T2 - 752014005 - Bab Ii
T2 - 752014005 - Bab Ii
LANDASAN TEORI
2.1 REMAJA
sudah dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Kedua, muda. Lebih lanjut lagi
penggunaan istilah remaja dapat dihubungkan dengan dua kata yaitu adolesence
dan puberty.1 Istilah adolesence berasal dari kata latin adolescere (kata
adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau menjadi dewasa.2
Istilah adolesence seperti yang digunakan sekarang ini mempunyai arti yang
sangat luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan
ini diungkapkan oleh Jean Peiget dengan menyatakan secara psikologis bahwa
remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia
anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang – orang yang lebih tua melainkan
berasa dalam tingkat yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak.3
Istilah Puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal dari bahasa latin
Pubertas. Kata latin pubescere berarti mendapat pubes yang berarti kelaki –
lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki – lakian.4 Pada
umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada laki – laki dan 11-15
tahun pada anak perempuan.5 Pemaparaan mengenai batas usia remaja sangatlah
1
Surachmad,Winarno, Psikologi Pemuda: Pengantar dalam Perkembangan pribadi dan
Interaksi Sosialnya,(Bandung: C.V. Jemmars,1977), 41
2
Panuju,H.P, Psikologi Remaja. (Jogjakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1999), 2.
3
Panuju, H.P, Psikologi Remaja, 1
4
Panuju,H.P, Psikologi Remaja, 1
5
Panuju,H.P, Psikologi Remaja, 2
13
Elizabeth B. Hurlock juga mengatakan bahwa rentangan usia remaja
berada antara 13-21 tahun, yang dibagi pula dalam masa remaja awal usi 13 – 17
tahun, dan remaja akhir 17-21 tahun.6 Pengertian Remaja juga merupakan
manusia dengan rentang usia berkisar antara 12 -20 tahun.7 Pada masa remaja,
dialami pada saat remaja inilah yang mempunyai pengharu yang sangat besar
remaja mulai berpikir secara abstrak, idealis dan logis. Pada tahap perkembangan
ini remaja masih berorientasi pada dirinya sendiri, merasa dirinya diperhatikan
oleh orang lain atau dirinya menjadi pusat perhatian.9 Perkembangan psikososial
karena penerimaan oleh teman sebaya menjadi penting bagi remaja. Teman
sebaya merupakan tempat berbagi perasaan dan pengalaman, mereka juga menjadi
beragam dalam dirinya, sehingga hal itu pun turut membentuk dirinya dalam
relasi dengan orang lain. Relasi yang diciptakan oleh remaja berdasarkan pada
Monks dkk, memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Dengan
6
Panuju,H.P, Psikologi Remaja, 5-6
7
Gunarsa,Singgih Seri Psikologi. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan, 196
8
Gunarsa,Singgih Seri Psikologi. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan, 196
9
Gunarsa,Singgih Seri Psikologi. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan, 197
10
Gunarsa,Singgih Seri Psikologi. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan., 198
14
pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir.11 Anak remaja tidak mempunyai
tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk
golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak dan orang
dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi – fungsi fisik
maupun psikisnya. Ditinjau dari segi tersebut mereka masih harus menemukan
perkembangan, baik secara fisik maupun dalam relasinya dengan sesama. Pada
tahap ketika krisis identitas harus diselesaikan. Pencarian identitas diri mencapai
puncaknya pada fase adolsen, ketika remaja berjuang untuk menemukan siapa
dirinya. Artinya pada masa remaja ini menurut Erikson terjadi krisis identitas atau
remaja itu bisa positif dan bisa juga negatif. Identitas positif adalah keputusan
mengenai akan menjadi apa mereka dan apa yang mereka yakini. Sedengakan
identitas negatif adalah apa yang mereka tidak ingin menjadi seperti itu dan apa
menjadi remaja dengan segala kenakalannya atau jika lingkungannya baik, ia juga
13
akan ikut baik. Remaja yang masih dalam pencaharian jati diri akan sangat
mudah untuk di pengharui, sehingga setiiap penghari yang ada maka dia akan
11
F.J.Monks dan A.M>P Knoers. Psikologi Perkembangan:pengantar dalam berbagai
bagiannya (JogjaL Gadjah Mada University press), 262
12
F.J.Monks dan A.M P Knoers. Psikologi Perkembangan, 263
13
Alwisol, Psikologi Kepribadian,(Malang: UMM Press,2008), 98-99
15
secara langsung mengikuti pengharu tersebut, dan ini merupakan ciri-ciri umum
1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan – perubahan yang
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang
2. Masa remaja sebagai periode peralihan. Status remaja tidak jelas, keadaan ini
memberikan waktu pada remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
pereubahan pada tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri,
perubahan pada nilai – nilai yang dianut serta keinginan akan kebebasan)
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri, yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siap dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal tersebut
14
Gunarsa,Singgih. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, 218
15
Elizabeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan sepanjang rentang
kehidupan, edisi kelima, (Jakarta:Erlangga,1980), 206
16
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja sering memandang
kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan
di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu
perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja. Kecenderungan remaja akan
diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas dengan baik dan penuh
tanggungjawab.
Pada masa ini remaja sangat terbuka terhadap hal-hal atau ide-ide serta
identitas baru merupakan suatu proses yang penuh dengan coba-coba, yang
Pada masa ini remaja akan dituntut untuk membuat sejumlah keputusan dan
penting sangat mungkin terjadi dan mungkin saja tetap operatif sampai akhir
16
Nuhamara, PAK Remaja, 12
17
membuat sebanyak mungkin keputusan yang dapat membimbing kehidupan
Dalam perkembangan fisik remaja, ciri khas yang dapat dilihat adalah:
1. Masa remaja adalah masa pubertas, pada masa ini remaja baru mulai
mereka.18
2. Adanya kesadaran yang baru pada tubuh, pada perkembangan tahapan ini
remaja adalah masa dimana secara kuat dirasakan desakan atau dorongan
dalam perasaan seksual yang baru selama pubertas dan hal ini dapat menjadi
4. Mengacaukan hal – hal yang fisik dengan yang spritual. Masa remaja dapat
banyak remaja yang mengangap bahwa masalah fisik mereka juga merupakan
masalah spiritual.
17
Nuhamara, PAK Remaja, 13-14
18
Nuhamara, PAK Remaja, 34
19
Nuhamara, PAK Remaja, 37
20
Nuhamara, PAK Remaja, hlm 38
18
Pada masa remaja awal sering terjadi perkembangan dalam kesadaran dan
kedewasaan sosial yang sejajar dengan apa yang terjadi dalam perubahaan –
Pada masa remaja, dalam diri seorang anak mulai muncul keinginan serta
(orang tua) dan berusaha untuk membangun atau membentuk suatu identitas
yang terpisah dari orang tua atau tokoh otoritatif yang lain. Remaja dikuasai
Dengan menyesuaikan diri dengan kelompok Peer, remaja secara tidak sadar
sedang mencoba apakah mereka diterima atau tidak sebagai seseorang yang
terpisah dari rumah. pada masa remaja ini, remaja lebih memerlukan
dunia riil. Sekali mereka diterima dan merasa aman sebagai bagian dari
kelompok, maka sangat mungkin mereka mempunyai rasa percaya diri yang
kehidupan dari remaja dan mereka adalah hal yang krusial terhadap
21
Nuhamara, PAK Remaja,hlm 47
22
Nuhamara, PAK Remaja, 50
19
perkembangan remaja secara normal. Jikalau satu pilihan harus di buat
anatara teman dan iman, maka hampir pasti mereka akan memilih sahabatnya.
Iman bisa menjadi urutan kedua, sedangkan mempunyai sahabat adalah hal
sosial remaja ini timbul dorongan alamiah dari remaja untuk menuju
kemampuan bernalar secara lebih logis, berpikir secara konseptual atau abstrak
dan berpindah dari suatu abstraksi ke abstraksi yang lain. Selain itu remaja juga
dapat menduga dengan banyak kemungkinan akibat dari apa yang ingin
dilakukan. Mereka dapat menyimpan banyak hak didalam benaknya, serta dapat
mengambarkan emosi sebagai aspek yang dramatis dan menggagu, padahal perlu
di akui bahwa kebanyakan kehidupan emosi remaja sebenarnya tenang dan justru
sebenarnya lebih merupakan gejala atau karakteristik sekunder dari pada sebagai
23
Nuhamara, PAK Remaja, 52
24
Nuhamara, PAK Remaja, 60
25
Nuhamara, PAK Remaja, 75-76
20
akan menunjukannya dalam berinteraksi dengan orang-orang yang ada di
sekitarnya, relasi yang tercipta antara remaja dan lingkungan inilah akan sangat
yang dialami remaja ini juga termasuk membentuk kepercayaan dalam dirinya,
sehingga hal itu yang mampu mengerakan dia menjadi yang baik.
2.2 SPIRITUAL
Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal
dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti napas. Selain itu kata spiritus dapat
mengandung arti sebuah bentuk alkohol yang dimurnikan, sehingga spiritual dapat
diartikan sebagai sesuatu yang murni. Kata spiritual bisa diartikan sebagai energi
kehidupan, yang membuat kita dapat hidup, bernapas dan bergerak termasuk
pikiran, perasaan, tindakan dan karakter kita pada tataran konseptual. 26 Menurut
Johnston dalam Engel spiritual diartikan sebagai nilai diri. Spritual atau nilai diri
dirinya. Maksudnya ialah orang harus bisa mengasihi dan menghargai dirinya
sendiri jika dia mau dia harus mencintai dan menghargai orang lain. 27 Dengan
spiritual yang dimiliki, seseorang harus menghormati diri sendiri dan mau
mengakui dirinya.
pengalaman, dan nilai sikap. Nilai Kreatif adalah apa yang dapat diberikan kepada
dunia melalui dimensi spritual. Nilai pengalaman adalah apa yang dapat individu
terima dari dunia melalui dimensi spritual. Sedangkan nilai sikap adalah
26
Krauss Stephen Hood Jr., Ralph W, ”Religion, Spirituality, Conduct of life: Manners
Customs” International Series in the Psychology of religion. Vol 16, 8-9, 2013.
27
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, iii
21
kesadaran untuk mengubah sikap seseorang terhadap keadaan yang akan berubah
melalui dimensi spritual.28 Yang paling penting dari spiritual adalah penghargaan
akan diri dan nilai diri yang disebut sebagai harga diri spiritual mempunyai
kemampuan diri tetapi juga mengakui kelemahannya serta rasa hormat dari dan
terintegrasi dalam aspek self efficacy sebagai kemampuan diri dan self respect
sebagai nilai diri. Self respect berhubungan dengan kepercayaan nilai diri bahwa
adalah reputasi seseorang dalam perspektif diri sendri. Secara konseptual menurut
28
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, 2
29
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, 6
30
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, 8
31
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling,11
22
yang menggambarkan kemampuan diri spritual dalam mengatasi tantangan hidup
dan perasaan nilai diri spiritual untuk mencapai kebahagiaan. Reputasi ini
dibangun dalam enam pilar harga diri spiritual sebagai suatu konsistensi dan
disiplin spiritual. Keenam pilar ini sebagai karakteristik harga diri sehat yang
diri juga berhubungan dengan kemampuan berpikir dan terbuka untuk setiap
tidak nyaman atau mengancam, tidak hanya relaitas ekternal, tetapi juga
sensasi yang berbeda antara pikiran, emosi dan tindakan dalam rangka
diri, dan itulah kekuatan spiritual yang dimiliki. Penerimaan diri sebagai
32
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling,12
33
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, 18-19
23
kekuatan spiritual dalam logo konseling meyakinkan setiap orang mengenali
telah dicapai, serta berani mengambil tangung jawab baik terhadap suatu
dengan tujuan, nilai, dan prestasi yang ingin dicapai. Hal ini juga
dalam diri, terkait sejumlah apresiasi, cita-cita, harapan dan nilai-nilai yang
ingin dicapai, dai itulah kekuatan spiritual yang dimiliki. Ketegasan diri
34
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, 19-21
35
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, 21-22
24
4. Tujuan hidup. Tujuan hidup berhubungan dengan menetapkan tujuan jangka
setiap individu yang mempunyai harkaat dan martabat untuk mencapai makna
pengendalian diri terhadap pilihan dan tindakan untuk suatu pencapain tujuan
hidup, kebahagian, dan nilai – nilai yang dimilikinya. Tanggung jawab diri
adalah nilai – nilai sikap untuk mengembangkan evaluasi diri yang seimbang.
tanggung jawab diri agar terhindar dari konflik peran, bekerja tepat waktu
kemampuan berpikir dan perasaan secara tulus, jujur, dan benar. Integritas
diri adalah penghargaan dan nilai diri yang berhubungan dengan kepribadian,
36
Jacob Daan Egel, Nilai dasar Logo Konseling, 22-23
37
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar logo Konseling, 24-25
25
perkembangan psikologisnya. Integritas diri menjadi signifikan dengan
menigkatkan integritas diri. Selain harga diri spiritual yang sehat, spiritual
2.3 KARAKTER
format dasar, sidik seperti dalam sidik jari. Tentang ambiguitas termibologi
sebgaai dua hal, yaitu pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan
begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri
kita. Karakter yang demikian ini dianggap sesuatu yang telah ada dari dulu.
Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana
seorang individu mampu menguasai kondisi tertentu. Karakter yang demikian ini
watak atau ciri khas seseorang sehingga ia berbeda dengan orang lain.
Yunani ethikos (etika) adalah serumpun kata sifat dengan etos, yang merupakan
38
Doni, Koesoema. Pendidikan Karakter: strategi mendidik anak di zaman Global,
(Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007), 90-91
26
karakter (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2003). Aristoteles juga dilihat
karakter yang baik sebagai kehidupan yang lurus – benar melakukan dalam
kaitannya dengan orang lain dan dalam hubungannya dengan diri sendiri.
Pandangan ini didukung oleh Nucci dan Wynne dan Walberg. Aristoteles
menyatakan bahwa Karakter terdiri dari kebajikan moral, ini yang berorientasi diri
kebajikan (seperti pengendalian diri dan moderasi) serta kebajikan lainnya yang
berorientasi.
terdiri dari nilai-nilai yang berlaku, menjadi nilai-nilai dalam tindakan dan bahwa
(disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang
didasarkan pada sistem nilai yang diketahui, dihargai, dinyatakan dan hidup
39
biasa." Beberapa ahli teori, khususnya di bidang psikologi, melihat karakter
sebagai akumulasi dari sifat-sifat atau kebiasaan yang diperlukan untuk menjalani
atau ciri-ciri, terutama karakteristik dari sikap moral, sosial dan keagamaan dari
orang. Psikolog positif mendefinisikan karakter dalam hal sifat-sifat positif yang
muncul antar budaya dan sepanjang sejarah penting bagi kehidupan yang baik.
Karakter ini juga dianggap sebagai terdiri dari kebiasaan. Baumrind menyatakan
39
Rouslyn de Braine, journal: leadership, character and its development, (Dep Human
resource management University of Johannesburg,2007), 2.
27
bahwa "karakter mengacu seperti kebiasaan positif dan dibudidayakan seperti
tanggung jawab sosial, komitmen moral, disiplin diri dan ketegasan dimana
konstelasi seluruh orang yang dinilai tidak kekurangan, memadai, atau teladan."
(value) yang mengacu pada kualitas moral seorang pemimpin yaitu Spiritual
setiap orang sebagai inti Kekuatan (power) dalam kepribadian dan bukan bagian
yang terpisah dari kepribadian.41 Oleh karena itu, karakter pemimpin didefinisikan
perasaan dan perilaku seorang pemimpin.42 Inti karakter terdiri atas 6 (enam)
seseorang dalam terang bukti; menimbang semua bukti yang cukup; Cinta
40
Rouslyn de Braine, journal: leadership, character and its development, 4
41
Rouslyn De Braine, “Leadership, Characte, 2.
42
Park, N., Peterson, C., & Seligman, M. E. P, 613.
43
Rouslyn De Braine, “Leadership, Character, 2-3.
28
belajar (meng-up-date-kan diri): menguasai keterampilan baru, wawasan,
yang bijaksana untuk orang lain; memiliki cara untuk melihat dunia yang
tantangan, kesulitan, atau sakit; berbicara untuk apa yang benar bahkan
jika ada oposisi; bertindak atas keyakinan bahkan jika tidak populer;
kebenaran tetapi lebih luas menyajikan diri dengan cara yang tulus dan
yaitu melakukan perbuatan baik bagi orang lain; membantu dan merawat
yaitu menyadari motif dan perasaan lainnya orang dan diri sendiri;
29
4. Keadilan meliputi: Kerjasama tim (tanggung jawab sosial, loyalitas) yaitu
bekerja dengan baik sebagai anggota kelompok dalam tim; menjadi setia
kelompok.
melakukan hal-hal yang mungkin nanti akan menyesali diri sendiri; Self-
kedepan.
atau kinerja dalam berbagai bidang kehidupan; Rasa terima kasih yaitu
30
future orientation) yaitu mengharapkan yang terbaik di masa depan dan
memiliki koherensi keyakinan tentang tujuan yang lebih tinggi dan makna
berikut44:
membutuhkan etika untuk suatu penilaian baik atau buruk; Pemahaman diri
pemahaman tentang apa artinya moral dan mengapa kita harus bermoral.
Belajar tentang apa yang dianggap baik sebagai alasan moral dan
b. Moral feeling meliputi hati nurani yaitu perasaan dari kewajiban moral untuk
harga diri yang sehat membantu kita untuk menghargai diri kita sendiri dan
44
De Braine, “Leadership, Character, 3-4.
31
tidak terlalu tergantung pada persetujuan orang lain. Diri yang positif memiliki
memahami orang lain secara emosional dari sudut pandang mereka; Mencintai
moral untuk melakukan apa yang kita pikirkan. Dibutuhkan kemauan untuk
menjaga emosi di bawah kendali akal. Dibutuhkan kemauan untuk melihat dan
tugas sebelum kesenangan. Will adalah inti dari keberanian moral; Kebiasaan
memimpin dengan contoh sebagai panutan dan teladan, memungkinkan orang lain
yaitu perkataan yang benar dan yang dapat dipercaya dalam kondisi apapun.
Konsistensi kata-kata dan tindakan, demikian pula setia dalam hal-hal kecil,
32
dalam tanggung jawab yang besar tetap setia; Kerajinan yaitu karakter dan
kemampuan yang menghasilkan kualitas kerja yang tinggi, ketiga hal tersebut
menempatkan diri pada posisi orang lain untuk memahamiapa kebutuhan mereka
perspektif yang seimbang dan membangun rasa hormat dari orang lain; Kesetiaan.
Kesetiaan kepada diri sendiri, orang lain dan atau lembaga menggambarkan citra
dan komitmen diri untuk membantu orang lain berdasarkan cinta; Optimisme
secara konsisten dan memberikan orang kesempatan yang sama; Belas Kasihan
layanan dalam konsep kasih, tanpa pamrih peduli sekitar. Bersifat universal dan
Ketekunan, ketekunan adalah keinginan bawaan atau gairah untuk Anda ingin
mencapai sesuatu; Percaya Diri Meyakinkan orang lain untuk setiap keputusan
yang diambil dan membuat percaya diri, apakah itu baik atau buruk; Kerendahan
Hati jangan pernah berpikir bahwa Anda lebih besar atau lebih baik daripada yang
lain, selalu menempatkan diri dalam sikap belajar; Pemahaman Diri tahu kekuatan
dan kelemahan serta jujur dengan diri sendiri; Inisiatif Bercita-cita menjadi apa
atas prakarsa sendiri; tidak perlu menunggu orang lain untuk mengembangkannya;
Konsistensi Apakah Anda bertindak benar atau salah; Kreativitas modifikasi diri,
33
mempunyai ide-ide baru dan inovatif; Spiritualitas menggambar kekuatan diri
(power), melampaui diri sendiri, menyikapi situasi fisik, psikis dan seksual.
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan pe-
ngamalan nilai secara nyata. Inilah rancangan pendidikan karakter (moral) yang
oleh Thomas Lickona disebut moral knowing, moral feeling, dan moral action.
mewujudkan mahasiswa menjadi manusia yang memiliki hati nurani yang kuat,
rasa empati pada orang lain, suka pada kebaikan, memiliki kontrol diri dan rasa
rendah hati kepada orang lain. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh
moral feeling antara lain memiliki hati nurani, harga diri, rasa empati, suka
terhadap kebaikan, dan memiliki kon- trol diri, dan memiliki rasa kerendahan
hati.45
2.4.1 Pendidikan
melihat terlebih dahulu apa itu pendidikan. Secara etimologi, istilah pendidikan
dalam bahasa Indonesia, diambil atau terjemahan dari bahasa Inggris, education,
yang sebenarnya juga diambil dari bahasa Latin, ducere, yang berarti
membimbing (to lead). Tambahan awalan “e” berarti keluar (out). Dengan
45
Mutaqin, Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran berbasis projek
untuk meningkatkan soft skill mahasiswa
34
demikian, arti kata pendidikan adalah suatu tindakan membimbing keluar.46
sebagai suatu usaha sengaja, sistematis, dan terus menerus untuk menyampaikan,
– keahlian, atau kepekaan – kepekaan juga setiap akibat dari usaha itu.47 Selain itu
pendidikan juga dapat dilihat dari perspektif kebudayaan yaitu sebagai seluruh
itu, Groome melihat hal lain dari pendidikan yaitu hakikat dari pendidikan sebagai
suatu kegiatan politis yakni membawa manusia untuk dapat melihat warisan masa
lampau dan dapat digunakan secara kreatif untuk melewati masa kini dan menuju
terpusat pada kemampuan otak (aspek kognitif), melainkan juga soft skill dan
hard skill. Soft skill adalah kemampuan mengembangkan diri. Sedangkan hard
cara yang dapat dilakukan untuk memberdayakan manusia baik melalui keluarga,
masyarakat dan sekolah. Dalam konteks penelitian ini maka Pendidikan Agama
35
Pendidikan ada berbagai jenisnya, sehingga Groome menyebut bahwa
pendidikan yang bersifat baik keagamaan dan pendapat dari Groome ini
agamawi itu dilakukan oleh persekutuan iman Kristen (Orang Kristen) dari
Pendidikan Agama Kristen sebagai usaha sadar dan terencana untuk meletakan
dasar Yesus Kristus dalam pertumbuhan iman Kristen dengan cara mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
adalah pencarian yang transenden namun jauh melebihi komunitas atau tradisi
yang dimiliki.52 Penekanan yang diberikan oleh Groome ini, ingin menunjukan
bahwa tidak ada satu tempat khusus yang dapat dijadikan sebagai tempat
Kristen juga didefenisikan dengan suatu usaha yang dilakukan untuk membawa
anak didik dalam pengenalan kepada Tuhan Yesus dan menjadikan mereka yang
mereka berada.
50
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen, (Jawa Barat: Jurnal
info media,2007),23-25.
51
Harianto, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab dan dunia masa kini, (Yogyakarta:
ANDI,2008), 52
52
Thomas Groome, Pendidikan Agama Kristen, 36.
36
Tujuan dari suatu usaha sangatlah penting termasuk usaha PAK, sebab
tanpa tujuan sulit bagi setiap pelaksana PAK untuk mengarahkan dan memberikan
membagi pengertian dari tujuan itu atas 3 bagian yaitu aims,goals dan
objectives.53 Goals adalah tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu
tertentu. Objectives, tujuan yang hendak dicapai dalam satu proses belajar
mengajar dalam satu kali tatap muka. Aims, tujuan yang diusahakan untuk dapat
dicapai pada akhirnya. Pengertian ini juga dapat disebut sebagai ultimate aims
atau tujuan akhir/mutlak. Tujuan seperti ini adalah sesuatu yang ideal dan
mungkin saja tidak dapat dicapai kini dan disini, tetapi setidak – tidaknya
diusahakan agar terwujud dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu itu
mencapai tujuannya.
Ada berbagai macam tujuan akhir (aims) yang dirumuskan oleh beberapa
ahli yaitu:
Kristus.54 James Smart merumuskan tujuan akhir dari pendidikan agama Kristen
adalah Allah dapat bekerja dihati mereka yang diajar, untuk menjadikan mereka
murid – murid yang meyakinkan baik dengan kata – kata maupun perbuatan
53
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen, 29.
54
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, ,31
55
Daniel Nuhamara Pendidikan Agama Kristen,30
37
antara lain adalah: “untuk membimbing individu – individu pada semua tingkat
serta pengalaman akan tujuan serta rencala Allah dalam Kristus melalui setiap
aspek kehidupan, dan juga untuk memperlengkapi mereka demi pelayanan yang
efektif.56
berikut:
1. Pendekatan keluarga
melanda Amerika. Pandangan dari tokoh revevalis pada saat itu adalah
kurasakan total manusia, maka anak – anak tidak dapat bertumbuh dalam
baru (Born again). Bushnell melihat bahwa anak – anak akan menunggu
waktu yang lama untuk menjadi lahir baru sehingga ia melihat bahwa
mereka memerlukan asuhan dan didikan sebagai orang Kristen sejak awal.
Asuhan tersebut dapat berjalan apabila orang tua telah lebih dulu memiliki
iman bagi dirinya sendiri; lalu ajarkanlah itu kepada anak – anak dengan
keluarga adalah sumber utama pendidkan Kristen maka orang tua harus
56
Daniel Nuhamara Pendidikan Agama Kristen,30
38
bertanggung jawab menciptakan iklim yang benar – benar Kristen dalam
keluarga tersebut.57
karakter yang ditunjukan oleh orang tua akan secara langsug dicontohi
oleh anak, karena kebiasaan atau karakter yang ditunjukan oleh orang tua
Selain itu Laurence Steinberg juga mengatakan bahwa orang tua harus
memiliki pendirian yang kuat pada otoritas moral mereka yang memiliki
hak untuk dihormati dan dipenuhi. Ia menemukan bahwa remaja dan orang
tua yang bijaksana adalah remaja yang paling percaya diri, gigih, dan
ekonomi, dan sosialisasi pada anak. Oleh sebab itu mereka mendefenisikan
57
Daniel Nuhamara Pendidikan Agama Kristen, 115.
58
Thomas Lickona, Charcter Matters¸50
59
Thomas Lickona, Charcter Matters¸50
39
memilih cara hidup berkeluarga dibandingkan harus hidup
sendiri.60
2. Pendekatan Konseling
Kristen, bukan hanya sebagai proses melainkan juga isi. Isi yang utama
60
Kathryn dan David Geldard, Konseling Keluarga, 79
61
Kathryn dan David Geldard, Konseling Keluarga, 80
62
Kathryn dan David Geldard, Konseling Keluarga, 81
40
dari pendidikan agama Krsiten haruslah ditemukan dalam relasi – relasi
sependapat dengan Bushnell hanya saja Coe melihat jauh lebih luas,
orang tua. Hal ini dapat menyebabkan ia kurang memiliki identitas yang
buruk maka ia akan mudah bersosialisasi dengan hal – hal yang buruk
dalam masyarakat.64
iman adalah yang mendidik, karena itu Pendidikan Agama Kristen harus
dipahami dalam konteks misi seluruh gereja. Setiap insan baik sadar atau
konseling, yaitu:66
41
orang itu opda suatu keutuhan dan menuntun ia ke arah yang
Allah.
pelayanan konseling.
3. Pendekatan Spiritual
42
antropologi dari pada sosiologi oleh sebab itu Coe berpendapat bahwa
kelompok sosial. Secara tidak langsung orang akan bertumbuh dalam iman
sudah tidak cocok lagi dan harus diganti dengan “persekutuan iman-
peranan dalam melakukan hal ini, gereja perlu untuk mengambil peran dan
teologis, dan etis. Gereja dapat menyatukan antara liturgi dan belajar
67
Thomas Groome, Pendidikan Agama Kristen, 174-175
68
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, 122-123
43
mementingkan adanya komunitas iman dalam melakukan pendekatan
pendekatan satu tubuh. artinya bahwa ada hubungan yang organis antara
para anggota satu sama lain, selain itu ada saling melayani, tergantung,
adalah suatu persekutuan iman dimana ada unit yang terkecil mulai dari
merupakan tubuh Kristus tidak pernah berhenti dalam pencarian jati diri
dimensi spiritual, yang dimaksudkan disini dari dimensi spiritual meliputi potensi
diri, aktifitas diri, dan evaluasi diri. Dimensi – dimensi tersebut sebagai suatu
1. Potensi diri
untuk mengatasi keadaan paling luar biasa dalam hidup, mengendalikan dan
mengembangkan diri menjadi pribadi yang mendiri dan mampu. Hal ini
setiap pribadi setiap individu, bahwa mereka bernilai di hadapan orang lain,
69
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, 125
70
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, 27
44
layak mendapat dukungan keluarga, menjadi harapan satu-satunya
2. Aktifitas diri
Apa yang dapat diterima setiap individu untuk membantu dirinya dalam
3. Evaluasi diri
terhadap penyesuaian, introspeksi untuk membuka diri terhadap hal – hal baru
jawab pribadi setiap individu sebagai agent of change dan peranannya dalam
tetapi dalam kegagalan dan kesalahan pun harus diterima sebagai evaluasi
71
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, 27 -28
72
Jacob Daan Engel, Nilai Dasar Logo Konseling, 28-29
45
diri, melakukan introspeksi dan penyesuaian untuk suatu perubahan sikap dan
perilaku sehat. Kesadaran untuk dapat mengubah sikap pribadi setiap individu
Selain tiga dimensi yang ada di atas, Eka Damaputra juga memberikan 5
kebenaran dari pokok-pokok ajaran imannya. Kedua, Dimensi praktis, terdiri dari
dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan sebagai suatu ibadah yang
ritual adalah bentuk pengulangan tentang pengalaman agama yang pernah terjadi
pada masa awal pembentukan agama itu sendiri. Sedangkan yang dimaksudkan
dengan devotional adalah ibadah yang dilakukan baik secara pribadi maupun
subyektif dengan Allah. Dengan kata lain, mengalami kehadiran dan karya Allah
sering kita kenal dengan dogma, doktrin atau ajaran gereja. Hal ini tentu saja
untuk menjadi semakin yakin dan percaya apabila ia mengetahui apa yang
46
mencakup perilaku, tutur kata, sikap dan orientasi hidupnya. Berhubungan
bahwa apa yang diajarkan oleh agamanya adalah benar adanya. Kelima dimensi
mempunyai peran penting dalam pencarian jati diri remaja Kristen termasuk
dikemukan oleh masing – masing ahli tersebut, maka salah satu pendekatan yang
sosialisasi karena tidak dapat dihindari bahwa kepribadian seseorang hanya dapat
berhasil jika dilakukan dengan proses sosialisasi, selain itu, perlulah disadari
Nelson dan Westherhoff mengatakan bahwa komunitas iman adalah yang penting
adalah komunitas pertama yang terbentuk dan tugas selanjutnya adalah bagaimana
Pendidikan Agama Kristen terhadap remaja haruslah dilakukan oleh orang yang
memperhatikan kondisi serta kebutuhan rill dari remaja. Kriteria pelayan remaja
47
atau pelaksanaan PAK remaja menurut Rice yang dikutip oleh Nuhamara adalah
sebagai berikut:74
mengesampingkan kedewasaannya.75
mereka.76
3. Harus dapat dan bersedia memberikan waktu yang cukup bagi remaja/ full
time job
Pelayan remaja menuntut banyak hal, karena itu seorang pemimpin remaja
memerlukan kretifitas yang tinggi agar dapat menarik minat dari para remaja.
74
Nuhamara, PAK Remaja, 18
75
Nuhamara, PAK Remaja, 19
76
Nuhamara, PAK Remaja, 23-27
77
Nuhamara, PAK remaja, 27-28
48
Jikalau kreatifitas yang dimiliki kurang atau terbatas maka dia harus mencari
sumber – sumber lain yang ada disekitarnya. Seperti, bahan – bahan cetak
atau elektronik, tenaga profesional seperti guru atau konselor bahkan juga
agar mereka mempunyai kesempatan untuk menjadi pola yang mereka bisa
tiru, hal ini dikarenakan remaja sedang dalam proses meninggalkan masa
Berdasarkan hal ini maka PAK Remaja bukanlah sesuatu yang mudah,
karena kriteria seorang pelayan remaja haruslah memiliki kriteria yang full
time serta bersedia menjadi role model bagi remaja. Jadi, melihat klasifikasi
PAK remaja yang harus dimiliki oleh pelayan remaja, maka penulis
menyimpulkan bahwa PAK Remaja adalah PAK yang harus dimulai dari
kebutuhan dan minat remaja yang rill untuk menjawab kebutuhan mereka,
kebutuhan yang dimiliki oleh remaja tentunya berbeda – beda. Oleh sebab itu
pelayan remaja juga harus mampu untuk melihat hal tersebut. PAK Remaja
remaja dapat berfungsi untuk mengarahkan remaja menjadi remaja yang takut
akan Tuhan dan beriman. PAK kategorial remaja juga merupakan pembinaan
warga gereja yang harus berkaitan dengan kehidupan spiritual, apalagi pada
49
kepada sesuatu hal yang dijadikan sebagai rutinitas (pergi ke gereja) dan
kemudian masalah yang ada pada mereka selesai. Tetapi bagaimana energi
kehidupan positif mengarahkan mereka pada perilaku positif. Selain itu PAK
50