Anda di halaman 1dari 10

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : AKIDAH AKHLAK


B. Kegiatan Belajar : HARI AKHIR, QADHA DAN QADAR (KB 3)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1. Keimanan kepada Hari Akhir dan Kiamat
Pengertian Hari Akhir dan Kiamat
Beriman (meyakini) adanya hari akhir adalah bagian
dari rukun iman. Syekh Thahir bin Shalih al-Jazairy (w.
1338 H) dalam Al-Jawahir al-Kalamiyah Menyampaikan
bahwa rukun iman atau rukun akidah Islam itu meliputi
enam hal, yaitu: “Rukun akidah Islamiyah itu ada enam
hal, yaitu: (1) iman kepada Allah, (2) iman kepada
malaikat Allah, (3) iman kepada kitab-kitab Allah, (4)
iman kepada para rasul Allah, (5) iman kepada hari
akhir, dan (6) iman kepada qadar (takdir) Allah.”
2. Iman kepada hari akhir ini adalah penting sekali.
Sedemikian pentingnya maka dalam Al-Qur’an dan
hadits keimanan pada hari akhir ini kerap disandingkan
dengan keimanan kepada Allah. Dan memang ada dua
hal pokok berkaitan dengan keimanan yang banyak
Peta Konsep (Beberapa dijabarkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, yaitu pembuktian
1 istilah dan definisi) di modul tentang keesaan Allah, yang berarti ini tentang iman
bidang studi kepada Allah, dan kedua, uraian atau pembuktian
tentang hari akhir
3. Al-Qur'an menyebut istilah al-yaum al-ākhir (‫ال يوم اال خر‬
,(hari akhir, sebanyak 26 kali dan menyebut istilah al-
ākhirah (‫ اال خرة‬,(akhirat, sebanyak 115 kali. Istilah ini,
al-ākhir, secara kebahasaan, menurut ar-Rāgib al-
Asfahānī, mengandung arti akhir atau yang kemudian
yang merupakan lawan dari perkataan awal. Istilah al-
ākhir biasanya dihubungkan dengan istilah yaum (‫ال يوم‬
(sehingga menjadi al-yaum al-ākhir (‫ ال يوم اال خر‬,(berarti
Hari Akhir atau hari Kiamat.
4. Etimologi kiamat terserap dari kosakata bahasa Arab,
qāma – yaqūmu - qiyāman, yang berarti berdiri,
berhenti, atau berada di tengah. Kiamat (al-qiyāmah)
diartikan sebagai kebangkitan dari kematian, yaitu
dihidupkannya manusia pascakematian. Hari kiamat
(yaumulqiyāmah) berarti hari atau saat terjadinya
kebangkitan (manusia) dari kubur.
5. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kiamat diartikan
sebagai: (1) hari kebangkitan setelah mati (orang yang
telah meninggal dihidupkan kembali untuk diadili
perbuatannya); (2) hari akhir zaman (dunia seisinya
rusak binasa dan lenyap); (3) celaka sekali, bencana
besar, rusak binasa; (4) berakhir dan tidak muncul lagi.
Sedang dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kiamat
diartikan keadaan makhluk dan alam semesta ketika
berakhirnya kehidupan mereka di dunia.
6. Dari pengertian ini, ada dua hal pokok terkait makna
kiamat, yaitu: Pertama, kiamat merupakan kebangkitan
manusia dari kematian atau dari kuburnya. Maknanya,
pada hari itu semua manusia dibangkitkan dari kubur,
tempat peristirahatan setelah kematiannya. Selanjutnya,
mereka diadili dan diminta pertanggungjawaban atas
semua perbuatannya di dunia. Yang banyak
kebaikannya akan mendapat ganjaran kenikmatan, dan
yang sebaliknya akan mendapat hukuman. Allah
Berfirman: “Maka adapun orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang
memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan
timbangan (kebaikan)-nya, maka tempat kembalinya
adalah neraka Hawiyah. (Al-Qāri‘ah/101: 6-9).
7. Kedua, kiamat adalah keadaan akhir zaman. Kiamat
merupakan akhir dari alam semesta dan kehidupan
semua makhluk. Artinya saat kiamat tiba, seluruh jagat
raya beserta isinya, seperti planet, bintang, langit, bumi,
manusia, dan semua yang ada, hancur binasa.
Kehidupan makhluk pun tidak ada lagi. Ini merupakan
bencana besar bagi alam raya dan yang ada di
dalamnya.
8. Term-Term Lain Hari Akhir
Hari akhir memiliki nama lain yang cukup banyak.
Nama-nama hari akhir yang diberikan oleh Allah Swt.
menggambarkan keadaan hari kiamat hingga manusia
dilahirkan, dihisab, dan mendapatkan balasan dari Allah
Swt. Berikut nama-nama hari akhir, Yaitu:
1. Yaumul Qiyamah yaitu hari kiamat. 2. Yaumur
Rajifah yaitu hari lindu besar. 3. Yaumuz Zalzalah
yaitu hari keguncangan atau keruntuhan. 4. Yaumul
Haqqah yaitu yaitu hari kepastian. 5. Yaumul Qariah
yaitu hari keributan. 6. Yaumul Akhir yaitu hari
akhir. 7. Yaumut Tammah yaitu hari bencana agung.
8. Yaumul Asir yaitu hari sulit. 9. Yaumun la raiba
fihi yaitu hari yang tidak ada lagi keraguan padanya.
10. Yaumul ba'ast yaitu hari kebangkitan. 11.
Yaumut Tagabun yaitu hari terbukanya segala
keguncangan. 12. Yaumun Nusyur yaitu hari
kebangkitan. 5 13. Yaumut Tanad yaitu hari
panggilan. 14. Yaumul Mizan yaitu hari
pertimbangan. 15. Yaumu la tajzi nafsun an nafsin
syaian yaitu hari yang tidak dapat seseorang diberi
ganjaran oleh yang lain sedikit pun. 16. Yaumul
Jamak yaitu hari pengumpulan. 17. Yaumul Fashl
yaitu hari pemisahan. 18. Yaumul Waqi'ah yaitu hari
kejatuhan. 19. Yaumul Mahsyar yaitu hari
berkumpul. 20. Yaumu Din yaitu hari keputusan. 21.
Yaumut Talaq yaitu hari pertemuan. 22. Yaumul Jaza
yaitu hari pembalasan. 23. Yaumul 'Ard yaitu hari
pertontonan. 24. Yaumul Gasyiyah yaitu hari
pembalasan. 25. Yaumul Khulud yaitu hari yang
kekal. 26. Yaumul Barzah yaitu hari penantian. 27.
Yaumul Hisab yaitu hari perhitungan. 28. Yaumul
Waid yaitu hari ancaman. 29. Yaumul Haq yaitu hari
kebenaran.
2. Pembagian dan Tanda-tanda Kiamat
Tanda-tanda Kiamat (Asyrāth as-Sa’ah) adalah
indikasi-indikasi Kiamat yang mendahuluinya dan
menunjukkan kedekatan (waktu)nya. Sementara
Kiamat (as-Sa’ah) dapat dipisahkan menjadi 3 (tiga)
makna, yaitu: Pertama, Kiamat Kecil (as-Sa’ah ash-
Shughra) yaitu kematian manusia. Barangsiapa yang
meninggal dunia maka telah terjadi Kiamat padanya,
karena ia masuk ke dalam alam akhirat. Kedua,
Kiamat Sedang (as-Sa’ah al-Wushtha) yaitu
meninggalnya generasi satu abad tertentu. Ketiga,
Kiamat Besar (as-Sa’ah al-Kubra) yaitu
dibangkitkannya manusia dari kubur mereka untuk
dihisab (al-hisab) dan dibalas (al-jaza’) amalan-
amalannya di dunia.
- Klasifikasi Tanda-Tanda Kiamat terbagi menjadi
dua bagian, yaitu: Pertama, tandatanda kecil
(asyrath shughra), yaitu (tanda-tanda) yang
mendahului Kiamat dengan (jarak) waktu yang
lama dan menjadi hal yang berulang-ulang (biasa
terjadi). Seperti hilangnya ilmu, merebaknya
kebodohan dan minuman khamer, saling
berlomba meninggikan bangunan, serta lain
sebagainya. Terkadang sebagian tanda-tandanya
muncul bebarengan dengan tanda-tanda Kiamat
besar (asy-asyrath al-kubra) atau (ada juga yang)
setelahnya. Kedua, tanda-tanda besar (asyrath
kubra), yaitu perkara-perkara besar yang muncul
menjelang terjadinya Kiamat (qurba qiyam as-
sa’ah), dan kejadiannya tidak berulang-ulang.
Seperti kemunculan ad-Dajjal, turunnya ‘Isa as.,
keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya Matahari
dari arah barat.
- Para ulama mengklasifikasikan kiamat kepada
dua macam: kiamat kecil (qiyamah alshugra) dan
kiamat besar (qiyamah al-kubra). Kiamat kecil
ialah kematian. Bagi siapa yang sudah menemui
ajal, sejatinya dia sudah mengalami kiamat kecil.
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan
‘Aisyah yang berkata: “Seorang laki-laki datang
menemui Rasulullah SAW sembari bertanya
perihal kiamat (al-sa’ah). Seketika itu juga, Rasul
melihat kepada anak kecil yang berada di antara
mereka dan berkata, ‘Anak ini akan meninggal
sebelum masa tuanya hingga kalian akan
menemui ajal masing-masing (‘alaikum
sa’atukum)”, (HR: al-Bukhari dan Muslim).
Mayoritas ulama memahami kata al’sa’ah dalam
hadis ini dengan kiamat kecil, yang berati
kematian
- Tanda-tanda kiamat dalam hadits ini disebut
sebagai tanda-tanda kiamat kubra (hari akhir).
Ada sepuluh tanda kiamat yang disebutkan
dalam hadits ini. Namun yang disebutkan dalam
hadits tersebut hanya ada delapan:
1. Munculnya kabut (dukhan) 2. Munculnya
Dajjal 3. Munculnya Dabbah 4. Terbitnya
matahari dari barat. 5. Keluarnya Ya’juj
dan Ma’juj 6. Munculnya Isa bin Maryam;
7. Adanya tiga gerhana, di timur; 8.
Gerhana di barat; 9. Gerhana di jazirah
Arab. 10. Adanya api yang muncul dari
Yaman kemudian menggiring manusia
menuju tempat berkumpul.
- Kiamat merupakan peristiwa yang bila ditinjau
dari sisi sains, maka potensi alam semesta ini
berakhir akan sangat mungkin terjadi. Salah satu
peristiwa alam yang menandai awal kiamat ialah
guncangan dahsyat. Dalam buku Tafsir Ilmi
“Kiamat dalam perspektif AlQuran dan Sains”
yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Quran, Badan Litbang & Diklat Kementerian
Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) mengungkap mengenai keadaan
Bumi pada hari Kiamat. Ada tanda-tanda yang
bisa diamati oleh mata manusia sebelum
terjadinya kiamat. Ilmuwan bahkan telah
mengemukakan skemaskema yang terjadi
seperti Bumi bertabrakan dengan planet lain
atau hantaman asteroid dan sebagainya.
9. Qadha, Qadar dan Takdir
- Pengertian Qadha dan Qadar
Kita sejak lama menggunakan kata “qadha” dan “qadar”.
Kepercayaan terhadap konsep kata ini juga merupakan
salah satu rukun iman dalam agama Islam. Kita sering
menggunakan kedua kata itu secara bergantian untuk
sebuah pengertian yang sama. Tetapi ulama menyimpan
penjelasan kedua kata tersebut yang mengandung
pengertian berbeda. Di samping memiliki pengertian
berbeda, kata “qadha” dan “qadar” juga dipahami secara
berbeda oleh para ulama tauhid atau mutakallimin
Iman kepada Qadla dan Qadar adalah termasuk pokok-
pokok iman yang enam (Ushûl al-Îmân as-Sittah) yang
wajib kita percayai sepenuhnya. Belakangan ini telah
timbul beberapa orang atau beberapa kelompok yang
mengingkari Qadla dan Qadar dan berusaha
mengaburkannya, baik melalui tulisan-tulisan, maupun
di bangku-bangku kuliah.
- Al-Qadlā maknanya al-Khalq, artinya penciptaan,
dan al-Qadar maknanya at-Tadbīr, artinya
ketentuan. Secara istilah al-Qadar artinya
ketentuan Allah atas segala sesuatu sesuai
dengan pengetahuan (al-‘Ilm) dan kehendak-Nya
(al-Masyī’ah) yang Azali (tidak bermula), di mana
sesuatu tersebut kemudian terjadi pada waktu
yang telah ditentukan dan dikehendaki oleh-Nya
terhadap kejadiannya.
- Penggunaan kata “al-Qadar” terbagi kepada dua
bagian, yaitu: pertama; Kata alQadar bisa
bermaksud bagi sifat “Taqdīr” Allah, yaitu sifat
menentukannya Allah terhadap segala sesuatu
yang ia kehendakinya. al-Qadar dalam
pengertian sifat “Taqdīr” Allah ini tidak boleh
kita sifati dengan keburukan dan kejelekan,
karena sifat menentukan Allah terhadap segala
sesuatu bukan suatu keburukan atau kejelekan,
tetapi sifat menentukannya Allah terhadap
segala sesuatu yang Ia kehendakinya adalah sifat
yang baik dan sempurna, sebagaimana sifat-sifat
Allah lainnya.
- Pemisahan makna antara sifat Taqdîr Allah
dengan al-Maqdûr adalah sebuah keharusan. Hal
ini karena sesuatu yang disifati dengan baik dan
buruk, atau baik dan jahat, adalah hanya sesuatu
yang ada pada makhluk saja. Artinya, siapa yang
melakukan kebaikan maka perbuatannya
tersebut disebut “baik”, dan siapa yang
melakukan keburukan maka perbuatannya
tersebut disebut “buruk”, dengan demikian
penyebutan kata “baik” dan “buruk” seperti ini
hanya berlaku pada makhluk saja. Adapun sifat
Taqdîr Allah, yaitu sifat menentukan Allah
terhadap segala sesuatu yang Ia kehendakinya,
maka sifat-Nya ini tidak boleh dikatakan buruk.
Sifat Taqdīr Allah ini, sebagaimana sifat-sifat-Nya
yang lain, adalah sifat yang baik dan sempurna,
tidak boleh dikatakan buruk atau jahat. Dengan
demikian, bila seorang hamba melakukan
keburukan, maka itu adalah perbuatan dan sifat
yang buruk dari hamba itu sendiri. Adapun
Taqdīr Allah terhadap keburukan yang terjadi
pada hamba itu bukan berarti bahwa Allah
menyukai dan memerintahkan hamba itu kepada
keburukan tersebut. Demikian pula, ketika kita
katakan; Allah yang menciptakan kejahatan,
bukan berarti bahwa Allah itu jahat. Inilah yang
dimaksud bahwa kehendak Allah meliputi segala
perbuatan hamba, terhadap yang baik maupun
yang buruk.
- “Allah maha mengalahkan (menang) di atas
segala urusan-Nya”. (Artinya, segala sesuatu
yang dikehendaki oleh Allah pasti akan terjadi,
tidak ada siapapun yang menghalangiNya”. (QS.
Yusuf: 21).
- Kebaikan terjadi dengan kehendak Allah, dengan
Taqdir-Nya, dengan Ilmu-Nya, serta kebaikan ini
juga dengan perintah-Nya, Mahabbah-Nya, dan
dengan keridlaan-Nya. Sementara keburukan
terjadi dengan kehendak Allah, dengan Taqdir-
Nya, dan dengan Ilmu-Nya, tapi tidak dengan
perintah-Nya, tidak dengan Mahabbah-Nya, dan
tidak dengan keridlaan-Nya”. Artinya keburukan,
kejahatan, atau kemaksiatan tidak disukai dan
tidak diridlai oleh Allah. Dengan kata lain, segala
sesuatu terjadi dengan kehendak Allah, akan
tetapi tidak semuanya dengan perintah Allah.
- Syekh M Nawawi Banten memberikan contoh
konkret qadha dan qadar menurut kelompok
Asyariyyah. Qadha adalah putusan Allah pada
azali bahwa kelak kita akan menjadi apa.
Sementara qadar adalah realisasi Allah atas
qadha terhadap diri kita sesuai kehendak-Nya.
- Sedangkan bagi kelompok Maturidiyyah, qadha
dipahami sebagai penciptaan Allah atas sesuatu
disertai penyempurnaan sesuai ilmu-Nya.
Dengan kata lain, qadha adalah batasan yang
Allah buat pada azali atas setiap makhluk dengan
batasan yang ada pada semua makhluk itu
seperti baik, buruk, memberi manfaat,
menyebabkan mudarat, dan seterusnya. Singkat
kata, qadha adalah ilmu azali Allah atas sifat-sifat
makhluk-Nya. Ada lagi ulama yang berpendapat
bahwa qadha adalah ilmu azali Allah dalam
kaitannya dengan materi yang diketahui oleh-
Nya. Sementara qadar adalah penciptaan Allah
atas sesuatu sesuai dengan ilmu-Nya.
- Takdir: Mubram dan Muallaq
apa yang telah ditentukan oleh Allah tidak dapat
dirubah oleh amalan-amalan kebaikan bentuk
apapun. Adapun hadits Rasulullah yang
berbunyi: “Tidak ada sesuatu yang dapat
menolak Qadla kecuali doa” (HR. at-Tirmidzi).
Qadla di dalam hadits di atas adalah Qadlā
Mu’allaq. Di sini harus kita ketahui bahwa Qadla
terbagi kepada dua bagian: Qadlā Mubram dan
Qadlā Mu’allaq. Pertama: Qadlā Mubram, ialah
ketentuan Allah yang pasti terjadi dan tidak
dapat berubah.
Kedua, Qadlā Mu’allaq, yaitu ketentuan Allah
yang berada pada lambaran-lembaran para
Malaikat, yang telah mereka kutip dari al-Lauh
al-Mahfuzh, seperti si fulan apa bila ia 17 berdoa
maka ia akan berumur seratus tahun, atau akan
mendapat rizki yang luas, atau akan
mendapatkan kesehatan, dan seterusnya.
Namun, misalkan si fulan ini tidak mau berdoa,
atau tidak mau bersillaturrahim, maka umurnya
hanya enam puluh tahun, ia tidak akan
mendapatkan rizki yang luas, dan tidak akan
mendapatkan kesehatan. Inilah yang dimaksud
dengan Qadlâ Mu’allaq atau Qadar Mu’allaq, yaitu
ketentuan-ketentuan Allah yang berada pada
lebaranlembaran para Malaikat.
Situasi takdir muallaq berlainan dengan takdir
mubram. Doa tidak dapat mengubah kenyataan
yang digariskan dalam takdir mubram. Meskipun
demikian, doa dipercaya dapat meminimalisir
dampak bala yang timbul karena takdir mubram
Meskipun takdir terbagi dua, muallaq dan
mubram, kita sebagai manusia tidak mengetahui
mana takdir muallaq dan takdir mubram. Oleh
karena itu, ahlusunnah wal jamaah memandang
doa sebagai ikhtiar manusiawi yang tidak boleh
ditinggalkan sebagaimana pada umumnya aliran
ahlusunnah wal jamaah memandang perlunya
ikhtiar dalam segala hal, bukan menyerah begitu
saja pada putusan takdir.
“Pembagian qadha menjadi mubram dan muallaq
itu tampak pada Lauh Mahfuzh. Adapun dari sisi
ilmu Allah, semua putusan itu bersifat mubram
karena ketika Allah mengetahui datangnya
putusan muallaq, maka hasillah muallaq
tersebut, dan tidak boleh tidak ketika Allah
mengetahui ketiadaan putusan muallaq, maka
tiadalah muallaq tersebut. Tetapi manusia tiada
jalan lain, seseorang tidak boleh meninggalkan
doa hanya karena bersandar pada putusan qadha
tersebut sebagaimana larangan seseorang untuk
meinggalkan makan karena bersandar pada
putusan Allah perihal kenyang.

1. Sedangkan bagi kelompok Maturidiyyah, qadha


dipahami sebagai penciptaan Allah atas sesuatu disertai
penyempurnaan sesuai ilmu-Nya. Dengan kata lain,
qadha adalah batasan yang Allah buat pada azali atas
setiap makhluk dengan batasan yang ada pada semua
makhluk itu seperti baik, buruk, memberi manfaat,
menyebabkan mudarat, dan seterusnya.
2. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah bahwa qadha
merupakan sesuatu yang ghaib. Oleh karena itu, dalam
tradisi ahlussunnah wal jamaah keyakinan kita atas
qadha dan 16 qadar itu tidak boleh menjadi alasan kita
untuk bersikap pasif. Tradisi ahlussunnah wal jamaah
justru mendorong kita untuk melakukan ikhtiar dan
Daftar materi bidang studi
upaya-upaya manusiawi serta mendayagunakan secara
2 yang sulit dipahami pada
modul maksimal potensi yang Allah anugerahkan kepada
manusia sambil tetap bersandar memohon inayah-Nya.
Misalnya, pada usia belasan dalam tradisi Islam
Nusantara sering mendengar doa dan sedekah sebagai
tolak bala.
3. “Bagi kalangan Muktazilah, doa tidak memberikan
manfaat. Tetapi mereka tidak jatuh dalam kekufuran
dengan pandangan demikian karena mereka tidak
mendustakan Al-Quran perihal ini seperti ayat ‘Serulah
Aku, niscaya Aku membalasnya.’ Mereka menakwil kata
‘seruan’ dengan ibadah, dan ‘balasan’ dengan pahala.”
Meskipun demikian, kelompok ahlusunnah wal jamaah
Asy’ariyah tidak menempatkan aliran muktazilah ke
dalam aliran kufur karena mereka masih meyakini Al-
Quran sebagai wahyu Allah. Semua pengertian yang 20
diangkat oleh pendukung kelompok ahlusunnah wal
jamaah Asy’ariyah ini dimaksudkan agar umat Islam
tidak salah paham menempatkan signifikansi doa, peran
ikhtiar manusia, dan dapat meningkatkan keimanan
terhadap takdir di tengah peran atau ikhtiar manusiawi.
Semua ini dijelaskan oleh pendukung kelompok
ahlusunnah wal jamaah asy’ariyah agar masyarakat
sunni tidak bersikap su'ul adab dan su'uzhan kepada
Allah.
1. Sedikit akan menambahkan supaya lebih mudah dalam
pemahaman :
1. Qada
Qada menurut istilah dapat diartikan sebagai ketetapan
Allah SWT sejak zaman azali (dalam kandungan) tentang
semua hal yang berhubungan dengan makhluk ciptaan-Nya.
Sedangkan Qada yang diartikan menurut bahasa adalah
suatu ketetapan, hukum, perintah, penciptaan,
pemberitahuan, dan kehendak.
Qada akan mencakup semua hal baik ataupun buruk, hidup
dan mati, serta masih banyak lagi. Qada itu ada setelah
Qadar.

Qada masih dapat diubah dengan adanya usaha, ikhtiar,


bertawakal dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan
hasil yang diinginkan oleh seseorang. Sesuai yang
tercantum dalam kitab suci Allah SWT bahwasanya tidak
Daftar materi yang sering
ada yang dapat merubah nasib suatu kaum kecuali mereka
3 mengalami miskonsepsi
dalam pembelajaran yang mengubahnya sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa
qada itu adalah ketetapan yang sudah terjadi (keputusan).

2. Qadar
Qadar menurut istilah dapat diartikan sebagai sebuah
perwujudan dari ketetapan Allah (qada) tentang semua
yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang sudah ada sejak
zaman azali (dalam kandungan).
Qadar menurut bahasa dapat diartikan sebagai suatu
kepastian, dan praturan serta ukuran. Qadar akan
mencakup takdir yang sudah terjadi, sudah terjadi, dan
yang akan terjadi selanjutnya di kemudian hari.
Berbeda dengan qada, qadar sudah tidak dapat diubah lagi
bagaimanapun caranya. Karena qadar telah tertulis di
Lauhul Mahfuz sejak zaman azali (dalam kandungan)
seperti ajal, jodoh, dan yang lainnya. Tidak ada satu pun
makhluk yang dapat mengetahui apa yang telah Allah
tetapkan di Lauhul Mahfuz sehingga itu sudah tidak dapat
diubah lagi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Qadar
merupakan sebuah ketetepan Allah yang belum terjadi.

Contoh takdir yang tidak dapat diubah (qada) di antaranya:

 Kelahiran seseorang
 Jenis kelamin
 Penampilan fisik
 Kematian

Sementara itu, beberapa contoh qadar adalah:

 Seseorang yang kesulitan memahami pelajaran di sekolah


berusaha belajar dengan giat agar memperoleh nilai yang
bagus
 Orang yang mengidap penyakit tertentu berobat dan
menjalani gaya hidup sehat agar sembuh
 Seseorang yang miskin berusaha memperoleh pekerjaan
atau membuat suatu usaha hingga menjadi orang yang
berkecukupan

Anda mungkin juga menyukai