Kelompok 1
Kelompok 1
Disusun Oleh :
1. Rifati (1901046006)
2. Fajar Ardiansyah (1901046016)
3. Giana Dwi Yanuaringtyas (1901046034)
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua,
sehingga kita masih diberi nikmat yang tidak dapat kita hitung berapa jumlahnya. Shalawat
serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW beliau lah
suri tauladan serta imam kita yang Insyaallah kita nantikan syafaatnya di hari akhir kelak.
Berkat rahmat Allah SWT tim penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Filantropi Islam.
Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin serta bantuan dari beberapa pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih ada
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami
dapat memeperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang berjudul “Memahami Filantropi
dan Filantropi Islam”dapat memberikan manfaat dan ilmu bagi para pembaca.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filantropi merupakan suatu konsep yang telah terdapat dalam Islam, yang
bertujuan untuk kebaikan (al-birr), melihat kondisi tingkat sosial dan ekonomi mayarakat
yang berbeda-beda, ide atau konsep filantropi merupakan salah satu alaternatif bagi suatu
kelompok masyarakat untuk mengurangi kesenjangan sosial diantara masyarakat.
Dimaknai pula sebagai praktik kedermawanan dalam tradisi Islam melalui zakat, infak,
sedekah, dan wakaf (ZISWAF).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Filantropi dan Filantropi Islam?
2. Apa saja Aspek-aspek Filantropi Islam?
3. Bagaimana implementasi Filantropi Islam di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Islam, filantropi bukanlah hal yang baru, tetapi telah ada sejak 15 abad
yang lalu sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Hal ini karena perintah untuk berzakat,
infak, sedekah, dan wakaf, yang merupakan bagian dari filantropi, telah turun sejak
tahun kedua hijriyah. Di Indonesia, sebagaimana dijelaskan oleh Amelia Fauzia
(2016), praktik filantrofi telah ada sejak abad ke 19. Hal ini ditandai dengan tumbuh
dan berkembangnya lembaga pendidikan Islam seperti Madrasah dan Pesantren, serta
berdirinya organisasi-organisasi Islam seperti Muhammadiyah (1912) dan Nahdlatul
Ulama (1926). Praktik zakat (almsgiving, sedekah (donation, giving), dan waqaf
(religious endowment) telah mengakar dalam tradisi masyarakat Islam dan
memainkan peranan penting antara negara dan civil society. 1
1
Fauzan amar,”Implementasi Filantropi Islam di Indonesia”. AL-URBAN: Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam. Vol. 1,
No. 1
B. Aspek-aspek Filantropi Islam
Filantropi yang diwujudkan oleh masyarakat Islam awal sampai sekarang dalam
berbagai aspek, seperti ZISWAF. Dalam perkembangan sejarah Islam, kegiatan filantropi
ini dikembangkan dengan berdirinya lembaga-lembaga yang mengelola sumber daya
yang berasal dari kegiatan filantropi yang didasari anjuran bahkan perintah yang terdapat
dalam Alquran dan Hadis. Selanjutnya lembaga filantropi ini semakin menunjukkan
signifikansinya, di antaranya karena perannya dalam upaya mengurangi kesenjangan
sosial (ekonomi) dalam masyarakat, begitu juga dalam bidang pendidikan, yang memiliki
misi dakwah dan penyebaran ilmu. Lebih jauh munculnya berbagai lembaga pendidikan
Islam, baik yang disebut madrasah, maupun zawiyah tidak dapat dipisahkan dari peran
filantropi Islam.
1. Zakat
Zakat secara bahasa berarti suci, tumbuh, berkah dan terpuji. Sedangkan
secara istilah suatu ibadah wajib yang dilaksanakan dengan memberikan sejumlah
kadar tertentu dari harta sendiri kepada orang yang berhak menerima sesuai dengan
ketentuan syariat Islam. 2
Zakat pada awalnya ditinjau hanya dari sudut keagamaan karena zakat
merupakan ibadah yang utama dalam Islam dan permasalahan zakat termasuk
salah satu rukun (rukun ke-tiga) dari rukun Islam yang lima. Kemudian kajian
mengenai zakat juga datang dari sudut lain yang penting, yaitu persoalan zakat
ditinjau dari sudut kemasyarakatan dan sistem hidup di dunia. Zakat adalah ibadah
yang memiliki dua dimensi yaitu vertikal dan horisontal, yaitu merupakan ibadah
sebagai bentuk ketaatan kepada Allah (vertical) dan sebagai kewajiban kepada
sesama manusia (horizontal). Zakat juga sering disebut sebagai ibadah maaliyah
ijtihadiyah.3
2. Infaq
Infaq berasal dari bahasa Arab yaitu (anfaqa-yanfiqu-infaaqan) yang bermakna
mengeluarkan atau membelanjakan harta. Sehingga infaq dapat didefinisikan
memberikan sesuatu kepada orang lain untuk suatu kepentingan yang diperintahkan
oleh ajaran agama Islam. 5
Dalam pandangan Islam, infaq merupakan ibadah sunah. Berinfaq dan
mengamalkan sebagian harta adalah suatu yang sangat mulia. Infaq merupakan salah
satu perbuatan yang amat berkesan dalam kehidupan manusia dalam mencapai
kebahagiaan hidup, baik di dunia dan diakhirat. Infaq dalam ajaran Islam adalah
sesuatu yang bernilai ibadah diperuntukkan kepada kemaslahatan umat. Arti infaq
dalam bentuk yang umum ialah mengorbankan harta pada jalan Allah yang dapat
menjamin segala kebutuhan manusia menurut tata cara yang diatur oleh hukum.
Kewajiban berinfaq tidaklah terlepas pada zakat saja yang merupakan rukun Islam,
akan tetapi disamping itu mengandung sesuatu keharusan berinfaq dalam memelihara
pada dirinya dan keluarganya. Di dalam pemeliharaan umat dalam menjamin dan
menolong terhadap kebaikan dan ketaqwaan. 6
Infak tidak mengenal nisab, sehingga infak dikeluarkan oleh setiap orang yang
beriman yang berpenghasilan tinggi maupun rendah dan disaat lapang ataupun
4
Qardhawi Yusuf, Dauru al-Zakat fi’Ilaaj al-Musykilaat al-Iqtishaadiyah, terj. Sari Narulita, ”Spektrum Zakat Dalam
Membangun Ekonomi Kerakyatan”, Jakarta: Zikrul, 2005
5
Didin Hafifuddin, “Zakat Infak dan Sodakoh”, Jakarta: Gema Insani, 2002
6
Bably Muhammad Mahmud, (1990) “Kedudukan Harta Menurut Pandangan Islam”, terj. Abdul Idris Jakarta : Kalam Mulia
sempit. Zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu, tapi dalam infak boleh
diberikan kepada siapa saja, misalnya untuk kedua orang tua, istri, anak yatim, dan
sebagainya.
Islam telah menentukan tatacara berinfak yaitu membuat ketentuan-
ketentuannya, dan tidak membiarkan pemilik harta bebas mengelolanya dan
menafkahkan sekehendaknya. Wujud pelaksanaan infak seseorang bisa dengan cara
mentransfer hartanya dengan tanpa kompensasi kepada orang lain, ataupun kepada
orang yang nafkahnya menjadi kewajiban. Wujud infak, bila kegiatan dilaksanakan
ketika masih hidup, seperti hibah, hadiah, sedekah, serta nafkah, bila dilaksanakan
setelah meninggal seperti wasiat.7
3. Shadaqah
Kata sedekah berasal dari bahasa arab yaitu shadaqa, artinya benar, menurut
terminologi syariah, pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga
hukum dan ketentuannya, penekanan infak berkaitan dengan materi, sedangkan
sedekah memiliki arti lebih luas menyangkut hal yang bersifat non-materi.
7
Udin Saripudin, “Filantropi Islam dan Pemberdayaan Ekonomi”, Jurnal Bisnis dan manajemen Islam, Vol. 4, No. 2, Desember
2016, Hal 170.
8
Udin Saripudin, “Filantropi Islam dan Pemberdayaan Ekonomi”, Jurnal Bisnis dan manajemen Islam, Vol. 4, No. 2, Desember
2016, Hal 172.
Shadaqah berarti pemberian seseorang secara ikhlas kepada yang berhak
menerimanya yang akan diiringi pahala dari Allah, sehingga shadaqah mempunyai
arti yang lebih luas, baik materiil maupun nonmaterial. 9
Sedekah yang merupakan kata lain dari derma menurut KBBI berarti
pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar
kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi.
4. Wakaf
Bentuk filantropi dalam Islam adalah wakaf (waqf), masdar dari kata kerja
waqafa-yaqifu, yang berarti “melindungi atau menahan”. Menurut Imam Syafi’i
wakaf adalah suatu ibadat yang disyariatkan. Wakaf itu telah berlaku sah, bilamana
orang yang berwakaf (Wakif) telah menyatakan dengan perkataan "saya telah
mewakafkan (waqffu), sekalipun tanpa diputus oleh hakim”. Bila harta telah
dijadikan harta wakaf, orang yang berwakaf tidak berhak lagi atas harta itu, walaupun
harta itu tetap ditangannya, atau dengan perkataan lain walaupun harta itu tetap
dimilikinya.
Wakaf adalah instrumen filantropi Islam yang unik yang mendasarkan
fungsinya pada unsur kebajikan, kebaikan (ihsan) dan persaudaraan (ukhuwah). Ciri
utama wakaf yang sangat membedakan adalah ketika wakaf ditunaikan terjadi
pergeseran kepemilikan pribadi menuju kepemilikan Allah SWT yang diharapkan
abadi, memberikan manfaat secara berkelanjutan. Melalui wakaf diharapkan akan
terjadi proses distribusi manfaat bagi masyarakat secara lebih luas, dari manfaat
pribadi (private benefit) menuju manfaat masyarakat (social benefit).
Para ulama menafsirkan istilah shodaqoh jariyah disini dengan wakaf. Hadist
Riwayat Bukhari Muslim, yang menceritakan bahwa pada suatu hari sahabat Umar
datang pada Nabi Muhammad SAW untuk minta nasehat tentang tanah yang
diperolehnya di Ghaibar (daerah yang amat subur di Madinah), lalu ia berkata; Ya
Rasulullah, apakah yang engkau perintahkan kepadaku rnengenai tanah itu ? Lalu
Rasulullah berkata: Kalau engkau mau, dapat engkau tahan asalnya (pokoknya) dan
engkau bersedekah dengan dia, maka bersedekahlah Umar dengan tanah itu, dengan
9
Makhrus, “Dinamika dan Aktivisme Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat”, (Yogyakarta : Litera Suronatan NG
II/863), Hal 20
syarat pokoknya tiada dijual, tiada dihibahkan dan tiada pula diwariskan(HR.
Bukhari, Mulim).
Menurut jumhur ulama, keumuman dalil ini menunjukkan di antara cara
mendapatkan kebaikan itu adalah dengan menginfaqkan sebagian harta yang dimiliki
seseorang di antaranya melalui sarana Wakaf. Di samping itu sabda Rasulullah SAW
tentang kisah Umar bin Khattab di atas, jumhur ulama mengatakan bahwa Wakaf itu
hukumnya sunah, tetapi ulama-ulama Mahzab Hanafi mengatakan bahwa Wakaf itu
hukumnya mubah (boleh).
10
Faozan amar,2017, “Implementasi filantropi islam di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam
Vol. 1, No. 1.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah filantropi (philanthropy) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua
kata yaitu Philos (cinta) dan Anthropos (manusia). Jika diterjemahkan secara harfiah,
filantropi adalah konseptualisasi dari praktek memberi (giving), pelayanan (services)
dan asosiasi (association) secara sukarela untuk membantu pihak lain yang
membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta.
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca dan para pakar
utama penulis mengharapkan saran dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya
membangun akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.
Kepada semua pihak khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Tafsir
Tematik yang telah memberikan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan
makalah ini. Kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Abdiansyah Linge, (2015) “Filantropi Islam sebagai Instrumen Keadilan Ekonomi”, JURNAL PERSPEKTIF EKONOMI
DARUSSALAM Volume 1 Nomor 2, September ISSN. 2502-6976.
Amar Faozan ,2017. Implementasi filantropi islam di indonesia.Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam
Vol. 1.
Amar Fauzan.”Implementasi Filantropi Islam di Indonesia”. AL-URBAN: Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam. Vol. 1.
Bably Muhammad Mahmud, (1990) Kedudukan Harta Menurut Pandangan Islam, terj. Abdul Idris Jakarta : Kalam Mulia
Makhrus, “Dinamika dan Aktivisme Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat”, (Yogyakarta : Litera Suronatan NG
II/863)
Saripudin Udin, (2016), “Filantropi Islam dan Pemberdayaan Ekonomi”, Jurnal Bisnis dan manajemen Islam, Vol. 4, No. 2,
Desember.
Yusuf Qardhawi, 2005, Dauru al-Zakat fi’Ilaaj al-Musykilaat al-Iqtishaadiyah, terj. Sari Narulita, ”Spektrum Zakat Dalam
Membangun Ekonomi Kerakyatan”, Jakarta: Zikrul