PERUNDUNGAN
PERUNDUNGAN
Kelompok 4
Kelas X-1
Jenis Bullying
Mengutip hasil ratas bullying Kementerian PPA menyebut ada enam kategori
bullying, yaitu:
Penyebab Bullying
Menurut Ariesto (2009) yang dikutip dalam jurnal Faktor yang Mempengaruhi
Remaja dalam Melakukan Bullying Universitas Padjadjaran, faktor-faktor penyebab
terjadinya bullying antara lain:
1. Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres,
agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati
konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya
terhadap teman-temannya.
Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-
cobanya itu, ia akan belajar bahwa mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan
untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan
kekuasaan seseorang. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying.
2. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain.
Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan
masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun
sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antarsesama
anggota sekolah.
3. Faktor Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying
dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok
tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
4. Kondisi Lingkungan Sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying.
Salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan tindakan bullying adalah
kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah
sering terjadi pemalakan antarsiswanya.
5. Tayangan Televisi dan Media Cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang
mereka tampilkan. Survei yang dilakukan salah satu media massa, memperlihatkan
bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka
meniru geraknya 64% dan kata-katanya 43%.
Dampak Bullying
Menurut Suyatno (2003) yang dikutip dalam buku Model Intervensi Psikologi Islam
Konseling Kelompol Tazkiyatun Nafsi: Salah Satu Bentuk Upaya dalam Menangani
Siswa Korban Bullying, menyebutkan beberapa dampak negatif yang dialami anak-
anak korban bullying yaitu:
1. Sekolah perlu menciptakan kultur sekolah yang aman, nyaman, dan sehat
sehingga anak dapat berinteraksi dengan teman-teman dengan baik. Sekolah juga
perlu memberikan sanksi tegas kepada anak yang melakukan bullying sehingga
remaja merasa jera dan tidak melakukan bullying lagi kepada temannya.
2. Guru dan orang tua perlu mengajarkan kepada anak/remaja untuk menyelesaikan
masalah bukan dengan cara kekerasan dan main hakim sendiri melainkan dengan
pendekatan musyawarah bersama untuk mencari solusi yang terbaik.
3. Guru perlu menanamkan nilai-nilai agama dan moral yang baik sehingga anak
bisa saling menghargai dan menghormati.
4. Guru perlu melakukan pendekatan konseling kepada anak yang mengalami
bullying sehingga anak remaja tidak memiliki trauma berkepanjangan, minder, dan
takut untuk bersosialisasi dengan orang lain.
5. Guru dan orang tua perlu bekerja sama untuk menangani bullying dengan
musyawarah yang baik sehingga dapat mencari solusi yang terbaik.
Berikut adalah beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk menghentikan tindakan
perundungan:
1. Berbicara dengan anak
faktor penyebab bullying
Anak korban perundungan perlu diberikan perhatian lebih.
Salah satu tindakan pertama yang perlu dilakukan untuk mengatasi bullying adalah
berbicara dengan anak Anda. Jika Anda melihat ada sesuatu yang tidak biasanya
pada anak, cobalah ajak ia berbicara. Pasalnya, korban bullying sering kali tidak
mau berbicara tentang pengalamannya ketika dirundung. Perhatikan perasaan anak
dan buat mereka tahu bahwa kedua orangtuanya sangat peduli kepadanya.
2. Menjadi panutan bagi anak
Supaya anak tidak menjadi pelaku bullying di lingkungannya, orangtua perlu menjadi
role model atau panutan yang baik untuknya. Pasalnya, pelaku bullying sering kali
melakukan tindakan tak terpujinya itu karena melihat perilaku bullying di sekitarnya,
entah itu dari orangtua, teman-teman, atau bahkan adegan-adegan film yang
mereka tonton di televisi. Cobalah berikan contoh perilaku sosial yang baik kepada
anak-anak sejak dini. Dengan begitu, mereka diharapkan dapat terhindar dari
perilaku bullying ketika beranjak dewasa.
3. Mensosialisasikan dampak bullying kepada anak-anak
Adanya sosialisasi terkait dampak dan bahaya bullying menjadi salah satu kunci
penting untuk menghentikan kasus perundungan di lingkungan. Orangtua, guru, atau
masyarakat secara umum perlu mensosialisasikan bahaya bullying dan tindakan apa
saja yang termasuk dalam kategori bullying. Selain itu, orangtua, guru, dan
masyarakat secara umum disarankan untuk mengetahui cara merespons kasus
bullying dan bagaimana cara mencegahnya agar tidak ada lagi korban yang
berjatuhan.
4. Jangan berdiam diri saat ada kasus perundungan di sekitar kita
Orang di sekitar perlu membantu korban bullying. Terkadang, orang-orang di sekitar
tidak tahu harus berbuat apa ketika melihat tindakan bullying di sekitar. Jika terus
dibiarkan, hal ini justru bisa membuat kasus bullying semakin marak. Orangtua,
teman-teman, guru, dan masyarakat secara umum perlu bergerak dan melakukan
inisiatif ketika melihat kasus bullying di sekelilingnya.
5. Berbicara dengan pelaku bullying
Tidak hanya fokus kepada korban kita juga perlu berbicara dengan pelaku bullying
untuk menghentikan tindakan perundungan. Pelaku bullying umumnya melakukan
tindakan tak terpuji ini karena tidak memiliki rasa empati atau memiliki masalah
keluarga di rumah. Jika ini kasusnya, bantulah mereka untuk mengatasi masalah
tersebut.
Selain itu, pelaku bullying juga perlu memahami bahwa tindakan mereka termasuk
dalam kategori bullying. Kemudian, mereka juga harus tahu bahwa perundungan
dapat membahayakan kesehatan mental dan bahkan fisik korbannya
Publik, khususnya para pengguna jejaring sosial kembali dihebohkan dengan aksi
bullying atau perundungan di kalangan pelajar. Dalam sebuah video yang beredar di
lini masa Twitter, menunjukkan seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di Bandung, menjadi korban perlakuan perundungan oleh teman sekelasnya.
Aksi perundungan yang diduga terjadi di SMP Plus Baiturrahman tersebut nyatanya
berhasil diabadikan dan dibagikan oleh seorang pengguna Twitter
"Bullying di SMP Plus Baiturrahman, Bandung. Kejadian siang ini pada jam sekolah.
Korban adalah keluarga kawan saya, dilarikan ke RS setelah pingsan.
@disdik_bandung@RESTABES_BDG," keterangan yang diunggah akun Twitter
Dalam video yang viral tersebut, terlihat pelajar yang mengenakan seragam
olahraga (korban) duduk di kursi paling depan. Tampak beberapa pelajar yang
mengenakan seragam batik mengelilingi korban. Tak lama, seorang pelajar
menghampiri korban dengan memakaikannya helm merah. Tak lama, pelajar yang
tak diketahui namanya itu menendang kepala korban beberapa kali hingga terjatuh
dan tergeletak di lantai. Sementara pelajar lainnya hanya menonton dan
menertawakan aksi perundungan tersebut.
Selain itu, warganet meminta agar pihak berwajib memberikan sanksi yang berat,
jangan hanya dikeluarkan dari sekolah. Saking banyaknya simpati warganet
terhadap korban perundungan, bahkan sekolah tersebut yang awalnya mempunyai
rating bagus di Google menjadi bintang satu. Selain itu, warganet tampak
menyerang akun instagram sekolah tersebut hingga menutup akun.