2 Korintus 5

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

2 Kor 5:14-21 Di Katedral St.

Patrick di Dublin, Irlandia, ada sebuah pintu yang menceritakan sebuah peristiwa
yang terjadi lima abad lalu. Pada tahun 1492, keluarga Butler dan FitzGerald bertengkar memperebutkan sebuah
jabatan di daerah tersebut. Pertengkaran mereka semakin sengit, hingga membuat keluarga Butler mengungsi ke
katedral tadi. Ketika keluarga FitzGerald datang untuk meminta perdamaian, keluarga Butler takut untuk
membuka pintu. Akhirnya keluarga FitzGerald membuat lubang pada pintu dan pemimpinnya mengulurkan
tangan ke dalam sebagai tanda perdamaian. Kedua keluarga itu pun berdamai, dari musuh menjadi teman.
Allah mempunyai pintu perdamaian yang ditulis Rasul Paulus dengan bersemangat dalam surat kepada jemaat
di Korintus. Atas inisiatif-Nya dan karena kasih-Nya yang tak terbatas, Allah memulihkan hubungan yang rusak
dengan manusia lewat kematian Kristus di kayu salib. Kita pernah jauh dari Allah, tetapi dalam belas kasih-
Nya, Dia tidak meninggalkan kita. Dia menawarkan perdamaian dengan-Nya—“dengan tidak memper-
hitungkan pelanggaran mereka” (2Kor. 5:19). Tuntutan keadilan terpenuhi ketika “[Yesus] yang tidak mengenal
dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (ay.21).
Setelah kita menerima uluran tangan perdamaian Allah, kita diberi tugas penting untuk membawa pesan
perdamaian tersebut kepada orang lain. Kini kita mewakili Allah yang ajaib dan penuh kasih, yang menawarkan
pengampunan dan pemulihan penuh kepada setiap orang yang percaya.
WAWASAN
Kalimat kunci dari nas hari ini terdapat dalam ayat 20, “Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan
Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami.” Tyndale Bible Dictionary mendefinisikan utusan sebagai
“pembawa pesan atau duta yang secara resmi mewakili otoritas yang lebih tinggi.” Hal ini menjelaskan bahwa
pengertian seorang utusan dalam Perjanjian Lama adalah “pengantar pesan, duta, atau negosiator yang diutus
dalam misi khusus sebagai wakil resmi dari sang raja, pemerintah, atau otoritas yang mengutusnya.” Deskripsi
ini memberikan latar belakang tentang tantangan yang dihadapi Paulus (dan kita) sebagai utusan Allah bagi
dunia. Misi kita adalah menjadi wakil dari otoritas tertinggi di alam semesta—sang Pencipta sendiri—&
menyampaikan pesan atas nama-Nya kepada orang-orang yang kita jumpai.
*Ayat 1
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan
suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan
manusia.
1) Istilah "kemah di bumi" menunjuk kpd tubuh orang percaya di bumi atau kpd kehidupan org percaya di bumi.
2) "Suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan
manusia" menunjuk kepada tubuh yang dipersiapkan bagi orang percaya di sorga. Beberapa orang telah
memakai ayat-ayat yang sulit ini untuk mengajarkan bahwa setelah kematian dan sementara menantikan
kebangkitan, orang percaya berada sebagai roh-roh yang tak berwujud, bayangan yang samar-samar atau jiwa-
jiwa yang tanpa bentuk. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa baik Musa maupun Elia telah menampakkan diri
dg suatu tubuh sorgawi di atas Gunung Pemuliaan itu, sekalipun mereka juga sedang menanti-nantikan tubuh
kebangkitan mereka. Lebih lanjut, dalam kitab Wahyu 6:9–11 jiwa-jiwa dalam sorga mengenakan jubah putih
dan digambarkan sebagai oknum yang dapat dilihat; mereka bukan jiwa tanpa bentuk.
Paulus menggunakan anak kalimat yang bersyarat, "jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar",
karena dia tahu bahwa Kristus bisa kembali dengan segera, sehingga dia tidak akan mengalami kematian;
sebaliknya tubuhnya akan langsung diubah. Kedua kemungkinan yang sama ini (kematian atau pengubahan)
berlaku bagi orang percaya pada masa kini. Kristus telah menyatakan bahwa kita tidak mengetahui hari atau
jam kedatangan-Nya (Matius 24:36,42,44); karena peristiwa ini sudah dekat, maka kita memiliki motivasi yang
kuat untuk hidup kudus (Matius 24:42; 1 Yohanes 3:2–3).
Ayat 17
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru
sudah datang.
Melalui perintah Allah yang berkuasa untuk menciptakan itu (2 Korintus 4:6), mereka yang menerima Yesus
Kristus oleh iman dijadikan ciptaan yang baru, yang termasuk dunia baru Allah di mana Roh Kudus
memerintah (Roma 8:14; Galatia 5:25; Efesus 2:10). Orang percaya itu menjadi seorang yang baru (Galatia
6:15; Efesus 2:10,15; 4:24; Kolose 3:10) diperbarui seturut dengan citra Allah (2 Korintus 4:16; 1 Korintus
15:49; Efesus 4:24; Kolose 3:10), ikut merasakan kemuliaan-Nya (2 Korintus 3:18) dengan pengetahuan
(Kolose 3:10) dan pengertian (Roma 12:2) yang dibaharui, dan hidup dalam kekudusan (Efesus 4:24).
Ayat 18
Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan
yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Pendamaian (bahasa Yunani: katallage) merupakan satu segi dari karya penebusan Yesus Kristus, pemulihan
orang yang berdosa kepada persekutuan dengan Allah.
1) Dosa dan pemberontakan umat manusia telah mengakibatkan permusuhan terhadap dan pengasingan dari
Allah (Efesus 2:3; Kolose 1:21). Pemberontakan ini mendatangkan murka dan hukuman Allah (Roma 1:18,24–
32; 1 Korintus 15:25–26; Efesus 5:6).
2) Melalui kematian Kristus yang menebus, Allah telah menyingkirkan penghalang dosa dan membuka suatu
jalan bagi orang berdosa untuk kembali kepada Allah (2 Korintus 5:19; Roma 3:25; 5:10; Efesus 2:15–16).
3) Pendamaian itu berlaku bagi setiap orang melalui pertobatan pribadinya dan imannya dalam Kristus (Matius
3:2; Roma 3:22).
4) Gereja telah dikaruniai pelayanan pendamaian, yang memanggil seluruh umat untuk diperdamaikan kepada
Allah (2 Korintus 5:20; Roma 3:25).[5]
Ayat 21
Dia yg tdk mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa krn kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah.
Alkitab sama sekali tidak menyatakan bahwa Kristus telah benar-benar menjadi seorang "berdosa", sebab Dia
tetap menjadi Anak Domba Allah yang tak bercela. Tetapi Kristus telah mengambil dosa kita atas diri-Nya
sendiri dan Allah Bapa menjadikan-Nya sasaran hukuman Allah Bapa ketika Kristus menjadi korban karena
dosa kita di atas kayu salib (Yesaya 53:10). Pada waktu mengambil alih hukuman kita itu, Yesus telah
memungkinkan Allah secara adil mengampuni orang yang berdosa (lihat Yesaya 53:5; Roma 3:24–25).
1) Kebenaran yang disebut dalam ayat ini tidak menunjuk kepada suatu kebenaran secara hukum, tetapi kepada
kebenaran yang nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu ciptaan baru, yaitu kepada watak dan keadaan
moral mereka yang didasarkan pada dan mengalir dari iman mereka dalam Kristus (Filipi 3:9; Roma 3:21;
Roma 4:22). Seluruh konteks dari bagian ini (2 Korintus 5:14–21) berkaitan dengan orang percaya yang hidup
bagi Kristus (2 Korintus 5:15), dikendalikan oleh "kasih Kristus" (2 Korintus 5:14), menjadi suatu "ciptaan
baru" (2 Korintus 5:17), dan yang menggenapkan pelayanan pendamaian sebagai wakil Allah dan kebenarannya
dalam dunia ini (2 Korintus 5:18–20; 1 Korintus 1:30 tentang Yesus Kristus sebagai kebenaran orang percaya).
2) Kebenaran Allah dinyatakan dan dialami oleh orang percaya dalam dunia ini dengan cara tetap tinggal di
dalam Kristus. Hanya selama kita hidup dalam persatuan dan persekutuan dengan Kristus, kita akan menjadi
kebenaran Allah (Yohanes 15:4–5; 1 Yohanes 1:9; Galatia 2:20).
* Diperdamaikan dengan Allah
Di dalam pelayanannya, Paulus selalu berusaha meyakinkan orang. Namun, ia tidak perlu meyakinkan Allah,
karena Allah tahu isi hatinya. Paulus juga berharap agar orang Korintus meyakini pelayanannya serta isi
pemberitaannya. Namun, itu bukan karena Paulus menginginkan agar orang Korintus memuji-muji dirinya (12).
Sebenarnya, Paulus sedang berbicara secara ironis di sini. Orang Korintus jelas tidak akan memuji Paulus
karena menganggap bahwa seorang rasul tentu tidak akan mengalami penderitaan. Mereka lebih memandang
orang dari segi penampilannya dan bukan dari hatinya. Mungkin saja orang Korintus menganggap Paulus itu
kurang waras
karena membanggakan penderitaan yang dialaminya. Namun semua itu dilakukan oleh Paulus karena ia
didorong oleh kasih Yesus kepadanya. Ia melayani karena ia telah menerima anugerah kasih Yesus. Anugerah
itulah yang membuat Paulus hidup bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi bagi Kristus yang telah mati dan
bangkit bagi dia.
Anugerah itu membuat orang yang ada di dalam Kristus menjadi ciptaan baru (17). Namun ciptaan baru tidak
bermakna langsung sempurna, melainkan bahwa kita sudah diubahkan, sedang mengalami perubahan, dan terus
berubah. Menjadi ciptaan baru bukan sesuatu yang layak kita terima begitu saja, karena merupakan karunia
Allah yang diterima dengan iman. Hidup sebagai ciptaan baru berarti membiarkan Allah berkarya di dalam diri
kita.
Sebelumnya, dosa telah membuat kita terasing dari Allah. Namun di dalam kebesaran kasih-Nya, Ia telah
merekonsiliasi hubungan kita dengan-Nya melalui pribadi dan karya Yesus Kristus. Maka berita ini seharusnya
digemakan terus: "Berilah dirimu diperdamaikan dengan Allah".
Berita ini patut juga kita kumandangkan kepada setiap orang yang belum pernah mendengar. Pemulihan
hubungan dengan Allah dan kasih Allah yang begitu besar layak juga dialami oleh orang2 di sekitar kita,
sehingga bukan hanya kita sendiri yang mengalaminya. Dampak berita itu kiranya mendorong kita untuk
memberitakannya terus.
*JAKARTA,PGI.OR.ID-Memasuki Bulan Oikoumene (Mei) ini, PGI kembali mengeluarkan Pesan Bulan
Oikoumene kepada Gereja-gereja di seluruh Indonesia. Pesan Bulan Oikoumene 2023 mengusung tema “Kasih
Kristus Menggerakkan Dunia Menuju Rekonsiliasi dan Persatuan (Bdk. 2 Korintus 5:14-21), mengikuti tema
Sidang Raya Dewan Gereja Dunia 2022 di Karlsruhe.
Tema tersebut dilandaskan kepada teks 2 Korintus 5:14 yang bicara mengenai kasih Allah dalam Trinitas yang
menguasai orang percaya untuk bergerak ke luar dan menawarkan kasih kepada yang lain. Kasih Kristus, yaitu
Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, diberikan tidak hanya untuk golongan tertentu, melainkan untuk
semua ciptaan (bdk. Kol. 2:9).
Melalui kasih dan pengorbanan Kristus, Allah mendamaikan diri-Nya dengan dunia (2 Kor. 5:19). Kristus
tergerak oleh belas kasih dalam karya-Nya di berbagai kota dan sinagoge yang dikunjunginya (Mat. 9:35-36).
Sebagai tubuh Kristus, Gereja diutus untuk menyatakan Misi Allah melalui karya kesaksian, karya persekutuan
yg penuh kasih, serta karya pelayanan kepada yang membutuhkan, dalam doa bagi semua makhluk.
Dalam pesan tersebut disampaikan bahwa pada tahun 2023 ini, kita masih menghadapi berbagai tantangan yang
meminta Gereja untuk bergerak dalam belas kasih seperti Kristus untuk melayani seluruh makhluk, sambil terus
menguatkan pesan persatuan di antara tubuh Kristus. Kasih Kristus yang menguasai umat menggerakkan kita
untuk membawa harapan bagi mereka yg mencari keadilan, yg terpinggirkan, ciptaan yg tdk bisa membela
dirinya dari aksi serakah manusia yg merusak habitat alaminya. Kasih yg awalnya memampukan & menopang,
kemudian menuntut respons dan pengorbanan.
*Pernahkah Anda merasa jauh dari Allah? Pernahkah orang lain yang Anda kenal merasakan hal yang sama?
Paulus mengingatkan para Orang Suci di Korintus tentang belas kasihan yg Yesus Kristus perlihatkan kpd
mereka. Paulus mengajari orang2 bhw mereka telah dipisahkan dari Allah melalui dosa. Untungnya, melalui
Pendamaian Kristus mereka dapat dibawa kembali ke dalam hubungan yang baik dengan Allah dan menerima
kesalehan Kristus (lihat 2 Korintus 5:16–21). Pelajaran ini dapat membantu Anda menjadi lebih dekat kepada
Allah dan menjadi sebagaimana yang Dia inginkan.
Pendamaian [dengan pengertian Rekonsiliasi, yaitu kata yang digunakan dalam Alkitab bahasa Inggris.]
Dalam 2 Korintus 5 Paulus menulis bahwa sementara kita hidup di bumi, kita “mengeluh” dan merasa
“beratnya tekanan,” rindu untuk kembali kepada Bapa kita di Surga (lihat 2 Korintus 5:1–5). Pikirkan saat-saat
dalam kehidupan Anda ketika Anda telah merasakan sesuatu seperti apa yang Paulus uraikan.
Bacalah 2 Korintus 5:17–20, mencari kebenaran2 yg dpt Anda terapkan dlm kehidupan Anda ketika Anda
merasa jauh dari Allah. Cermati bhw dlm ayat2 ini, mendamaikan [dlm arti berekonsiliasi] & pendamaian [dlm
arti rekonsiliasi] berarti dibawa kembali ke dlm persatuan dg & berkenan bagi Allah setelah sempat dijauhkan
dariNya. Kata & frasa apa dlm ayat2 ini ( 2 Korintus 5:17–20) yg paling baik menggambarkan apa yg
Juruselamat lakukan bagi Anda?
Apa peranan Bapa Surgawi dalam membantu Anda kembali kepada-Nya? (Lihat 2 Korintus 5:18–19 .)
Apa berkat2 yg kita terima sewaktu kita berusaha utk hidup “oleh Kristus” arti: dalam Kristus? ( 2 Kor 5:17.)
Satu kebenaran yang diajarkan di 2 Korintus 5:17–20 adalah bahwa kita dapat diperdamaikan [dalam arti:
direkonsiliasi] dengan Allah dan menjadi ciptaan baru melalui Pendamaian Yesus Kristus.
Paulus juga mengajarkan tentang mengapa kita mampu menjadi makhluk baru dan apa artinya ini.
2 Korintus 5:21 , mencari rujukan kepada Bapa Surgawi, Yesus Kristus, dan Anda.
Dalam 2 Korintus 5:21 Paulus mengajarkan bhw meskipun Yesus tdk pernah bersalah melakukan dosa, di
Taman Getsemani & di atas salib Kalvari Dia mengambil ke atas diri-Nya beban, bobot, & konsekuensi dari
dosa2 kita. Ketika kita dg sungguh2 mengupayakan utk diampuni dan dijadikan “ciptaan baru,” kita menerima
tawaran Yesus Kristus bhw jika kita mau beriman kepada-Nya & bertobat dari dosa2 kita, Dia akan mengambil
dosa2 kita & kita dapat dlm Dia dibenarkan oleh Allah [atau, menurut Alkitab bahasa Inggris, menerima
kesalehan-Nya]. Dengan cara ini, kita akan dijadikan murni, sama seperti Dia adalah murni (lihat juga Kolose
2:13–14 ; 1 Petrus 2:24).
Bagaimana ajaran-ajaran di 2 Korintus 5:21 membantu Anda memahami dengan lebih baik mengapa kita
mampu menjadi ciptaan baru dalam Kristus dan apa artinya itu sesungguhnya?
Apa pikiran & perasaan yang mungkin dialami Putra Allah yang tak berdosa sewaktu Dia dengan rela
mengambil ke atas diri-Nya dosa2 Anda agar Anda dapat diperdamaikan [atau direkonsiliasi] dg Allah &
berubah? (Pertimbangkan utk membaca Yesaya 49:16 & Ajaran dan Perjanjian 19:18 sebelum menanggapi
pertanyaan ini.)
Untuk melihat contoh zaman modern dari seseorang yang diperdamaikan [atau direkonsiliasi] dengan Allah dan
menjadi “ciptaan baru” melalui Pendamaian Yesus Kristus, saksikan “I Know His Grace Is There When I Fall”
Renungkan bagaimana Anda, atau seseorang yang Anda kenal, telah mengalami penyembuhan dan rekonsiliasi
yang Juruselamat tawarkan melalui Pendamaian-Nya.
Merenungkan asas2 Injil dapat membantu kita lebih memahami dan merasakan pentingnya itu. Bacalah kembali
uraian tentang situasi kehidupan Anda saat ini dan hubungan dg Allah yg Anda tuliskan di awal pelajaran.
Berilah siswa waktu sejenak untuk merenungkan pertanyaan2 berikut:
Seperti apa kiranya rasanya didamaikan [atau direkonsiliasi] dengan Allah secara kekal?
Dengan cara apa Anda ingin menjadi baru melalui Pendamaian Yesus Kristus
Apa pengalaman yang telah Anda miliki dalam kehidupan Anda yang memperlihatkan bagaimana Yesus
Kristus bersedia untuk membantu Anda berubah? Bagaimana merenung itu bermanfaat?
Apa yg tlah Anda pelajari dlm pelajaran ini mengenai perasaan & hasrat Bapa Surgawi & Yesus Kristus bagi
Anda?
Mempelajari, merasakan, dan melakukan
Dalam jurnal penelaahan Anda, tulislah apa yang Anda pelajari dan rasakan hari ini yang paling bermakna bagi
Anda dan mengapa. Tulislah apa yang Anda merasa terilhami untuk lakukan yang dapat membantu Anda
didamaikan [atau direkonsiliasi] dengan Allah dan menjadi “ciptaan baru” dalam Kristus. Apa perubahan yang
mungkin Anda harapkan untuk lihat dalam diri Anda sendiri (dalam satu tahun, dua tahun, atau lima tahun)
sebagai seseorang yang benar-benar telah diubah dalam Kristus?
*Apa yang disampaikan oleh Paulus di teks ini tidak dapat dipisahkan dari apa yang dilakukan oleh Paulus
dalam pelayanan, sebagaimana dijelaskan di pasal 4-5. Paulus berani membayar harga yang begitu mahal dalam
pelayanan (4:7-12, 16; 5:4). Dia tidak pernah takut dengan penderitaan. Bahkan di tengah situasi sesulit apapun
dia tetap menjaga integritasnya di hadapan Allah (5:9-11). Berani membayar harga untuk pelayanan. Berani
menjaga harga diri sebagai pelayanan. Itulah Paulus!
Dalam khotbah hari ini kita akan menyelidiki rahasia besar di balik kualitas pelayanan yang luar biasa ini.
Apakah hal itu didorong oleh kepribadian Paulus yang berani dan tangguh? Apakah kunci keberhasilannya
ditentukan oleh kehebatan intelektualnya sebagai lulusan Farisi yg terbaik? Ataukah ada faktor lain yg
memampukan Paulus?
Dikuasai oleh kasih Kristus (ayat 14a)
Rahasia di balik pelayanan Paulus diungkapkan di awal ayat 14: “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami”.
Dalam teks Yunani, frasa “kasih Kristus” (hē agapē tou christou) bisa berarti kasih yang ditunjukkan oleh
Kristus atau kasih kepada Kristus. Dg kata lain, frasa ini dapat merujuk pada kasih Kristus kepada Paulus atau
sebaliknya.
Dua pertimbangan berikut ini tampaknya lebih mendukung alternatif yang pertama. Pada waktu Paulus
menggunakan kata “kasih” yang diikuti oleh bentuk genitif yang berhubungan dengan Allah Tritunggal,
misalnya kasih Allah (Rm 5:5), kasih Kristus (Rm 8:35), atau kasih Roh Kudus (Rm 15:30), yang dia
maksudkan hampir selalu kasih yang ditunjukkan oleh Allah kepada manusia. Hal yang sama tampaknya ada di
pikiran Paulus pada saat ia menuliskan “kasih Kristus” di 2 Korintus 5:14a. Di samping itu, konteks ayat 14-15
memang lebih banyak berbicara tentang Kristus yang mati untuk kita. Ini tentang kasih Kristus kepada kita.
Kasih itulah yang menguasai (synechei) Paulus. Kata synechō secara hurufiah berarti “memegang dengan kuat”
atau “menekan”. Penggunaan kata ini di Alkitab menunjukkan penguasaan yang besar. Sebagai contoh, orang
banyak yang mengerumuni dan berdesak-desakan di dekat Yesus (Lk 8:45). Kata yang sama digunakan untuk
musuh yang sedang mengepung dan menghimpit dari segala jurusan (Lk 19:43). Paulus sendiri pernah
menggunakan kata synechō di Filipi 1:23 tatkala dia menggambarkan dua keinginan dalam dirinya yang sama-
sama besar dan mendesak, yaitu ingin mati (berdiam bersama Tuhan) atau hidup (memberi buah bagi jemaat).
Dari pilihan kata yang dipakai oleh Paulus, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kasih Kristus bukan
sekadar bersifat inspiratif (sebagai teladan). Bukan pula sekadar bersifat persuasif (sebagai dorongan). Bukan
hanya secara kognitif (sebagai peristiwa sejarah di atas kayu salib). Paulus sedang membahas tentang suatu
fakta yang terjadi dalam hidupnya. Ini adalah pengalaman bersama dengan Tuhan. Kasih Kristus benar2
menguasai hatinya. Pilihan bentuk kata kerja present tense pada kata synechei semakin menegaskan makna ini.
Pengalaman ini bukan hanya peristiwa di masa lalu. Ini adalah pengalaman sehari-hari dengan Kristus.
Kunci untuk mengalami kasih Kristus (ayat 14b-15)
Penjelasan di atas membawa kita pada sebuah pertanyaan lain: Bagaimana Paulus dapat dikuasai oleh kasih
Kristus? Jawabannya ada di ayat 14b-15. Menariknya, walaupun kasih Kristus bersifat subjektif, kunci untuk
mengalami kasih itu justru objektif. Walaupun kasih Kristus yang sedang dibicarakan lebih bersifat pragmatis,
rahasia untuk merasakan kasih itu justru bersifat kognitif. Paulus mengatakan: “karena kami telah mengerti”
Bentuk lampau pada partisip krinantas menunjukkan bahwa pengertian mendahului pengalaman. Pengetahuan
mendahului perasaan. Tanpa pengertian dan pengetahuan seseorang gampang tertipu oleh perasaan. Paulus bisa
dikuasai oleh kasih Kristus karena dia mengerti kasih itu.
Kata dasar krinō sendiri dapat mengandung arti “menghakimi/menilai” atau “menyimpulkan”. Berdasarkan
konteks yang ada, arti yang terakhir terlihat lebih cocok (ESV “because we have concluded this”). Semakin
dalam Paulus mengerti kasih Kristus, semakin dalam pula ia dikuasai oleh kasih itu.
Sesuai dengan ayat 14b dan 15, kesimpulan Paulus bukan hanya berkaitan dg fakta kematian Kristus, melainkan
makna dari kematian itu. Makna ini sangat perlu utk dipahami. Orang2 Yahudi & Romawi yg menyalibkan
Yesus mengetahui fakta kematian, tetapi mereka gagal menangkap makna di dalamnya. Begitu pula dengan
para teolog liberal yg menilai Yesus sebagai nabi eskhatologis atau guru moral yang hidupnya berakhir secara
mengenaskan. Orang-orang Muslim gagal memahami keduanya, baik fakta maupun makna penyaliban Yesus.
Ada dua kesimpulan yang ditarik oleh Paulus sehubungan dengan kasih Kristus yang ditunjukkan-Nya melalui
kematian di atas kayu salib. Pertama, partisipasi (ayat 14b). Paulus mengatakan: “Jika satu orang sudah mati
untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati”. Maksudnya adalah apa yang terjadi pada Yesus di atas
kayu salib terjadi pada semua orang percaya. Ini berbicara tentang kesatuan di dalam Kristus. Kematian-Nya di
atas kayu salib bukan hanya menggantikan kita, tetapi sekaligus menyertakan kita di dalamnya. Kita memiliki
persekutuan yang nyata di dalam kematian-Nya.
Konsep di atas sangat sulit untuk diilustrasikan. Peristiwa di ayu salib memang tidak ada duanya. Tidak ada
kisah lain yang cukup mendekati. Yang Paulus maksudkan bukan sekadar seseorang yang menggantikan
hukuman penjara bagi orang lain. Dalam ilustrasi ini orang yang digantikan tetap merasa jauh dari
penggantinya. Jika harus diilustrasikan, kita mungkin dapat membayangkan seorang ayah yang menutupi
anaknya dengan tubuhnya sendiri tatkala sang anak menerima cambukan & pukulan yang mematikan. Anak itu
ada di sana. Dia benar2 takut dengan kerasnya hukuman. Pada saat yg sama dia benar2 merasakan kasih
ayahnya. Dia benar2 sadar bahwa seharusnya dialah yang ada di atas dan menerima semua siksaan itu.
Kedua, orientasi (ayat 15). Di ayat ini Paulus menerangkan bahwa kematian Kristus memiliki sebuah tujuan.
Tujuan ini berkaitan dengan tujuan hidup kita. Kristus telah mati untuk semua “supaya mereka yang hidup,
tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.
Tidak cukup bagi kita hanya untuk dibebaskan dari hukuman. Tidak cukup kalau kita sekadar dilepaskan dari
kesia-siaan. Kristus ingin memberikan nilai pada hidup kita. Nilai itu berkaitan erat dengan orientasi hidup.
Tujuan hidup kita diubahkan.
Sebelum mengalami kematian dan kebangkitan Yesus, semua orang hidup untuk dirinya sendiri (ayat 15 “tidak
lagi hidup untuk dirinya sendiri”). Apapun yang kita lakukan hanyalah demi diri sendiri: kenyamanan dan
kesenangan sendiri. Bahkan ketika kita melakukan kebaikan kepada orang lain, tujuan sebenarnya ternyata tetap
untuk diri sendiri: supaya kita mendapatkan kepuasan diri, pujian dari orang lain, atau pahala dari Allah. Semua
kebaikan kita adalah egoisme yang terselubung.
Di dalam Kristus semua kebaikan kita dimurnikan. Kita mengasihi karena lebih dahulu dikasihi (Yoh 13:34;
15:12; Rm 5:5-8; 1 Yoh 4:10). Tidak ada motivasi lain. Kasih bukan sarana untuk mendapatkan sesuatu, tetapi
kekuatan untuk memberikan segala sesuatu.
* 2 Korintus 5:13-15 "Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika
kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu.
Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk
semua orang, maka mereka semua sudah mati.
Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri,
tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka."
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus. Tidak ada pelayanan tanpa tantangan. Ungkapan ini
hendak menyatakan kepada kita bahwa sesungguhnya pelayanan firman itu tidak selamanya berjalan mulus.
Terkadang harus menghadapi berbagai tantangan. Tantangan itu ada kalanya bersumber dari diri pribadi
misalnya karena kelalaian sehingga tdk menghayati dg sungguh2 pelayanan itu.
Ataupun dari dlm keluarga seperti perselisihan suami istri, orang tua & anak. Dari jemaat: cuma suka
mendengar pengkhotbah tertentu & tdk mau yg lain. Dan dari masyarakat sekitar pelayanan krn perbedaan
agama dan suku.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Pembacaan Firman hari ini (ayat 13-15) menjelaskan tentang tantangan pelayanan yg berasal dari luar jemaat.
Oleh orang2 tertentu Paulus dianggap seperti org yg tdk waras atau tdk menguasai diri dlm menyampaikan Injil.
Paulus tidak menanggapi mereka. Sebab baginya apa yang dia lakukan adalah untuk Tuhan Allah. Bahkan
Paulus meyakini bahwa pelayanannya dilakukan karena kasih Yesus Kristus yang menguasai dia dan rekan-
rekannya. Semua yang dilakukan adalah untuk menghormati Allah.
Jadi bukan hanya takut akan Allah yang memotivasi pelayanan (band. ayat 11), tetapi kasih Yesus Kristus yang
menguasai kerja pelayanan rnereka. Mereka tahu bahwa karena kasih Yesus Kristus yang besar, di mana Ia
telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kepentingan keselamatan manusia, yang menggerakan pelayanan mereka.
Dia tidak egois dengan mempertahankan kemuliaan sorgawi yang dimiliki-Nya (lih.Filipi 2:6). Sebaliknya Dia
rela mati untuk semua orang. Menghadapi tantangan pelayanan dapat saja melemahkan iman. Kita hrs
menguasai diri dg berpegang pada kasih Yesus Kristus yg rela berkorban utk mengalahkan semua tantangan.
Dan bukan sebaliknya, tantangan yg mengalahkan iman. Kalau kita yakin bhw Yesus Kristus tlah mati utk kita,
maka kita juga hrs mematikan kehidupan lama kita yg suka menyenangkan diri sendiri & membarui diri agar
hidup menjadi menyenangkan Yesus Kristus.

Anda mungkin juga menyukai