakan dalam
pengambilan keputusan berkaitan dengan rencana pembebasan tanah, pelaksanaan
baik pra maupun pasca konstruksi serta menyusun rencana alternatif pelaksanaan
program pemindahan masyarakat.

1.2.3. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini, yaitu :
 Tersedianya acuan atau pedoman bagi Pemerintah untuk pembebasan lahan dan
relokasi penduduk (bila ada relokasi penduduk) di lokasi rencana Jaringan Irigasi
Tamiang.

1.3 WAKTU PELAKSANAAN

Untuk pelaksanaan pekerjaan Detail Desein, AMDAL dan LARAP


Pembangunan Bendung dan Jaringan Irigasi D.l Tamiang diperlukan
waktu selama 390 (Tiga Ratus Sembilan Puku17) hari kalender atau 13 (Tiga belas) bulan
dari tanggal diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dalam masa tahun
anggaran 2015-2016. Sementara Untuk pekerjaan LARAP diperlukan waktu selama 8 (delapan)
bulan hari kalender.

1.4 LOKASI PEKERJAAN

Daerah Irigasi Tamiang masuk dalam Wilayah Sungai (WS) Tamiang-Langsa.


Lokasi pekerjaan Detail Desain, AMDAL dan LARAP Pembangunan Bendung
dan Jaringan lrigasi D.I Tamiang terletak di Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi
Aceh yang berjarak ± 458 Km.Untuk mencapai ke lokasi tersebut dapat
ditempuh dengan kendaraan roda empat selama ± 8 jam perjalanan dari Kota
Banda Aceh dengan kondisi jalan relatif baik.

1.5 RUANG LINGKUP


A. Pekerjaan LARAP D.I Tamiang yang Meliputi :
1. Melakukan Inventarisasi Lapangan dan Pengumpulan Data Sekunder;
2. Melakukan Sosialisasi Masyarakat;
3. Melakukan Pengukuran dan Pengumpulan Data Kepemilikan tanah dan aset
lainnya, serta data SOSBUD;
4. Melakukan Pemetaan Rencana Pembebasan Lahan /KADASTRAL dan
relokasi penduduk (Bila ada relokasi penduduk);
5. Meganalisis hasillnventarisasi dan Identifikasi LARAP;
6. Penyusunan Program Persiapan Rencana Lokasi (bila ada relokasi penduduk);
7. Penyusunan Tata Cara Pembebasan Tanah/Lahan (land Acquisition);
8. Penyusunan Tata Cara Ganti Rugi dan Alternatif Peluang Usaha;
9. Penyusunan dan Pendataan Permasalahan Berdasarkan Urgensi Masyarakat;
10. Membuat Skenario Penyelesaian Permasalahan LARAP;
11. Menyusun dan menyiapkan Data Kepemilikan Tanah;
12. Menyusun rekomendasi penyelesaian masalah dengan metode skala perioritas;
13. Menyusun Rencana Anggaran Biaya Pembebasan tanah dan Relokasi
Penduduk (bila ada relokasi penduduk);
14. Menganalisis Perkiraan Waktu Pelaksanaan LARAP;
15. Penyusunan Sistim Pelaksanaan LARAP;
16. Melaksanakan Lokakarya LARAP;
17. Menyusun Laporan Hasil Studi LARAP;

1.6 RUANG LINGKUP PEKERJAAN D.I TAMIANG

Pada tahapan kegiatan pembuatan gambar desain Pra Lay Out dan Final Lay Out
Sistem Jaringan Irigasi dan kegiatan AMDAL berjalan secara bersamaan tersebut
Konsultan dapat melakukan kegiatan LARAP dimana kegiatan ini dimulai dengan
Inventarisasi lapangan berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder.

1.6.1. Melakuakan Inventarisasi Lapangan dan Pengumpulan Data sekunder


a. Survey Pendahuluan
Kegiatan ini merupakan tahap awal pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan
juga untuk orientasi/pengenalan lokasi studi, dalam tahap ini penyedia
jasa harus melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan berdiskusi
yang erat kaitannya dengan peraturan maupun kebijakan yang berlaku di
daerah dalam kaitannya dengan LARAP tersebut. Adapun beberapa
peraturan maupun kebijakan yang berlaku meliputi;
- Pengelolaan penampungan penduduk (jika ada relokasi penduduk) dan
monitoring;
- Hak-hak kaum minoritas dan penduduk asli
- Tata cara mendapat informasi dan keterlibatan penduduksetempat;
- Proses pembebasantanah dan tata caranya (Surat keputusan tingkat
nasionaldan daerah).
Peraturan serta kebijakan tersebut diatas khususnya yang terkait
dengan LARAP sangat diperlukan dengan melakukan pengumpulan data dan
peta wilayah lokasi yang akan dibebaskan termasuk daerah dan/atau lokasi
baru untuk replaceman.

b. lnventerisesi Lapangan dan Pengumpu!an Data Sekunder


1. Inventarlsasi Lapangan
Penyedia Jasa harus menginventarisasi setiap permasalahan yang ada di
wilayah tersebut,baik permalahan yang ada saat ini maupun potensi yang
yang dapat dikembangkandikemudian han di wilayah yang direlokasi (jlka
ada relokasi penduduk). Beberapa aspek penting yang terdapat dan
harus diidentifikasi meliputi;
i. lnventarisasi dataiinformasi mengenai kondisi eksisting dan
permasalahan kawasanwilayahjaringan irigasi.
ii. Inventarisasi dan analisis evaluasi hasil pengumpulan data dan
masukan masyarakat di lokasi studi.
iii. lnventarisasi infrastruktur yang ada di sekitar daerah Jaringan
Irigasi.
iv. Inventarisasi data demografi (susunan populasi berdasarkan jenis
kelamin, kelompok umur, pendidikan, agama, kepadatan penduduk,
dan jumlah kepela keluarga) terutama untuk penduduk yang tinggal
di daerah tampungan dan pemilik lahan.
v. Inventarisasi kegiatan ekonomi (Pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan) di daerah Jaringan Irigasi.
vi. Inventarisasi pengolahan dan penanaman lahan serta pemilik lahan
di daerah Jaringan Irigasi.
vii. Inventarisasi pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah
yang diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan Jaringan Irigasi
Tamiang serta relokasi berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR) yang telah ditetapkan.
viii. Penyiapan dan penggunaan peta meliputi :
a. Penggunaan peta citra satelit resolusi tinggi pada lokasi terpilih
b. Penyiapan peta dasar skala 1:50.000 (orientasi wilayah) dan 1:
5000 (kawasan terpillh).
c. Interpretasi, evaluasi dan analisis citra satelit landsate dan DEM
resolusi 92 m seluruh DAS/WS serta menggunakan citra satelit
resolusi tinggi pada DAS Hulu.
d. Digitasi lokasi yang tergenang.
e. Analisis dan evaluasi lokasi terpilih untuk penyusunan materi
teknis zoning.

2. Data dan Peta


Dilakukan sesuai dengan kebutuhan analisis yang akan dilakukan pada
daerah studi yang terkena dampak antara lain sebagai berikut:

No Jenis Data Sumber Data Periode


Waktu
I. Undang – undang dan Kementrian, instansi Terkini
Peraturan Pemerintah terkait
II. Kebijakan Nasional, Pemerintah Pusat, Terkini
Pemerintah Provinsi, Kementrian PU,
Pemkab/Kota Tentang KEMDAGRI,
Pertanahan. KEMHUT serta instansi
terkait.
III. Data Umum
A. Data Kab. Dalam Angka: Tahunan (4
- Data Dinamika Tahun
kependudukan terakhir)
- Data Dinamika PDRB
B. Data Laporan Tahunan Kementrian, Dinas Tahunan
Terkait. (kondisi
terkini)
C. Data Rencana Tata Bappeda Tk.I & Tk II Sesuai jangka
Ruang waktu/ tahun
berlakunya
kondisi
terkini)
D. Peta
- Peta Topografi (RBI Terkini
& Citra Land) - Bakosurtanal Terkini
- Peta Tanah - BPN Terkini, 5 thn,
- Peta Penggunaan - BPN, Bakos. 10 thn
Lahan LAPAN
E. DEM (Digital Elevation Bakosurtanal, LAPAN Terkini
Model)
IV. A. Data Terkini Kementrian PU/ BWS/ Terkini
- Peta Genangan Banjir Dinas PU Pengairan/ Data min 5
BP DAS.E tahun

No Jenis Data Sumber Data Periode


Waktu
V. Lain – lain
a. Dinamika kondisi Instansi Terkait Tahunan 4
Lingkungan (thn terakhir)
b. Dinamika kondisi Instansi Terkait Terkini
Sosbud
c. Dinamika kondisi Instansi Terkait
Ekonomi

1.6.2. Melakuakan Sosialisasi Masyarakat


Penyedia jasa diharuskan melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat dalam
bentuk Pertemuan. Konsultasi Publik untuk memperoleh berbagai masukan, saran dan
tanggapan dengan melibatkan masyarakat yang terkena dampak, tokoh masyarakat
dan pemerintah setempat

1.6.3. Melakukan Pengukuran dan Pengumpulan Data Kepemiliakan Tanah dan Aset
Lainnya, Pemetaan Rencana Pembebasan Tanah, Serta Data SOSBUD
1. Melaksanakan kegiatan pengumpulan data teknis / informasi pada instansi –
instansi terkait untuk keperluan penyelidikan yang terdiri dari:
- Peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1: 25.000 atau disesuaikan
- Peta / poto udara skala 1 : 10.000 ( bila tersedia)
- Peta tata guna dan kepemilikan lahan serta peta lainnya yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan pengukuran lapangan.
2. Melaksanakan pengukuran KADASTRAL pembebasan lahan (land acquisition)
dilokasi rencana jaringan irigasi serta relokasi penduduk ( bila ada). Beberapa hal
yang perlu dilakukan terhadap kegiaatan ini diantaranya adalah:
- Penyusunan tim yang dipimpin oleh tenaga ahli dibidangnya;
- Melakukan oriental dan survei lapangan;
- Inventarisasi, indentifikasi permasalahan, analisa dan evaluasi.

Secara garis besar pengukuran dan pemetaan Persil Kepemilikan meliputi:

- Pemasangan paatok batas persil


- Kontrol horizontal dan vertikal
- Pengukuran detail batas persil kepemilikan dilokasi rencana jaringan irigasi
penggambaran.

a. Dasar Survey
 Peta RBI sebagai acuan peta lokasi
 Data untuk horizontal dan vertikal ditunjukan dalam catatan khusus
 Koordinat – koordinat dati Titik Triangulasi yang ada
 Sistim grid yang digunakan ialah sitem proyeksi UTM dan Ellipsoid WGS 84
 Titik referenssi elevasiawal harus ditarik dari BM.TTG BAKOSURTANAL
terdekat (± 100 km dari lokasi pekerjaan).
b. Lingkup Kegiatan Survey
 Pengukuran Keerangka Utama
 Pengukuran batasan persil kepemilikan
 Pengukuran rencana relokasi penduduk (bila ada)
c. Titik Kontrol Geodesi
 Titik kontrol geodesi yang merupakan kerangka dasar pemetaan harus
menggunakan titik kontrol yang ditarik dari BM.TTG
BAKOSURTANAL/Titik Tringulasi terdekat atau dari titik kontrol (BM)
yang telah terpasang hasil pengukuran terdahulu dan dilakukan koreksi.
 Apabila memerlukan tambahan maka konsultan harus memasang titik kontrol
baru. Titik kontrol geodesi dibuat dari pilar beton dengan ketentuan ukuran
yang ada pada kriteria yang berlaku.
d. Umum
 Semua data penting yang digunakan untuk menentukan koordinat titik
pengukuran diperoleh dengan cara pengukuran langsung dilapangan.
 Semua alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan baik setelah dilakukan
pengecekan oleh tim teknis/Direksi dan memenuhi syarat ketelitian yang
diminta.
 Sebelum pekerjaan dimulai pelaksana harus menyerahkan program kerja yang
berisi jadwal waktu pelaksana pekerjaan, daftar personil, daftar peralatan dan
rencana keberangkatan untuk dibahas bersama.
 Pelaksana pekerjaan harus disesuaikan dengan program kerja dan waktu
pelaksanaan sesuai dengan jangka waktu yang tersedia.
e. Kontrol Horizontal (Pengukuran Poligon)

i Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara poligon, poligon tertutup


atau poligon terbuka tetapi diketahui koordinat titik awal dan akhir pengukuran,
poligon melingkupi daerah yan dipetakan, jika daerahnya cukup luas poligon
utama dibagi dalam beberapa kring tertutup (untuk pengukuran situasi). Usahakan

sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang terikat kepada poligon utama dan titik

referensi yang digunakan mendapat persetujua dari Direksi Pekerjaan. Usahakan

jalur poligon baik cabang atau utama melalui batas alam yang ada seperti jalan,
sungai, batas kampung, dan lain – lain.

Maksud pengukuranpoligon adalah untuk membuat titik tetap yang mempunyai


koordinat posisi bidang horizontal (x,Y) sebagai kerangka dasar dari pemetaan.
Pengukuran poligon ini diikatkan pada BM.TTG BAKOSURTANAUTitik
Tringulasi terdekat atau dari titik kontrol (BM) yang telah terpasang hasil
pengukuran terdahulu minimal 2 yang telah diketahui koordinat dan elevasinya
sesuai petunjuk tim teknis / dereksi
Syarat-syaratyang harus dipenuhi diantaranya adalah:

1. Pengukuran Kontrol Horizontal/poligon utama harus diikatkan pada minimal


2 bench mark yang telah diketahui koordinatnya. Metode pengukuran
poligon utama dilakukan secara close circuit (tertutup)dan dilakukan koreksi.
2. Pengukuran Kontrol Horizontal/poligon cabang harus diikatkan pada titik
poligon tetap di awal dan di akhir pengukuran dan dilakukan koreksi.
3. Pengukuran poligon sudut-sudutnya harus dilakukan secara 2 seri ganda (B,
LB, B, LB) untuk tiap station dengan ketelitian sudut < 10 " ketelitian sudut
harus lebih kecil dari 10√n dimana "n" adalah jumlah titik poligon.
4. Azimuth yang digunakan adalah azimuth hasil pengamatan matahari,
Pengamatan dilakukan setiap jarak 2,50 km dengan ketelitian sudut < 10"
atau digunakan alat GPS dilakukan dengan tiga kali pengamatan dengan
waktu yang berbeda pengamatan dilakukan pada titik tetap yang sama,
pembacaan sampai Accuracy terkecil. Pengamatan dilakukan pada 2 titik tetap
poligon dengan menggunakan system proyeksi koordinat UTM dan Ellipsoid
WGS 84.
5. Setiap titik poligonditandai dengan patok kayu berukuran 5 cm x 5 cm x 60
cm. Patok ini diberi cat warna merah untuk memudahkan identifikasi.
6. Orientasi arah awal dan akhir pada pengukuran poligon dengan melakuaka n
pengamatan matahari atau pengamatan dengan alat GPS
7. Pengukuran Poligon utama menggunakan alat Total Station pembbacaan jarak
datar diukur minimal 2 kali ke muka dan ke belakang dan/atau dengan memakai
pita dengan ketelitian linier poligon utama kesalahan penutup jarak 1 : 10.000
8. Pengukuran poliqon cabang ketelitian linier poligon kesalahan penutup jarak 1 :
5.000.
9. Pengukuran sudut poligon cabang harus menggunakan alat theodolit Wild T2
atau yang sederajat dengan ketelitian sudut minimal 10", dan seijin tim
teknis/Direksi.
f. Kontrol Vertikal (Pengukuran Sipat Datar)
Maksud pengukuran kontrol vertikal / sipat datar adalah membuat titik tetap yang
mempunyai posisi vertikal ketinggian sebagai kerangka dasar. Pengukuran sipat datar
ini harus diikatkan pada titik BM.TTG BAKOSURTANAL/Titik Tringulasi terdekat
atau dari titik kontrol (BM) yang telah terpasang hasil pengukuran terdahulu yang
kondisinya masih baik dan dengan persetujuan tim teknis / direksi.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan pengukuran ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengukuran Leveling harus diikatkan pada minimal 2 bench mark yang telah
diketahui elevasinya dan harus melalui titik-titik poligon. Metode
pengukuran leveling digunakan cara pulang pergi atau double stand, dan
apabila dilapangan hanya ada 1 Bench Mark maka pengukuran harus dilakukan
secara close circuit (tertutup).
2. Pembacaan rambu harus dilakukan dengan pembacaan tiga benang lengkap
yaitu benang atas, benang tengah dan benang bawah sebagai kontrol 2
BT = SA + SB. Pengukuran dilakukan cara double stand maka selisih
setiap stand pada tiap slag tidak boleh melebihi 2 mm.
3. Alat yang digunakan adalah automatic level seperti zeiss Ni2, (Wild
NAK2) atau yang sederajat ketelitiannya dan seijin tim teknis. Setiap slag
diusahakan alat di tengah- tengah dari dua titik yang diukur dengan jarak
maksimum 60 m sedangkan alat terdekat dari alat ke rambu tidak boleh lebih <
dari 5 m ke rambu muka dan rambu belakang.
4. Saat perpindahan rambu, rambu belakang dijadikan sebagai rambu depan
tetap pada posisi semula sebagai rambu belakang dengan cara hanya memutar
di atas landasan rambu. Rambu landasan memakai logam yang dapat

tertancap di atas tanah. Rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo kotak yang
terletak di belakang rambu untuk mengetahui bahwa rambu benar – benar vertikal
pada saat pengukuran.
5. Ketelitian kesalahan penutup tinggi dari pengukuran pulang pergi atau
doubel stand pada pengukuran Waterpas Utama tidak boleh melebihi 10√
D dan waterpas cabang tidak lebih 30√D dimana D adalah jumlah jarak
dalam satuan kilometer.

1.7 PEMETAAN RENCANA PEMBEBASAN LAHAN/KADASTRAL dan


RELOKASI PENDUDUK (BILA ADA)
1.7.1. Survey dan Pemetaan

Kegiatan survey dan pemetaan rencana pembebasan lahan / KADASTRAL dan


Relokasi (bila ada) meliputi:

1. Pemetaan rencana pembebasan lahan diukur berdasarkan jannqan kerangka


utama dan kerangka cabang yang telah dipasang, dengan melakukan
pengukuran petak persil kepemilikan dan batas-batas persil kepemilikan pada
rencan jaringan irifagasi dan relokasi (bila ada)
2. Pemetaan relokasi penduduk pengukuran situasi yang menggambarkan kondis
existing di relokasi penduduk. Pemetaan relokasi penduduk dilengkapi dengan
titik ketinggian dan gari kontour.
3. Pengukuran petak persil kepemilikan dan batas persil kepemilikan
dilakukan dengan pembacaan sudut horizontal dengan alat theodilite untuk
pembacaan jarak datar diukur minimal 2 kali ke muka dan kebelakang dan
dikontrol dengan pita jarak
4. Pengukuran petak persil kepemilikan dan batas persil kepemilikanharus
diketahui oleh masing-masing kepemilikan lahan dan aparat desa setempat.
5. Melakukan penggambaran hasil pengukuran batas persil kepemilikan tanah
dan relokasi (bila ada) dengan skala 1 : 2000 dan skala 1 : 5000 atau dengan
skala disesuaikan dan Jatau dengan petunjuk lain atas persetujuan direksi.
6. Nomor persil serta luasan masing-masingkepemilikanditampilkan pada
gambar skala 1 : 2000 dan skala 1 : 5000 atau dengan skala
disesuaikan.
7. Pada kolom keterangan gambar ditampilkan nomor persil, nama
kepemilikan dan luasan untuk masing-masing kepemilikan yang
terdapat pada setiap lembar gambar.
8. Melakukan analisisJtelaahterhadap upaya dan rencan pembebasandan relokasi
penduduk (bila ada) maupun lahan. Dalam melakukan kajian ini para tenaga
ahli tersebut memerlukan dasar-dasar pertimbangan sebagai berikut :
- Kondisi eksisting dan permasalahan kawasan wilayah Jaringan Irigasi
Tamiang.
- Analisis dan evaluasi hasil pengumpulan data dan masukan
masyarakat dilokasi studi termasuk issue ganti kerugian dalam rangka
pengadaan tanah untuk :
a. Hak atas tanah;
b. Bangunan;
c. Tanaman;
d. Benda-bendalain yang berkaitan dengan tanah.
- Infrastruktur yang ada di sekitar daerah jaringan irigasi.
- Demografi (susunan populasi berdasarkanjenis kelamin, kelompok umur,
pendidikan,agama, kepadatan penduduk, dan jumlah kepala keluarga )
terutama unruk penduduk yang tinggal di daerah tampungan dan pemilik
lahan.
- Kegiatan ekonomi (pertanian, kehutanan, perikanan) di daerah
Jaringan Irigasi Tamiang.
- Pengolahan dan penanaman lahan serta pemilik lahan di daerah Jaringan
Irigasi Tamiang.
Pengadaan dan reneana pemenuhan kebutuhan tanah yang diperlukan bagi
pelaksanaan pembanguna Jaringan Irigasi D.I Tamiang serta relokasi berdasarkan
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) yang telah ada, dan bagi daerah yang belum
menetapkan RUTR pengadaan tanah dilakukan berdasarkan perencanaan ruang
wilayah atau kota yang telah ada (KEPPRES No. 55 Tahun 1993,tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum).

1.7.2. Penggambaran
I. Setiap gambar peta harus berisi:
- Garis tepi wajah peta
- Garis-garis silang grid yang berjarak 10 cm baik vertikal maupun horizontal
dengan sayap lembar grid 0,5 cm.
- Kop di pojok kanan bawah lembar peta disesuaikan dengan Kop Direksi.
- Legenda/Keterangan gambar dan penunjuk arah utara
- Album gambar dilengkapi daftar isi, peta lokasi, peta Ikhtisar dan peta hasil
pengukuran.
II. Penggambaran persil kepemilikan dan situasi (relokasi penduduk) dengan
skala 1 : 2000 (uk. A 1) dan skala 1 : 4000 (Uk. A3) peta iktisar dengan skala 1
: 10000 (disesuaikan), untuk penggambaran relokasi penduduk selang garis
ketinggian 1 m untuk daerah tinggi (berbukit) sedangkan untuk daerah
pengukuran yang rata selang garis ketinggian 0.5 m.
Penggambaran persil kepemilikan da relokasi penduduk diuraikan sebagai berikut:
- Penggambaran persil kepemifikan di lokasi rencana saluran pembuang
- Penggambaran kepemilikan di lokasi rencana bangunan pelengkap lainnya
- Penggambaran relokasi penduduk
- Penulisan huruf dan angka dengan eetak atau sablon dengan model
dapat terbaca dengan jelas pada gamabar Uk.A1 dan Uk. A3 dan
format sesuai dengan petunjuk tim teknis.
- Kriteria penggamabran disesuaikan dengan standar penggambaran (KP-
07) yang disetujui tim teknis

1.8 MELAKUKAN ANALISIS INVENTARISASI dan INDENTIFIKASI LARAP

Studi LARAP terutama untuk masyarakat yang diperkirakan terkena dampak


langsung yang disusun sebagai laporan LARAP. Analisa dan pengumpulan data
akan dilakukan pada lingkungan sekitar Wilayah Studi yang telah ditentukan,
dengan ukuran menurut peraturan yang berlaku di Indonesia. Analisi yang
dilakukan oleh tim konsultan diantaranya berupa:

1. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum,


termasuk peraturan dasar pokok-pokok pertanahan nasional
(BAKOSURTANAL).
2. Pokok-pokok kebijakan pengadaan tanah;
3. Panitai, musyawarah, dan ganti kerugian.
Hasil analisi tersebut aka dijadikan sebagai dasar penyusunan laporan LARAP.

1.9 MENYUSUN PROGRAM PERSIAPAN RENCANA LOKASI (bila ada relokasi


penduduk)

Hasil inventarisasi dan identifikasi yang telah dilakukan, Penyedia jasa harus
melakukan analisis dan menyusun program persiapan rencana lokasi untuk
bantuan usaha dan penampungan bagi masyarakat yang diperkirakan terkena
dampak langsung pembangunan Jaringan Irigasi tersebut.
1.10 MENYUSUN TATA CARA PEMBEBASAN TANAH ( Land Acquisition)

Penyedia jasa harus melakukan analisis dan menyusun rekomendasi atau tata
cara pembebasan tanah dan penanda tanganan persetujuan ganti rugi dan
perbaikan. Rekomendasi tata cara dan mekanisme pembebasan/pengadaan
tanah ini sangat diperlukan oleh pemangku kebijakan dalam rangka untuk
mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang
berhak atas tanah tersebut dalam upaya rencana pembangunan Jaringan Irigasi
Tamiang.

1.11 MENYUSUN TATA CARA GANTI RUGI dan ALTERNATIF PELUANG


USAHA

Ganti kerugian adalah ·penggantianatas nilai tanah berikut bangunan, tanaman


dan/atau benda- benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau
penyerahanhak atas tanah.

Penyedia jasa diharuskan melakukan analisis dan menyusun tata cara ganti
rugi termasuk alternatif peluang usaha dan rekomendasi pelatihan bagi
masyarakat yang terkena dampak langsung proyek pembangunan Jaringan
Irigasi tersebut. Penyusunan tata cara ganti rugi ini sangat diperlukan untuk
mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang
berhak atas tanah tersebut dimana pelepasan atau penyerahan hak atas tanah
adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah
dengan tanah yang dikuasainyadengan memberikanganti kerugian atas dasar
musyawarah. Untuk dasar dan tata cara perhitungan ganti kerugian tanah
ditetapkan atas dasar :
- Harga tanah yang didasarkan atas nilai nyata atau sebenarnya, dengan
memperhatikan nilai jual objek Pajak Bumi dan Bangunan yang
terakhir untuk tanah yang bersangkutan.
- Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah
yang bertanggung jawab di bidang bangunan.
- Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah
yang bertanggung jawab di bidang pertanian.

1.12 PENYUSUNAN dan PENDATAAN PERMASALAHAN BERDASARKAN


URGENSI MASYARAKAT

Penyedia jasa harus melakukan analisis terhadap hasil pendataan


permasalahan yang ditemui dilokasi kegiatan, serta menyusun konsep
tingkatan permasalahan yang dihadapi berdasarkan urgensi masyarakat yang
diperkirakan terkena dampak langsung akibat pembangunan Jaringan Irigasi
Tamiang.

1.13 MEMBUAT SKENARIO PENYELESAIAN PERMASALAHAN LARAP

Penyedia jasa harus membuat skenario terhadap penyelesaian permasalahan


yang akan timbul sebagai akibat rencana relokasi dalam tingkatan urgensitas
masyarakat yang terkena dampak nyata. Penyusunan skenario iru diperlukan
oleh pengambil kebijakan dalam rangka upaya merelokasikan penduduk dari
tempat asalnya ketempat yang lain, dan juga skenario ini diperlukan oleh
panitia ganti rugi tanah dalam rangka pelaksanaan ganti rugi/pengadaan tanah
untuk keperluan pembangunan Jaringan Irigasi Tamiang, agar tepat sasaran
didalam pelaksanaan tugasnya.

1.14 MENYUSUN dan MENYIAPKAN DATA KEPEMILIKAN TANAH

Penyedia jasa berdasarkan pendataaniinventarisasi kepemilikan tanah harus


menggambarkan setiap petak (blok) kepemilikan tanah serta menyiapkan data
inventarisasi kepemilikannya secara lengkap. Data ini sangat diperlukan oleh
tim pembebasan tanah pada saat akan dilkukannya proses ganti rugi atas hak atas
tanah, bangunan, tanaman serta benda-benda yang berkaitan dengan tanah.
1.15 MENYUSUN REKOMENDASI PENYELESAIAN MASALAH DENGAN
METODE SKALA PRIORITAS

Penyedia jasa berdasarkan penyusunan skenario yang telah dilakukan maka


selanjutnya diharuskan menyusun rekomendasitata cara penyelesaianmasalah ganti
rugi dan relokasi (LARAP)dengan membuatmetode skala perioritas.

1.16 MENYUSUN RENCANA ANGGARAN BIAYA (EE) PEMBEBASAN dan


PENGADAAN TANAH serta RELOKASI PENDUDUK

Penyedia jasa diharuskan menyusun perkiraan biaya (EE) yang diperlukan


dalam pelaksanaan pembebasan tanah dan relokasi penduduk (bila ada
relokasi penduduk) sesuai dengan tingkat urgensinya. Besarnya biaya
perkiraan pembebasan dan pengadaan tanah didasari pada hasil
inventarisasi atau pendataan yang telah dilakukan oleh tim. Beberapa hal
pokok yang harus diperhatikan didalam penyusunan perkiraan biaya tersebut
diantaranya adalah;
- Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan
benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang hak atasnya akan
dilepaskan atau diserahkan.
- Mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang atasnya akan
dilepaskanatau diserahkan.
- Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti kerugian secara keseluruhan
dengan nilai biaya pada saat ini atau atas petunjuk lain akibat fluktuasi.
- Memberikan penjelasan dan penyuluha kepada pemegang hak atas tanah
mengenai rencanadan tujuan pengadaantanah tersebut.

1.17 MELAKSANAKAN LOKAKARYA LARAP

Untuk menampung aspirasi para pihak yang berkepentingan, konsultan harus


melakukan kegiatan Lokakarya LARAP tingkat Pemerintahan
Oaerah/Kabupaten khusunya melibatkan para Pemangku kepentingan, serta
masyarakatdi lokasi Jaringan Irigasi Tamiang.
Tujuan dilaksanakan kegiatan Lokakarya LARAP ini dilakukan adalah untuk
memperoleh masukan, tanggapan, koreksi dari masyarakat, dan seluruh pemangku
kepentingan terhadap data keseluruhan yang di inventarisasi, identifikasi kondisi
lingkungan dan identifikasi masalah yang telah dilakukan untuk dibangun suatu
kesepakatan-kesepakatandari semua para pihak yang berkepentingan dalam
upaya pembebasan lahan dan relokasi pembangunan Jaringan Irigasi Tamiang.
Penyedia jasa memfasilitasi kegiatan lokakarya tersebut dari baerbagai Instansi
Lintas Sektor terkait melalui BAPPEDA Kabupaten, unsur Kecamatan, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Perangkat Oesa (Geuchik Gampong dan masyarakat)
didalam memperoleh masukan,tanggapanmasyarakat,seluruh pemangku
kepentingan/ kebijakan.

1.18 MENYUSUN LAPORAN HASIL STUDI LARAP

Penyedia jasa diharuskan menyusun laporan hasil studi LARAP beserta


laporan daftar identifikasilpendataan masyarakat yang terkena dampak
terhadap rencana pembangunan Jaringan Irigasi Tamiangterkait dengan ganti rugi
aset serta gambar-gambar lokasi pembebasandan relokasinya.
Hasil yang akan diicapai dalam pekerjaan Studi LARAP ini adalah :
1. Rekomendasi batas-batas (base line) lokasi pembebasan tanah dan
relokasi dari hasil inventarisasi, identifikasi serta analisis dan evaluasi
lapangan.
2. Usulan metode tata cara penyelesaian masalah ganti rugi berdasarkan hasil
analisis dengan beberapa metode skala perioritas.
3. Usulan pengadaan tanah untuk merelokasi pendududk yang tepat untuk
rencana pengembangan permukiman yang selesai dengan rencana tata
ruang wilayah (RTRW) yang ada.
4. Usulan biaya rencana pelaksanaan (RAB) pembebasan dan pengadaan
tanah serta relokasi penduduk.

Anda mungkin juga menyukai