Anda di halaman 1dari 35

Cara Mudah Mencegah Rem ABS 

Bermasalah

Rem ABS

Peranti Anti-lock Braking System (ABS) kini menjadi salah satu daya tarik yang dijadikan oleh
produsen mobil sebagai fitur produk yang dijajakannya. Maklum, peranti pengereman itu dinilai
sebagai perangkat untuk memperlambat atau menghentikan laju mobil yang canggih dan aman.

Hanya, secanggih apa pun peranti itu, bila tak dirawat atau diperlakukan dengan baik maka akan
rusak. “Bahkan, bila perangkat pengereman ini bermasalah maka proses perbaikannya juga lebih
rumit,” tutur Irawan, service advisor Lingga Motor, Kemayoran, Jakarta Utara, Selasa, 10 Mei
2011.

Sistem pengereman ABS terdiri dari tiga bagian yaitu sensor, modul, dan komputer yang
terintegrasi di Electronic Control Unit (ECU) mobil. Sensor memiliki peran yang sangat penting
untuk menangkap sinyal perintah pengereman yang diinginkan oleh pengemudi.

Data yang dikirim sensor tersebut diterjemahkan oleh computer di ECU dan kemudian
diteruskan ke master rem. Pada saat itulah master rem melakukan tugas yaitu memberikan
tekanan kepada masing-masing caliper rem. “Melihat peran itulah, maka sensor memiliki peran
penting. Sehingga, bila rusak maka fungsi ABS akan berantakan,” jelas Irawan.

Oleh karena itu, Asep mewanti-wanti para pemilik mobil untuk mencegah masalah di ABS dan
melakukan perawatan rutin. Apa saja langkahnya? Berikut penjelasan Asep :

1. Bersihkan sensor

Sensor ABS letaknya di kaliper rem. Oleh karena itu, bila ingin melakukan pembersihan peranti
itu, lakukanlah dengan baik dan hat-hati.
Bila kaliper rem aus atau rusak dan Anda ingin membawanya ke bengkel, pastikan mekanik
bengkel yang bersangkutan memahami rem ABS. Pasalnya, perlu kecermatan dan kehati-hatian
ekstra untuk mengganti kaliper yang rusak. Bila tidak, maka sensor akan rusak dan peranti ABS
pun tidak berfungsi.

Bila Anda ingin membersihkan sensor, maka cukup dengan menggunakan cairan pembersih
spray yang banyak dijual di toko onderdil atau aksesori mobil. Bersihkan sensor, terutama bagian
yang bermagnet, minimal dua bulan sekali.

“Karena sensor yang kotor juga akan berpengaruh pada kinerja pengereman ABS. Ingat rem
merupakan bagian yang sangat vital dalam berkendara untuk menunjang keamanan,” Irawan
mewanti-wanti.

2. Hindari mengocok rem terlalu sering

Satu kebiasaan salah yang kerap dilakukan adalah mengerem secara mendadak dengan tiba-tiba.
Bila tidak dalam kondisi darurat, hindari mengerem dengan mendadak.

Selain itu, jangan terlalu sering mengocok atau menginjak pedal rem berkali-kali pada saat mobil
tidak dalam kondisi sedang berjalan. Pasalnya, dengan menginjak pedal rem berkali-kali di saat
mobil berhenti sama artinya mengirim sinyal yang tidak perlu ke sensor ABS.

“Entakan demi entakan, apalagi bila terlalu keras dan sering akan menyebabkan sensor cepat
aus,” kata Irawan.

Entakan keras yang bertubi-tubi dikhawatirkan menjadikan sensor salah mengirim sinyal ke
komputer mobil. Sehingga, posisi ABS cepat beralih ke posisi mengunci, meski pada saat itu
pengemudi tidak melakukan pengereman.

3. Periksa atau ganti minyak rem

Seperti halnya peranti pengereman konvensional, mekanisme kerja rem ABS juga tergantung
dengan keberadaan minyak rem. Oleh karena itu, bila minyak rem berkurang segeralah
menambahinya.

Namun, bila kondisi minyak rem telah kedaluwarsa atau basi, segera ganti. Ingat, pada tabung
minyak rem yang masih menyisakan ruang bagi udara bisa saja terdapat bakteri atau unsur kimia
lain yang terbawa udara. Pada saat itulah, kemungkinan terjadi reaksi kimia sangat besar.
Walhasil, kualitas oli juga berubah. “Karena itu, ganti oli minyak rem bila kondisinya sudah
tidak bagus,” terang Irawan.

Agar mengetahui kondisi kondisi rem ABS secara rutin, perhatikan indicator ABS yang ada di
dashboard mobil Anda. Bila ada indikasi bermasalah segera lakukan pengecekan atau
membawanya ke bengkel.
PERBAIKAN SISTEM REM ABS BMW 318i 2003

Musim hujan apalagi musim banjir sangat berbahaya buat perangkat elektronic mobil anda. Seperti yang
dialami BMW 318i 2003 ini, karena terus menerobos genangan banjir maka yang terjadi sistem ABS (anti
lock brake system) dan ESP (electronic stability program) jadi korbanya. Apalagi kabel sensor bagian
depan kanan terkelupas akibat dimakan tikus. 

Kemungkinan besar, masalah ini terjadi karena si pemilik kurang merawat dan memperhatikan
mobilnya. Akibatnya, saat menerobos genangan air yg tingginya cukup utk merendam ban mobil, lampu
peringatan ABS, REM dan ESP yg ada di dushboard menyala. Setelah kami scan, sensor bagian depan
kanan mengalami masalah. Masih ragu dengan hasil scan, kamipun melakukan tes selanjutnya, kami
menggunakan osiloskop untuk mengetahui apakah ada sinyal pada sensor yg bermasalah itu dengan
memutar roda kanan saja (posisi kunci kontak on). 

Hasil diagnosa beberapa kali, memang sensornya rusak akibat korslet lantaran kabelnya memang
terkelupas. Kemungkinan memang dimakan tikus karena memang kata pemiliknya, mobil jarang dipakai
dan sering nongkrong di garasi. :D Harga untuk sensor ABS lumayan mahal, yg original bisa mencapai
2jutaan lhoo...
             Setelah menunggu barang datang beberapa hari, kami pasang dan reset semua sistem
elektroniknya. Mobil sudah tidak ada masalah lagi (untuk saat ini :-d ). untung hanya sensornya saja yang
bermasalah, klo sampe ECU atau ABS Control sistem yang bermasalah, liburan tahun baru bisa jadi batal
donk :-d

Semoga artikel diatas menambah informasi bagi anda yang memiliki mobil efi yang memiliki fitur-fitur
seperti REM, ABS, ESP, TCS, Matic, dll. Berhubung mobil agak tua, soket-soket serta kabel-kabel
elektronik sudah rentan terhadap air.

sumber : Mechanic Injection Laksamana Motor - Toni Sianto Putu

Rem ABS atawa anti lock brake system sudah bukan barang asing lagi. Kini, banyak mobil kecil
yang kini dilengkapi dengan rem yang disebut lebih aman ketimbang rem biasa. Masalahnya,
bagaimana cara merawat rem ABS:

1. Sistem anti lock brake system adalah perangkat keamanan pada sistem pengereman di
beberapa jenis kendaraan.

Fitur tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu sensor, modul, dan komputer yang terinteregasi di
electronic control unit. Sensor memiliki fungsi untuk menangkap sinyal perintah yang di
inginkan oleh pengemudi yang dapat mencegah dari terjadinya penguncian pada keempat sistem
rem di mobil Anda. Data yang dikirim sensor di tangkap oleh computer di ecu dan kemudian
diteruskan ke master rem. Dan master rem melakukan tugasnya memberikan tekanan kepada
masing-masing  caliper rem. Nah ikuti tips berikut agar umur pemakaian sistem di rem abs
Anda bisa lebih panjang..

2. Pastikan selalu sensor dalam keadaan bersih.

Posisi sensor ABS tersebut terletak pada kaliper rem. Saat membersihkan sensor tersebut
lakukan dengan hati - hati, karena jika rusak untuk penggantian unit tersebut tidak terbilang
murah. Jika kaliper rem rusak, sebaiknya lakukan perbaikan tersebut di bengkel resmi atau
pastikan mekanik tersebut memahami sistem kerja rem ABS rem tersebut. Sebaiknya jika Anda
ingin membersihkan sensor tersebut, gunakan dengan cairan pembersih rem,karena pada saat
kondisi sensor dalam keadaan bersih maka sistem kerja ABS tersebut pun akan menjadi lebih
maksimal.

3. Hindari menginjak rem berkali-kali.

Pada saat posisi diam, dan Anda menginjak pedal rem mobil Anda berkali - kali, ini artinya
meningkatkan beban yang tidak perlu ke sensor ABS.Jika hal tersebut terlalu sering dilakukan,
maka ini dapat memperpendek umur pemakaian sensor pada sistem ABS di mobil Anda. Bahkan
entakan pada pedal rem yang terlalu keras dapat menyebabkan tejadinya pengucian pada sistem
di pengereman mobil Anda. Dan ini dapat mengurangi tingkat keamanan berkendara Anda,
terutama pada saat kecepatan tinggi.

4. Lakukan penggantian pada minyak rem secara teratur.

Untuk memaksimalkan performa pada sistem pengereman di mobil Anda. Sebaiknya lakukan
penggantian minyak rem di mobil Anda setiap kelipatan 25000km, karena pada saat kondisi
minyak rem sudah terlalu cair, maka kualitas pengereman dan kinerja sistem ABS di mobil Anda
pun akan menurun secara cukup drastis. Dimana hal tersebut dapat mengurangi tingkat
keamanan berkendara Anda. Dan perlu diperhatikan juga, untuk beberapa jenis kendaraan,
setelah melakukan penggantian minyak rem biasanya lampu indikator ABS tersebut akan
menyala.

Jika hal ini terjadi pada mobil Anda,sebaiknya mobil Anda dibawa ke bengkel spesialis rem atau
bengkel resmi yang dapat menghilangkan nyalanya lampu tersebut, dengan menggunakan alat G
scan untuk mereset ulang pada sistem rem ABS tersebut.

5. Periksa kondisi kanvas rem. Setiap kelipatan servis rutin 15000 km, periksa selalu kondisi
kanvas rem di mobil Anda. Jika sudah tipis, sebaiknya diganti segera dengan yang baru. Efek
dari kondisi kanvas rem yang sudah tidak layak lagi untuk digunakan, dapat mengurangi
performa pada sistem ABS di mobil Anda dan juga dapat memperpanjang jarak pengereman di
mobil Anda.Hal tersebut dapat dirasakan dari tingkat kedalaman injakan pedal rem yang
dibutuhkan untuk menghentikan laju mobil. Semakin dalam rem di injak, maka semakin besar
potensi terjadinya keausan pada kanvas rem. Hal tersebut dapat menyebakan rem menjadi blong.
Perawatan Rem ABS, Hati-hati sensornya
Oleh:

Melakukan perawatan terhadap sistem rem sudah menjadi hal


yang umum bagi pengemudi kendaraan bermotor. Bagaimana
dengan sistem rem yang menggunakan ABS?

Pada prinsipnya, ABS terdiri dari tiga bagian yaitu sensor, modul
dan komputer yang terintegrasi dengan ECU kendaraan. Komputer
bertugas untuk menterjemahkan data yang diinput oleh sensor.

Lalu data itu diteruskan ke modul yang kemudian memberikan


perintah kepada master rem untuk mendistribusikan tekanan
kepada setiap kaliper.

Nah, bila salah satu atau keempat roda mulai kehilangan daya cengkeramnya, maka secara otomatis kaliper akan
melepas tekanannya.

Yang kerap terjadi, sensor yang terdapat di kaliper rusak karena mengalami perlakuan kasar. Perlakuan itu sendiri
bisa karena hal sepele atau bahkan tidak disengaja. Misalnya ketika berniat membersihkan atau mengganti
kampas rem yang telah aus.

“Ketika ingin mengganti kampas, mekanik yang kurang paham biasanya menggunakan cara mencongkel atau
mengetok untuk mengangkat kaliper dari cakram, padahal di area tersebut terdapat sensor ABS,” jelas Ir. Yeddi
Chandra, dari Nabila Motor.

Karena bentuknya yang mini dan lokasinya berada di bodi kaliper sebelah dalam, tanpa sengaja sensor itu dapat
rusak akibat ketokan atau congkelan tersebut. Hal ini akan menyebabkan sistem ABS menjadi gagal bekerja.

Tanda dari ABS yang rusak dapat dilihat dengan menyalanya simbol ABS di panel indikator dasbor. Atau tentu
dengan menguncinya roda ketika melakukan pengereman keras karena rem bekerja kembali dengan sistem
konvensional.

Bila tidak mengalami salah perlakuan, sensor ABS dapat dipakai selamanya. “Justru modul ABS yang memiliki
masa pakai, walau mencapai belasan tahun,” ujar Yeddi.

Meski begitu, perawatan ABS tetap dapat dilakukan yaitu dengan melakukan perawatan rem konvensional seperti
rutin melakukan pengecekkan kondisi minyak rem, dan membersihkan sensor ABS.

“Membersihkan sensor ABS cukup dengan menyemprot permukaan sensor yang ada unsur magnetnya dengan
cairan pembersih,” jelas Denny Hermawan, dari Bimmer Auto Works di jalan Arteri Kelapa Dua, Jakarta Barat.

Komentar:

Jang diketok dan jangan dicongkel, jadi mesti diapain? Kok tidak dijelasin ya…? mungkin biar pembaca datang
langsung aja ke Nabila Motor…
Global Outstanding Assessment
GOA menjamin keselamatan terhadap efek benturan yang dirancang oleh Toyota untuk berbagai
macam bentuk kecelakaan. Terdiri dari bodi penyerap energi tingkat tinggi dan kabin dengan
kekuatan yang tinggi.

Zona-zona bodi depan dan belakang yang dapat rusak terdiri dari berbagai macam area dengan
tingkat kekakuan yang tinggi, yang secara efektif menyerap dan menghilangkan benturan. Oleh
karena itu, bodi penyerap benturan ini meminimalkan perubahan bentuk kabin
BA (Brake Assist)

Sistem ini membantu daya pengereman pengemudi dalam keadaan darurat dengan menaikkan
daya pengereman. Walaupun ABS memaksimalkan efektivitas rem-rem saat pedal ditekan
penuh, ABS mungkin tidak dapat bekerja bila jumlah usaha pedal kecil
Sistem bantu rem bekerja saat pengemudi membutuhkan daya pengeraman yang besar, seperti
saat pengereman darurat, pengendaraan menuruni bukit, atau saat pengendaraan penuh dengan
penumpang atau barang. Saat komputer menentukan kondisi pengereman darurat, ia mengatur
tekanan hidrolik guna membantu daya pengereman. Komputer menentukan apakah daya
pengereman yang kuat dibutuhkan dengan cara mengukur kecepatan penerapan pedal rem atau
jumlah kenaikan tekanan master cylinder rem
ABS dengan EBD (Electronic Brake Force Distribution)

Sebagai tambahan bagi fungsi ABS, ABS dengan EBD mendistribusikan daya pengereman yang
tepat diantara roda-roda depan dan belakang, dan diantara roda-roda kanan dan kiri sesuai
dengan kondisi pengendaraan
Sistem ini mengatur daya pengereman roda-roda depan dan belakang sesuai dengan beban pada
kendaraan, atau fluktuasi beban yang berkaitan dengan deselerasi. Selanjutnya, sistem ini
mengatur daya pengereman roda-roda kanan dan kiri selama menabrak
ABS (Anti lock Brake System)

Bila roda-roda menjadi terkunci saat rem diberikan, ABS menggunakan komputer untuk
mengatur tekanan hidrolik yang diberikan pada silinder-silinder roda dan piston rem piringan.
Dengan cara mencegah agar roda-roda tidak terkunci, sistem ini mencegah agar kendaraan tidak
tergelincir atau menjadi tidak stabil

SRS (Supplement Restraint System) Airbag

Bersama-sama dengan sabuk pengaman, SRS airbag meredam benturan yang diberikan kepada
wajah dan kepala selama tabrakan Saat sensor-sensor mendeteksi benturan dapan atau samping,
rakitan sensor airbag tengah mengapikan gas propellant untuk secara langsung mengembangkan
airbag
Mengenal Cara Kerja Rem ABS (Anti-lock
Braking Systems)
 

Share on facebook Share on twitter


Share on email Share on print More Sharing Services 27

ACC NEWS - Menghentikan mobil yang sedang


melaju cepat diatas jalanan licin sangatlah menantang. Namun fungsi ABS (Anti-lock
braking systems) dirancang sedemikian rupa untuk menghadapi setiap tantangan
pengereman dan mengurangi kecemasan pengemudi di saat-saat genting. Bahkan tanpa
ABS pengemudi profesional pun tidak mampu menghentikan laju kendaraannya secepat
pengemudi biasa yang menggunakan ABS.

Seperti kita ketahui, bahwa situasi lalu lintas di jalan terkadang tidak dapat diprediksi. Dan hal-hal yang memaksa
pengemudi untuk melakukan pengereman seketika bisa saja terjadi, seperti contohnya penyebrang jalan yang kurang
berhati-hati, kendaraan lain yang memotong jalan secara mendadak, dan lain sebagainya. Saat hal tersebut terjadi,
maka tindakan pertama yang dilakukan pengemudi secara refleks adalah menginjak rem sedalam-dalamnya. Pada
mobil yang tidak dilengkapi dengan sistem pengereman ABS, maka keempat rodanya akan mengunci dan mobil
tersebut akan tetap meluncur tak terkendali.
Teori fungsionalitas teknologi ABS sebenarnya cukup sederhana, mencegah terkuncinya keempat roda saat
pengereman mendadak. Dengan mencegah agar tidak ada roda yang terkunci saat pengereman, maka kendaraan
dapat tetap dikendalikan dan mampu berhenti lebih cepat. Singkatnya, pengemudi memiliki kesempatan lebih besar
untuk menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Empat komponen utama dari sistem pengereman ABS adalah :

Sensor Kecepatan

Sensor Kecepatan yang terletak pada setiap roda ataupun diferensial (dalam beberapa kasus), menyampaikan
informasi kepada ABS ketika roda hendak mengunci.

Katup

Di setiap rem pada jalur pengereman terdapat sebuah katup yang dikendalikan oleh ABS. Dalam beberapa sistem,
katup tersebut memiliki 3 posisi :

●      Posisi satu; katup dalam keadaan terbuka dan  tekanan dari master silinder diteruskan langsung ke rem.

●      Posisi dua; katup menghalangi jalur pengereman dan mengisolasi rem dari master silinder. Hal ini bertujuan
untuk mencegah bertambahnya tekanan saat pengemudi menginjak pedal rem lebih dalam.

●      Posisi tiga; katup melepaskan sebagian tekanan dari rem.

Pompa

Pompa berfungsi mengembalikan tekanan yang dilepaskan oleh katup pada jalur pengereman.
Kontroler

Kontroler adalah sebuah komputer. Komponen tersebut mengawasi sensor kecepatan dan mengendalikan katup.

Kontroler memantau sensor kecepatan sepanjang waktu, menunggu penurunan kecepatan putaran roda yang tidak
biasa. Dalam kondisi normal, pada kecepatan sekitar 100 km per jam, sebuah mobil membutuhkan waktu sekitar 5
detik untuk berhenti sepenuhnya. Namun waktu yang dibutuhkan roda untuk berhenti berputar hingga terkunci,
kurang dari 1 detik.

Karena kontroler ABS mengetahui bahwa menghentikan kendaraan sepenuhnya sebelum roda terkunci tidak
dimungkinkan, maka sesaat sebelum roda terkunci, tekanan rem akan dikurangi, dan setelah akselerasi terdeteksi,
maka tekanan rem akan ditambahkan kembali, demikian seterusnya hingga mobil berhenti sepenuhnya. Proses
tersebut terjadi dengan cepat dan menghasilkan sistem pengereman yang maksimal.

Pada saat ABS bekerja, denyut yang dihasilkan dari proses buka tutup katup secara terus menerus dengan sangat
cepat, dapat dirasakan kaki melalui pedal rem. Beberap sistem ABS dapat melakukan proses tersebut hingga 15 kali
per detik.

Demikianlah konsep dasar cara kerja sistem pengereman ABS. Tentunya masih ada lebih banyak lagi variasi dan
alogaritma kontroler untuk ABS. (accnews / various sources / image: google.com)
Waspadai Kelemahan Fatal Rem ABS
Published: : 03 November 2013 17:59:09 Updated: 16 September 2015 15:07:15 Dibaca : 15,916
Komentar : 18 Nilai : 10

Ilustrasi perbandingan rem ABS dan tanpa ABS (astracreditcompanies.com)

Berikut ini adalah kelemahan fatal sistem pengreman ABS (Anti-lock Braking System)
berdasarkan pengalaman pribadi penulis saat menggunakan beberapa mobil dengan sistem rem
ABS demikian.

Karenanya, tulisan ini bukan kajian teoritis, melainkan sepenuhnya pengalaman pribadi.

Inti sistem kerja rem ABS adalah mencegah rem terkunci saat pedal rem diinjak secara
mendadak dan dalam. Pengereman akan diatur secara mekanis oleh komputer agar rem tetap
bekerja optimal, tidak mengunci, sehingga mobil tidak terus meluncur (lihat gambar di atas).
Mirip teknik "mengocok" pada sistem rem biasa, namun pada ABS kocokan diatur sangat cepat
per sekian detik oleh sistem mekanis komputer.

Kelemahan fatal rem ABS yang penulis alami adalah ini: rem tidak pakem di jalan berkerikil,
atau kontur jalan tidak rata, atau saat rem basah terkena air. Dalam tiga keadaan ini rem ABS
tidak berkerja optimal. Mobil tetap juga meluncur saat direm.

Tidak enaknya saat direm mendadak disertai bunyi menggeruk gruk! gruk! gruk! Dahulu, saat
awal-awal menggunakan mobil dengan rem ABS, kukira remnya yang rusak karena tidak pakem
dan berbunyi menggeruk saat direm di permukaan jalan tak rata atau saat rem basah.
Kata mekanik bengkel resmi, remnya baik-baik saja, berfungsi normal. Tentu saja keadaan
demikian sangat mencemaskan (kadang bikin malu).

Karena itu, jangan sekali-kali melajukan kendaraan terlalu cepat---lebih dari 60 km/jam---ketika
melewati jalan berkerikil, berbatu, jalan tidak rata, jalan tanah, dan saat rem basah terkena air
hujan dll.

Pasalnya, jika diperlukan ngerem mendadak, mobil akan sulit dihentikan dengan optimal. Biasa
terjadi saat mobil sedang melaju tiba-tiba keluar dari aspal. Nah, hati-hatilah.

Rem ABS sulit bekerja optimal jika roda terkena permukaan yang berkerikil, berbatu, tidak rata,
tanah, atau dipermukaan tanah berumput.

Yang paling mengerikan saat roda keluar dari aspal sementara mobil sudah mendekati jurang,
karena rem ABS tidak bekerja optimal. Bisa-bisa masuk jurang.

Dengan demikian, rem ABS hanya bekerja optimal di permukaan jalan yang rata (aspal). Dalam
keadaan ini rem ABS tidak ada duanya. Pakem dan sangat meyakinkan. Bikin hati tenang.

Teknologi kendaraan memang makin maju akan tetapi selalu ada kelebihan dan kekurangannya.
Mengetahui kekurangan sebuah teknologi akan membuat bijaksana saat menggunakannya. Ingat
nyawa, brosis.
Sistem rem anti terkunci
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Skema ABS

Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS) merupakan sistem pengereman
pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi pengereman mendadak/keras.

Sistem ini diadopsi dari teknologi serupa di pesawat terbang. ABS bekerja apabila pada mobil
terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian atau semua roda berhenti sementara mobil
masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali. Hal ini tentu sangat berbahaya
terutama di jalan licin dan kelokan. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan
memerintahkan piston rem untuk melepaskan tekanan kembali ke titik normal , lalu
mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, bisa
mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman
makin efektif sehingga dapat mengurangi tingkat kecelakaan. Kelebihan dari pada ABS (antilock
braking system) lebih cepat melakukan pengereman dari pada sistem biasa yang terdapat pada
mobil dan lebih stabil apabila terjadi suatu pengereman mendadak namun tidak membuat mobil
kehilangan pengendalian sebesar 5-30% dibandingkan dengan pengereman standar yang terdapat
di mobil yang umumnya menggunakan dua buah rem cakram dan dua buah tromol tekanan gas
yang di setting oleh pabrik.
Cara Kerja Rem ABS

Faktor keselamatan dalam mengendarai mobil, menjadi salah satu kreteria utama saat ini, di
kalangan pembeli kendaraan kelas menengah dan keatas. Saat ini, setiap produsen mobil,
berlomba dalam menempatkan tekhnologi yang menunjang, dari sisi keselamatan penumpang
dan pengemudi. Salah satu tekhnologi yang di gunakan adalah, ABS (Anti-lock Braking
System). Sistem ini sudah diterapkan di teknologi keamanan Toyota Indonesia, dan salah satunya
yang mendapatkan sistem ABS adalah Toyota Rush. Lalu anda pasti bertanya, bagaimana cara
kerja rem ABS? Jawaban akan cara kerja rem ABS, akan saya tuliskan di halaman ini.

ABS (Anti-lock Braking System)


Pada saat melakukan pengereman mendadak, di kecepatan tinggi atau saat hujan yang membuat
jalan licin. Tentunya anda akan kesulitan dalam melakukan pengereman mendadak. Roda
menjadi terkunci dan mobil susah untuk dikendalikan. Sistem anti-lock braking inilah, yang akan
membantu anda, dalam melakukan pengereman mendadak, dan membantu anda dalam
mengendalikan mobil jika anda mengerem mendadak.

Sistem ini, sudah diterapkan sejak lama terutama untuk balapan. Tanpa sistem ini, pengemudi
professional, juga mengalami kesulitan dalam mengendalikan mobil, jika melakukan
pengereman mendadak. Setiap pengemudi di jalan raya, pasti akan menghindari melakukan
pengereman mendadak, tetapi keadaan terkadang memaksa pengemudi untuk melakukan
pengereman secara mendadak. Jika mobil anda tidak dilengkapi dengan sistem ABS, maka
kempat roda akan terkunci. Hal ini mengakibatkan mobil tetap meluncur dan susah dikendalikan.
Secara teori, sistem ini menghindari penguncian terhadap kempat roda, dengan roda yang tidak
terkunci, mobil lebih mudah dikendalikan. Selain itu, semua bagian ban mobil akan melakukan
pengereman, yang dapat menghidari ban panas. Semua ini akan membuat jarak pengereman
menjadi lebih pendek dan daya cengkram ban masih anda dapatkan.
Lalu bagaimana cara kerja rem ABS? Sistem anti-lock braking memiliki empat komponen utama
yang saling terkait, satu sama lain. Keempat komponen ini memiliki fungsi yang berbeda-beda,
kompenen tersebut antara lain:

1. Sensor Kecepatan

Sensor ini berfungsi untuk membaca kecepatan putaran roda, terdapat di setiap roda atapun di
diferensial (tergantung dari pabrik).

2. Katup Pengereman

Di setiap jalur minyak rem terdapat katup, dan katup ini dikendalikan oleh komputer / kontroler
ABS. Secara umum, katup rem memiliki tiga posisi yang berbeda.

 Katup Posisi Satu: Dalam posisi ini, katup dalam posisi terbuka penuh, sehingga tekanan minyak
rem secara penuh, langsung diteruskan ke rem.
 Katup Posisi Dua: Dalam posisi ini, katup akan menghalangi tekanan minyak rem, sehingga
tekanan tidak akan diteruskan ke rem walaupun pengemudi menekan rem.
 Katup Posisi Tiga: Dalam posisi ini, katup akan menghalangi sebagian dari tekanan minyak rem,
sehingga tekanan hanya setengah yang diteruskan ke rem, walaupun pengemudi menekan rem
secara penuh.

3. Pompa
Fungsi dari pompa ini adalah mengembalikan tekanan pada jalur pengereman yang dilepaskan
oleh katup ke rem.

4. Kontroler / Komputer

Fungsi dari alat ini adalah otak yang mengendalikan katup dan mengolah data dari sensor
kecepatan.

Cara Kerja Rem ABS Mobil

Sensor kecepatan akan membaca kecepatan mobil setiap saat, dan menyampaikan data kecepatan
tersebut ke pada kontroler. Untuk mobil berhenti secara normal di kecepatan 100 kilometer
perjam, akan diperlukan waktu selama 5 detik. Tentunya pada saat anda melakukan pengereman
normal, tidak akan terjadi penguncian roda kendaraan. Lain ceritanya jika anda melakukan
pengereman mendadak, maka roda akan terkunci. Waktu yang diperlukan untuk roda terkunci
kurang lebih 1 detik.

Karena kontroler telah di program, untuk dapat menghentikan kendaraan secara maksimal,
terkuncinya roda saat pengereman tidak boleh terjadi. Sebelum roda terkunci, kontroler akan
mendapatkan data dari sensor kecepatan dan akan memerintahkan katup menghalangi tekanan,
dengan cara mengambil katup posisi dua atau katup posisi 3, sesuai perintah dari kontroler.
Setelah putaran roda terdeteksi oleh sensor kecepatan, kontroler akan memerintahkan katup
untuk mengambil posisi satu, yang membuat tekanan minyak rem kembali dan diteruskan ke
rem. Cara kerja rem ABS diatas terjadi sangat cepat, rata-rata sistem ABS pada mobil sekarang,
mampu melakukan 15 kali proses tersebut dalam 1 detik.

Demikianlah dasar cara kerja rem ABS, tentunya disetiap mobil memiliki sistem dan komponen
yang berbeda, sesuai dengan kemampuan dan performa mobil dan harga jual dari mobil.
ABS (Antilock Braking System)
Oleh Junisra Syam, 

Excellence Automotive Training International

Antilock Braking System (ABS) termasuk sistem keamanan aktif (active safety system) pada
mobil; Seperti yang kita ketahui bahwa sistem keaman aktif adalah perangkat kendaraan yang
dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Jika mobil dilengkapi ABS dan ketika kita melakukan pengereman dengan kuat dan mendadak,
maka roda tidak mengunci/slip pada permukan jalan, hal ini sangat bermanfaat untuk
menghindari hilangnya kendali kemudi ketika roda slip/mengunci (berhenti berputar/menggesek)
pada permukaan jalan saat pengereman yang dilakukan dengan kuat dan mendadak tersebut. 
Dengan dilengkapinya ABS pada mobil maka, meskipun kendaraan direm secara kuat dan
mendadak, roda tidak akan slip pada permukaan jalan dan mobil masih dapat dibelokkan ke kiri
atau kekanan maupun kembali pada posisi lurus sesuai dengan keinginan pengemudi.

Berapapun cepatnya laju mobil kita, secara umum tekanan pengereman akan mampu membuat
roda berhenti berputar, tapi badan kendaraan cenderung masih dapat bergerak, karena energi
kinetis yang ditimbulkan oleh berat mobil itu sendiri, akibatnya roda akan menggesek pada
permukaan jalan sampai kendaraan berhenti. 
Selama roda slip/menggesek/berhenti berputar pada permukaan jalan, pasti mengakibatkan mobil
kehilangan kendali (berbelok ke kiri atau ke kanan atau ke mana saja tergantung dari keadaan
permukaan jalan dan arah resultante energi kinetis mobil tersebut). Akibat lain yang ditimbulkan
oleh roda yang bergesek/mengunci pada permukaan jalan adalah jarak efektif pengereman akan
menjadi lebih panjang, dan tentu saja sering menimbulkan kecelakaan.
Semuanya itu akan lebih berbahaya lagi jika mobil lari pada permukaan jalan yang licin, dengan
sedikit tekanan pengeraman saja, roda akan sangat mudah slip/mengunci, tentu sudah dapat
dibayangkan bahwa roda-roda akan segera berhenti berputar, tapi kendaraan masih meluncur
sedemikian rupa tanpa bisa dikendalikan.

Hanya dengan ABS-lah hal itu dapat diatasi, meskipun kita melakukan pengereman dengan kuat
dan mendadak pada permukaan jalan yang licin sekalipun, maka tekanan pengeraman pada roda
diatur secara elektronis untuk menghindari roda slip/terkunci, sehingga mobil masih bisa
dibelokkan ke kiri atau ke kanan maupun lurus seperti yang dikehendaki sampai berhenti, dengan
demikian jarak penegreman menjadi lebih pendek jika dibandingkan kendaraan yang tidak
mengaplikasikan ABS pada sistem remnya.

Sejak digunakan secara luas pada mobil, ABS telah dikembangkan lebih jauh, versi terbaru dari
ABS bukan saja mencegah roda-roda terkunci waktu direm, akan tetapi juga bisa mengatur
pengereman secara independent setiap roda, atau dapat mendistribusikan tekanan pengereman
yang berbeda antara roda depan dan roda belakang tergantung dari beban kendaraan itu sendiri
yang dikenal dengan Electronic Brake Distribution (EBD), Pada akhirnya ABS juga berkembang
lebih jauh menjadi perangkat yang lebih cangggih dan diaplikasikan pada mobil-mobil “mewah”
yaitu ESC/ESP (Electronic Stability Control/Program). Lihat artikel ESC/ESP pada forum
discussion ini..

SEJARAH ABS
ABS pertama kali dikembangkan untuk keperluan pesawat terbang, pada awalnya sistem ini
diperkenalkan oleh Dunlop's Maxaret System pada 1950-an dan masih digunakan pada beberapa
model pesawat terbang saat ini. 
Dalam beberapa pengujian dapat disimpulkan bahwa dengan ABS, kinerja pengereman dapat
meningkat sampai 30%, dan pilot tidak perlu melakukan tekanan pengereman secara bertahap
pada pesawat, tetapi cukup melakukan pengereman dengan tekanan maksimum dan selanjutnya
tekanan pengereman tersebut diatur secara otomatis oleh ABS, tanpa adanya kekawatiran akan
terjadi slip/mengunci pada roda-roda pesawat saat pengereman dilakukan.
Keuntungan lain pada pesawat adalah untuk mencegah roda/ban pecah, bahkan hangus akibat
bergesekan dengan permukaan landasan pacu yang disebabkan oleh roda/ban yang slip/terkunci
jika sistem rem pesawat tidak dilengkapi dengan ABS.

Pada tahun 1958, Royal Enfield Super Meteor Motor digunakan oleh Road Research Laboratory
untuk menguji percobaan sistem rem ABS yang dibuat oleh The Maxaret pada sepeda motor,
hasilnya menunjukkan bahwa ABS merupakan nilai tambah yang besar terhadap sistem
keamanan aktif sepeda motor.
Dari hasil pengujian tersebut juga disimpulkan bahwa jarak pengereman sepeda motor dengan
ABS dapat menjadi lebih pendek 30% jika dibandingkan dengan sepeda motor tanpa ABS
Selanjutnya ABS juga diujicobakan pada mobil balap, namun pada saat itu kemungkinan
diterapkan pada mobil ataupun sepeda motor masih menjadi kendala karena faktor harganya
yang masih mahal.

Pada tahun 1971 perusahan mobil Chrysler bekerja sama dengan Bendix Corporation,
memperkenalkan ABS dengan ECU yang disebut dengan ABS tiga channel empat-sensor Pada
tahun 1971 juga, General Motors memperkenalkan ABS dengan sebutan "Trackmaster" yaitu
ABS untuk roda belakang saja, dan ABS roda belakan ini diaplikasikan pada mobil Cadillac.
Lalu masih pada tahun yang sama Nissan menawarkan EAL (Electro Sistem Anti-lock) sebagai
opsi pada Nissan Presiden yang menjadi ABS pertama pada mobil buatan Jepang.

Tahun 1975, Robert Bosch mengambil alih perusahaan Teldix Eropa dan semua paten yang telah
didaftarkan oleh perusahaan itu juga diakuisisi, dan mulai dari sinilah Bosch membuat ABS yang
diperkenalkan beberapa tahun kemudian.
Pada tahun 1978 Bosch dan Daimler-Benz-mengembangkan teknologi ABS yang dimulai pada
awal tahun 1970 tersebut, dan akhirnya Bosch memperkenalkan pertama kali ABS dengan
pengontrol “fully electronic” untuk empat roda pada mobil Mercedes-Benz S-Class.
Tahun 1988, BMW memperkenalkan sepeda motor pertama dengan ABS elektronik-hidrolik
pada sepeda motor BW K100, lalu Honda mengikutinya tahun 1992 dengan peluncuran ABS
pertama pada sepeda motor Honda ST1100 . 
Pada tahun 2007, Suzuki meluncurkan GSF1200SA dengan ABS, dan sebelumnya tahun 2005
Harley-Davidson mulai menawarkan ABS sebagai pilihan untuk sepeda motor polisi. 
Selanjutnya tahun 2008; ABS menjadi perlengkapan standard untuk semua sepeda motor Harley-
Davidson Touring dan beberapa model HD tertentu.
CARA KERJA ABS 
Secara umum ABS terdiri dari; unit kontrol elektronik (ECU), sensor kecepatan roda (wheel
speed sensor), dan setidaknya dua katup hidrolik dalam unit hidrolik rem.

ECU ini selalu memantau kecepatan setiap roda; jika ECU mendeteksi sebuah roda berputar
secara signifikan lebih lambat dari yang lain, kondisi ini menunjukkan roda akan terkunci/slip
pada permukaan jalan, katup hidrolik mengurangi tekanan minyak rem ke roda yang
slip/terkunci itu, dengan kata lain tekanan minyak rem dikurangi pada roda itu sehingg roda
berputar kembali. 
Demikian juga sebaliknya, jika ECU mendeteksi sebuah roda berputar secara signifikan lebih
cepat dari yang lain, maka tekanan minyak rem ditingkatkan untuk roda tersebut, sehingga
putaran roda lebih melambat lagi.
Proses itu terus berlangsung secara berulang-ulang akbuatnya pengemudi dapat merasakan
getaran pada pedal rem.

ABS dapat menurunkan dan menaikkan tekanan pada roda berlangsung dengan sangat cepat
sampai 15 kali per detik.

ECU telah diprogramkan untuk mengetahui perbedaan kecepatan/putaran roda dalam batas
toleransi, pengurangan atau penambahan tekanan pengereman hanya diatur sedemikian rupa, jika
ECU-ABS mendekati batas perbedaan putaran roda yang kritis, atau sampai roda terkunci/slip
pada permukaan jalan.

Yang perlu diketahui oleh pemilik kendaraan adalah jika terjadi kesalahan pada ABS, maka
pengereman dapat kembali berfungsi seperti sistem rem biasa (mobil tanpa ABS)

ABS modern saat ini menggunakan tekanan rem individual ke empat roda melalui unit hidrolik,
artinya ECU besama dengan unit hidrolik rem dapat mengatur sedemikian rupa tekanan minyak
rem secara individual ke 4 roda. ABS 4 chanel individual tersebut merupakan pengembangan
dasar yang diterapkan pada Electronic Stability Control/Program (ESC/ESP), dimana ESC/EPS
dengan cepat meningkat popularitasnya pada kendaraan modern saat ini. 

ESC atau ESP merupakan evolusi dari konsep ABS, dengan menambah 2 sensor lagi yaitu;
Sensor Sudut Belok Kemudi dan Sensor Gyroscopic. 
Cara kerjanya cukup sederhana yaitu ketika Sensor Gyroscopic mendeteksi bahwa arah yang
diambil oleh mobil tidak singkron dengan apa yang laporan Sensor Roda Kemudi, maka software
dalam Unit Kontrol ESC akan melakukan pengereman pada roda secara individu sesuai
kebutuhan, sehingga mobil kembali stabil seperti yang dinginkan oleh pengemudi.
Sensor Sudut Belok Roda Kemudi juga membantu kerja Cornering Brake Control (CBC), karena
akan memberitahu ABS memilih roda manakah tekanan minyak remnya dikurangi atau roda
yang manakah tekanan minyak remnya harus ditingkatkan.

Perangkat ABS juga dapat digunakan untuk mengimplementasikan Sistem Kontrol Traksi
(TCS/Traction Control System) atau Anti-Slip Regulation (ASR) yang berfungsi menstabilkan
mobil saat akselerasi pertama kali.
Jika saat akselerasi ban kehilangan traksi dengan permukaan jalan, maka ECU-ABS dapat
mendeteksi keadaan itu dan mengambil tindakan yang diperlukan dengan menaikkan tekanan
minyak rem pada roda tersebut sampai roda bertraksi lagi dengan permukaan jalan.

Produsen sering menawarkan TC ini sebagai pilihan terpisah dari ABS, meskipun sebagian besar
perangkat TC juga digunakan secara bersama dengan ABS, tentu saja ABS/TC lebih canggih
karena ABS/TC juga dapat mengontrol/mengurangi daya/putaran mesin jika tidak terjadi traksi
antara roda dengan permukaan jalan) Baca juga artikel Electronic Stability Control/Program
pada kolom Discussion yang lain)..

KOMPONEN ABS
Ada empat komponen utama ABS: 
1. Sensor Kecepatan Roda (Wheel Speed Sensor)
2. Unit Hidrolik dan Katup Hidrolik, 
3. Pompa pada Unit Hidrolik
4. ECU-ABS

SENSOR KECEPATAN RODA


ABS membutuhkan informasi tentang kecepatan roda, guna mengatur tekanan minyak rem pada
roda sehingga roda tidak mengunci/slip pada permukaan jalan.
Sensor Kecepatan Roda ini terletak pada roda atau pada beberapa model ditempatkan di
differensial/gardan.

UNIT HIDROLIK dan KATUP HIDROLIK, 


Terdapat katu-katup yang mengatur tekanan minyak rem pada setiap saluran/pipa rem. Cara
kerja katup ini ada 3 keadaan/posisi yaitu;
Posisi pertama; Katup terbuka, tekanan minak rem dari silinder master diteruskan ke
roda/tekanan minyak rem langsung ke roda (seperti rem tanpa ABS).
Posisi dua; Katup menutup aliran minyak rem menuju ke roda, tekanan rem tetap (tidak
bertambah), meskipun pemgemudi menambah tekanan pedal rem
Dalam posisi tiga: Katup mengurangi/melepaskan tekanan minyak rem, hal ini berarti tekanan
minyak rem pada roda yang slip dikurangi, sampai roda berputar lagi 

POMPA
Karena katup-katup hidolik bisa mengurangi atau melepaskan tekanan minyak rem pada roda,
maka diperlukan sebuah pompa untuk membangun tekanan minyak rem kembali.

ECU-ABS 
ECU-ABS berfungsi menerima informasi dari sensor kecepatan roda secara individual, pada
waktu roda kehilangan traksi dengan permukaan jalan maka sensor kecepatan roda mengirimkan
sinyal ke ECU-ABS, kemudian ECU-ABS akan membatasi/mengurangi tekanan pengereman
pada roda yang mengalami slip tersebut..

1. ECU-ABS memantau sensor kecepatan setiap saat, mendeteksi penurunan kecepatan roda
yang extrim, tepat sebelum roda terkunci/slip, maka ECU-ABS melakukan pengaturan tekanan
minyak rem, misalnya tekanan minyak rem dipertahankan saja tanpa ditambah lagi, meskipun
pengemudi menekann pedal rem lebih dalam.

2. Bila dengan dipertahankanya tekanan minyak rem itu roda masih slip/terkunci maka ECU-
ABS segera mengurangi tekanan minyak rem, sampai roda tersebut berputar kembali. Proses ini
berlangsung dengan sangat cepat dan berulang-ulang sampai kendaraan berhenti, atau
pengemudi tidak melakukan pengereman lagi.

3. Waktu ABS bekerja pengemudi merasakan berdenyut-denyut pada pedal rem, ini disebabkan
karena kerja katup hidrolik yang membuka-menutup saluran minyak rem. Dengan adanya
denyutan/getaran pedal rem tersebut juga sebagai tanda bagi pengemudi bahwa ABS sedang
bekerja.

JENIS/TIPE ABS
ABS mempunya tipe sebagai berikut;

ABS Empat Channel - Empat Sensor Kecepatan Roda


Ini adalah ABS yang terbaik. Terdapat sebuah sensor kecepatan untuk satu roda. 
Pada tipe ini ECU dapat memonitor kecepatan masing-masing roda, dengan demikian ECU-ABS
juga dapat mengatur tekanan pengereman pada masing-masing roda secara individual.

ABS Tiga Channel


Tipe ini biasanya diaplikasikan pada truk ringan atau SUV, memiliki 2 sensor kecepatan roda
dan 2 katup hirolik untuk roda-roda depan, hanya memiliki satu katup hidrolik dan satu sensor
roda untuk kedua roda belakang. 
Sensor kecepatan roda belakang biasanya terletak di poros belakang atau gardan.
Tentu saja ABS 3 channel ini hanya memberikan kontrol secara individual pada roda-roda depan,
sehingga roda depan dapat mencapai kinerja maksimal pengereman. 
Roda-roda belakang dipantau kerjaanya secara bersama-sama, dengan hanya menggunakan satu
katup hidrolik untuk roda-roda belakang, maka bisa saja salah satu roda belakang akan
mengunci/slip sehingga mengurangi efektivitas rem.

ABS Satu Channel


Sistem ini sering ditemukan pada truk disebut dengan ABS Roda Belakang (Rear Wheel
Antilock Braking System/RWAL). Hanya memiliki satu katup hidrolik yang mengontrol tekanan
minak rem ke roda belakang. Sensor kecepatan roda biasanya terletak di poros belakang. RWAL
hanya dapat mengontrol tekanan minyak rem secara bersamaan pada roda-roda belakang saja,
dengan sistem ini kemungkinan salah satu roda belakang akan bisa mengunci/slip sehingga
mengurangi efektivitas rem.
Pengereman roda depan sama sekali tidak diatur oleh RWAL, jika terjadi slip pada kedua roda
depan, maka diharapkan kendaraan masih bisa berhenti dengan posisi lurus, 

STUDI MANFAAT ABS


Sebuah studi pada tahun 2003 yang dilakukan oleh Monash University Accident Research
Centre-Australia menyimpukan bahwa ABS;
• Mengurangi resiko kecelakaan kendaraan di jalan raya sebesar 18 persen,
• Mengurangi resiko kecelakaan pada off-road sebesar 35 persen.

Pada permukaan jalan dengan traksi yang bagus seperti aspal, atau jalan berbeton, mobil dengan
ABS-mampu mencapai jarak pengereman yang lebih baik (yaitu lebih pendek) daripada mobil
tanpa ABS.

ABS mengurangi kemungkinan menabrak dan atau mengurangi resiko yang lebih parah lagi,
maka disarankan pada pengemudi yang “kurang ahli” untuk menggunakan kendaraan dengan
ABS supaya mengurangi dampak pengereman yang kuat dan mendadak. 

Beberapa produsen kendaraan yang menyediakan mobil untuk "off-road" melengkapi tombol
“on/off” untuk ABS. Manfaat utama ABS untuk kendaraan “off-road” adalah untuk
mempertahankan traksi roda dengan permukaan jalan yang berpasir atau berlumpur, tetapi
adakalanya para “offroader” juga tidak memerlukan ABS, lalu mereka dapat mematikan dan
menghidupkan ABS sesuai dengan keperluan..

Sebuah studi lain yang dilakukan oleh National Highway Traffic Safety Administration
(NHTSA) tahun 1999 juga menyimpulkan bahwa jarak efektif pengereman dengan ABS pada
jalan berkerikil lebih pendek 22 persen dari kendaraan tanpa ABS.

Namun pada studi yang dilakukan di Munich-Jerman; Setengah armada taksi dilengkapi dengan
ABS, sementara separuh lainnya memiliki sistem rem konvensional. Indeks kecelakaan mobil
pada kedua jenis taksi tersebut adalah sama, dan akhirnya para peneliti menyimpulkan bahwa
pengemudi taksi dengan ABS cenderung lebih berani mengambil resiko, sedangkan pengemudi
taksi tanpa ABS lebih hati-hati dalam mengendarai mobilnya, karena mereka tahu bahwa rem
tanpa ABS tidak dapat membantu mereka jika terjadi pengereman secara kuat dan mendadak…

Dikutip dan dirangkum dari berbagai sumber..

Semoga bermanfaat.

=======

Anda Bekerja Pada Sistem Rem?


Perhatikanlah Hal-Hal Sebagai Berikut
Oleh Junisra Syam
Excellence Automotive Training International

Keselamatan Kerja Pada Sistem Rem


Umum:
1. Mekanik/teknisi yang bekerja pada bidang rem, haruslah benar-benar paham/mengerti
secara teori dan praktik tentang sistem rem, karena rem menyangkut keselamatan pemilik
kendaraan dan orang yang bekerja.
2. Selama bekerja pada sistem rem hindari hal-hal yang berhubungan dengan listrik-
elektronis kendaraan dengan melepas terminal massa baterai.
3. Sebelum pengujian rem dengan menjalankan kendaraan dilakukan, periksa fungsi rem
terlebih dahulu secara teliti, sering kecelakaan terjadi karena kelalaian pemeriksaan
fungsi rem sebelum kendaraan berjalan.
4. Sebelum kendaraan diserahkan pada pelanggan, pastikan segala sesuatunya pada sistem
rem berjalan dengan baik, jangan memberikan kendaraan pada pelanggan sebelum
dilakukan uji-coba/tes jalan.

Khusus:

1. Dilarang bekerja dibawah kendaraan yang diangkat tanpa penyangga /tripot stand.


2. Jika terjadi penggantian atau membubut/meratakan pringan/tromol rem, maka dianjurkan
untuk mengganti pad atau sepatu rem dengan yang baru, agar penyesuaian bidang gesek
dari pad dengan piringan atau tromol lebih baik.
3. Bila terjadi penggantian sepatu rem/pad yang baru, maka perlu dijelaskan pada pemilik
bahwa dianjurkan tidak melakukan pengereman dengan keras jika kendaraan berjalan
masih kurang dari 150 km.
4. Sangat dianjurkan tidak membersihkan silinder master, silinder roda atau silinder kaliper
dengan amplas atau pasta gosok, membersihkan dilakukan hanya dengan cairan rem itu
sendiri atau dengan alkohol, jika terpaksa dilakukan pembersihan dengan pasta gosok
maka pakailah jenis yang diperbolehkan/yang paling halus.
5. Selalu perhatikan dengan seksama baut-baut atau pengunci atau pipa/slang rem yang
rusak atau cacat harus diganti baru.
6. Segala permukaan yang bergesekan pada pad, sepatu rem atau tromol rem harus dijaga
dari kemungkinan terkena pelumas, vet atau gemuk lainnya.
7. Dilarang membersihkan debu sistem rem dengan udara tekan, karena debu
pada sepatu/pad rem yang mengandung asbes dan karbon sangat berbahaya, bersihkanlah
dengan air yang ditampung pada bak.
8. Semua pekerjaan atau komponen yang dikerjakan harus selalu dalam keadaan besih. 
9. Pemasangan semua komponen harus dengan teliti dan benar.
10. Rem adalah kelengkapan utama sistem pengaman kendaraan, oleh karena itu setelah
pekerjaan selesai pastikan dengan seksama tidak ada kebocoran minyak rem yang terjadi
pada instalasi rem.
11. Khusus pada sistem rem dengan ABS, jika dilakukan pengelasan pada bodi kendaraan,
maka unit kontrol elektronis ABS harus dilepas.
12. Perhatian ! Unit kontrol elektronis ABS dapat rusak jika suhunya mencapai 80 derajat C.
13. Minyak rem beracun, iritasi pada kulit dan mudah terbakar, hati-hati bekerja dengan
minyak rem, selalu bersihkan segera bagian-bagian tubuh yang terkena minyak rem
dengan air.
14. Dilarang mengobati luka dengan mintak rem.
15. Dilarang memakai minyak rem bekas.
16. Minyak rem harus diganti baru paling lama setiap 2 tahun sekali, atau telah mengandung
uap air dengan melakukan pengujian pada minyak rem.
17. Dilarang membuang minyak rem bekas di tanah atau air dapat merusak lingkungan,
bakarlah minyak rem bersama dengan sampah.
18. Hindari tumpahan minyak rem pada cat atau lantai, segera bilas dengan air tumpahan
minyak rem tersebut.

Minyak/Cairan Rem
Minyak rem harus tahan terhadap kondisi kerja kendaraan dalam waktu yang lama dan harus
harus dapat dihandalkan. 
Minyak rem adalah cairan yang tidak mengandung minyak bumi yang sebagian besar terdiri dari
alkohol dan susunan kimia dan ester (zat yang membuat orang tidak sadar)

Berikut ini persyaratan kualitas minyak rem yang diperlukan.

Tidak Mudah Mendidih


Rem akan menjadi panas dengan adanya gesekan karena penggunaan yang berulang kali. 
Adakalanya minyak rem dapat menjadi uap, menyebabkan minyak rem berbusa, jika hal ini
terjadi, injakan pada pedal rem hanya menekan minyak rem yang sudah menjadi uap, dan tidak
ada tenaga yang bekeria pada silinder silinder roda, kejadian ini disebut 'vapor lock'. Untuk
mencegah hal ini minyak rem harus mempunyai titik didih yang tinggi.

Mencegah karat pada logam dan karet


Kerapatan akan berkurang bila minyak rem merusak seal, dan ini akan menyebabkan kebocoran,
akibatnya minyak rem habis dan rem menjadi blong
Minyak rem dibuat dari bahan sintetis dengan maksud agar tidak merusak karet, dan
menghindari karat pada logam.

Kekentalan
Minyak rem harus memiliki kekentalan (viskositas) untuk meneruskan tekanan meskipun terjadi
perubahan temperatur yang bervariasi.

Ada macam-macam minyak/cairan rem antara lain:

 DOT 3 & 4 Cairan rem dengan bahan dasar etilglikol yang masih umum
digunakan. Sifat: beracun,korosif, mengabsorbsi air, merusak cat.
 DOT 5 Cairan rem berdasar oli silikon yang relatif masih baru dipasarkan di Amerika dan
Europa. sudah ditemui juga di Indonesia Pengganti DOT 3 & 4 bersifat anti karat.

Dilarang mencampur minyak rem tersebut


Kudu belajar lagi Gan! maksudnya? kendaraan roda dua sekarang ini makin maju teknologinya,
setiap tahunnya penerapan teknologi yang semula cuma bisa kita rasakan di kendaraan roda
empat sekarang mulai perlahan telah tersisip di kendaraan roda dua.

Layaknya teknologi injeksi, dulunya cuma terdapat di pesawat dan mobil saja…lag untuk
sekarang ini pabrikan R2 telah mewajibkan kuda wesi rajutannya untuk memakai teknologi
tersebut, kalau enggak belajar ngikuti perkembangannya, kang Majid yakin kita pasti dibikin
gaptek, ndlahom karena awam teknologi :D terlambat enggak papa..asalkan mau belajar.

Kali ini bukan teknologi injeksi-nya yang kang Majid bahas, melainkan tenologi sistem
pengeraman antilock braking system (ABS) nya yang akan kang Majid sedikit ulas, dimana
ulasan ini cuma menggambarkan begini loh cara pabrikan atau bengkel resmi memeriksa sistem
rem ABS itu. Ternyata enggak pakai ndlosor, mlumah, njengking, megang obeng lagi
pemeriksaannya, namun cuku tancam dan pencet pencet saja :D opo kuwi rek!! :mrgreen: :?: :P

Seperti motor matic bongsor Yamaha N-Max 155cc, Rem ABS secara dasar memang fungsinya
sama seperti rem non ABS pada umumnya, yakni difungsikan untuk mengurangi laju daripada
roda. Bedanya pada ABS terletak pada sitem kontrol pengeremannya, dimana rem non ABS
ketika tuas rem kita tarik secara mendadak, maka kondisi kampas rem akan secara respon
mengurangi laju roda, resiko slip roda (ndlosor gulungkuming) jika melakukan pengereman
mendadak pada kecepatan tinggi akan kita dapati di rem ini.

Impressi Pertama Ketika Merasakan Rem ABS Yamaha Nmax..! Begini to…

Beda dengan ABS, meski tuas rem kita tarik sekuat tenaga, belum tentu kampas rem menahan
roda terus menerus, perangkat elektronik (ECU ABS) akan menentukan ritme pergerakan
kampas, kampas rem bergerak menekan dan kapan kampas rem bebas menekan, hal ini
dipengaruhi oleh inputan dari sensor putaran roda yang terpasang di roda depan ataupun
belakang.
Lag..berarti perawatan rem ABS patinya kudu beda dong dengan rem biasa? bisa dikatakan
begitu, namun perawatannya ternyata enggak susah susah amat…dimana kalau melihat di
bengkel resmi Yamaha ni, perawatan dan juga pengecekan kinerja rem ABS normal atau tidak,
ternyata hal ini sudah dilakukan dengan sistem komputer (seperti gambar diatas), seperti yang
sempat kang Majid coba di bengkel resmi Yamaha Agung Motor Mojokerto beberapa waktu
lalu.

Dalam pemeriksaan…yang diperiksa meliputi dua hal, ada pemeriksaan “Rute selang ABS”, dan
ada juga pemeriksaan “Gaya reaksi rem ABS jika bekerja”. Hal ini dilakukan secara langsung
melalui data loger alat diagnostic tool versi komputer bengkel resmi Yamaha. Perangkat kontrol
semacam ECU ABS dengan ECU sistem Injeksi ternyata terpisah, jadi secara pemeriksaan juga
terpisah, hal ini terlihat dari konektor ECU rem ABS yang terpisah dengan konektor sistem
Injeksi.

Owalah…jaman dulu enggak ada yang namanya mekanik service pakai tengtop #Eh..keliru,
maksunya pakai Laptop, adanya pegawai kantoran atau pegawai kelurahan :mrgreen: yang pakai
laptop. Lag sekarang ini service motor juga pakai laptop, modiar tenan teknologi ini heheheh :D
yek opo rek!! sek penak jaman sekarang to servis motor itu :D semoga menambah wawasan :D –
cicakkreatip.com
Gejala dan Masalah Rem Mobil ABS Cakram dan Tromol

Berbagi di Facebook

Rem adalah sesuatu yang vital pada sebuah kendaraan baik roda dua dan roda empat, karena
setiap kendaraan yang sedang melaju akan kita kendalikan dengan rem. Khususnya bagi
kendaraan roda empat, kita tidak akan bisa mengendalikan laju kendaraan tanpa menggunakan
rem sama sekali, bahkan kalau kita memaksakan untuk mengendarainya ketika rem dalam
kondisi kurang performa, biasanya rem yang ambles bahkan juga bisa menjadi rem blong atau
rusak dapat menyebabkan kecelakaan fatal, yang seperti ini lebih baik jangan dilakukan karena
sangat berbahaya bagi keselamatan anda dan pengguna jalan lain.

Jadi dari uraian singkat di atas dapat kita simpulkan bahwa rem adalah bagian sistem
keselamatan pada sebuah kendaraan khususnya mobil, sebetulnya rem merupakan salah satu
komponen yang tidak sulit untuk kita rawat, hanya memerlukan sedikit waktu dan kebiasaan kita
untuk memperhatikan rem kendaraan yang kita miliki.

Artikel lain yang serupa dengan perawatan rem mobil:

1. Rem mobil bunyi berisik


2. Cara kondisi rem cakram dan tromol

Berikut ini adalah gejala kerusakan dan masalah yang biasa terjadi pada rem baik yang
menggunakan rem sistem ABS, rem cakram dan tromol:

 Rem kaku atau keras saat pedal rem diinjak: Bisa jadi karena adanya kerusakan booster rem,
kebocoran selang hose vacum, atau juga.
 Rem bunyi berisik, suara kampas tergores: Yang seperti ini biasanya hanya sebuah kotoran atau
memang sedang terjadi sebuah gesekan antara besi dengan besi, atau biasa orang sebut kampas
habis sehingga besi bantalan kampas tergesek secara langsung
 Rem membanting kiri atau kanan: Ini bisa diakibatkan karena terjadi piston/kaliper rem macet
pada salah satu roda, bisa juga karena setelan kerapatan rem tidak seimbang antara kiri dan
kanan.
 Rem ambles bahkan blong, jenis kerusakan yang paling berbahaya: ini bisa diakibatkan karena
ada kebocoran, kebocoran bisa terjadi di master rem atas, selang atau master bawah, dan bisa
juga akibat karet/seal master rem atas sudah aus.
Cara perawatan berkala pada rem mobil baik yang menggunakan rem sistem ABS, rem
cakram dan tromol:

 Biasakan kontrol minyak rem, dan segera isi ulang apabila sudah berada pada batas minimum
pengisian.
 Kontrol selang-selang mulai dari master atas hingga ke selang bawah pada roda, segera ganti
apabila telah ditemukan kebocoran pada selang.
 Bongkar ban dan lakukan pembersihan secara berkala, terhadap kaliper, cakram, dan komponen
yang lain, dan segera ganti kampas rem apabila terlihat tipis.

Meski hal ini bisa kita jadikan sebagai rutinitas perawatan kendaraan dirumah, tapi perlakuan
kita terhadap rem kendaraan yang kita miliki ini tetap terbatas, jika terjadi masalah rem yang
cukup serius sebaiknya serahkan kepada mekanik atau bengkel yang berkompeten dalam
masalah ini. Perlu kita ingat bahwa sebagian besar dari pemilik mobil mengabaikan perawatan
berkala pada rem.

Anda mungkin juga menyukai