PANDUAN MANAJEMEN RISIKO PKM SRANDAKAN
PANDUAN MANAJEMEN RISIKO PKM SRANDAKAN
PUSKESMAS SRANDAKAN
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
BAB I 2
PENDAHULUAAN 2
A. LATAR BELAKANG 2
B. TUJUAN 2
C. BATASAN OPERASIONAL 2
BAB II 4
RUANG LINGKUP 4
A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO 4
B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO 4
BAB III 6
TATA LAKSANA 6
A. TETAPKAN KONTEKS 6
B. IDENTIFIKASI RESIKO 7
C. ANALISIS RISIKO 16
D. EVALUASI RISIKO 16
E. KELOLA RESIKO 17
BAB IV 32
PELAPORAN 32
A. MEKANISME PELAPORAN 32
B. BENTUK PELAPORAN 32
BAB V 33
PENUTUP 33
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan pasien di
Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan pasien di Puskesmas yaitu
keselamatan pasien itu sendiri, keselamatan petugas kesehatannya, keselamatan bangunan dan
peralatan Puskesmas yang bisa berdampak kepada keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan yang berdampak kepada pencemaran lingkungan, serta Keselamatan
keberlangsungan kemajuan Puskesmas itu sendiri. Kelima aspek inilah yang nantinya menjadi
penentu dalam peningkatan mutu Puskesmas khususnya dalam penanganan manajemen risiko
di Puskesmas.
B. TUJUAN
1. Memberikan panduan sistem manajemen risiko yang berlaku di Puskesmas Srandakan
2. Memastikan sistem manajemen risiko berjalan dengan baik agar proses indentifikasi,
analisa dan pengelolaan risiko dapat memberi manfaat bagi peningkatan mutu dan
keselamatan pasein di Puskesmas Srandakan .
3. Membangun sistem monitoring dan komunikasi yang efektif diantara petugas sehingga
pencapaian tujuan dan penerapannya berjalan berkesinambungan.
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Risiko : peluang / probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO), yang akan
berdampakmerugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan
menurunkan mutu pelayanan.
2. Manajemen Risiko Puskesmas adalah upaya mengidentifikasi dan
mengelompokkanrisiko (grading) dan mengendalikan / mengelola risiko tersebut baik
secara proaktif risiko yangmungkin terjadi maupun reaktif terhadap insiden yang sudah
terjadi agar memberikan dampak negative seminimal mungkin bagi keselamatan pasien
dan mutu di Puskesmas.
3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yangmengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri dari
KejadianTidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera
(KTC), danKejadian Potensial Cedera (KPC).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada
pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah insiden yang berpotensi menimbulkan cidera pada
pasientapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada cidera pada
pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang berpotensi mengakibatkan cidera
padapasien dan sudah terpapar ke pasien, tetap ternyata tidak menimbulkan cidera
pada pasien.
7. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkancidera, tetapi belum terjadi.
8. Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah
mengakibatkankematian atau cidera fisik / psikologis serius, atau kecacatan pada
pasien.Termasuk di dalam kejadian sentinel antara lain: kematian yang tidak dapat
diantisipasi dan tidakberhubungan dengan penyebab alami dari penyakit pasien atau
kondisi medis dasar pasien; bunuhdiri, kehilangan permanen dari sebagian besar fungsi
tubuh yang tidak berhubungan denganpenyakit dasar pasien; pembedahan yang salah
lokasi / salah prosedur / salah pasien; penculikanbayi atau bayi yang dibawa pulang
oleh orang tua yang salah.
9. Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistim untuk mendokumentasikan
laporaninsiden keselamatan pasien, menganalisa dan mengantisipasi / mengelola /
mengendalikan insidensecara berkesinambungan.
10. Risiko Sisa adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya
pengendalian /tindakan dilakukan.
11. Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi
dalam pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan derajat
(grading) kerugianyang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
12. Penilai Risiko adalah anggota dari staf (manager atau yang lain) yang telah
menghadiripelatihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab manajemen untuk
memastikan bahwatiap unit kerja memiliki paling sedikit satu penilai risiko yang terlatih.
.
BAB II
RUANG LINGKUP
B. IDENTIFIKASI RESIKO
Risiko pontensial dapat diidentifikasi dari berbagai sumber, misalnya:
Informasi dari internal yang didapat dari laporan masing-masing unit/poli
Informasi external yang didapat dari pedoman pemerintah, organisai atau lembaga
penelitian
Pemeriksaan atau audit eksternal
1. Area lingkungan
N RESIKO
O
3. Diare
Terpapar dengan pasein yang dikunjungi
Salah diagnosa
Salah memberikan terapi
Salah menentukan derajat dehidrasi
4. TBC
Terpapar dengan pasein yang dikunjungi
Salah diagnosa
Salah memberikan terapi
Tidak menggunakan APD
5. Surveilans
Terpapar dengan pasein yang dikunjungi
Salah diagnosa
Salah memberikan terapi
Tidak menggunakan APD
6. DBD
Mesin fogging mati saat penyemporatan di dalam
ruagan
Petugas terpapar racun
Ada penghuni di rumah saat penyemprotan
Petugas terperangkap karena perubahan angin
Kebakaran karena mesin fogging terkena kain horden,
berdekatan dengan gas elpiji,,atau balon yang ada gas
hidrogennya
Salah memberikan penjelasan penggunaan ABATE
Keracunan saat mengemas ABATE
7. ISPA
Tertular karena tidak menggunakan masker saat
pemeriksaan
Salah diagnosa dan terapi
8. Pelayanan PTM
Kesalahan mengidentifikasi pasein
Kesalahan diagnosa dan terapi
Pasein lansia terjatuh
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan
memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)
Identifikasi risiko juga dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-jenis
insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam tabel berikut:
C. ANALISIS RISIKO
Analisis dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan
prioritaspenanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola /
mengendalikanrisiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.
.
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko / insiden dengan
kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk
kategori kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root
causeanalysis – reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis –
proaktif)
D. EVALUASI RISIKO
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading
yang didapat dalam analisis.
1. Identifikasi Insiden: Root cause analysis digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi IKP pada
derajat kuning dan merah.
2. Tentukan tim investigator yang mewakili berbagai komponen:
1. Ketua PMKP
2. Tim penilai resiko ( penanggung jawab unit / poli)
3. Tim audit internal
4. Notulen ( Sekretaris PMKP)
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari:
1. Expert insiden dan analis expert external (misal yang tidak berlatar belakang medis)
2. Senior management expert (misal direktur medis)
3. Senior clinical expert (misal konsultan senior)
4. Orang yang mengetahui unit kerja / bagian terkait dengan baik namun tidak terlibat
langsungdalam insiden tersebut .
3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai cara:
a. Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat kejadian
b. Telaah Dokumentasi
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh pedoman / panduan / SPO
terkait dengan insiden untuk korelasi keduanya
c. Wawancara
Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara terpisahtermasukkepada
pihak yang dirugikan / pasien dalam insiden tersebut.
Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:
1. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama investigasi dan
jikakasus disidangkan ke pengadilan
2. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
3. Menggambarkan insiden secara akurat
4. Mengorganisasi informasi
5. Memberikan petunjuk kepada tim investigasi
Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus dikumpulkan sesegera
mungkin:
Semua catatan medis dan catatan keperawatan
Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnostik
Incident report (laporan keselamatan pasien)
Kebijakan dan prosedur
Integrated care pathway yang berhubungan
Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
Bukti fisik
Daftar staf yang terlibat
Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden
(misal pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih, kecukupan tenaga, dll)
6. Analisa Informasi
a. Tehnik 5 Whys (atau tehnik why – why)
Bertanya secara berlapis dengan tujuan menemukan akar penyebab masalah,
denganmengidentifikasi gejala, penyebab langsung, faktor kontributor, dan akhirnya akar
masalah.
Dengan tehnik ini, investigator tidak boleh berhenti bertanya walaupun sudah
menemukanpneyebab langsung sebelum menemukan akar penyebab masalah.
b. Analisis perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur yang seharusnya.
c. Analisis Barrier
d. Analisis Fish Bone
A. MEKANISME PELAPORAN
Insiden
INVESTIGASI SEDERHANA
Kepala Puskesmas
Hasil dari pelaporan disampaikan dan di diskusikan dalam loka karya lintas program di
Puskesmas setiap Tri wulan.
B. BENTUK PELAPORAN
Terlampir
BAB V
PENUTUP
Demikian panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan pasein
yang aman, khususnya dalam rangka mencegah resiko-resiko yang ada dan mungkin terjadi
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu di Puskesmas Srandakan.
Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu panduan akan ditinjau kembali 2
samapi 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi Puskesmas.