Anda di halaman 1dari 46

i

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK REMAJA PADA “Nn. K” DENGAN


DISMENORHOE DI PUSKESMAS AIR BESAR KOTA AMBON

Oleh :

SUMILA TEHUAYO

NIM. 202208144

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2022

i
ii

PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul ASUHAN KEBIDANAN REPRODUKSI Nn.K

DENGAN DISMINOREA DI PUSKESMAS AIR BESAR KOTA AMBON

telah disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada tanggal

Hari/ tanggal : Desember 2022

Ambon, 12 Desember 2022


Mahasiswa

Sumila Tehuayo

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Dewi Taurisiawati Rahayu, SST,.M.Kes Nuraini Tutupoho Amd.Keb

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan “ Asuhan Kebidanan
Holistik Remaja pada Nn K dengan Disminorhoe Di PMB Patima Ohorella Kota
Ambon.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyusun laporan ini tidak lepas
dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak yang diberikan kepada penulis.
Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyusunan laporan
ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari


sempurna. Hal ini karena keerbatasan pengetahuann dan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu kritik dan saran yang bermanfaat guna perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

Ambon, 12 Desember 2022

Penulis

iii
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................4
1.3 manfaat....................................................................................................4
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
2.1 Kajian dari sumber pustaka.....................................................................6
2.2 Kajian dari jurnal penelitian...................................................................19
2.2 Konsep asuhan kebidanan......................................................................24
BAB 3 Tinjauan Kasus
3.1 Data subjektif.........................................................................................28
3.2 Data Objektif..........................................................................................30
3.3 Analisa data/Diagnosa............................................................................33
3.4 Intervensi................................................................................................33
3.5 Implementasi..........................................................................................33
3.6 Evaluasi..................................................................................................35
BAB 4 Pembahasan
4.1 Pembahasan............................................................................................36
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan.............................................................................................39
5.2 Saran.......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................41
LAMPIRAN............................................................................................................42

iv
v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Leaflet.....................................................................................................

Lampiran 2 Dokumentasi...........................................................................................

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang

mempersiapkan tubuh wanita setiap bulanya untuk kehamilan. Walaupun

menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang

mengalami ketidaknyamanan fisik saat menjelang atau selama haid

berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu nyeri

haid. Nyeri haid dalam istilah medis disebut juga dysmenorrhea

(dismenore) atau menstrual cramps.

Nyeri haid atau dismenorhoe merupakan keluhan ginekologis

akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga

mengakibatkan timbulnya rasa nyeri yang paling sering terjadi pada wanita

Wanita yang mengalami dismenorhoe memproduksi prostaglandin 10 kali

lebih banyak dari wanita yang tidak dismenorhoe. Penyebab lain

dismenorhoe dialami wanita dengan kelainan tertentu, misalnya

endometrius, infeksi pelvis (daerah panggul), tumor rahim, apendisitis,

kelainan organ pencernaan bahkan kelainan ginjal (Prayitno, 2014).

Remaja yang mengalami dismenorhoe pada saat menstruasi

mempunyai lebih banyak hari libur dan prestasinya kurang begitu baik di

sekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenorhoe. Dampak

yang terjadi jika dismenorhoe tidak ditangani maka patologi (kelainan atau

gangguan) yang mendasari dapat memicu kenaikan angka kematian,

termasuk kemandulan. Selain itu konflik emosional, ketegangan dan

1
2

kegelisahan dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang

tidak nyaman dan asing (Anurogo dan Wulandari, 2011).

Prevalensi dismenorhoe seluruh dunia berkisar antara 15,8%

sampai 89,5%, dengan kejadian yang lebih tinggi pada populasi remaja

(Calis, 2014). Hasil penelitiandi Amerika Serikat yang dilakukan oleh

Begum dkk, dengan judul Characteristics And Determinants Of Primary

Dysmenorrheal In Young Adults pada tahun 2012 angka kejadian

dismenorhoe sebanyak 72,9% (Begum et al, 2012).Di Indonesia sendiri

prevalensi dismenorhoe berkisar antara 45-95% dikalangan usia wanita

produktif dengan 55% diantaranya merasa terganggu dan tidak nyaman

saat terjadinya dismenorhoe (Marlinda, 2013).

Dismenore merupakan kondisi medis saat haid yang dapat

mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan, ditandai dengan nyeri

atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul. Dismenore adalah keluhan

yang sering dialami seorang wanita pada bagian perut bawah saat haid

yang disebabkan karena kontraksi uterus (rahim) yang intens.

(Winkjosastro,2012)

Dismenore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic biasanya

dari enam bulan sampai tahun kedua setelah menarche (menstruasi

pertama kali didapatkan perempuan, biasanya perempuan indonesia pada

usia 12-14 tahun. Tapi seiring kemajuan jaman usia itu semakin dini saja).

Dismenore ini sering hilang pada usia 25 tahun atau setelah perempuan

hamil atau melahirkan normal.


3

Dampak yang paling sering di alami oleh remaja yaitu penurunan

minat terhadap aktifitas rutin, terjadi ketidaknyamanan saat belajar,

bekerja, mudah marah, gangguan mood, sukar berkonsentrasi, perubahan

nafsu makan (Prawirohardjo, 2011). Apabila Dismenorhoe tidak segera

diatasi akan menimbulkan penyakit salah satunya yaitu endometriosis.

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, desminore dipengaruhi

oleh faktor beberapa faktor. Dismenorhoe akan menimbulkan penurunan

minat terhadap aktifitas rutin dan terdjadi ketidaknyamanan saat

melakukan aktifitas remaja. Penatalaksanaan desminore penting dilakukan,

akan tetapi sebelumnya perlu di kaji penyebab dari terjadinya desminore.

Oleh karena itu kami ingin melakukan asuhan kebidanan pada remaja

“Nn.K ” dengan disminore di PMB Patima Ohorella Kota Ambon.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada Nn. “K” dengan

gangguan sistem reproduksi dismenore secara komprehensif

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif pada pada Nn. K dengan

gangguan system reproduksi dismenore

b. Melakukan pengkajian data objektif pada Nn. K dengan

gangguan system reproduksi dismenore

c. Melakukan analisa pada Nn. K dengan gangguan system

reproduksi dismenore
4

d. Melakukan penatalaksanaan pada Nn. K dengan gangguan

system reproduksi dismenore.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk study kasus

selanjutnya.

1.3.2 Bagi Lahan Praktik

Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan

untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diharapkan oleh

lahan praktik.

1.3.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat

khususnya remaja-remaja tentang penataksanaan dismenorhea

primer..

1.3.4 Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan

serta dapat mengaplikasikan pada penanganan di kalangan remaja.

1.3.5 Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pendidikan kesehatan

berupa penyuluhan kesehatan kepada remaja tentang

penatalaksanaan dismenorhea primer


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Dari Sumber Pustaka

2.1.1 Definisi Menstruasi

Menstruasi merupakan siklus yang kompleks meliputi

psikologis, pancaindra, korteks serebri, hipofisis (ovarial aksis), dan

endorgan (uterusendometrium, dan alat seks sekunder) (Manuaba dkk,

2010).

Menstruasi adalah perdarahan yang bersifat periodik dan siklik

dari uterus yang disertai deskuamasi atau pelepasan endometrium

(Ramadhy, 2011).

Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh

wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon

reproduksi (Dewi, 2012).

2.1.2 Siklus Menstruasi

Menurut (Dewi, 2012) Siklus menstruasi pada wanita umumnya

antara 24-36 hari. Fase-fasenya terbagi menjadi empat antara lain :

1. Fase menstruasi yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding rahim

dari tubuh. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar hormon seks.

Hal ini secara bertahap terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-7.

2. Fase pra-ovulasi yaitu, masa pembentukan dan pematangan

ovum dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan kadar


6

estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari

ke-7 sampai hari ke-13.

3. Fase ovulasi yaitu, keluarnya ovum matang dari ovarium atau yang

biasa disebut masa subur. Bila siklusnya tepat waktu, maka akan

terjadi pada hari ke14 dari peristiwa menstruasi tersebut.

4. Fase pasca-ovulasi yaitu, masa kemunduran ovum bila tidak terjadi

fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi kenaikan produksi progesteron

sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima

embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormon

seks akan berulang menjadi menstruasi kembali.

2.1.3 Gangguan Menstruasi

Berdasarkan banyaknya perdarahan dapat dikategorikan normal

(menghabiskan 2-3 pembalut), hipermenorea (menghabiskan 5-6

pembalut), hipomenorea (menghabiskan 6 hari), brakimenorea (35

hari), amenorea (tanpa haid lebih dari 3 bulan), menstruasi ireguler.

Sedangkan perdarahan dan kelainan di luar menstruasi dapat berupa

bercak, Disfunctional Uterin Bleeding (DUB), dismenorhoea, dan

ketegangan pra/pascamenstruasi (Manuaba dkk, 2010).

Terjadinya menstruasi atau haid merupakan perpaduan antara

kesehatan alat genetalia dan rangsangan hormonal yang kompleks yang

berasal dari mata rantai aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Oleh

karena itu, gangguan haid dan 9 gangguan siklus haid dapat terjadi dari

kelainan kedua faktor tersebut.


7

Beberapa bentuk kelainan haid dan siklus haid masa reproduksi

aktif (Manuaba dkk, 2010):

1. Kelainan tentang banyak dan lama perdarahan (Hipermenorea atau

menoragia, Hipomenorea)

2. Kelainan siklus haid (Polimenorea, Oligomenorea, Amenorea)

3. Perdarahan di luar haid (Metroragia)

4. Keadaan lain berkaitan dengan haid (Dismenorhoe, Ketegangan pra-

haid, Mastodinia, Perdarahan ovulasi atau mittelschmerz)

2.2.1 Definisi dismenorhoe

Dismenorhoe (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, kata

dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno yang berarti bulan, dan

orrhea yang berarti aliran. Dismenorhoe adalah kondisi medis yang

terjadi sewaktu haid atau menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas

dan memerlukan pengobatan yang yang ditandai dengan nyeri atau rasa

sakit didaerah perut maupun panggul (Judha, 2012).

Dismenorhoe yang sering terjadi adalah dismenorhoe fungsional

(wajar) yang terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama

akibat penekanan pada kanalis servikalis (leher rahim). Biasanya

dismenorhoe akan menghilang atau membaik seiring hari berikutnya

menstruasi. Dismenorhoe yang non fungsional (abnormal) menyebabkan

nyeri hebat yang dirasakan terus menerus, baik sebelum, sepanjang

menstruasi bahkan sesudahnya (Judha, 2012).


8

2.2.2. Etiologi dismenorhoe

Dismenorhoe disebabkan karena adanya prostaglandin F2α, yang

merupakan stimulan miometrium poten dan Perbedaan Efektifitas

Pelaksanaan Yoga Dan Hypno Eft (Emotional Freedom Technique).

Kadar prostaglandin yang meningkat selalu ditemui pada wanita yang

mengalami dismenorhoe dan tentu saja berkaitan erat dengan derajat

nyeri yang ditimbulkan. Peningkatan kadar ini dapat mencapai 3 kali

dimulai dari fase proliferatif hingga fase luteal, dan bahkan makin

bertambah ketika menstruasi. Peningkatan kadar prostaglandin inilah

yang meningkatkan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang

berlebihan. Hal ini akan menyebabkan vasokontriksi sehingga

menurunkan aliran darah menuju uterus, lama kelamaan akan

menyebabkan kondisi iskemik lalu menurunkan ambang batas rasa nyeri

pada uterus. Adapun hormon yang dihasilkan pituitari posterior yaitu

vasopresin yang terlibat dalam penurunan aliran menstrual dan terjadinya

dismenorhoe. Selain itu, diperkirakan faktor psikis dan pola tidur turut

berpengaruh dengan timbulnya dismenorhoe (Karim, 2013).

2.2.3 Patofisiologi dismenorhoe

Selama siklus menstruasi di temukan peningkatan dari kadar

prostaglandin terutama PGF2 dan PGE2. Pada fase proliferasi

konsentrasi kedua prostaglandin ini rendah, namun pada fase sekresi

konsentrasi PGF2 lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PGE2.

Selama siklus menstruasi konsentrasi PGF2 akan terus meningkat

kemudian menurun pada masa implantasi window. Pada beberapa


9

kondisi patologis konsentrasi PGF2 dan PGE2 pada remaja dengan

keluhan menorrhagia secara signifikan leih tinggi dibandingkan dengan

kadar prostaglandin remaja tanpa adanya gangguan haid. Oleh karena itu

baik secara normal maupun pada kondisi patologis prostaglandin

mempunyai peranan selama siklus menstruasi (Reeder, 2013).

Di ketahui FP yaitu reseptor PGF2 banyak ditemukan di

myometrium. Dengan adanya PGF2 akan menimbulkan efek

vasokontriksi dan meningkatkan kontraktilitas otto uterus. Sehingga

dengan semakin lamanya kontraksi otot uterus ditembah adanya efek

vasokontriksi akan menurunkan aliran darah keotot uterus selanjutnya

akan menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya menimbulkan

rasa nyeri. Dibuktikan juga dengan pemberian penghambat prostaglandin

akan dapat mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi rasa nyeri pada

saat menstruasi. Begitu juga dengan PGF2 dimana dalam suatu penelitian

disebutkan bahwa dengan penambahan PGF2 dan PGE2 akan

meningkatkan derajat rasa nyeri saat menstruasi (Anurogo, 2011).

Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama

PGF2a) dari endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi

uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak teratur sehingga timbul nyeri.

Selama periode menstruasi, remaja yang mempunyai dismenorhoea

mempunyai tekanan intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki kadar

prostaglandin dua kali lebih banyak dalam darah menstruasi di

bandingkan remaja yang tidak mengalami nyeri. Akibat peningnkatan

aktivitas uterus yang abnormal ini, aliran darah menjadi berkurang


10

sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang menyebabkan nyeri.

Mekanisme nyeri lainnya disebabkan oleh serat prosteglandin (PGE2)

dan hormon lainnya yang membuat serat saraf sensori nyeri di uterus

menjadi hipersensitif terhadap kerja badikinin serta stimulasi nyeri fisik

dan kimiawi lainnya (Reeder, 2013).

2.2.4 Klasifikasi dismenorhoe

Dismenorhoe dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada

tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati (Judha, 2012).

Dismenorhoe berdasarkan jenis nyeri adalah :

a. Dismenorhoe spasmodik

Dismenorhoe spasmodik adalah nyeri yang dirasakan dibagian

bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai.

dismenorhoe spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun

wanita berusia 40 tahun keatas. Sebagian wanita yang mengalami

dismenorhoe spasmodik, tidak dapat melakukan aktivitas

Tanda dismenorhoe spasmodik, antara lain:

1) Pingsan

2) Mual

3) Muntah

4) Dismenorhoe spasmodik dapat diobati atau berkurang dengan

melahirkan, walaupun tidak semua wanita mengalami hal

tersebut
11

b. Dismenorhoe kongestif

Dismenorhoe kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum

haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 sampai 3 hari

sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu

menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita

dismenorhoe kongestif akan merasa lebih baik.

Gejala yang ditimbulkan pada dismenorhoe kongestif, antara

lain: 1) Pegal pada bagian paha

2) Sakit pada daerah payudara

3) Lelah

4) Merasa tersinggung

5) Kehilangan keseimbangan

6) Ceroboh

7) Gangguan tidur

Menurut Judha (2012) dismenorhoe berdasarkan ada tidaknya

kelainan atau sebab yang dapat diamati adalah :

a. Dismenorhoe primer

Dismenorhoe primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca

menarke (menstruasi yang pertama kali). Hal itu terjadi karena siklus

menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarke biasanya

bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul

sebelum atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk

beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung sampai

beberapa hari. Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya


12

terbatas di perut bawah, tetapi dapat merambat kedaerah pinggang dan

paha. Nyeri dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, dan diare.

Menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja sebagian besar

disebabkan oleh dismenorhoe primer.

Menurut Judha (2012) Faktor-faktor yang menyebabkan

dismenorhoe, antara lain:

1) Faktor kejiwaan

Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi

jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses

menstruasi, mudah mengalami dismenorhoe primer.

2) Faktor konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan erat dengan faktor kejiwaan

yang dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor-faktor ini

adalah anemia, kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan

atau hambatan pada pertumbuhan sel otak dan sel tubuh yang dapat

menurunkan daya tahan tubuh, termasuk daya tahan tubuh terhadap

nyeri (Lestari, 2011).

3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim)

Salah satu teori yang menjelaskan dismenorhoe primer

adalah stenosis kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut tidak lagi

dianggap sebagai faktor penyebab terjadi dismenorhoe primer

karena banyak perempuan menderita dismenorhoe primer tanpa

stenaosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi, begitu

juga sebaliknya, mioma submukosum bertangkai atau polip


13

endometrium dapat menyebabkan dismenorhoe primer karena

uterus berkontraksi kuat dan menyebabkan nyeri.

4) Faktor endokrin

Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada

dismenorhoe primer disebakan oleh kontraksi uterus yang

berlebihan. Hal itu disebabkan karena endometrium dalam fase

sekresi (fase pramenstruasi) memproduksi prostagladin F2 alfa

yang menyebabkan kontraksi otot polos. Jika jumlah prostagladin

F2 alfa berlebih dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain

dismenorhoe, dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea

(mual), dan muntah.

Tanda dan Gejala Dismenorhoea Primer Tanda dan gejala

klinis dismenorhoea primer yang sering ditemukan adalah

(Mitayani, 2012):

1. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan

permulaan haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.

2. Nyeri abdomen bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan

paha disertai rasa mual, muntah, diare, nyeri kepala, kelelahan,

dll.

3. Mudah tersinggung.

b. Dismenorhoe sekunder

Dismenorhoe sekunder berhubungan dengan kelainan

kongenital atau kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa

remaja. Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya kelainan


14

pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri (tumor jinak

kandungan), stenosis serviks, dan malposisi uetrus. Dismenorhoe

yang tidak dapat dikaitkan dengan suatu gangguan tertentu

biasanya dimulai sebelum usia 20 tahun, tetapi jarang terjadi pada

tahun-tahun pertama setelah menarke. Dismenoee merupakan nyeri

yang bersifat kolik dan dianggap disebabkan oleh kontraksi uterus

oleh progesteron yang dilepaskan saat pelepasan endometrium.

Nyeri yang hebat dapat menyebar dari panggul ke punggung dan

paha, seringkali disertai mual pada sebagian perempuan.

Faktor resiko dismenorhoe Menurut Judha (2012) faktor

risiko dismenorhoe :

a. Menstruasi pertama pada usia dini < 11 tahun (earlier age of

menarche). Pada usia < dari 11 tahun jumlah folikel-folikel

ovary primer masih dalam jumlah sedikit sehingga produksi

estrogen masih sedikit juga.

b. Kesiapan dalam menghadapi menstruasi Kesiapan sendiri lebih

banyak dihubungkan dengan faktor psikologis. Semua nyeri

tergantung pada hubungan susunan safar pusat, khususnya

talamus dan korteks. Derajat penderitaan yang dialami akibat

rangsang nyeri sendiri dapat tergantung pada latar belakang

pendidikan penderita. Pada dismenorhoe, faktor pendidikan dan

faktor psikologis sangat berpengaruh. Nyeri dapat ditimbulkan

atat diperberat oleh keadaan psikologis penderita.

c. Periode menstruasi yang lama


15

Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita

memiliki jarak haid yang setiap bulannya relatif tetap yaitu

setiap 28 hari. Jika melesetpun, perbedaan waktunya juga tidak

terlalu jauh berbeda, tetap pada kisaran 21 hingga 35 hari,

dihitung dari hari pertama haid sampai bulan berikutnya. Selama

haid dilihat dari darah keluar sampai bersih, antara 2 – 10 hari.

Darah yang keluar dalam waktu sehari belum dapat dikatakan

sebagai haid. Namun setelah lebih dari 10 hari, dapat

dikategorikan sebagai gangguan.

d. Aliran menstruasi yang hebat

Jumlah darah haid biasanya sekitar 50 ml – 100 ml, atau

tidak lebih dari 5 kali ganti pembalut perharinya. Darah

menstruasi yang dikeluarkan seharusnya tidak mengandung

bekuan darah, jika darah yang dikeluarkan sangat banyak dan

cepat enzim yang dilepaskan diendometriosis mungkin tidak

cukup atau terlalu lambat kerjanya.

e. Merokok

Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

tersebut dapat bermacam-macam bentuknya, mulai dari

gangguan haid, early menopause (lebih cepat berhenti haid)

sehingga sulit untuk hamil. Pada wanita perokok terjadi pula

peningkatan resiko munculnya kasus kehamilan diluar

kandungan dan keguguran. Sejauh ini terhadap kurang lebih 20

penelitian yang memaparkan kaitan merokok dengan intertilitas.


16

Penelitian pada mencit menunjukkan, nikotin pada rokok

menyebabkan pematangan ovum (sel telur). Hal inilah yang

diduga menjadi penyebab sulitnya terjadi kehamilan pada wanita

yang merokok. Selain itu, nikotin juga menyebabkan gangguan

pada proses pelepasan ovum dan memperlambat motilitas tuba,

sehingga resiko seorang wanita perokok untuk mengalami

kehamilan diluar kandungan menjadi sekira 2-4 kali lebih tinggi

dibandingkan wanita bukan perokok. Nikotin menyebabkan

timbulnya gangguan haid pada wanita perokok. Zat yang

menyebabkan seseorang ketagihan merokok ini, ternyata

mempengaruhi metabolisme estrogen. Sebagai hormon yang

salah satu tugasnya mengatur proses haid, kadar estrogen harus

cukup dalam tubuh. Gangguan pada metabolismenya akan

menyebabkan haid tidak teratur. Bahkan dilaporkan bahwa

wanita perokok akan mengalami nyeri yang lebih berat saat haid

tiba.

f. Riwayat keluarga

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita

yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita

endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit

endometriosis. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang

diturunkan dalam tubuh wanita. Gangguan menstruasi seperti

hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem

hormonal tubuh. Tubuh akan memberuikan respon berupa


17

gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan

gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan

pertumbvuhan sel endometrium biasanya sel-sel endometriosis

ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar esterogen

dan progesteron dalam tubuh.

g. Kegemukan

Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory

chronic atau haid tidak teratur secara kronis. Hal ini

mempengaruhi kesuburan, disamping juga faktor hormonal yang

ikut berpengaruh.

Perubahan hormonal atau perubahan pada sistem reproduksi bisa

terjadi akibat timbunan lemak pada perempuan obesitas.

Timbunan lemak memicu pembuatan hormon, terutama

estrogen.

h. Konsumsi alkohol

Dari hasil penelitian ditemulkan bahwa konsumsi alkohol

juga dapat meningkatkan kadar estrogen yang efeknya dapat

memicu lepasnya prostagladin (zat yang membuat otot-otot

rahim berkontraksi).

2.2.5 Penatalaksanaan

a. Pencegahan

Sebelum melakukan pengobatan seorang remaja setidaknya

dilakukan penanganan secara alami terhadap dismenorhoea. Penanganan

ini dapat dilakukan untuk nyeri menstruasi, diantaranya yaitu :


18

1) Seorang remaja di sarankan untuk tidak stres karena akan

mempengaruhi nyeri dismenorhoea. Seorang remaja harus berfikir

positif agar dismenorhoea terhindari

2) Makan dengan makan-makanan yang bergizi, yaitu makanan yang

mengandung gizi seimbang. Pada saat seorang remaja mengalami

menstruasi, disarankan untuk banyak mengonsumsi buah-buahan dan

sayur-saturan untuk selalu segar dan sehat

3) Istirahat yang cukup dan tidak menguras tenaga secara berlebihan

4) Seringlah minum-minuman yang mengandung kalsium tinggi seperti

susu ataupun seorang remaja dapat mengonsumsi suplemen yang

mengandung kalsium yang tinggi.

b. Pengobatan

Bila nyeri demikian hebat dan perlu pertolongan segera, maka

kita bisa membeli obat-obatan anti nyeri yang dijual dipasaran bebas

tanpa harus dengan resep dokter, misalnya feminax, aspirin,

parasetamol dan lain-lain. Jangan lupa bacalah dengan teliti aturan

pemakaiannya. Apabila telah melakukan upaya-upaya dirumah baik

dengan pemanasan, latihan maupun obat-obatan selama lebih kurang 3

bulan tetapi belum ada sedikitpun perbaikan, sebaiknya konsultasi

dengan ahlinya secara langsung (Petugas Kesehatan) (dr. Fadlina,

2010).

2.2 Kajian berdasarkan Jurnal Ilmiah

2.2.1 Pengaruh Senam Dismenore terhadap Penurunan Dismenore

pada Remaja Putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati


19

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rofli Marlinda (2012)

yaitu sebelum dilakukan senam dismenore sebanyak 46,7% mengalami

nyeri derajat 2 dan sesudah dilakukan senam dismenore sebanyak

40,0% mengalami nyeri derajat 1. Hal ini menunjukkan adanya

perbedaan mean penurunan tingkat dismenore pada responden yang

melakukan senam dismenore dan responden yang tidak mengalami

senam dismenore.

Senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi.

Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormone endorphin.

Hormone ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang

diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan untuk mengurangi

rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan

kadar β-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Semakin

banyak melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula

kadar β-endorphin. Seseorang yang melakukan olahraga/senam, maka

β-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam

hypothalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi

(Harry, 2011)

Kadar endorphin beragam di antara individu, seperti halnya

factor-faktor seperti kecemasan yang mempengaruhi kadar endorphin.

Individu dengan endorphin yang banyak akan lebih sedikit merasakan

nyeri. Sama halnya aktifitas fisik yang berat diduga dapat meningkatkan

pembentukan endorphin dalam system control desendens (Smeltzer &

Bare, 2011)
20

Hal ini didukung juga penelitian oleh Martchelina (2011)

dengan judul “Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Penurunan

Tingkat Nyeri Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Usia 12 – 17 Tahun

SMP 31 di Cipedak Kecamatan Jagakarsa” yaitu rata – rata penurunan

tingkat nyeri pada pengukuran pertama sebesar 5,6%. Rata – rata

penurunan tingkat nyeri pada pengukuran kedua sebesar 3,2%, dari

kedua hasil tersebut dapat diketahui terdapat selisih penurunan sebesar

2,4%. Hasil dari p-value sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa adanya pengaruh senam dismenore terhadap

penurunan tingkat nyeri saat menstruasi pada remaja putri di SMP 31

Cipedak Kecamatan Jagakarsa.

Senam dilakukan pada minggu ketiga setelah menstruasi

terakhir berdasarkan responden yang diambil adalah remaja yang tidak

memiliki siklus menstruasi yang teratur. Selama 1 tahun setelah

terjadinya menarche, ketidakteraturan menstruasi masih sering

dijumpai. Ketidakteraturan terjadinya menstruasi adalah kejadian yang

biasa dialami oleh para remaja putri, namun demikian hal ini dapat

menimbulkan keresahan pada diri remaja itu sendiri. Sekitar 2 tahun

setelah menarche akan terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak harus terjadi

setiap bulan tetapi dapat terjadi setiap 2 atau 3 bulan dan secara

beransur siklusnya akan menjadi lebih teratur. Dismenore primer dapat

timbul pada saat terjadinya ovulasi. Dismenore akan semakin berkurang

dan hilang dengan sendirinya dengan semakin bertambanya umur

(Proverawati & Misaroh, 2014).


21

Peningkatan kadar prostaglandin terjadi pada akhir fase luteal

atau pada fase menstruasi yaitu pada hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3

dalam siklus menstruasi. Gambaran klinis dismenore primer termasuk

onset segera setelah menstruasi pertama dan biasanya berlangsung

sekitas 48 – 72 jam, sering mulai beberapa jam sebelum atau sesaat

setelah menstruasi (Anurogo & Wulandari, 2011).

Peningkatan kadar prostaglandin yang diimbangi dengan senam

yang menghasilkan endorphin maka diharapkan nyeri dapat berkurang.

Senam dilakukan setiap sore hari karena konsentrasi endorphin terendah

ditemukan pada saat malam hari dan tertinggi pada saat pagi hari

(Harry, 2011).

2.2.2 Perbedaan Pengaruh Metode Kompres Hangat Dengan Aromaterapi

Terhadap Penurunan Derajat Dismenore Pada Remaja Putri

Pemberian metode kompres hangat dan metode aromaterapi

menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap

penurunan derajat dismenore pada remaja putri.Penelitian ini

mendapatkan hasil bahwa metode kompres hangat lebih efektif daripada

metode aromaterapi dilihat dari hasil penurunan derajat dismenore pada

remaja putri.Hal ini terjadi oleh karena kompres hangat merupakan

metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang

otot.Panas dapat disalurkan melalui konduksi.Panas dapat melebarkan

pembuluh darah dan dapat meningkatkan aliran darah (Price & Wilson,

2011). Untuk mendapakan hasil yang terbaik, terapi metode kompres

hangat dan metode aromaterapi dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali


22

pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-

20 selama tindakan (Kusmiyati, 2012).

2.2.3 Menurut penelitian Magista Vivi Anisa (2016) dengan judul The effect of

exercises on primary dysmenorrhea

Dismenorhoe menyebabkan intoleransi aktivitas, dan nyeri yang

berat mengakibatkan ketidakhadiran kerja atau sekolah. Hal tersebut

menyebabkan penurunan output kerja dan perhatian di kelas. Wanita

yang mengalami dismenorhoe menjadi murung, mudah marah, dan

tidak dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Nyeri

dismenorhoe juga berkontribusi terhadap sulit tidur dan rasa gelisah.13

Dismenorhoe primer dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan

nonfarmakologi. Terapi farmakologi antara lain : pemberian obat

analgetik, terapi hormonal, dan obat nonsteroid prostaglandin. Terapi

nonfarmakologi antara lain: kompres hangat, olahraga, dan relaksasi.

Pada penelitian ini terapi olahraga bermanfaat untuk

penatalaksanaan dismenorhoe primer melalui beberapa cara, seperti

menurunkan stres, mengurangi gejala menstrual melalui peningkatan

metabolisme lokal, peningkatan aliran darah lokal pada pelvis, dan

peningkatan produksi hormon endorfin. Aktivitas fisik berperan sebagai

cara khusus untuk menurunkan nyeri pada dismenorhoe primer dengan

menurunkan ansietas dan stres mental. Stres dianggap sebagai faktor

utama berkaitan dengan aktivitas fisik dan dismenorhoe. Aktivitas fisik

memiliki peran dalam mengurangi stres dan perubahan biokimia pada

sistem imun tubuh. Nyeri menstruasi dapat disebabkan karena


23

peningkatan kontraksi otot uterus yang dipersarafi oleh sistem saraf

simpatis. Stres seharusnya meningkatkan nyeri menstruasi dengan

meningkatkan.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan

pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan

oleh bidan di dalam memberikan asuhan kebidanan kepada

individu, keluarga dan masyarakat.

Untuk kejelasan langkah maka dalam pembahasan ini akan

dijelaskan secara detail dari setiap langkah yang dirumuskan oleh

(Wildan, M & Hidayat, A.A.A, 2011). yaitu :

a.       Pengkajian data asuhan kebidanan

Dalam tahap ini data/fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif

dan atau data objektif dari pasien maupun keluarga. Bidan dapat

mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian sebelum

didokumentasikan.

1)      Data subjektif

Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang

diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien

(anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (allo

anamnesis).

2)      Data objektif

Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,

pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang; hasil


24

laboratorium seperti VRDL, HIV, pemeriksaan

radiodiagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan

beratnya masalah.

Data yang telah terkumpul diolah, disesuaikan

dengan kebutuhan pasien kemudian dilakukan pengolahan

data, yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu

dengan yang lainnya sehingga menunjukan fakta. Tujuan dari

pengolahan data adalah untuk menunjukan fakta berdasarkan

kumpulan data. Data yang telah diolah dianalisis dan hasilnya

didokumentasikan.

b.      Penentuan diagnosis kebidanan

Setelah menentukan masalah dan masalah utama, selanjutnya

bidan memutuskan dalam suatu pernyataan yang mencakup

kondisi, masalah, penyebab, dan prediksi terhadap kondisi

tersebut. Prediksi yang dimkasud mencakup masalah potensial

dan prognosis hasil dari perumusan masalah yang merupakan

keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut dengan

diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis kebidanan,

pengetahuan keprofesian bidan sangat diperlukan.

Penentuan diagnosis bidan mencakup hal-hal berikut.

1)      Kondisi pasien terkait dengan masalahnya.

2)      Masalah utama dan penyebab utamanya terhadap risiko.

3)      Masalah potensial.

4)      Prognosis.
25

Tiga jenis pedoman dalam mencatat diagnosis kebidanan adalah

sebagai berikut:

1)      Diagnosis kebidanan yang sama dengan diagnosis medis

seperti anemia ibu hamil, retensio plasenta, plasenta

previa, dan lain-lain.

2)      Masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang

ditemukan dengan didukung oleh data subjektif dan

objektif seperti cemas, potensial atonia uteri, dan lain

sebagainya.

3)      Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu

misalnya penyuluhan gizi pada ibu hamil.

c.       Perencanaan

Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan bidan dalam mencatat

rencana kegiatannya, maka rencana kegiatan mencakup tujuan

dan langkah-langkah yang akan dilakukan bidan dalam

melakukan intervensi dalam rangka memecahkan masalah

termasuk rencana evaluasi. Berdasarkan hasil tersebut, maka

langkah penulisan rencana kegiatan adalah sebagai berikut.

1)      Mencatat tujuan tindakan yang akan dilakukan.

2)      Mengemukakan sasaran dan hasil yang akan dicapai di

dalam tujuan tersebut.

3)      Mencatat langkah-langkah tindakan sesuai dengan masalah

dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan

mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri,


26

kegiatan kolaborasi, ataupun rujukan sesuai dengan tujuan

masing-masing yang sudah ditentukan.

4)      Mencatat kriteria evaluasi dan keberhasilan.

d.      Pelaksanaan

Dalam melaksanakan rencana asuhan kebidanan, bidan harus

bertindak sesuai rencana yang sudah ditentukan. Pencatatan

dalam pelaksanaan juga termasuk penanganan kasus-kasus yang

memerlukan tindakan di luar wewenang bidan sehingga perlu

dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan. Selain itu,

pengawasan dan monitor kemajuan kesehatan pasien juga perlu

dicatat.

e.       Evaluasi

Dalam evaluasi kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah

mencatat proses manajemen kebidanan. Evaluasi diperoleh dari

tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Evaluasi

dilakukan dengan membandingkan keberhasilan dengan

langkah-langkah manajemen lainnya. Hasil evaluasi dapat

dijadikan identifikasi/analisis masalah selanjutnya bila

diperlukan.
27

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subjektif

Anamnesa dilakukan oleh : Sumila Tehuayo Di : PMB Patima

Tanggal : 12-12-2022 Pukul : 09.15 WIT

3.1.1 IDENTITAS KLIEN

Nama Klien : Nn. K Nama Wali : Tn. A

Umur : 17 Thn Umur : 51 Th

Suku/ Bangsa : Ambon/Indo Suku/Bangsa : Ambon/Indo

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan :

SMA

Alamat : Namrole

3.1.1 Alasan kunjungan saat ini

Nn K mengatakan ingin memeriksakan keadaannya.

3.1.2 Keluhan utama

Nn K mengatakan nyeri perut, mules-mules

3.1.3 Riwayat menstruasi

 Menarche : 12 thn

 Siklus menstruasi : 28 hari (teratur)

 Lama : 6-7 hari

 Banyaknya darah : ganti pembalut 3x dalam sehari


28

 Konsistensi : menggumpal

 Dysmenorhoe : Ya (sebelum dan selama menstruasi)

 Flour albus : Tidak

Warna:.-..... Bau:-........... Gatal:-.............

3.1.4 Riwayat kesehatan keluarga

a. Keturunan kembar : tidak ada

Dari pihak siapa :-

b. Penyakit keturunan : tidak ada Dari pihak siapa: -

Jenis penyakit :-

c. Penyakit lain dalam keluarga: tidak ada Dari pihak siapa: -

Jenis penyakit :-

3.1.5 Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun : tidak ada

 Penyakit menurun : tidak ada

 Penyakit menular : tidak ada

3.1.6 Latar belakang budaya dalam keluarga

 Kebiasaan/upacara adat istiadat : Minum Jamu

 Kebiasaan keluarga yang menghambat : tidak ada

 Kebiasaan keluarga yang menunjang : Pola Nutrisi

 Dukungan dari keluarga yang lain : Kakak Perempuan

3.1.7 Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi : makan 3x dalam sehari

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

b. Pola Eliminasi : BAB 1x sehari BAK 2-4x sehari


29

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

c. Pola istirahat tidur : Siang 1-2 jam dan Malam 7-8 jam

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

d. Pola Aktivitas :Sehari-hari melakukan kegiatan

sekolah, menyapu, mengepel,

mengaji, dll

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

e. Perilaku Kesehatan

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : tidak

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : tidak

f. Personal Hygiene

Mandi, keramas, gosok gigi : 2x sehari

Ganti celana dalam dan pembalut : 3-4x sehari

Cara membersihkan genetalia : dari depan kebelakang

Keluhan yang dirasakan : Tidak ada

3.1 Data Objektif

3.1.1 Pemeriksaan Umum

 Kesadaran : Composmentis

 TD : 100/70 mmhg

 Suhu : 36,6 oC

 Nadi : 78x/menit

 RR : 19x/menit

 BB sekarang : 43 kg

 TB : 152 cm
30

 IMT : 20,4 (Berat Badan Ideal)

 LILA : tidak dilakukan

3.1.2 Pemeriksaan Khusus

a. INSPEKSI

 Kepala : Tidak ada benjolan, persebaran rambut

merata, kulit kepala bersih, tidak ada

ketombe, rambut tidak mudah rontok.

 Muka : Kelopak mata : Simetris

Conjungtiva : Anemis

Sklera : Normal

 Mulut dan gigi : Bibir : sedikit pucat

Lidah : tampak bersih

Gigi : tidak ada perdarahan gigi

 Hidung : Simetris : simetris

Sekret : tidak ada

Kebersihan : bersih

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak

ada

 Dada : pembesaran/benjolan : tidak ada

 Perut : Pembesaran : tidak ada

Bekas luka operasi : tidak ada


31

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : (-)

Varises : (-)

b. PALPASI

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak

ada

 Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada

Keluaran :-

 Perut : Pembesaran lien/ liver : tidak ada

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema :-

c. AUSKULTASI:

Dada : Detak jantung normal

Perut : tidak dilakukan

d. PERKUSI

1. Reflek Patela : kanan.....(+)....., Kiri.......(+)........

2. Perut : tidak kembung

3.2.1 Pemeriksaan laboratorium

- Hb :

- Golongan darah : tidak di kaji

- Albuminuria :

- Reduksi Urine :

3.2.2 Pemeriksaan penunjang


32

Tidak dilakukan pemeriksaan

3.3 ANALISA/DIAGNOSA:

Diagnosis : Nn.K usia 17 tahun dengan dismenore

Masalah : Nyeri haid / Dismenore

Kebutuhan : Pemberian KIE mengenai cara mengurangi nyeri haid

3.4 INTERVENSI

1. Lakukan pemeriksaan fisik

2. Jelaskan tentang nyeri yang dialami

3. Berikan penjelasan tentang cara mengatasi rasa nyeri dengan senam

dan kompres hangat

4. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi

3.5 IMPLEMENTASI

1. Memberitahu mengenai hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam

keadaan normal.

2. Memberitahu Nn. K bahwa nyeri haid merupakan hal wajar yang

dialami pada saat mentruasi. Ini disebabkan kontraksi di dalam rahim

atau kandungan. Kontraksi otot rahim ini dipicu oleh hormone

prostaglandin, yang kadarnya meningkat tepat sebelum menstruasi

dimulai. Akibatnya rendahnya level oksigen dalam rahim bias

menyebabkan munculnya rasa sakit dan kram.

3. Memberitahu Nona cara pengurangan nyeri saat menstruasi yaitu

dengan kompres air hangat caranya dengan mengisi botol dengan air

hangat dan tempelkan dibagian bawah perut. Banyak minum air

hangat agar lebih nyaman pada perut yang nyeri. Olahraga ringat
33

untuk memperlancar peredaran darah caranya lakukan peregangan

kecil secara rutin maka nyeri akan hilang secara perlahan kemudian

Kemudian mengajari untuk melakukan pemijatan pemijatan ini

dilakukan dipunggung, pemijatan dapat meminimalkan reaksi

terhahadap nyeri. Pemijatan merupakan bentuk aplikasi sentuhan dan

pergerakan terhadap otot, tendon, dan ligament tanpa memanipulasi

sendi. Tidak hanya menghalangi persepsi rangsangan nyeri tetapi juga

merelaksasikan kontraksi dan spasme otot karena dapat memperlancar

sirkulasi darah .

4. Menganjurkan Nona untuk banyak mengkonsumsi makan makanan

yang mengandung zat besi agar sel darah merah dalam tubuh

meningkat sehingga tidak terjadi anemia dan lemas.

3.6 EVALUASI

1. Klien memahami kondisinya

2. Klien memahami rasa nyeri yang dialaminya

3. Klien memahami cara mengatasi rasa nyeri

4. Klien mau untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat

besi.
34

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Nn. K datang ke PMB dengan keluhan nyeri perut, agak mulas, merasa

pegel-pegel

Nyeri perut, agak mulas, merasa pegel-pegel, sedang menstruasi yang

dialami Nn K bukan karena penyakit akan tetapi karena mengalami

dismenorhoe. Menurut Judha (2012) Dismenorhoe adalah kondisi medis

yang terjadi sewaktu haid atau menstruasi yang dapat mengganggu

aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa

sakit didaerah perut maupun panggul. Dismenorhoe yang sering terjadi

adalah dismenorhoe fungsional (wajar) yang terjadi pada hari pertama atau

menjelang hari pertama akibat penekanan pada kanalis servikalis (leher

rahim). Biasanya dismenorhoe akan menghilang atau membaik seiring hari

berikutnya menstruasi.

Sejalan dengan teori Mitayani (2012) bahwa Tanda dan Gejala

Dismenorhoea Primer Tanda dan gejala klinis dismenorhoea primer yang

sering ditemukan adalah nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-

sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih,

nyeri abdomen bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang.

Berdasarkan penjabaran diatas terbukti bahwa tidak ada kesenjangan

antara fakta dan teori.


35

Menurut teori jenis rencana manajemen disesuaikan dengan

interprestasi data yang berhubungan dengan interpretasi data dasar yang

sudah ada. Pada kasus ini perencanaan sudah dibuat sesuai dengan teori

dan interpretasi data yang ada, sehingga dalam kasus ini tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dengan praktek.

Perencanaan pada kasus diatas adalah memberitahu hasil

pemeriksaan pada Nn K memberikan pendidikan kesehatan tentang

kompres hangat yaitu dengan cara menaruh air hangat kedalam botol

kemudian diletakkan diperut bagian bawah. Ini sejalan dengan

penelitian (Lisa, 2013) Hasil penelitian derajat dismenore pada

kelompok metode kompres hangat yaitu sebelum diberikan metode

kompres hangat menunjukkan bahwa 40% ( 12 dari 30 remaja putri)

mengalami dismenore pada skala 4-6 sedangkan sesudah diberikan

metode kompres hangat menunjukkan bahwa 66,7% (20 dari 30 remaja

putri) tidak merasakan nyeri menstruasi atau pada skala 0.

Kemudian mengajari untuk melakukan pemijatan pemijatan ini

dilakukan dipunggung, pemijatan dapat meminimalkan reaksi

terhahadap nyeri. Pemijatan merupakan bentuk aplikasi sentuhan dan

pergerakan terhadap otot, tendon, dan ligament tanpa memanipulasi

sendi. Tidak hanya menghalangi persepsi rangsangan nyeri tetapi juga

merelaksasikan kontraksi dan spasme otot karena dapat memperlancar

sirkulasi darah (Smeltzer, 2012).


36

Penelitian Farisa pada siswi SMUN 2 Surabaya (2020) pemberian

pijatan punggung bawah selama 20 menit dapat menurunkan nyeri

menstruasi secara bermakna. Penelitain ini dengan desain quasy

ekperiment menggunakan perancangan pretest-postest. Jumlah sampel

30 responden, instrument yang digunakan baby oil/lotion. Hasil

penelitian skala nyeri kelompok eksperimen pada observasi akhir

terbanyak adalah skala 2 (46,6%).

Menurut teori penatalaksanaan disesuaikan dengan rencana

manajemen yang telah dibuat, demi kelancaran dalam penatalaksanaan.

Pada kasus diatas pelaksanaan sudah dilakukan sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat. Sehingga pada kasus ini tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

Pada kasus Nn. K evaluasi sudah dilakukan dengan teori. Evaluasi

pada kasus ini adalah hasil pemeriksaan telah disampaikan, pendidikan

kesehatan tentang cara mengurangi nyeri haid yaitu kompres hangat dan

lakukan pemijatan.Nn K bersedia melakukan apa yang telah dianjurkan

bidan, Nn K dapat menjelaskan kembali informasi yang telah

disampaikan bidan dengan baik.


37

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian study kasus yang telah dilakukan penulis pada Nn.

K di PMB Patima Ohorella Kota Ambon sebagian dari remaja putri

mengalami dismenorhoe. Dismenorhoe biasanya ditandai dengan nyeri

tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan

berlangsung beberapa jam atau lebih, nyeri abdomen bagian bawah,

menjalar ke daerah pinggang. Setelah dilakukan pengkajian dan

pemeriksaan Nn K mengalami dismenorhoe primer. Dismenorhoe

berdampak pada kecemasan dan ketidaknyamanan saat melakukan aktifitas.

Untuk itu sangat diperlukan untuk itu sangat perlukan adanya asuhan

kebidanan agar temuan-temuan yang dapat menjadi masalah dapat

ditangani secara tepat. Pelaksanaan pengkajian, diagnosa kebidanan,

menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta dokumentasi

asuhan kebidanan pada setiap prosesnya tidak ada kesenjangan antara fakta

dan teori.
38

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Remaja

Bagi remaja yang mengalami disminore hendaknya

memeriksakan dirinnya ke bidan atau ke puskesmas untuk mengetahui

cara mengatasi dan penanganan atau terapi.

5.2.2 Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan institusi kesehatan dapat menerapkan pendidikan

asuhan kebidanan pada remaja dengan tetap dalam proses belajar

mengajar dan perbaiki praktek pembelajaran jadi lebih efektif dan lebih

efesien sehingga kualitas sumber daya di institusi meningkat

5.2.3 Bagi Penulis

Agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi

pengetahunan tentang menstruasi terutama disminore sehingga

kedepannya dapat memberikan asuhan yang komprehensif dan

meningkatkan pelayanan berkualitas


39

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, Dito. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid Yogyakarta: Andi
Yogyakarta

Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri persalinan.


Yogyakarta : Nuha Medika

Magista, V, A. (2015) The effect of exercises on primary dysmenorrhea. Medical


Journal of Lampung University. Internet available from :
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/vie
w/527
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua.
Jakarta: EGC.
Marlinda. 2013. Pengaruh Senam Dismenore terhadap Penurunan Dismenore pada
Remaja Putri di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati . Internet available
from :
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/article/view/998/1047

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.


Nirwana, ade 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. (2011).Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
Prayitno S. 2014. Kesehatan Organ Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Serambi
Semesta Distribusi.
Ramadhy, A. S. 2011. Biologi Reproduksi. Bandung: Refika Aditama
Reeder, Martin., & Koniak-Griffin. (2013). Keperawatan Maternitas
KesehatanWanita Bayi Dan Keluarga Edisi 8 Vol I.
Jakarta:EGC

Sulistyawati, L. 2013. Perbedaan Pengaruh Metode Kompres Hangat Dengan


Aromaterapi Terhadap Penurunan Derajat Dismenore Pada
Remaja Putri. Internet available
from :http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
msj25ad640a84full.pd
40

Lampiran 2 leaflet
41

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai