Anda di halaman 1dari 38

Pengertian

• Terbentuk dari bahasa Yunani : Pharmakon


(obat/racun) dan “kinesis” (pergerakan)
• Merupakan perjalanan obat pada tubuh untuk
mencapai tempat aksi , metabolisme, dan
ekskresi obat.
• Terdiri dari: absorbsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), ekskresi.
1. Absorbsi
• Merupakan proses sejak obat masuk ke
tubuh sampai obat masuk ke sirkulasi darah
• Onset aksi obat tergantung pada kecepatan
absorbsi
• Intensitas obat tergantung seberapa banyak
obat dapat masuk ke sirkulasi darah
• Faktor2 yg mempengaruhi absorbsi obat
diantaranya:
Faktor yg mempengaruhi…
a. Kecepatan kelarutan obat
b. Cara pemberian obat (berkaitan dg luasnya
tempat absorbsi)
c. Banyaknya aliran darah yg mengalir ke tempat
pemberian obat
d. Fungsi gastrointestinal
e. Kelarutan dengan lemak (semakin larut semakin
cepat)
f. Adanya obat / makanan lain yg menyertai
g. Dll.
Cara (route) Pemberian obat
&Karakteristiknya
a. Enteral (via gastrointestinal)
b. Parenteral (IV, IM,SC)
• Setiap cara pemberian obat berbeda
kecepatan absorbsinya
• Hal ini berkaitan dg barier pd masing2
route yg berbeda
• Terdapat keuntungan dan kerugian di dlm
setiap route pemberian obat
Intravena
• Barrier absorbsi: tidak ada
• Pola absorbsi: semua dosis obat yg
diberikan langsung diabsorbsi
• Keuntungan: absorbsi terkontrol,dapat
menggunakan cairan dlm jumlah yg
banyak, meminimalkan injuri akibat
obat2an yg iritatif
• Kerugian: mahal, agak sulit dilakukan,
kurang nyaman
Ireversibel (hrs diberikan sangat pelan), dapat
terjadi kelebihan cairan, risiko infeksi (jaga
sterilitas), risiko emboli (perhatikan sifat
larutan, larutkan obat dg benar, hindarkan
melakukan spooling)
Intramuscular / Subkutan
• Barrier absorbsi: dinding kapiler  barier yg tidak
terlalu signifikan
• Pola absorbsi: dapat diserap dengan lambat atau
cepat. Dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air
(semakin larut semakin cepat  bisa mencapai
10-30 menit) dan banyaknya darah yg mengalir ke
tempat penyuntikan.
• Keuntungan: route yg baik untuk obat yg
kelarutannya kurang, cocok untuk obat yg
diberikan bertahap dlm jeda wkt dan efek yg lama
• Kerugian: kurang nyaman, dapat terjadi injuri
jaringan lokal (saraf, otot,subkutan)
Per Oral (PO)
• Barrier absorbsi: lapisan epitel
gastrointestinal dan dinding pembuluh
darah / kapiler.
• Pola absorbsi: dipengaruhi oleh faktor: 1)
kelarutan dan stabilitas obat; 2) pH lambung
dan usus; 3)waktu pengosongan lambung;
4) makanan yg ada di usus; 5) pemberian
obat lain; 6) lapisan obat
• Keuntungan: mudah, nyaman dan tidak
mahal, lebih dianjurkan untuk pengobatan
tanpa bantuan, lebih aman dibandingkan
parenteral (tidak berisiko infeksi, emboli
dan kelebihan cairan), reversibel
• Kerugian: variabilitas (tidak selalu
cepat/lambat dan lengkap pada setiap
orang)  sulit untuk mengontrol
konsentrasi, onset, durasi dan intensitas
respon tubuh terhadap obat; inaktivasi
beberapa jenis obat oleh HCL & enzim
…, pasien harus dalam kondisi sadar dan kooperatif,
dan mampu menelan, dapat menimbulkan iritasi
lokal ( iritatif pada saluran GI sehingga bisa
menimbulkan mual, muntah dan rasa tidak
nyaman)
Route Obat tambahan
• Topikal : terapi lokal pd kulit, mata, telinga,
hidung, mulut dan vagina.
• Inhalasi: untuk memperoleh efek lokal pd
paru2 (obat asma, anaestesi, oksigen)
• Supositoria rektal: untuk efek lokal/sistemik
• Supositoria vaginal: efek lokal
• Penyuntikan langsung pd jaringan tertentu
(jantung, sendi, saraf, SSP)
2. Distribusi
• Distribusi merupakan perpindahan molekul
obat dalam tubuh.
• Distribusi sangat tergantung pada 3 faktor
utama, yaitu: keadekuatan sirkulasi darah
ke jaringan tertentu,kemampuan obat untuk
keluar dari pembuluh darah, kemampuan
obat untuk masuk ke dalam sel.
a. Aliran darah ke jaringan
• Thp I distribusi: obat dibawa oleh darah ke suatu
jaringan atau organ tubuh
• Kecepatannya sgt dipengaruhi ol: aliran darah
dan perfusinya ke dlm jaringan tsb.
• Pd abses tdk ada perdarahan internal 
antibiotik tdk dpt mencapai bakteri target yg ada
di dalam pus  perlu drainase abses
• Pada tumor yg padatperdarahan ke arah dalam
tumor semakin terbatas  lebih resisten
terhadap obat
b. Keluar dari pembuluh darah
• Obat keluar melalui dinding kapiler untuk
dimetabolisme dan diekskresikan
• Obat keluar melalui pores atau menembus
langsung dinding kapiler (tergantung sifat
obat)
• Pd barier blood-brain, hanya obat yg larut
lemak dan memiliki kemampuan transport
aktif lah yg dpt menembus bariernya.
• Hal ini dikarenakan kapiler pd SSP tersusun
oleh tight juntion yg sempit pada sela antar
sel kapiler.
• Kondisi ini menguntungkan karena dapat
melindungi otak dari injuri akibat toksin ttt.
• Akan tetapi dpt menghambat pula distribusi
obat ke otak, cth antibiotik untuk infeksi pd
SSP.
• Tight juntion tidak terbentuk sejak lahir 
neonatus lebih mudah terkena racun pada
SSP.
• Pada plasenta, terdapat barrier antara darah
ibu dan janin. Tapi, barier ini bukan
penghalang absolute untuk distribusi obat.
• Obat yg larut lemak, non ionisasi/non polar
dan tidak berikatan dg protein  dpt
menembus barier plasenta melewati
kapiler janin  masuk ke darah janin
• Jika janin sdh terpapar dg obat  dpt
menimbulkan efek yg buruk (ex. Heroin,
anaestesi/analgetik, thalidomide, dll)
• Obat dapat berikatan dengan protein tubuh,
terutama albumin (protein terbanyak dalam
plasma).
• Albumin merup molekul yg besar  tidak
dapat pindah ke luar pembuluh darah
• Ikatan obat dan protein bersifat reversibel
• Banyaknya molekul obat yg terikat protein
tergantung interaksi antara albumin dan
obat (warfarin 99% terikat; gentamisin
10% terikat)
3. Metabolisme
• Merupakan perubahan enzimatik struktur
obat (biotransformasi)
• Tempat: Hepar
• Obat dimetabolisme di hepar pada sistem
enzim mikrosomal hepatik, yg dikenal dg
sistem P-450 (sitokrom P-450)
• Obat tidak saja mengalami katabolisme
tetapi juga anabolisme
Hasil metabolisme obat
1. Percepatan ekskresi obat oleh renal
2. Inaktivasi obat
3. Peningkatan aksi terapeutik
4. Aktivasi pra obat
5. Peningkatan atau penurunan toksisitas.
(1) Percepatan ekskresi obat oleh
renal
• Merup Hasil penting dari metabolisme obat
• Metabolisme membuat obat yg
kelarutannya tinggi dg lemak  menjadi
lebih polar  molekul obat banyak dalam
pembuluh darah  mudah masuk ke dalam
renal  diekskresikan ke dlm urin
(2) Inaktivasi Obat
• Metabolisme obat pun menghasilkan bentuk
inaktifnya, ex. Procain  PABA

(3) Peningkatan aksi terapeutik


Metabolisme merubah molekul obat menjadi
molekul yg efek terapeutiknya lebih besar.
Ex. Codein  Morphin
(4) Aktivasi Pro obat
Metabolisme mengaktifkan bentuk obat
sehingga memiliki efek terapeutik. Ex
diazepam  desmethildiazepam
(5) Peningkatan atau Penurunan
Toksisitas
Ex. Acetaminophen
Faktor2 yg mempengaruhi kecepatan
metabolisme
1. Usia
2. Induksi metabolisme obat – enzim
3. First-pass efect (kecepatan hepar
menonaktifkan obat oral tertentu)
4. Status nutrisi
5. Kompetisi antar obat
4. Ekskresi
• Merupakan proses pengeluaran obat dari
dalam tubuh
• Pengeluaran dalam bentuk: urine, empedu,
keringat, ASI, saliva, udara ekspirasi
• Ekskresi dibagi ke dalam 2 route: Renal dan
non renal
a) Ekskresi Route Renal
• Route yg paling utama
• Hasil akhir: urine
• Jika ginjal sehat  durasi obat dan aksinya akan
dibatasi mencegah toksisitas.
• Proses dalam ekskresi renal:
1. Filtrasi glomerulus
2. Reabsorbsi pasif tubulus
3. Sekresi aktif tubulus
Filtrasi glomerulus

• Cairan, molekul2 kecil termasuk obat


masuk dari glomerulus ke kapsul
bowman tubulus sebagai hasil
filtrasi glomerulus(filtrat)
• Obat yg terikat dg protein tetap berada
di dalam glomerulus (tidak menjadi
filtrat)
Reabsobsi pasif tubulus
• Darah yg berasal dari glomerulus dialirkan
ke suatu kapiler yg mengarah ke proksimal
tubulus dan distal tubulus
• Konsentrasi obat yg ada dl kapiler tsb <
dibandingkan dg konsentrasi obat dl tubulus
terjadi gradien konsentrasi  obat yg
larut lemak melakukan penetrasi membran
untuk masuk kembali ke kapiler (reabsorbsi
pasif)
Sekresi aktif tubulus
• Melibatkan cara transport aktif
• Asam dan basa organik dari dalam kapiler
melakukan transport aktif ke dalam tubulus
• Kemampuan pompa transport aktif
memiliki kapasitas yg tinggi
Faktor2 yg mempengaruhi ekskresi
Renal
• Ionisasi yg tergantung terhadap pH: biasa dilakukan
untuk mengeluarkan efek toksik obat dg cara
memanipulasi urin. pH urin ditingkatkan / diturunkan
untuk mengurangi reabsorbsi pasif
• Kompetisi Transport aktif tubulus: jika obat yg
diberikan bersamaan dan memiliki sistem transport yg
samamemperlambat ekskresi obat (yg memang
diharapkan memliki efek yg lama dl darah).Ex.
Penicillin+probenecid
• Usia: new born dan infant ginjalnya masih belum
berkembang baikfungsi ekskresi <<
b) Ekskresi route non renal
• ASI  untuk obat yg larut lemak dan non
protein-binding
• Empedu dpt diekresikan ke dlm feses or
ikut sirkulasi enterohepatik
• Saliva dan keringat  tidak memiliki efek
terapeutik atau toksik yg signifikan
• Paru2 anaestesi volatil dikeluarkan
melalui ekshalasi
Rangkaian Waktu Respon Obat
A. Kadar Obat dl Plasma
• Merupakan pemeriksaan laboratorium untuk
mengukur jumlah obat dalam darah dalam waktu
tertentu
• Merefleksikan dosis, absorbsi, kecepatan
metabolisme, waktu paruh dan ekskresi
• Minimum effective concentration (MEC):kadar
obat dalam plasma dimana belum muncull efek
terapeutiknya.
• Toxic concentration: dosis obat yg berlebihan dan
menimbulkan toksisitas
• Konsentrasi toksis tjd akibat pemberian dosis
besar tunggal, pengulangan dosis, kecil, atau
lambatnya proses metabolisme obat.
• Kadar obat dlm plasma juga merefleksikan onset,
puncak dan durasi obat.
Pd obat dosis tunggal  onset obat: pada saat kadar
obat dlm plasma mencapai MEC
• Puncak aksi obatpd saat obat mencapai
konsentrasi tertinggi dalam darah
• Aksi obat berhenti saat konsentrasinya di bawah
MEC
• Durasi obat:waktu dimana kadar obat berada pada
dan di atas MEC
Pada dosis multiple:
• Obat diberikan dengan tujuan menjaga agar
level obat tetap berada di dalam range
terapeutik dan mencegah efek toksis
Waktu Paruh Obat
• Waktu paruh obat: waktu yg dibutuhkan
untuk menurunkan kadar obat dalam darah
sebanyak 50%.
• Jika waktu paruh obat singkat, interval
antara waktu pemberian dosis obat pun
singkat
• Jika waktu paruh obat lama, interval antara
waktu pemberian obat pun lama.

Anda mungkin juga menyukai