Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan Hospitalisasi
1. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatau keadaan krisis yang terjadi pada
anak, yang terjadi saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Perawatan
anak di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak
karena anak yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan status
kesehatan dan juga lingkungan seperti ruangan perawatan, petugas
kesehatan yang memakai seragam ruangan, alat-alat kesehatan. Selama
proses tersebut, anak dapat mengalami hal yang tidak menyenangkan bagi
dirinya, bisa ditunjukkan dengan anak tidak aktif, tidak komunikatif,
merusak mainan atau makanan, mundur ke perilaku sebelumnya (misalnya
mengompol, menghisap jari) dan perilaku regresi seperti ketergantungan
dengan orang tua, menarik diri. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha
beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu lingkungan rumah sakit
sehingga kondisi tersebut mejadi faktor stressor bagi anak maupun orang
tua dan keluarga yang bisa menimbulkan kecemasan.berbagai perasaan
yang sering muncul pada anak yaitu rasa cemas, marah, sedih, takut, dan
merasa bersalah (Hockenberry & Wilson, 2011)
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan
yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke
rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stres (Supartini, 2004).
Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas atau
menyebar, yang berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
http://repository.unimus.ac.id
9
berdaya serta tidak memiliki objek yang spesifik. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan
untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan
dengan kehidupan, kecemasan dapat terlihat dalam hubungan interpersonal
dan memiliki dampak terhadap kehidupan manusia, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Kecemasan akan meningkat pada klien anak
yang dirawat, dengan berbagai kondisi dan situasi di rumah sakit (Asmadi,
2008).
Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas tentang keprihatinan
dan kekhawatiran karena adanya ancaman pada sistem nilai atau pola
keamanan seseorang. Individu mungkin dapat mengidentifikasi situasi
terhadap ancaman, tetapi pada kenyataannya ancaman terhadap diri
berkaitan dengan perasaan khawatir dan keprihatinan yang terlibat di
dalam situasi. Situasi tersebut adalah sumber dari kecemasan, tetapi bukan
ancaman itu sendiri (Carpenito, 2007).
Berdasarkan pengertian diatas kecemasan hospitalisasi adalah
kecemasan yang dialami oleh anak yang menjalani hospitalisasi karena
anak harus menghadapi stressor-stressor yang berada dirumah sakit seperti
kecemasan karena perpisahan,, kecemasan karena anak kehilangan kontrol
atas dirinya, kecemasan karena tindakan medis yang diberikan kepada
anak seperti tindakan injeksi, dan pengukuran tanda-tanda vital (TTV)..
http://
1
http://
1
http://
1
d. Lama Perawatan
Lama hari dirawat bisa mempengaruhi kecemasan anak. Studi yang
dilakukan oleh Aguilera-Perez dan Whetsell (2007, dalam Purwandari,
2009) dengan melakukan pengukuran kecemasan pada waktu 12 jam
setelah anak masuk ke rumah sakit, 12 jam sebelum keluar dari rumah
sakit, dan 10 hari setelah keluar dari rumah sakit menunjukkan bahwa
lama dirawat mempengaruhi kecemasan anak.
http://
1
http://
1
7. Kategori Kecemasan
a. Cemas
Anak yang cemas dapat bereaksi agresif dengan marah dan
berontak. Kecemasan pada anak biasanya muncul karena berbagai
perubahan yang muncul di sekelilingnya, baik fisik maupun emosional.
Dapat juga akibat kurangnya support system yang ada di sekitarnya.
Sedangkan gejala klinis kecemasan yang sering ditemukan pada anak
adalah perasaan cemas, kekhawatiran, dan mudah tersinggung
(Hawari, 2001).
Anak yang mengalami kecemasan akan memunculkan respon
fisologis, seperti perubahan pada sistem kardiovaskuler, perubahan
pola nafas yang semakin cepat atau terengah-engah. Selain itu, dapat
pula terjadi perubahan pada sistem pencernaan dan neuromuscular
seperti nafsu makan menurun, gugup, tremor, hingga pusing dan
insomnia. Kulit mengeluarkan keringat dingin dan wajah menjadi
kemerahan. Selain respon fisiologis, biasanya anak juga akan
menampakkan respon perilaku, seperti gelisah, ketegangan fisik,
tremor atau gemetar, reaksi kaget, bicara cepat, menghindar, hingga
menarik diri dari hubungan interpersonal. Respon kognitif yang
mungkin muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, hambatan berpikir, tidak mampu
berkonsentrasi, dan ketakutan. Sedangkan respon afektif yang biasa
muncul adalah tidak sabar, tegang, dan waspada (Stuart & Sundeen,
2005).
http://
1
b. Tidak cemas
Anak dikatakan tidak cemas apabila anak mampu mengatasi stressor-
stressor yang berada dirumah sakit seperti stressor karena
perpisahan,kehilangan kontrol, dan luka pada tubuh atau nyeri. Anak
disebut tidak cemas apabila setelah dilakukan pengukuran
menggunakan alat observasi yang menggunakan skala guttman anak
mendapatkan skor 0-11.
http://
1
http://
1
B. Musik
1. Pengertian
Ada beberapa definisi dan pendapat mengenai musik menurut beberapa
filsuf, penulis, musikolog maupun penyair, diantaranya adalah sebagai
berikut (Hastomi & Sumaryati, 2012) :
a. Schopenhauer, seorang filsuf dari jerman pada abad ke-19, yang
mengatakan bahwa musik adalah melodi yang syairnya adalah alam
semesta.
b. David Ewen, mendefinisikan musik sebagai ilmu pengetahuan dan seni
tentang kombinasi titik dari nada-nada, baik vocal maupun
http://
1
http://
1
http://
2
http://
2
http://
2
http://
2
http://
2
http://
2
Tempo ini akan sinergis dengan alat musik yang digunakan untuk
menimbulkan efek terapi. Instrument yang dianjurkan adalah lebih banyak
string, misalnya gitar, harpa, biola, piano, dengan minimal drum atau
perkusi (Wilgram, 2002; McCaffrey & Locsin, 2002). Jenis musik yang
menghasilkan efek terapi terdiri dari 2-4 unsur musik. Alat musik yang
sering digunakan untuk menghasilkan efek terapi misalnya piano, harpa,
biola, gitar, whistle, fluete (Joseph & Ulrich, 2007).
Jenis musik yang digunakan untuk terapi musik tidak harus
menggunakan jenis musik klasik (Schou, 2008; Chiang, 2012). Good, et.al
(2001) dalam penelitiannya tentang pengaruh teknik relaksasi dan terapi
musik untuk menurunkan nyeri post operasi abdominal menunjukkan
bahwa jenis musik yang menjadi pilihan pasien lebih efektif menimbulkan
efek terapi. Musik yang berdasarkan minat atau kesukaan (preferences
musik) dari pasien merupakan faktor yang sangat penting dalam pemberian
terapi musik (Hamel, 2001; Arsian, Ozer, & Ozyurt, 2007). Faktor yang
mempengaruhi minat terhadap jenis musik dipengaruhi oleh perbedaan
umur, masa, budaya, jenis kelamin, dan kebiasaan (Hamel, 2001).
Staum dan Broton (2000) meneliti bahwa volume yang bisa
menimbulkan efek terapeutik berkisar antara 40-60 dB. Volume yang
disarankan adalah 60 dB dengan lama terapi 10-60 menit dalam sekali sesi
terapi. Terapi bisa dilakukan menjelang tidur, dan disarankan selama 45
menit untuk mendapatkan efek relaksasi maksimum. Dengan sesi terapi
minimal dilakukan 2 kali dalam satu hari (Nilsson, 2009).
Penggunaan headset paling banyak digunakan dalam penelitian
terapi musik (Nilsson, 2008; Engwall & Duppils, 2009). Nilssons (2009)
dan Chiang (2012) menyarankan menggunakan earphone, karena bantalan
earphone bisa diganti untuk mencegah penularan bakteri dari telinga
pasien satu ke telinga pasien lainnya . Memberikan terapi musik kepada
anak-anak, musik dapat didengarkan melalui radio, kaset, video, televisi,
pertunjukan langsung, konser, dan kelompok komunitas (Djohan, 2006).
http://
2
C. Anak prasekolah
1. Pengertian
Anak diartikan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas
tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik
kebutuhan fisik, psokologis, sosial, dan spiriual (Hidayat, 2005).Anak
prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang mempunyai
berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan di
kembangkan agar pribadi anak tesebut berkembang secara optimal
(Supartini, 2004).
Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam
usia ini anak umumnya mengikuti program anak (3 Tahun – 5 tahun) dan
kelompok bermain (Usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun
biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak – Kanak
(Patmonedowo, 2008). Di Indonesia anak prasekolah umumnya mengacu
pada peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan
prasekolah yaitu umur 4 tahun sampai dengan umur 6 tahun.
2. Karakteristik
Hurlock (2001) ciri-ciri anak prasekolah meliputi fisik, motorik,
intelektual dan sosial. Ciri fisik anak prasekolah yaitu :
a. Otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras.
b. Anak prasekolah mempergunakan gerak kasar seperti berlari, berjalan,
memanjat, dan melompat sebagai bagian dari permainan mereka.
c. Kemudian secara motorik anak mampu memanipulasi obyek kecil,
menggunakan balok-balok dengan berbagai ukuran dan bentuk.
d. Selain itu juga anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri, dan
cemburu. Hal ini timbul karena anak tidak memiliki hal-hal yang
dimiliki oleh teman sebayanya.
e. Sedangkan secara sosial anak mampu menjalani kontak sosial dengan
orang-orang yang ada diluar rumah, sehingga anak mempunyai minat
http://
2
b. Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan fungsi psikis dan fisik anak
yang yang ditunjang faktor lingkungan, proses belajar dalam waktu
http://
2
http://
2
http://
3
http://
3
D. Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi kecemasan :
Anak Perpisahan
Kecemasan
Prasekolah Kehilangan kontrol
Hospitalisasi
c. Luka pada
tubuh nyeri
atau
Hospitalisasi
Terapi Musik (lagu anak-anak)
http://
3
E. Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diteliti meliputi:
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Terapi Musik (Lagu
anak-anak)
2. Variabel dependen (terikat)
Variable dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan pada anak
prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RS Amal Sehat Slogohimo
Wonogiri
G. Hipotesis
Peneliti mengajukan beberapa hipotesis penelitian pada penelitian
ini.Hipotesis disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian. Hipotesis alternatif
(Ha) dalam penelitian ini, antara lain:
1. Ada perbedaan kecemasan sebelum dan sesudah pemberian terapi musik
(lagu anak-anak)
2. Ada pengaruh terapi musik (lagu anak-anak) terhadap kecemasan pada
anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RS Amal Sehat
Slogohimo Wonogiri.
http://