Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH PERTAMA TENTANG MENGINGAT KEHIDUPAN

AKHIRAT
Allah memuji para Nabi dan Rasul. Dimana mereka adalah hamba-hambaNya yang senantiasa
menaatiNya. Dan Allah memberikan keistimewaan kepada mereka dalam sebuah ayatNya. Allah
berfirman:

َ ِ‫ِإنَّا َأ ْخلَصْ نَاهُم ِب َخال‬


ِ ‫ص ٍة ِذ ْك َرى ال َّد‬
‫ار‬
“Sesungguhnya Kami khususkan kepada mereka dengan sebuah keistimewaan, yaitu mengingat
kehidupan akhirat.” (QS. Shad[38]: 46)
Allah menyebutkan bahwasanya keistimewaan orang-orang yang diberikan oleh Allah keutamaan
dari para Nabi, para Rasul, demikian pula orang-orang yang beriman, bahwasanya Allah
istimewakan mereka dengan sebuah keistimewaan, dan itu merupakan akhlak yang agung dan
mulia, yaitu mengingat kehidupan akhirat.
Sebagian ulama menafsirkan bahwa artinya mereka senantiasa mengingat kehidupan akhirat dan
mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat tersebut dengan amalan shalih. Sebagian ulama lagi
berkata artinya mereka mengingatkan manusia kepada kehidupan akhirat. Dua pendapat ini tidak
bertabrakan satu sama lainnya, saudaraku.
Ini meenunjukkan bahwasanya mengingat kehidupan akhirat dan mengingatkan manusia tentang
akhirat adalah keistimewaan yang Allah istimewakan orang-orang yang menjadi pilihan Allah.
Karena hidup kita di dunia tidak akan selamanya. Siapa di antara kita yang akan hidup 1.000 tahun
di dunia? Tidak ada! Siapa di antara kita yang berani berkata “Saya akan hidup selamanya di dunia”?
Tidak ada, semua kita akan meninggal dunia, semua kita akan kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Baca Juga:
Berserah Diri Kepada Allah - Aktualisasi Akhlak Muslim (Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary,
M.A.)

Maka mengingat kehidupan akhirat menimbulkan berbagai macam kebaikan dalam hidup kita.
Ketika kita senantiasa mengingat kehidupan akhirat, akan muncul keinginan berbuat kebaikan,
beramal shalih, ketaatan. Tapi ketika yang kita ingat dunia, seringkali kita lalai dari kehidupan
akhirat. Lalu kita pun menjadi orang yang malas beribadah kepada Allah. Karena kita selalu
memikirkan dunia, yang kita ingat hanya sebatas dunia, sehingga akhirnya hati kita dihinggapi
banyak sekali penyakit-penyakit yang menyebabkan kita berpaling dari Allah dan kehidupan akhirat.

Mengingat kehidupan akhirat merupakan kemuliaan bagi seorang hamba. Ketika seorang hamba
mengingat akhiratnya, ia sadar bahwa ia akan kembali kepada Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalalah dan
dia akan ditanyai oleh Allah tentang perbuatan-perbuatannya di dunia.

Ia sadar bahwasanya setelah kematian akan ada hidup yang lainnya, kehidupan yang kekal selama-
lamanya abadi. Kita akan masuk kedalam sebuah negeri yang damai dan sentosa, yaitu surga.
Ataukah kita akan masuk ke sebuah negeri yang di sana kita hanya akan merasakan siksa dan
kesakitan selama-lamanya. Nas’alullah as-salamah wal ‘afiyah.
Kita tidak ingin, saudaraku.. Apabila kita di dunia menderita ternyata di akhirat pun kita
menderita. Sungguh saudaraku.. Allah menjadikan mengingat akhirat adalah keistimewaan yang
luar biasa.

Lihatlah orang-orang yang mencari akhirat, mereka tetap diberikan oleh Allah dunia. Mereka yang
senantiasa beramal shalih dan melakukan ketaatan tetap diberikan oleh Allah dunia dalam
hidupnya. Tapi lihatlah orang-orang yang hanya memikirkan dunia, mereka pun tidak mendapatkan
akhirat, bahkan pun tidak mendapatkan dunia.

Baca Juga:
Nasihat Dalam Menghadapi Cobaan Hidup Yang Berat

Karena keinginannya hanya dunia, akhirnya Allah palingkan hatinya dari kehidupan akhirat.
Sehingga akhirnya walaupun ia mendapatkan dunia, ia teradzab dan tersiksa dengan dunia itu.
Sementara akhirat ia pun tidak mendapatkannya.

Oleh karena itulah saudaraku, sadarilah bahwa kita ini manusia yang akan kembali kepada Allah
‘Azza wa Jalla. Setiap kita akan meninggal dunia, kita akan dikuburkan kembali ke alam baka. Di
alam sanalah kehidupan yang hakiki. Maka seorang hamba yang diistimewakan oleh Allah, maka dia
akan banyak beramal shalih mempersiapkan dirinya untuk kehidupan tersebut.

Sedangkan hamba yang dihinakan oleh Allah, Allah menjadikan dia berpaling dari kehidupan
akhirat. Sehingga dia hanya mengejar dunia, dia menginginkan dunia terus, sehingga bencinya
karena dunia, cintanya karena dunia, marahnya karena dunia, semuanya hanya karena dunia, bukan
lagi mengharapkan kehidupan akhirat, bahkan amalan shalihnya pun diwarnai dengan cinta dunia.

Amalan shalihnya pun keinginan terbesarnya menginginkan kehidupan dunia. Sehingga akhirnya
Allah berfirman, seperti yang Allah sebutkan dalam surat Hud:

‫ف ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْع َمالَهُ ْم فِيهَا َوهُ ْم‬ِّ ‫ان ي ُِري ُد ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا َو ِزينَتَهَا نُ َو‬
َ ‫َمن َك‬
ۖ ‫ْس لَهُ ْم فِي اآْل ِخ َر ِة ِإاَّل النَّا ُر‬ َ ‫ين لَي‬ َ ‫﴾ ُأو ٰلَِئ‬١٥﴿ ‫ُون‬
َ ‫ك الَّ ِذ‬ َ ‫فِيهَا اَل يُ ْب َخس‬
﴾١٦﴿ ‫ون‬ َ ُ‫اط ٌل َّما َكانُوا يَ ْع َمل‬ ِ َ‫صنَعُوا فِيهَا َوب‬ َ ‫َو َحبِطَ َما‬
“Barangsiapa yang menginginkan dunia dari amalnya, Kami akan berikan apa yang ia inginkan
dari amalnya tersebut tanpa dikurangi. Dan mereka nanti di akhirat tidak mendapatkan apapun
kecuali api neraka. Batal perbuatannya dan sia-sia amalannya.” (QS. Hud[11]: 15-16)

Baca Juga:
Mencukur Rambut Bayi dan Bersedekah

Subhanallah.. Betapa meruginya seorang hamba yang niat dan pikirannya hanya dunia, betapa
meruginya seorang hamba yang keikhlasannya dirusak oleh dunia, betapa meruginya seorang hamba
yang keimanannya dirusak oleh dunia. Seakan-akan ia akan hidup selamanya, sehingga akhirnya
ketika kematian menjemputnya ia tidak lagi bisa beramal shalih. Dia hanya bisa berandai-andai dan
berkata: “Andaikan ajalku diundurkan sedikit saja supaya saya beramal shalih.” Namun disaat itu
ajal tidak bisa diundurkan sedikit pun juga, saudaraku.

Maka Subhanallah.. Bersyukurlah kita yang senantiasa mengingat kehidupan akhirat. Yang kita
berusaha beramal shalih untuk mempersiapkan kehidupan akhirat kita. Bersyukur kepada Allah dan
pertahankan itu sampai meninggal dunia. Karena setan tidak akan pernah diam, setan tidak akan
pernah ridha ketika melihat seorang hamba yang mencari kehidupan akhirat. Setan akan berusaha
bagaimana supaya si hamba lupa kepada kehidupan akhirat.
Oleh karena itu sebagian ulama ketika menafsirkan firman Allah tentang janji iblis –la‘anahullah-.
Dimana iblis berkata:

‫تِيَنَّهُم‬ ‫﴾ ثُ َّم آَل‬١٦﴿ ‫ك ْال ُم ْستَقِي َم‬ َ َ‫ص َراط‬ ِ ‫قَا َل فَبِ َما َأ ْغ َو ْيتَنِي َأَل ْق ُع َد َّن لَهُ ْم‬
‫تَ ِج ُد‬ ‫ِّمن بَي ِْن َأ ْي ِدي ِه ْم َو ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم َو َع ْن َأ ْي َمانِ ِه ْم َو َعن َش َماِئلِ ِه ْم ۖ َواَل‬
﴾١٧﴿ ‫ين‬ َ ‫َأ ْكثَ َرهُ ْم َشا ِك ِر‬
“Iblis berkata: ‘Karena Engkau telah menyesatkan diriku, aku akan menggoda hamba-hambaMu
dari jalanMu yang lurus. Kemudian aku akan datangi mereka dari arah depannya, belakangnya,
kanan dan kirinya. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.'” (QS. Al-
A’raf[7]: 16-17)

Baca Juga:
Mempercepat Pengurusan Jenazah

Sebagian ulama mengatakan makna “dari arah depannya” yaitu dijadikan ia cinta dunia dan lupa
kepada kehidupan akhiratnya. Sehingga kemudian ia pun tidak bersiap untuk akhirat dan
kematiannya. Ia terkena godaan iblis la‘anahullah.
Maka dimanakah kita, saudaraku? Akankah terus habis waktu kita hanya untuk memikirkan dunia?
Kapankah kita mau mengingat Allah dan kehidupan akhirat? Belumkah saatnya kita kembali kepada
Allah? Allah mengatakan:

َ ‫َألَ ْم يَْأ ِن لِلَّ ِذ‬


…ِ ‫ين آ َمنُوا َأن تَ ْخ َش َع قُلُوبُهُ ْم لِ ِذ ْك ِر هَّللا‬
“Belumkah saatnya untuk orang-orang yang beriman agar hati mereka menjadi khusyuk dengan
mengingat Allah ‘Azza wa Jalla?” (QS. Al-Hadid[57]: 16)
KHUTBAH KEDUA TENTANG MENGINGAT KEHIDUPAN AKHIRAT
Orang yang menginginkan akhirat dan senantiasa ingat akhirat, dia akan berusaha memperbaiki
amal, dia akan menjadi orang yang sangat ikhlas mengharapkan wajah Allah semata. Dia juga tidak
peduli dengan pujian manusia, karena ia tahu pujian manusia tidak ada manfaatnya di akhirat. Dia
pun tidak membutuhkan ketenaran dan kemasyhuran di dunia, karena ketenaran dan kemasyhuran
di dunia tidak ada manfaatnya di akhirat. Dia pun tidak peduli dengan kedudukan yang tinggi di
dunia. Karena ia tahu kedudukan yang tinggi di dunia seringkali membuat mudharat akhiratnya.

Orang yang menginginkan akhirat, dia selalu berpikir pada setiap perbuatannya, apakah
perbuatannya itu bisa merusak akhiratnya atau tidak. Ketika itu yang menjadi pikirannya, Allah
akan membimbingnya.

Baca Juga:
Fokus Pada Kelebihan Anak

Ketika seorang hamba keinginannya akhirat, yang ia pikirkan ridha Rabbnya. Ketika seorang hamba
hatinya menginginkan akhirat, yang ia pikirkan bagaimana saya bisa pulang kepada Allah dengan
membawa pahala yang besar, sehingga saya bisa masuk ke dalam surga Allah ‘Azza wa Jalla. Itulah
betapa indahnya mengingat kehidupan akhirat.
Maka dari itu jadilah kita termasuk orang-orang yang dimasukkan dalam ayat tadi.

َ ِ‫ِإنَّا َأ ْخلَصْ نَاهُم ِب َخال‬


ِ ‫ص ٍة ِذ ْك َرى ال َّد‬
‫ار‬
“Sesungguhnya Kami khususkan kepada mereka dengan sebuah keistimewaan, yaitu mengingat
kehidupan akhirat.” (QS. Shad[38]: 46)

Anda mungkin juga menyukai