Materi Dosen Kb-3 Translete
Materi Dosen Kb-3 Translete
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Pegem, Vol. 11, No.3, 2021 (hlm. 81-87)
Abstrak
Sekolah Dasar Islam di Indonesia belum mampu melahirkan lulusan sebagai siswa yang kreatif. Siswa hanya dipersiapkan untuk menjadi interpreter dibandingkan
visioner. Pengembangan kreativitas peserta didik di SD Islam Indonesia sangatlah penting agar proses pendidikan di sekolah dapat relevan dan menghasilkan
lulusan yang memiliki kreativitas tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pengembangan kreativitas siswa dan implementasinya dalam
pembelajaran di MIN 1 Banyumas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas siswa.
Kreativitas siswa berkembang melalui partisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang didukung oleh model dan strategi pembelajaran yang aktif dan inovatif.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru telah menerapkan konsep pengembangan kreativitas siswa untuk mencapai tujuan pendidikan dengan melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
1. Dalam pendahuluan n krisis dan tantangan secara kreatif, serta kemampuan mencari solusi kreatif.
Alfian (1991) menyatakan bahwa melalui kreativitas manusia atau masyarakat
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi
akan mampu menghasilkan ide-ide untuk kualitas hidup yang lebih baik.
banyak aspek kehidupan manusia di dunia, termasuk pendidikan di Indonesia.
Kreativitas memungkinkan manusia memiliki visi yang lebih jauh dan wawasan
Pengaruh tersebut menuntut kemajuan dan kecanggihan cara pandang
yang lebih luas tentang berbagai aspek kehidupan.
masyarakat Indonesia sebagai pelaku pembangunan di tanah air. Krisis
multidimensi yang terjadi di Indonesia selama lebih dari dua dekade telah
2. Tinjauan Literatur
mengakibatkan
Banyak permasalahan yang memerlukan solusi untuk mempertahankan Manusia yang berkualitas digambarkan memiliki kemampuan yang tinggi dalam
eksistensi Indonesia di mata dunia. Upaya ini sejalan dengan tujuan pendidikan kecerdasan, kreativitas, dan keterampilan, serta sikap yang dapat diandalkan
nasional untuk meningkatkan kualitas manusia, yaitu mereka yang mampu dan (Sarwono, 2018). Sikap merupakan reaksi atau respon khusus terhadap suatu
aktif dalam menjalani kehidupan sebagai agen perubahan dan pembangunan stimulus yang berasal dari persepsi seseorang terhadap lingkungannya (Zaenuri
kehidupan nasional dan internasional. dkk, 2017). Faktanya, orang-orang Indonesia yang kreatif saat ini sangat sedikit.
Perwujudan tujuan pendidikan nasional dituangkan dalam Undang-Undang Umumnya seseorang hanya bisa meniru apa yang sudah ada dan kurang
Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa mampu mengemukakan pendapatnya sendiri yang baru dan orisinal. Begitu
fungsi pendidikan Nasional di Indonesia adalah mengembangkan kemampuan pula dalam menghadapi suatu masalah, seseorang hanya terpaku pada satu
individu dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat cara umum dan selalu terbiasa menyelesaikannya.
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sejak dilahirkan yang berbeda-beda pada setiap individu.
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan Ada sebagian orang yang mempunyai tingkat kreativitas yang rendah dan ada
bertanggung jawab. pula yang mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi. Davis berpendapat demikian
“Kreativitas dapat diajarkan dan dilatih kepada semua orang dan ada mengenal siswa melalui pelajaran dan kegiatan, siswa berbagi pemahaman
beberapa faktor yang dapat meningkatkan kreativitas seseorang melampaui mereka saat ini dengan guru melalui pekerjaan rumah dan tugas lainnya
tingkat yang sudah ada sebelumnya (Davis, 1981). Pembelajaran kreatif (Tonks, Weston, Wiley dan Barbour, 2013). Banyak sekolah yang saat ini
berlaku bagi semua siswa, tidak hanya bagi siswa berbakat saja setiap memiliki sarana dan prasarana pendukung yang cukup (Mahdum dkk, 2019).
siswa mempunyai potensi kreatif, walaupun potensi kreatif tersebut berbeda-
beda pada setiap orang. Ada yang banyak, ada pula yang sedikit. Sekolah juga harus mampu menyediakan kurikulum yang memungkinkan
Meskipun terdapat perbedaan tingkat potensi kreatif, namun harus diakui siswa berpikir kritis dan kreatif, serta memiliki kemampuan pemecahan
bahwa semua siswa mempunyai potensi belajar kreatif (Semiawan, 2009). masalah. Dengan demikian, mereka dapat menyikapi setiap peluang dan
tantangan secara positif serta mampu mengelola risiko demi keuntungannya
Bakat kreatif ini perlu dipupuk sedini mungkin, tepatnya sejak kecil. Hal di masa kini dan masa depan.
ini dapat dilakukan dengan memberikan berbagai kegiatan kreatif kepada Menurut Wardani (1994) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
anak untuk mengembangkan kreativitasnya. di beberapa provinsi di Indonesia, kondisi kegiatan pembelajaran di sekolah
Anak merupakan potensi sumber daya manusia penerus dan pemilik masa dasar berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang lain. Namun secara
depan bangsa. Itu alami umum kondisi kegiatan pembelajaran di kelas dapat digambarkan sebagai
bahwa anak hendaknya diberikan kesempatan untuk mengembangkan berikut, (a) guru aktif memberikan ceramah, sedangkan siswa hanya
bakat kreatifnya sejak kecil. memperhatikan dan mencatat apa yang guru tulis di papan tulis, (b) guru
Fritz (1994) berpendapat bahwa “Perkembangan terpenting dalam sering bertanya siswa untuk membaca secara bergiliran, (c) guru tidak
peradaban terjadi melalui proses kreatif, namun ironisnya, kebanyakan memberikan masukan atau umpan balik (feedback) kepada siswa atau
orang tidak diajari untuk menjadi kreatif.” tugas yang dilakukan siswa, (d) guru tidak memfasilitasi pembelajaran di
Senada dengan itu, Ishaq juga mengatakan bahwa: “Kita manusia belum kelas, (e) guru tidak memberikan pekerjaan rumah kepada siswa, dan (f)
mencapai potensi kreatif secara maksimal terutama karena kreativitas guru belum memanfaatkan waktu pembelajaran secara maksimal, (g) guru
setiap anak tidak dipupuk dengan baik. Peran penting imajinasi, penemuan masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan monoton. Oleh
dan kreativitas dalam pendidikan anak baru mulai terungkap dan, bahkan karena itu, metode belajar mengajar seperti ini kurang menitikberatkan pada
dalam komunitas pendidikan, masih banyak yang tidak menghargai atau pengembangan sikap dan keterampilan siswa.
menyadari pentingnya hal ini. Harus diakui bahwa sistem persekolahan di
Indonesia belum mampu mengembangkan dan menghasilkan lulusan
menjadi individu yang kreatif secara utuh. Siswa lebih siap menjadi Melihat dari kualitas pembelajaran yang dikemukakan sebelumnya,
interpreter dibandingkan menjadi visioner (baca: pemimpin) karena maka dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar lebih terfokus pada
lemahnya pengetahuan diri yang mengacu pada sekumpulan informasi atau guru (teacher center), lembaga guru merupakan unsur yang sangat
keyakinan tentang diri sendiri, sedangkan kesadaran diri mengacu pada diperlukan dalam pendidikan yang baik dan bermakna (Biesta dkk, 2015).
perhatian yang diarahkan pada diri sendiri. diri (Wing Shui, 2020). Artinya guru berperan sangat dominan dalam merancang, mengatur, dan
mengisi kegiatan di kelas dalam suasana yang kurang nyaman dan
menyenangkan bagi siswa.
Di era ekonomi pengetahuan, sangat diyakini bahwa prioritas harus Sedangkan siswa cenderung mengikuti apa yang diinginkan atau diberikan
diberikan pada pengembangan pendidikan. guru. Oleh karena itu, model pembelajaran ini dapat dikatakan lebih bersifat
Efektivitas sekolah selalu dianggap sebagai pedoman kualitas pendidikan, satu arah dan verbalistik, sehingga peluang interaksi siswa ke siswa lebih
dan peningkatan efektivitas sekolah juga merupakan tujuan utama reformasi kecil. Strategi efektif yang mengarahkan siswa menuju situasi belajar yang
pendidikan (Zhaoyang, 2019). diharapkan, sesuai dengan tujuan pendidikan tentu perlu ditingkatkan.
Karena pendidikan bersifat universal dan perlu, maka pendidikan berarti Daripada mereplikasi model pendidikan 'kepatuhan' yang sebelumnya tidak
memenuhi kebutuhan makhluk hidup, melatih semua kapasitas subjektif berjalan dengan baik, diperlukan pendekatan alternatif yang lebih inklusif
dan sosial seseorang. Pendidikan, pada kenyataannya, mungkin merupakan dan fleksibel (Reimer & Pangrazio, 2018).
“seni” yang paling penting dan tersebar luas, dalam artian suatu pekerjaan
yang terus-menerus berlangsung di mana orang-orang belajar bagaimana Siswa hanya diberi sedikit kesempatan untuk memecahkan masalah,
untuk hidup dan hidup di dunia. Namun pendidikan juga merupakan seni berdiskusi dalam kelompok, dan berinteraksi dengan teman dalam kegiatan
karena merupakan cara terungkapnya aspek-aspek individu yang kompleks pembelajaran, sehingga menyebabkan banyak aspek pribadi siswa yang
dan tunggal serta mengeksplorasi batas-batas kapasitas manusia (Mandolini, 2007).
belum berkembang seperti, perkembangan kreativitas, kemampuan
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan kreativitas bersosialisasi, emosi, dan sebagainya. Sementara itu, kurikulum berkaitan
siswa di sekolah agar proses pendidikan di sekolah dapat relevan dan dengan mempersiapkan siswa agar berhasil secara akademis dalam ukuran-
menghasilkan lulusan yang memiliki kreativitas tinggi. Kreativitas diperlukan ukuran yang dapat diukur. Strategi seperti ini sering kali gagal memberikan
untuk ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang mencakup kehidupan peluang untuk pemecahan masalah dan pemikiran kritis yang berkepanjangan
sehari-hari (Ulger, 2018). Pendidikan adalah proses berbagi yang rumit: (Emily, 2019). Hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik siswa sekolah
guru membagikan apa yang mereka miliki dasar yang sangat membutuhkan
untuk mengembangkan fungsi fisik, kognitif, dan sosio-emosional. kreativitas; 7) Mengkaji penerapan evaluasi hasil belajar untuk
Pola interaksi seperti yang diuraikan di atas kurang mendukung mengembangkan kreativitas; 8) Mengkaji kendala-kendala dan langkah-
perkembangan pembelajaran pada siswa sekolah dasar. Akibatnya tidak langkah penyelesaiannya untuk mengembangkan kreativitas siswa; dan
optimal bagi perkembangan siswa secara keseluruhan, dan dapat 9) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk
memberikan dampak emosional yang negatif pada siswa. Kondisi ini pada mengembangkan kreativitas siswa.
akhirnya memerlukan perubahan orientasi pembelajaran dari berpusat
pada guru menjadi berpusat pada siswa. Seperti yang dikemukakan oleh 3. Saya
Riggs (200) bahwa lebih tepat melakukan strategi pembelajaran aktif dan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian
experiential learning karena dapat meningkatkan pemahaman siswa dan deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis data induktif berdasarkan
promosi pembelajaran yang lebih mendalam dalam berbagai disiplin ilmu. fakta-fakta yang ditemukan kemudian membangun hipotesis atau teori
(Sugiyono, 2005). Penelitian ini menggunakan data hasil wawancara dan
Permasalahan kreativitas pendidikan di atas mendorong peneliti observasi sebagai sumber utama yang didukung dengan studi dokumen.
untuk melakukan penelitian ini. Secara khusus penelitian ini bertujuan Subyek penelitian ini adalah 12 orang guru dan 200 orang siswa, dari
untuk dielaborasi dengan pendekatan pedagogi (pembelajaran) karena kelas IV dan V MIN 1 Banyumas yang ditentukan secara purposive
mengandung berbagai alasan; a) menurut analisa penulis, adanya sampling dari populasi sebanyak 121 orang guru dan 879 orang siswa.
pengangguran, kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan dekadensi moral
merupakan indikasi rendahnya tingkat kreativitas siswa sehingga tidak Ada tiga komponen yang digunakan dalam proses analisis data, yaitu
ada kegiatan bermanfaat yang dapat mereka lakukan di waktu senggang; reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Untuk
b) proses pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam analisis data yang lebih detail, penulis memulai dengan kategorisasi
mencapai tujuan pembelajaran, salah satunya adalah pengembangan dengan mengelompokkan data berdasarkan ciri-cirinya; 1) Data yang
kreativitas siswa; c) lingkungan sekolah dijadikan objek penelitian karena bersifat filosofis, meliputi cita-cita, tujuan, dan nilai-nilai yang dianut; 2)
pendidik di sekolah telah dibekali dengan seperangkat pengetahuan dan
keterampilan tentang pendidikan dan siswa usia sekolah berada dalam Data sarana dan prasarana meliputi ruang belajar, ruang perkantoran,
tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dinamis; d) kreativitas perpustakaan, dan masjid; 3) Data tenaga kependidikan yang terdiri dari
dijadikan objek penelitian karena proses pembelajaran yang berlangsung guru, tenaga administrasi, dan pimpinan sekolah, 4) Data siswa yang
di sekolah belum mampu meningkatkan kreativitas siswa. terdiri dari siswa dan siswi; dan 5) Data kurikulum yang meliputi program
pembelajaran, materi pelajaran, metode, media dan alat evaluasi
pembelajaran.
Perwujudan langkah selanjutnya adalah upaya terencana untuk
menciptakan suasana dan proses belajar sedemikian rupa sehingga 4. Akhir kata
siswa dapat secara aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya (Rahayu, 2018).
4.1 Program Pembelajaran dalam Pengembangan Kreativitas
Perlu dikembangkan suatu konsep pembelajaran yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa di lingkungan sekolah sehingga terbentuk pribadi-pribadi Prioritas program pembelajaran dan pengembangan kreativitas siswa di
kreatif. Mengorientasikan masyarakat menuju pembangunan berkelanjutan MIN 1 Banyumas Kabupaten Banyumas difokuskan pada upaya
merupakan salah satu isu sentral yang berkaitan dengan pengembangan peningkatan mutu pendidikan termasuk mutu guru dan lulusan dengan
seorang guru menjadi pribadi yang kreatif dengan gaya aktivitas dan cara meningkatkan pendidikan, wawasan, dan kesejahteraan guru. Guru
pemikiran individualnya (Davidova, JeÔena dan Kokina, IrÁna. 2007). masa depan harus memiliki pemahaman tentang konten dan pedagogi
Pada akhirnya permasalahan pengangguran, kenakalan remaja, tawuran untuk memasuki bidang tersebut (Bonie, 2017). Penyediaan fasilitas
pelajar, dekadensi moral, narkoba dan pergaulan bebas seperti yang pembelajaran juga menjadi perhatian utama agar guru dan siswa dapat
terjadi saat ini dapat diminimalisir di masa yang akan datang. berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara maksimal.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Kabupaten Banyumas memahami bahwa untuk melaksanakan suatu
proses pembelajaran dalam mengembangkan kreativitas siswa di MIN 1 inovasi pembelajaran di sekolah diperlukan suatu program yang utuh dan
Banyumas Kabupaten Banyumas. Tujuannya adalah : 1) mengkaji terpadu. Oleh karena itu, dalam penyusunan program di sekolah dilakukan
program pembelajaran dalam mengembangkan kreativitas siswa; 2) langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menelaah berbagai pedoman, juknis,
mengkaji upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru; dan berbagai literatur yang relevan dengan model program pengembangan
3) mengkaji upaya yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran untuk kreativitas; 2) Menganalisis lingkungan sekolah mengenai kekuatan,
mengembangkan kreativitas siswa; 4) menilai desain lingkungan belajar kelemahan, peluang dan ancaman MIN 1 Banyumas Kabupaten
siswa dalam mengembangkan kreativitas; 5) Untuk menilai bentuk Banyumas; 3) Menganalisis posisi sekolah mengenai visi, misi, strategi
keaktifan siswa di sekolah dalam mengembangkan kreativitas; 6) dan tujuannya; 4) Menentukan proses dan pemrograman; 5) Membentuk
tim kerja untuk pemrograman; 6)
Untuk mengkaji penerapan metode pembelajaran yang akan dikembangkan
Melibatkan pihak-pihak terkait dalam penyusunan program; dan 7) kemitraan dengan masyarakat dan pengusaha; 3) Upaya meningkatkan
Mensosialisasikan program ke seluruh komponen terkait. kreativitas dan inovasi guru dalam layanan pembelajaran dengan
Secara umum langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah menyediakan fasilitas belajar mengajar, memotivasi guru untuk
dalam proses penyiapan program dinilai sudah tepat dan memadai, menghasilkan karya, dan mengapresiasi kreativitas dan inovasi yang
mengingat program pembaharuan memerlukan integrasi; terpadu dihasilkan; 4) Upaya peningkatan penilaian kinerja dilakukan melalui
secara substansi, dalam proses perumusan program, dan dalam kegiatan penilaian secara menyeluruh, berkala, sistematis, dan terpadu;
pelaksanaan program dan 5) Upaya peningkatan perbaikan berkelanjutan terhadap
Dalam pelaksanaan program pembelajaran dalam mengembangkan pengembangan kinerja guru melalui penilaian, pengendalian, dan
kreativitas, guru dituntut dan diarahkan untuk bekerja secara kreatif, perbaikan berkelanjutan dan terprogram.
inovatif, dan mandiri dalam mengoptimalkan kinerja profesionalnya,
terutama dalam merefleksikan tugasnya sehari-hari sebagai guru, Lima langkah strategis yang dilakukan kepala sekolah dalam
pembina, dan pembimbing siswa. Tour (2015) menyatakan bahwa “jika membina dan meningkatkan profesionalisme guru merupakan upaya
kemajuan ingin dicapai dalam pengajaran dan pembelajaran literasi kepala sekolah dan guru dalam memberdayakan mutu pendidikan.
baru, pertimbangan yang lebih besar perlu diberikan pada praktik literasi Menempatkan peningkatan profesionalitas guru sebagai prioritas dalam
digital dan pola pikir digital guru sehari-hari. Pengembangan dan rangka meningkatkan mutu pendidikan merupakan langkah strategis.
pembelajaran profesional harus mempertimbangkan pengalaman Mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh guru saja, tetapi juga mutu
pribadi guru dengan teknologi dan memberikan kesempatan kepada peserta didik, sarana prasarana, manajemen, dan faktor lainnya. Namun
guru untuk melakukan refleksi kritis terhadap pola pikir digital mereka, kemajuan siswa dalam belajarnya sangat bergantung pada kompetensi
serta menguji dan menantang asumsi dominan mereka. Mereka juga guru.
memerlukan kesempatan untuk memperluas pemahaman mereka Dalam rangka menyikapi perubahan-perubahan yang diakibatkan
tentang keterjangkauan TIK dengan cara yang kreatif dan inovatif”. oleh mendesaknya tuntutan guru untuk meningkatkan kinerja
Mengenai langkah kepala sekolah dalam mempersiapkan program, profesionalnya dalam memberikan layanan pembelajaran kepada
semua pihak merespon dengan baik. Mereka sepakat bahwa program peserta didik, maka diperlukan kesiapan, daya tanggap dan keterbukaan
ini diharapkan dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran, guru dalam menyikapi perubahan tersebut secara bijaksana. Upaya
kualitas lembaga, kompetensi guru, dan kualitas lulusan. guru untuk memperkaya dan mengembangkan pemahaman dalam
pembelajaran merupakan suatu langkah yang penting, mengingat
dalam model pembelajaran saat ini siswa tidak lagi menjadikan guru
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepala sekolah sebagai
sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Memvariasikan
seorang manajer telah memahami arti penting langkah-langkah yang
aktivitas dan gaya mengajar juga berguna untuk menjaga kelas tetap
harus dilakukan dalam menyusun suatu program. Tingkat keberhasilan
menarik dan meningkatkan peluang keterlibatan siswa (Costouros, 2020).
suatu program akan ditentukan oleh kinerja profesional kepala sekolah
dan guru dalam mengoptimalkan potensi sekolah.
4.3 Model Guru dalam Pengembangan Kreativitas
Siswa
4.2Upaya Peningkatan Kompetensi Guru di Bidang
Proses pembelajaran Kreativitas merupakan ekspresi keunikan individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Dari ekspresi pribadi yang unik inilah muncul
Untuk meningkatkan kinerja guru dalam memberikan layanan
ide-ide baru dan produk-produk inovatif. Guru dapat meningkatkan rasa
pembelajaran kepada siswa yang meliputi pengajaran, bimbingan, dan
ingin tahu, motivasi, harga diri, dan kreativitas siswa. Disarankan juga
pelatihan, maka perlu diciptakan model pendekatan layanan yang
agar guru dapat lebih mempengaruhi siswa dibandingkan orang tua
optimal. Pentingnya evaluasi internal dilakukan dekat dengan praktik
karena guru mempunyai kemampuan dan kesempatan yang lebih besar
mengajar sehari-hari dan bersama-sama dengan siswa dan rekan kerja.
untuk merangsang atau mengembangkan kreativitas siswa dibandingkan
Dengan menekankan bahwa evaluasi informal sehari-hari mewakili
orang tua. Guru mempunyai tugas mengevaluasi hasil kerja, sikap, dan
upaya mereka untuk meningkatkan pengajaran, guru menggambarkan
tingkah laku siswa.
bagian dari tanggung jawab profesional mereka (Agneta, 2016).
Upaya yang dilakukan guru MIN 1 Banyumas Kabupaten Banyumas
Kepala sekolah mengambil lima langkah strategis dalam membina
dalam mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan memberikan
dan meningkatkan profesional guru antara lain; 1) Upaya meningkatkan
kebebasan kepada siswanya dalam belajar. Guru pertama-tama harus
pelayanan pembinaan guru melalui pendidikan guru, pelaksanaan
menguraikan sendiri beragam strategi siswa, memahami strategi unik
tugas mengajar guru, penyediaan fasilitas penunjang belajar mengajar
dan asing bahkan aneh yang mungkin digunakan siswa dalam
dan peningkatan kesejahteraan guru;
memecahkan masalah tertentu (Shore dkk, 2020). Guru memberikan
2) Upaya meningkatkan keterlibatan dan kemitraan seluruh potensi kesempatan kepada siswa untuk berkembang secara alami sesuai
sumber daya sekolah dan masyarakat melalui pembinaan struktural dengan kemampuannya. Siswa merasa lebih efektif, bertindak sesuai
dengan kantor Kementerian Agama, pembinaan profesi dengan dengan tujuan dan kemauan pribadinya, dan terhubung dengan orang
pengawas, organisasi profesi, dan lain, mereka berpartisipasi untuk kesenangan dan kesenangan serta untuk belajar
keterampilan yang berkontribusi pada rasa diri mereka (McDavid, 2020). menjadi kreatif, menunjukkan kemampuan diri, belajar secara konseptual,
Guru menggunakan pendekatan dengan memberikan ide, saran, dan dan senang dengan tantangan.
bimbingan, namun tidak memberikan jawaban dan petunjuk secara tegas.
Guru mendorong siswa untuk mengemukakan gagasannya sendiri. Guru 4.6 Metode Pembelajaran dalam Pengembangan Kreativitas Guru
memperbolehkan siswa bekerja sama bila memungkinkan dan diperlukan, menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan berbagai metode
namun menekankan kepada siswa bahwa setiap orang mempunyai bakat pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam proses
dan kemampuannya masing-masing. Hal ini sejalan dengan argumen pembelajaran meliputi 1) metode ceramah, tanya jawab, dan resitasi; 2)
Berry bahwa guru memiliki peran penting dalam mendorong keterlibatan Metode ceramah, diskusi dan pengajian; 3) Metode ceramah, demonstrasi
siswa dalam pembelajaran di kelas, namun, sedikit yang diketahui tentang dan eksperimen; 4) Metode ceramah, sosiodrama, dan diskusi; 5) Metode
bagaimana pendapat guru tentang keterlibatan siswa atau pengalaman ceramah, pemecahan masalah, dan resitasi; dan 6) Metode ceramah,
mereka dalam melibatkan siswa di kelas (Berry, 2020 ). Pentingnya demonstrasi, dan latihan.
sumber daya yang dirasakan dan telah mengembangkan instrumen yang
mengukur dukungan yang dirasakan – juga hanya dari sudut pandang Dalam melaksanakan strategi dan metode pembelajaran, perlu
guru (Goldan & Schwab, 2018). diperhatikan bahwa seorang guru dan siswa tidak boleh mengkritik setiap
gagasan siswa. Mengkritik ide siswa tanpa memberikan kesempatan untuk
Hal ini juga menunjukkan perlunya kepercayaan dalam ruang kelas yang kreatif.
mengeksplorasi ide dan imajinasinya dapat mematikan kreativitas.
Suasana emosional dalam kelas hendaknya menunjang rasa percaya diri
dan rasa aman setiap siswa. Menurut Shallcross (1981) aturan dasarnya
adalah jaminan pribadi yang memungkinkan siswa berkembang pada 4.7 Evaluasi Hasil Belajar Pengembangan Kreativitas
levelnya sendiri, menjaga kerahasiaan pekerjaannya, sehingga siap
menunjukkannya, dan menghargai perbedaannya. Oleh karena itu, guru
Penilaian tingkat kreativitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat
harus terus meningkatkan keterampilan dan profesionalismenya serta
dari dua aspek; proses belajar siswa dan hasil belajarnya. Dalam model
mengevaluasi kinerjanya secara objektif. Demikian pula kemauan belajar,
ini, siswa bertanggung jawab memantau pekerjaannya sendiri. Guru hanya
baik formal maupun informal, merupakan suatu keharusan dan tuntutan
memberikan tujuan pada bidang tertentu, namun siswa mempunyai
bagi seorang guru untuk meningkatkan kapasitas dan profesionalismenya
otonomi untuk menentukan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut dan
sebagai seorang pendidik.
bertanggung jawab mengatur kemajuannya sendiri.
menghadapi permasalahan dan solusi yang ditawarkan kepala sekolah 3. Penampilan guru yang demokratis, ramah, sabar, adil, konsisten,
adalah (1) mendorong dan memberikan kesempatan kepada guru untuk luwes, ceria, penuh humor, bersahabat, dan selalu memperhatikan
melanjutkan studi sesuai dengan kualifikasinya, (2) mengadaptasi seluruh siswa.
pengajaran berdasarkan latar belakang pendidikannya, (3) mengintensifkan 4. Guru selalu memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran dan
sosialisasi program pengembangan kreativitas , (4) meningkatkan membantu yang mengalami kesulitan.
kunjungan kelas yang terprogram dan terpadu, (5) meningkatkan alokasi 5. Guru menggunakan berbagai metode pembelajaran untuk melibatkan
pos anggaran pengembangan pribadi pada RAPBM, (6) mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran seperti ceramah, diskusi, metode
kegiatan KKM MI, (7) menyediakan sumber belajar yang diperlukan, (8) tanya jawab, demonstrasi, eksperimen, drama sosial, resitasi,
memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan studi ke praktik, pemecahan masalah, dan brain storming.
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan (9) ) menugaskan guru untuk
mengikuti kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop. 6. Guru juga menggunakan berbagai media pembelajaran untuk
membantu siswa lebih memahami dan merangsang siswa secara
visual.
4.9 Tingkat Keberhasilan dalam Pengembangan Kreativitas
Amerika Serikat. Jurnal Penelitian Pendidikan Ilmu Sosial Sosyal McDavid dkk. (2020). Pengaruh penyampaian di sekolah versus setelah
Bilgiler Eÿitimi Araÿtÿrmalarÿ Dergisi 2017:8 (3), Hal. 1-23. sekolah terhadap hasil sosial dan motivasi siswa dalam program
aktivitas fisik berbasis teknologi. Internasional.
Brunotti, J Gerald. Marston, H Susan. (2018). Lintasan Perkembangan Jurnal Pendidikan STEM (2020) 7:28.
Guru Pada Awal Dan Pertengahan Karir. Guru Dan Pengajaran Teori Rahayu, Sri dkk. (2018). Kompetensi Profesional Guru Memediasi Pengaruh
dan Praktek. DOI: 10.1080/13540602.2018.1490260 Hal 1-20. Inovasi Guru dan Kecerdasan Emosional terhadap Keamanan
Sekolah. Jurnal Penelitian Pendidikan Ilmu Sosial Sosyal Bilgiler
CD Riggs dkk. (2020). Dampak Positif Penulisan Soal Pilihan Ganda dan Eÿitimi Araÿtÿrmalarÿ Dergisi
Partisipasi Kuis Reguler terhadap Pembelajaran Siswa. CBE— 2018:9 (2), Hal. 210-227.
Pendidikan Ilmu Hayati • 19:ar16, hlm. 1–9, Musim Panas 2020. Reimer, Kristin. Pangrazio, Luci. (2018). Mendidik di Pinggiran: Wawasan
Kaum Muda Tentang Pendidikan Alternatif yang Efektif. Jurnal
Costouros, Teresa. (2020). Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Versus Internasional Pendidikan Inklusif, DOI: 10.1080/13603116.2018.1467977
Perkuliahan Tradisional: Dampak Terhadap Nilai Siswa dan Hal 1-18.
Sarwono, Sarlito W. (2018). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia.
Pengalaman Belajar. Inkuiri Pengajaran & Pembelajaran, 8(1) Hal. 154-172
Davidova, JeÔena dan Kokina, IrÁna. (2007). Pandangan Guru tentang Semiawan, Conny R, (2009). Kreativitas dan Keberbakatan.Jakarta: PT.
Proses Inovatif di Sekolah di Latvia. Jurnal Pendidikan Guru untuk Indeks.
Keberlanjutan, vol. 8, 2007, hal.25-36. Shallcros, (1981). Mengajarkan Perilaku Kreatif : Cara Mengajarkan
Davis, Ivor, (1991). Pengelolaan Belajar , terjemahan Sudarsono Kreativitas pada Anak Segala Usia, New Jersey:Prentice Hall.
Sudirjo, Pantai, Jarry. Michael. Kobiela, Marta. (2020). Apa yang Dikatakan dan
Emily E. Kebajikan dan Brandi N. Hinnant-Crawford. (2019). Kami Dilakukan Guru Preservice Saat Menguraikan Berbagai Strategi
melakukan hal-hal yang bermakna”: Perspektif Siswa terhadap Solusi Siswa. Jurnal Sekolah Dasar Volume 120 Nomor 3. Hal 1-26.
Pembelajaran Berbasis Proyek Lintas Disiplin. Jurnal Interdisipliner
Pembelajaran Berbasis Masalah 13(2) Hal 1-12. Tonks, Weston, Wiley, dan Barbour. (2013). Sekolah Menengah Jenis Baru:
Gapsalamov, Almas. Akhmesthin, Elvir.Bochkareva, Tatyana.Vasilev, Kisah Sekolah Menengah Terbuka Utah. Tinjauan Internasional
Vladimir.Anisimova,Tatyana.(2020).Analisis Perbandingan Kualitas Penelitian Dalam Pembelajaran Terbuka Dan Jarak Jauh. Jilid 14 |
Pendidikan dan Tingkat Daya Saing Negara-Negara Pemimpin No 1. hal.255-271.
Dalam Kondisi Digitalisasi. Jurnal Penelitian Pendidikan Ilmu Sosial. Tur, Ekaterina. (2015). Pola Pikir Digital: Penggunaan Teknologi Guru
2020.10(2).Hal 133-150. dalam Kehidupan Pribadi dan Pengajaran. Jurnal Pembelajaran &
Goldan, Janka. Schwab, Susanne. (2018). Mengukur Persepsi Siswa dan Teknologi Bahasa. Volume 19, Nomor 3 hlm.124–139.
Guru Terhadap Sumber Daya Dalam Pendidikan Inklusif – Validasi Ulger, K. (2018). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah yang Benar
Instrumen Yang Baru Dikembangkan, Jurnal Internasional Pendidikan pada Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Berpikir Kreatif dan
Inklusif, DOI: 10.1080/13603116.2018.1515270 Hal 1-15. Disposisi Berpikir Kritis Siswa pada Pendidikan Seni Rupa. Jurnal
Interdisipliner Pembelajaran Berbasis Masalah, Volume 12 Edisi 1
Guskey, Thomas R. (2020). Pengembangan Profesional Dan Perubahan Hal 1-21.
Guru. Guru Dan Pengajaran: Teori Dan Praktek, 8:3, Hal 381-391. Wing Shui Ng. (2020). Pendekatan Penilaian Diri Terhadap Pendidikan
Siberetika Remaja. Jurnal Penelitian Pendidikan Teknologi Informasi
Lisa, Gaikhorst A. Jeffrey, Postb. Virginie, Märzc dan Inti, Soeterikd. (2019). Volume 19 Hal. 555-571.
Persiapan Guru Untuk Pengajaran Perkotaan: Studi Kasus Berganda Yuan, Rui. Liu, Wei. Lee, dingin. (2019). Konfrontasi, Negosiasi Dan Agensi:
dari Tiga Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Mengeksplorasi Dinamika Batin Transformasi Identitas Guru Siswa
Guru Eropa. DOI: 10.1080/02619768.2019.1695772, Hal 1-18. Selama Praktikum Mengajar. Guru Dan Pengajar, DOI:
10.1080/13540602.2019.1688286 Hal 1-23.
Mahdum dkk. (2019). Menggali Persepsi dan Motivasi Guru Terhadap Zaenuri dkk. (2017). Model Pembiasaan Penerapan Pendidikan Lingkungan
Penggunaan TIK dalam Kegiatan Pembelajaran di Indonesia. Hidup Di Sekolah Dasar. JPII 6 (2)
Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi: Penelitian, Volume 18 Hal. (2017) Hal.206-212.
293-318. Zhaoyang Xu dan Chia-Ching Tu. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Positif
Mandolini, Clara. (2007). Kondisi, Proses, dan Tujuan Pendidikan Guru: Kepala Sekolah terhadap Ketidakamanan Kerja dan Efektivitas
Perspektif Filsafat. Jurnal Pendidikan Guru untuk Keberlanjutan, vol. Sekolah di Tiongkok. Jurnal EURASIA Pendidikan Matematika, Sains
7, 2007, hal.5-13. dan Teknologi, 2019, 15(11), Hal. 1-11.