Anda di halaman 1dari 11

JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al.

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v20i2.17906

EFEKTIFITAS ALKALI DAN ASAM TERHADAP MUTU KOLAGEN


DARI KULIT IKAN PATIN

Hilda Lu’lu’in Nanda Alfira Devi*, Pipih Suptijah, Mala Nurilmala


Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Kampus IPB Darmaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespodensi: hildaluluin@gmail.com
Diterima: 18 April 2017/ Disetujui: 6 Agustus 2017

Cara sitasi: Devi HLNA, Suptijah P, Nurilmala M. 2017. Efektifitas alkali dan asam terhadap mutu kolagen
dari kulit ikan patin. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20(2): 255-265.

Abstrak
Kulit ikan merupakan salah satu sumber bahan baku alternatif yang mengandung protein kolagen
dalam jumlah cukup besar untuk mengisolasi kolagen. Kolagen dalam kulit ikan umumnya diekstraksi
dengan metode asam, alkali, dan enzimatis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektifitas NaOH dan
asam asetat dalam proses ekstraksi kolagen dari kulit ikan patin (Pangasius sp.). Perlakuan yang digunakan
pada tahap praperlakuan adalah pemberian NaOH 0,05; 0,10; 0,15 and 0,20 M dengan waktu perendaman
2, 4, 6, 8 dan 10 jam dengan pergantian larutan NaOH yang baru setiap 2 jam. Perlakuan pada tahap
ekstraksi adalah pemberian asam asetat 0,05; 0,10; 0,15 dan 0,20 M dengan waktu perendaman kulit ikan
patin 1, 2, dan 3 jam. Rancangan percobaan yang digunakan untuk proses praperlakuan adalah split splot,
sedangkan untuk proses hidrolisis adalah rancangan acak lengkap faktorial. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa praperlakuan dengan NaOH konsentrasi 0,05 M selama 4 jam memberikan pengaruh nyata terhadap
konsentrasi protein terlarut (p<0,05). Konsentrasi asam asetat 0,15 M selama 1 jam memberikan pengaruh
nyata terhadap derajat pengembangan kulit ikan pada proses hidrolisis. Rendemen yang dihasilkan sebesar
17,272%, kadar protein sebesar 86%, dan viskositas 12 cP. Hasil ekstrak kolagen dari kulit ikan patin
teridentifikasi sebagai kolagen tipe I melalui analisis gugus fungsi dan elektroforesis. Kolagen dari kulit ikan
patin memiliki struktur rantai α1 dan α2 dengan berat molekul rantai α yaitu 94 dan 98 kDa serta rantai β
yaitu 204 kDa.

Kata kunci: asam asetat, natrium hidroksida, kolagen, Pangasius sp.

Effectiveness of Alkali and Acid to Produce Collagen from Fish Skin of Striped Catifish

Abstract
Fish skin is one of the alternative sources contained high protein to isolate collagen. Fish skin generally
extracted by the method of acid, alkali and enzymes. The study aim to determine the effectiveness of NaOH
and acetic acid on catfish (Pangasius sp.) skin extraction process. The concentrations of alkaline pretreatment
were 0,05; 0,1; 0,15 and 0,2 M with the soaking time of 2, 4, 6, 8 and 10 h by NaOH replacement in every 2
h. The concentrations of acetic acid for hydrolisis process were 0.05; 0.1; 0.15 and 0.2 M with the soaking
time of 1, 2, and 3 h. The experimental design used for pretreatment process is split splot, while for the
hydrolysis process is factorial completely randomized design. The results showed that pretreatment with a
concentration of 0.05 M NaOH for 4 h has a significant effect for eliminating non-collagen protein (p<0.05).
The acetic acid concentration of 0.15 M for 1 h also has a significant effect on fish skin swelling. The yield
of striped catfish collagen was 17.272%, the protein content was 86%, and the viscosity was 12 cP. Fish skin
extract was identified as type I collagen by functional groups and electrophoretic analysis. Collagen from
striped catfish skin has α1 and α2 and protein structure with the molecular weight of α chain were 94 and 98
kDa, meanwhile the molecular wheight of β chain was 204 kD.

Keywords: acetic acid effectiveness, collagen quality, Pangasius sp., sodium hydroxide, soaking time

255 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

PENDAHULUAN (Sahubawa dan Putra 2011), ikan mas


Kolagen merupakan protein struktural (Motowidlo et al. 2008), dan nila (Wang et
ekstraseluler yang berperan dalam al. 2013). Hasil ekstraksi kolagen kulit ikan
pembentukan struktur jaringan ikat dan patin menggunakan metode asam dan pepsin
terdiri dari kolagen Tipe A dan Tipe B. Tipe menunjukkan bahwa kolagen kulit ikan patin
kolagen tersebut memiliki komposisi asam memiliki stabilitas thermal yang lebih baik
amino dan sifat fisik berbeda yang berkaitan dibanding ikan lain (Singh et al. 2011).
erat dengan suhu lingkungan sumber Metode ekstraksi kolagen yang umum
kolagen hewan (Tabarestani et al. 2010). digunakan adalah metode asam atau
Sumber kolagen alternatif yang diperlukan enzimatik menggunakan pepsin. Proses
untuk menggantikan kolagen dari mamalia praperlakuan merupakan proses yang
adalah kulit ikan. Hal ini dikarenakan sangat berpengaruh terhadap kemurnian
munculnya kasus penyakit Bovine Spongiform kolagen yang diisolasi, efisiensi waktu,
Encephalophaty, Transmissible Spongiform dan biaya isolasi kolagen (Liu et al. 2015).
Disease serta penyakit mulut dan kuku pada Jenis ikan memiliki komposisi protein yang
sapi. Permasalahan lain juga muncul dalam berbeda yang dipengaruhi oleh habitatnya
pandangan agama. Kolagen dari sapi dilarang (Singh et al. 2011). Hal tersebut menyebabkan
bagi pemeluk agama Hindu sementara kolagen setiap ikan memiliki kondisi optimal
dari babi tidak dapat digunakan oleh pemeluk praperlakuan dan hidrolisis yang berbeda-
agama Islam (Singh et al. 2011). beda. Penelitian ini bertujuan menentukan
Kolagen yang diekstrak dari ikan air konsentrasi dan lama perendaman kulit ikan
laut telah banyak diteliti antara lain kolagen patin yang terbaik pada proses praperlakuan
dari tulang rawan ikan hiu Chiloscyllium menggunakan NaOH dan proses hidrolisis
punctatum dan Blacktip (Kittiphattanabawon menggunakan asam asetat serta menentukan
et al. 2010), abalone (Dong et al. 2012), dan karakteristik kolagen dari kulit ikan patin.
kulit ikan tuna (Hema et al. 2013). Potensi
kolagen dari ikan air tawar di Indonesia perlu BAHAN DAN METODE
dikembangkan untuk meningkatkan nilai Bahan dan Alat
ekonomis ikan sehingga dapat meningkatkan Bahan utama yang digunakan pada
taraf hidup masyarakat. penelitian ini adalah kulit ikan patin hasil
Ikan patin merupakan salah satu ikan air samping produksi filet yang diperoleh dari
tawar yang potensial di Indonesia. Produksi Karawang. Ukuran ikan yang digunakan
Ikan patin di Indonesia terus mengalami sebagai bahan baku filet ±700 g. Bahan-bahan
peningkatan setiap tahun yaitu mencapai yang digunakan untuk ekstraksi kolagen
31.490 ton pada tahun 2006, 651.000 ton terdiri dari NaOH (Merck), asam asetat
pada tahun 2012, dan mencapai 1.007.000 (Merck), akuades dan akuabides. Bahan-
ton pada tahun 2013. Peningkatan produksi bahan lain meliputi bahan untuk analisis
dari budidaya ikan patin diikuti dengan karakteristik kolagen.
peningkatan industri Ikan patin yang diolah Peralatan yang digunakan untuk ekstraksi
dalam bentuk filet. Aplikasi skema zero kolagen di antaranya spektrofotometer
waste mengimplementasikan pemanfaatan (AA6300 Shimadzu, Japan), termometer,
by product ikan agar memberi nilai tambah water bath, dan freeze dryer (Eyela FDU-1200,
pada ekonomi masyarakat (Kemendag 2013). Tokyo, Japan). Alat-alat yang digunakan untuk
Penelitian tentang kolagen ikan air tawar analisis diantaranya High Performance Liquid
dari perairan tropis Indonesia khususnya Chromatography (Water Coorporation,
ikan patin diperlukan untuk pengembangan USA), Viscometer Brookfield (USA),
potensi ikan patin sekaligus implementasi Fourier Transform Infrared Spectroscopy
zero waste. (Bruker Tensor 37, Ettlingen, Germany),
Kolagen dari ikan air tawar yang telah Differential Scanning Calorimetry (DSC-60
diteliti antara lain kulit ikan nila hitam Shimadzu Kyoto Japan) dan Chromameter
(Minolta CR-310, Tokyo, Japan).

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 256


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al.

Metode Penelitian Sampel cair sebanyak 4 mL dimasukkan ke


Penelitian ini dilakukan dalam empat dalam tabung reaksi yang bersih dan kering,
tahap yaitu preparasi dan analisis bahan baku kemudian ditambahkan pereaksi biuret
meliputi analisis proksimat dan logam berat, sebanyak 6 mL. Campuran dibiarkan pada
praperlakuan, hidrolisis dan ekstraksi, serta suhu kamar selama 30 menit atau diinkubasi
karakterisasi meliputi analisis proksimat, uji pada suhu 37°C selama 10 menit sampai
viskositas, dan pH. warna ungu terbentuk sempurna. Pengukuran
absorbansi campuran dilakukan pada panjang
Preparasi dan analisis bahan baku gelombang 520 nm. Prosedur pengukuran
Preparasi dan analisis bahan baku absorbansi larutan standar BSA dilakukan
mengacu pada Nalinanon et al. (2011). dengan cara yang sama seperti larutan sampel
Sampel kulit ikan patin dicuci terlebih dahulu dengan konsentrasi BSA 0-1,5 mg/mL dari
dengan air mengalir untuk menghilangkan larutan stok BSA 5 mg/mL untuk memperoleh
kotoran yang menempel, kemudian kulit ikan satu kurva standar.
dibersihkan dari sisa daging yang menempel.
Seluruh bagian kulit ikan patin dipotong Hidrolisis dan ekstraksi kolagen
kecil-kecil dengan panjang x lebar adalah Sampel yang telah dilakukan praperlakuan
sekitar 0,5x0,5 cm. Sampel kulit ikan disimpan dilanjutkan dengan hidrolisis melalui
pada plastik dan disimpan pada suhu -20°C perendaman sampel dalam larutan asam asetat
hingga digunakan. Penyimpanan tidak boleh (CH3COOH). Hidrolisis dengan larutan asam
lebih dari tiga bulan. Sampel dianalisis logam asetat bertujuan untuk mengubah struktur
berat dan proksimat menggunakan metode serat kolagen sehingga mempermudah proses
AOAC 2005. ekstraksi dengan mengacu pada Singh et al.
(2011) yang dimodifikasi. Variasi dua faktor
Praperlakuan kulit ikan patin perlakuan yaitu konsentrasi asam asetat dan
Praperlakuan kulit ikan patin mengacu lama waktu perendaman digunakan dalam
pada Singh et al. (2011) yang dimodifikasi. tahap hidrolisis. Konsentrasi asam asetat yang
Protein non kolagen pada sampel kulit digunakan terdiri dari 0,05; 0,1; 0,15 dan 0,2
ikan patin dihilangkan dengan cara sampel M sedangkan waktu perendaman adalah
direndam NaOH dengan perbandingan 1:10 1, 2 dan 3 jam. Perbandingan antara kulit
(w/v). Konsentrasi NaOH yang digunakan dengan larutan asam asetat adalah 1:10 (w/v).
yaitu 0,05; 0,1; 0,15 dan 0,2 M. Campuran Sampel diukur derajat pengembangan (DP).
dihomogenkan secara manual pada suhu Derajat pengembangan (DP) kulit diperoleh
4°C dan larutan alkali diganti setiap dua jam dari selisih berat kulit setelah perendaman
selama 10 jam (penentuan waktu perendaman dengan sebelum perendaman asam asetat
10 jam didahului penelitian pendahuluan dibandingkan dengan berat awal kulit ikan
selama 24 jam). Sisa perendaman kulit sebelum dilakukan perendaman dengan asam
ikan yang dihasilkan, kemudian dianalisis asetat.
kandungan protein non kolagen dengan uji Hasil perendaman terbaik dicuci dengan
biuret untuk mendapatkan kurva konsentrasi air akuades sampai mencapai pH netral
protein terlarut. Kurva digunakan untuk kemudian dilanjutkan ekstraksi dengan
menentukan konsentrasi NaOH terbaik. akuabides pada suhu 40°C selama 2 jam
Sampel dicuci dengan akuades hingga pH dengan perbandingan antara kulit dan
netral menggunakan pH meter. akuabides adalah 1: 2 (w/v). Hasil ekstraksi
Uji biuret bertujuan untuk menentukan berupa kolagen dalam bentuk cair, selanjutnya
konsentrasi protein suatu sampel dengan dikeringkan dengan freeze dryer untuk
standar yang digunakan adalah Bovine memperoleh kolagen kering.
Serum Albumin (BSA). Pereaksi biuret
yang digunakan dicampurkan sebanyak 3 Karakterisasi kolagen
g CuSO4.5H2O, 9 g Na-K-tartat dan 5 g Karakterisasi kolagen yang dilakukan
KI dalam 1000 mL larutan NaOH 0,2 M. terdiri dari analisis proksimat (AOAC 2005),

257 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

viskositas (Tabarestani et al. 2011), analisis lemaknya, ikan patin dapat dikelompokkan
gugus fungsi, SDS PAGE (Singh et al. 2011) ke dalam ikan berlemak sedang. Ikan
dan pH (AOAC 2005). tulang rawan misalnya ikan hiu pada
umumnya memiliki kandungan lemak yang
Analisis Data rendah pada kulit dikarenakan mekanisme
Analisis data dilakukkan menggunakan penyimpanan cadangan lemak berada di hati
prinsip Mattjik dan Sumertajaya (2013). (Hema et al. 2013).
Data yang diperoleh pada tahap optimasi Hasil analisis logam berat menunjukkan
praperlakuan dengan larutan NaOH dianalisis bahwa kandungan logam berat kulit ikan
dengan rancangan petak terbagi (split patin masih berada di bawah standar
splot), sedangkan hidrolisis kolagen dengan yang BSN (2014) tentang syarat mutu dan
CH3COOH dianalisis dengan rancangan acak pengolahan kolagen kasar (Tabel 2). Logam
lengkap faktorial (RALF). Tahap praperlakuan berat merupakan cemaran yang berbahaya
menggunakan 2 faktor yaitu NaOH sebanyak bagi kosumen untuk produk pangan, farmasi,
4 taraf (0,05 M; 0,1 M; 0,15 M dan 0,2 M) dan atau kosmetik. Syarat mutu dan pengolahan
faktor lama waktu perendaman sebanyak 5 kolagen kasar dari ikan yaitu Pb (0,4 mg/kg),
taraf (2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam dan 10 jam) Hg (0,5 mg/kg), Cd (0,1 mg/kg) dan As (0,1
dengan pergantian larutan NaOH setiap 2 mg/kg) (BSN 2014). Berdasarkan standar
jam. Tahap hidrolisis dengan 2 faktor yaitu tersebut, kulit ikan patin yang digunakan
konsentrasi CH3COOH sebanyak 4 taraf yaitu untuk penelitian masih layak digunakan
0,05 M; 0,1 M; 0,15 M dan 0,2 M dan faktor sebagai bahan baku pembuatan kolagen
lama perendaman sebanyak 3 taraf yaitu 1 karena kandungan logam beratnya berada di
jam, 2 jam dan 3 jam. bawah standar minimal.

HASIL DAN PEMBAHASAN Praperlakuan Kulit Ikan Patin


Karakteristik Kimia Bahan Baku Kandungan protein pada 2 jam pertama
Hasil analisis proksimat kulit ikan patin dari tiap konsentrasi menunjukkan hasil
(Tabel 1) menunjukkan bahwa kandungan protein terlarut yang tinggi. Nilai ini semakin
protein kulit ikan patin lebih rendah menurun seiring dengan pergantian larutan
dibandingkan kulit ikan buntal, hiu dan NaOH dan penambahan waktu perendaman
ikan tuna. Kulit ikan merupakan bahan baku 2 jam berikutnya. Konsentrasi protein
yang baik untuk mengisolasi kolagen karena dari larutan NaOH hasil perendaman
kolagen merupakan penyusun 80% protein kulit ikan patin tertinggi dihasilkan oleh
yang terdapat pada kulit ikan (Kolodziejska et perlakuan kombinasi NaOH 0,10 M dengan
al. 2008). waktu perendaman 2 jam (0,478 mg/mL),
Kadar lemak kulit ikan patin adalah sedangkan hasil terendah terjadi pada
2,33%, lebih tinggi dari ikan buntal (0,73%) perlakuan 6 jam pada konsentrasi 0,05 M
dan ikan nila hitam (1,68%), namun lebih (0,081 mg/mL) (Gambar 1). Hal ini
rendah dari ikan tuna (18,32±0,11%) menunjukkan bahwa protein non kolagen
(Huang et al. 2011; Sahubawa dan Putra banyak terlarut pada 2 jam pertama perendaman
2010; Hema et al. 2013). Berdasarkan kadar kulit ikan sehingga jumlahnya semakin

Tabel 1 Hasil analisis proksimat kulit ikan patin


Persentase (%)
Parameter
Patin1
Buntal2 Hiu3 Tuna3
Kadar Air 66,80 62,23 68,38 56,54
Kadar Abu 0,14 6,00 4,19 4,39
Kadar Protein 19,48 21,95 27,73 20,54
Kadar Lemak 2,33 0,73 0,16 18,32
Keterangan: 1Data hasil penelitian; 2Huang et al. (2011); 3Hema et al. (2013)

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 258


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al.

Tabel 2 Kandungan logam berat kulit ikan patin


Logam berat BSN 2014 Kadar logam berat
Timbal (Pb) <0,4 ppm 0,0006 ppm
Merkuri (Hg) <0,5 ppm 0,0001 ppm
Kadmium (Cd) <0,1 ppm Tidak terdeteksi
Arsenik (As) <0,1 ppm Tidak terdeteksi

menurun pada pengamatan selanjutnya. NaOH 0,05 M dengan waktu perendaman


Larutan NaOH sisa perendaman kulit ikan 4 jam.
berwarna keruh. Hal ini menunjukkan Kandungan protein pada larutan NaOH
terjadinya proses deproteinasi pada kulit hasil perendaman kulit ikan patin pada berbagai
ikan. Deproteinasi atau penghilangan protein konsentrasi dan interaksi dengan variasi waktu
non kolagen pada kulit ikan disebabkan perendaman yang diperoleh dari uji biuret
oleh larutan NaOH yang mampu memecah menunjukkan bahwa kandungan protein
sebagian besar telopeptida molekul kolagen yang terlarut dalam larutan NaOH semakin
pada proses praperlakuan sehingga terjadi menurun per 2 jam waktu perendaman.
swelling pada kulit ikan (Jaswir et al. 2011). Perlakuan interaksi konsentrasi NaOH 0,1 M
NaOH dipilih untuk proses deproteinasi dan waktu perendaman 2 jam menghasilkan
karena sifat protein yang larut dalam NaOH protein terlarut paling tinggi yaitu
serta menyebabkan pengembangan pada kulit 0,478 mg/mL. Perlakuan pada konsentrasi
ikan patin dibandingkan dengan larutan alkali NaOH 0,1 M memungkinkan kolagen telah
lain (Liu et al. 2015). ikut terlarut dalam NaOH. Hal ini sesuai
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dengan Liu et al. (2015) yang menyatakan
konsentrasi NaOH dan waktu perendaman bahwa penggunaan NaOH dengan konsentrasi
serta interaksi keduanya berpengaruh nyata di bawah 0.1 M dapat melarutkan protein
terhadap konsentrasi protein terlarut. Hasil non kolagen tanpa menyebabkan kehilangan
uji lanjut DMRT menunjukkan perlakuan kolagen pada kulit, sedangkan konsentrasi
perendaman 6 jam pada konsentrasi 0,05 di atas 0.1 M secara signifikan menyebabkan
M yang menghasilkan konsentrasi protein kehilangan kolagen pada kulit pada proses
terlarut paling kecil tidak berbeda nyata praperlakuan. Cho et al. 2005 menyatakan
dengan perlakuan perendaman 4 jam pada gugus OH berikatan dengan protein sehingga
konsentrasi 0,05 M. Perlakuan terpilih untuk terjadi migrasi protein dan komponen
tahap perendaman kulit adalah konsentrasi pengotor lain yang terdapat dalam matrik
kolagen.
0,6

0,5
Konsentrasi protein (mg/mL)

0,4

0,3

0,2
0,6 0,6
0,6 0,1 0,6
0,5 0,5
0,5 0 0,5
2 3 4 50,4 6 0,4
0,4 Waktu perendaman (jam)
0,4
Gambar 1 Konsentrasi protein dalam larutan NaOH sisa perendaman:
0,3 NaOH 0,05
0,3 M; NaOH
0,3 0,1 M; NaOH 0,15; NaOH. 0,2 M. Notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda
0,3
0,2 0,2
nyata.
0,2 0,2

259 Masyarakat0,1Pengolahan Hasil 0,1


Perikanan Indonesia
0,1 0,1
0 0
0 0 2 3 2 4 3 5 4
2 23 34 45 56 6
Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

350

300

Derajat pengembangan (%)


250

200
350 350
150
350
300 300
100
300
250 250
50
250
200 200
0
200
0,05 0,1 150 0,15 0,2 150
150 Konsentrasi asam asetat (M)
100 100
Gambar 2 Derajat100
pengembangan (DP) kulit ikan patin: waktu perendaman 1 jam; waktu
perendaman 2 jam, waktu perendaman503 jam. 50
50
0 0
Nilai derajat 0 pengembangan kulit bahwa derajat
0,05 pengembangan
0,1 tertinggi
0,15
0,05 0,2
0,1
ikan patin terkecil terjadi0,05
pada perlakuan
0,1 diperoleh
0,15 dari perlakuan
0,2 dengan konsentrasi
konsentrasi 0,05 M dengan waktu 0,15 M dalam waktu 2 jam namun demikian
perendaman 1 jam (129,430%); sedangkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan dengan
derajat pengembangan tertinggi terjadi pada konsentrasi 0,15 M dengan waktu perendaman
perlakuan konsentrasi asam asetat 0,15 M 1 jam. Perlakuan terpilih yang digunakan
dengan waktu perendaman 2 jam (276, 459%) untuk tahap selanjutnya adalah asam asetat
(Gambar 2). Proses pengembangan kulit ikan dengan konsentrasi 0,15 M dengan waktu
pada proses hidrolisis dengan perendaman perendaman 1 jam.
menggunakan asam asetat ini menyebabkan
terjadinya penetrasi asam ke dalam struktur Karakteristik Kolagen
kulit ikan. Penggunaan larutan asam asetat Rendemen
menyebabkan terjadinya peningkatan ion Hasil penelitian menunjukkan rendemen
H+ yang masuk ke dalam struktur kulit ikan kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan patin
melalui gaya elektrostatik antar gugus polar. adalah 17,272%. Rendemen kolagen kulit ikan
Hal ini berpengaruh terhadap pemisahan patin dengan metode ekstraksi menggunakan
struktur serat kolagen dan juga mengganggu suhu 40°C lebih tinggi dibanding rendemen
ikatan non kovalen kolagen yang menyebabkan kolagen kulit ikan patin dengan asam (5,1%)
serat kolagen menjadi prokolagen dan ikan cobia (12,40%) (Tabel 3). Nilai
(Jaswir et al. 2011). rendemen kolagen memiliki kecenderungan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan meningkat akibat peningkatan suhu ekstraksi
bahwa perlakuan perbedaan konsentrasi karena kenaikan suhu membantu memecah
asam asetat dan waktu perendaman serta ikatan hidrogen pada kulit ikan sehingga
interaksinya berpengaruh nyata terhadap kolagen yang dihasilkan lebih banyak
derajat pengembangan kulit ikan patin (Sompie et al. 2015; Alfaro et al. 2009).
(p<0,05). Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan Pranoto et al. (2015) melaporkan bahwa

Tabel 3 Rendemen kolagen dari kulit ikan


Kulit ikan Metode isolasi Rendemen % (bb)
Patin ASC dengan suhu 17,27
Gabus 1
ASC dengan suhu 16,00
Patin2
Acid soluble collagen 5,10
Cobia 3
Acid soluble collagen 12,40
Keterangan: 1Wulandari et al. 2016; 2Singh et al. 2011; 3Amiza dan Aishah 2011.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 260


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al.

jumlah rendemen kulit ikan kurisi menurun pengotor yang perlu dihilangkan pada tahap
pada suhu 60°C hingga suhu 80°C dan praperlakuan karena keberadaan lemak
meningkat pada suhu 95°C. Proses ekstraksi dan mineral akan mengganggu efektivitas
pada suhu 60°C tidak mampu menyediakan aplikasi kolagen pada berbagai produk
cukup energi untuk menghilangkan secara (Shon et al. 2011).
utuh ikatan hidrogen pada material kolagen
dan diubah menjadi gelatin. Gugus fungsi
Hasil analisis menunjukkan adanya
Komposisi kimia puncak serapan amida A, amida B, amida I,
Kolagen kulit ikan patin memiliki kadar amida II dan amida III (Gambar 3). Ikatan N-H
air yang cukup tinggi dibandingkan dengan terjadi pada kisaran 3490-3430 cm-1. Ikatan
ikan tuna dan hiu (Tabel 4). Kadar air yang N-H (Amida A) pada kolagen yang diekstraksi
cukup tinggi ini dapat disebabkan oleh pada suhu 40°C mengalami penurunan ke
penggunaan konsentrasi asam yang tinggi. frekuensi yang lebih rendah. Grup NH dari
Konsentrasi asam yang tinggi memiliki peptida yang terkait dalam ikatan hidrogen,
kemampuan yang lebih besar dan kuat dalam posisinya akan turun ke frekuensi yang lebih
menghidrolisis kolagen serta menyebabkan rendah, biasanya sekitar 3300 cm-1. Hal ini
terjadinya pemendekan rantai-rantai peptida sesuai dengan pernyataan Singh (2011), Amida
pada kolagen sehingga penyerapan air A dari kolagen ASC dan PSC (Pepsin Soluuble
semakin tinggi (Mulyani et al. 2009). Kadar Collagen) kulit ikan Pangasius hypopthalmus
abu kolagen ikan patin cukup rendah jika mengalami penurunan frekuensi pada
dibandingkan dengan kadar abu dari ikan 3300 cm-1.
skate, tuna, dan hiu (Tabel 4). Kadar abu yang Amida I kolagen pada suhu ekstraksi
cukup rendah pada kolagen menunjukkan 40°C menunjukkan nilai 1.654,71 cm-1. Singh
proses demineralisasi pada tahap et al. (2011) menyatakan bahwa nilai amida
praperlakuan efektif mengeliminasi mineral I yang rendah dikarenakan besarnya porsi
yang terkandung pada kulit ikan patin. non-heliks pada telopeptida sehingga ikatan
Kadar protein kolagen kulit ikan patin intramolekuler hidrogen antara C=O pada
meningkat dibandingkan protein bahan peptida dan keterkaitan donor hidrogen
baku. Hal ini disebabkan proses praperlakuan lebih rendah. Amida I dihubungkan dengan
dengan larutan NaOH yang mampu stretching vibrasi gugus karbonil ikatan
menghilangkan zat pengotor secara optimal. C=O sepanjang polipeptida dan merupakan
Kandungan protein kolagen kulit ikan patin penanda yang sensitif dari struktur sekunder
pada suhu ekstraksi 40°C ini lebih tinggi peptida. Amida I terdiri dari empat komponen
dibandingkan kandungan protein kulit ikan struktur sekunder protein yaitu α-helix,
pari yaitu 86,97% (Nur’aenah 2013) namun β-sheet, β-turn dan random coil yang saling
lebih rendah dibandingkan protein kulit ikan bertumpang tindih.
tuna dan hiu (Hema et al. 2013). Amida II berhubungan dengan CN
Kandungan lemak kolagen kulit ikan patin stretching dan NH bending yang berada dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan kulit ikan wilayah serapan 1480 hingga 1575. Puncak
tuna dan hiu (Hema et al. 2013). Keberadaan serapan amida II pada kolagen kulit ikan
lemak pada kulit ikan patin merupakan unsur patin pada suhu 40°C berada pada wilayah

Tabel 4 Komposisi proksimat kolagen kulit ikan


Proksimat Patin1 Skate2 Tuna3 Hiu3
Kadar Air 7,76±0,19 7,01±0,67 7,53±0,30 9,13±0,14
Kadar Abu 0,04±0,02 3,38±0,09 0,74±0,02 0,76±0,02
Kadar Protein 87,56±0,91 86,4±0,43 91,08±0,71 88,80±0,59
Kadar Lemak 2,13±0,14 0,35±0,07 0,64±0,01 0,37±0,01
Keterangan: 1Data hasil penelitian; 2Shon et al. (2011); 3Hema et al. (2013);

261 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

Transmisi

Bilangan Gelombang

Gambar 3 Gugus fungsi hasil ekstraksi kulit ikan patin dengan suhu 40°C

serapan 1536,66. Struktur triple helix kolagen Kolagen kulit ikan patin mengandung
dapat diketahui keberadaannya berdasarkan komponen berat molekul tinggi rantai α1,
intensitas rasio (IR) antara puncak wilayah α2, dan β. Berat molekul dari rantai α yaitu
serapan amida III dan puncak wilayah 1450 pada 94 kD dan 98 kD, sedangkan rantai
cm-1. Nilai IR yang mendekati 1,0 menandakan β memiliki berat molekul 204 kD. Rantai α
bahwa kolagen masih memiliki struktur triple pada kolagen kulit ikan patin memiliki berat
helix. Rasio IR antara amida III dan 1454 cm-1 molekul sekitar 100 kDa sedangkan rantai β
pada kolagen kulit ikan patin adalah 1,168. adalah sekitar 200 kDa (Wibawa et al. 2015).
Hal ini membuktikan adanya adanya ikatan Rantai β menunjukkan adanya intermolekular
triple heliks yang belum terpecah menjadi ikatan silang. Intra dan intermolekuler ikatan
gelatin. Gelatin memiliki struktur yang terdiri silang yang banyak dipengaruhi oleh kondisi
dari karbon, hidrogen, gugus hidroksil (OH), ikan. Ikan yang lapar mengandung lebih
gugus karbonil (C=O) dan gugus amina banyak kolagen dengan ikatan silang yang
(NH). Puncak wilayah serapan gelatin yaitu lebih banyak dibanding ikan yang diberi
stretching OH pada bilangan gelombang makan dengan baik. Kandungan ikatan silang
3100-3500 cm-1, stretching CH pada daerah pada kolagen hewan mamalia meningkat
3000-2800 cm-1; CH aromatik pada 3100-3000 seiring dengan meningkatnya umur. Protein
cm-1; stretching C=O pada 1670-1649 cm-1 dengan ikatan silang yang tinggi tidak
(Martianingsih dan Atmaja 2010). ditemukan pada ikan karena sebagian besar
jaringan ikat ikan terbaharui setiap tahun
Berat molekul (Kittipathanabawon et al. 2011).
Pola elektroforesis hasil analisis SDS-
PAGE kolagen kulit ikan patin ditunjukkan Viskositas
pada Gambar 4. Pola elektroforesis kolagen Nilai viskositas kolagen kulit ikan
menunjukkan pola yang serupa dengan patin adalah 12 cP pada suhu kamar.
kolagen tipe I dari kulit ikan lele (Bama et Nilai viskositas suatu bahan yang semakin
al. 2010), patin (Singh et al. 2011) dan nila tinggi menunjukkan makin besar tahanan
(Sahubawa dan Putra 2011). Kolagen tipe I cairan bahan tersebut. Faktor-faktor yang
terbentuk dari 90% bahan organik, sebagian mempengaruhi viskositas antara lain suhu,
besar dapat ditemukan pada kulit, tulang, gaya tarik antar molekul dan jumlah molekul
tendon, ligamen, jaringan ikat dan kornea. terlarut (Zhang et al. 2011) Nilai viskositas

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 262


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al.

Gambar 4 Hasil analisis SDS-PAGE kolagen kulit ikan patin

kolagen sangat dipengaruhi oleh temperatur disebabkan oleh perbedaan jenis dan
(Karim dan Bhat 2009). Amiza dan Aishah konsentrasi asam atau basa yang digunakan
(2010) menyatakan viskositas gelatin yang selama proses hidrolisis (Tabarestani
diekstrak dari kulit ikan cobia kering lebih et al. 2012).
tinggi dari kulit ikan cobia beku. Suhu, waktu
ekstraksi, jenis asam dan basa kuat adalah KESIMPULAN
faktor yang mempengaruhi rantai atau Protein non kolagen dihilangkan
polimer protein. Suhu yang semakin tinggi secara maksimum setelah kulit direndam
maka waktu alir yang diperlukan kolagen menggunakan NaOH 0,05 M selama 4 jam.
akan semakin menurun. Waktu alir yang Kulit mengalami pengembangan maksimum
menurun disebabkan berkurangnya tahanan setelah direndam dalam larutan NaOH 0,05
suatu cairan karena makin pendeknya rantai M selama 1 jam. Kolagen kulit ikan patin
senyawa polimer yang disebabkan oleh suhu yang dihasilkan memiliki rendemen 17,272%.
(Sahubawa dan Putra 2011). Gugus fungsi kolagen kulit ikan patin memiliki
nilai IR 1,168 dan struktur triple helix yang
Nilai pH merupakan karakteristik khas kolagen. Hasil
Nilai pH kolagen kulit ikan patin yang SDS-PAGE menunjukkan adanya rantai α1
diekstraksi pada suhu 40°C adalah 5,53. dan α2 yang merupakan ciri khas kolagen tipe
Nilai ini lebih tinggi dibanding kolagen dari I. Nilai viskositas kolagen adalah 12 cP dan
kulit ikan gabus sebesar 5,24 (Wulandari pH 5,53.
2016), kulit ikan pari sebesar 5,00 (Nur’aenah
2013) dan kulit ikan kakap putih sebesar 3,41 DAFTAR PUSTAKA
(Jamilah et al. 2013). Nilai pH sangat Alfaro AT, Costa CS, Fnseca GG, and Prentice
berpengaruh terhadap kelarutan kolagen. C. 2009. Effect of extraction parameters
Kolagen akan mudah larut pada kondisi pH on the properties of gelatin from king
yang asam. Nilai pH diatas dan dibawah pI, weakfish (Macrodon ancylodon) bones.
maka protein memiliki muatan positif atau Food Science Technology. 5(6): 553-562.
negatif. Kolagen dari kulit ikan menunjukkan Amiza, MA and Aishah SD. 2011. Effect
kelarutan yang lebih tinggi pada pH >6. of drying and freezing of cobia
Hal tersebut dikarenakan kolagen dari kulit (Rachycentron canadum) skin on its
memiliki derajat crosslink yang rendah. gelatin properties. International Food
Perbedaan nilai pH kolagen juga dapat Research Journal. 18: 156-166

263 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

[AOAC] Association of Official Analytical Kittiphattanabawon P, Benjakul S,


Chemist. 2005. Official Methods of Visessanguan W, Kishimura H, Shahidi
Analysis (18 Edn). Association of Official F. 2010. Isolation and Characterisation of
Analytical Chemist Inc.Mayland. USA. collagen from the skin of brownbanded
Bama P, Wijayalakshimi M, Jayasimman bamboo shark (Chiloscyllium punctatum).
R, Kalaichelvan PT, Deccaraman M, Food Chemistry. 119: 1519-1526.
Sankaranarayanan S. 2010. Extraction of Kolodziejska I, Skierka E, Sadowska M,
collagen from cat fish by pepsin digestion Kolodziejski W, Niecikowska C. 2008.
and preparation and characterization Effect of extracting time and temperature
of collagen chitosan sheet. International on yield of gelatin from different fish offal.
Journal of Pharmachy and Pharmaceutical Food Chemistry. 107: 700–706.
Science. 2(4): 133-137. Liu D, Wei G, Li T, Hua J, Lu J, Regenstein
Cho SM, Gu YS, Kim SB. 2005. Extracting JM, Zhou P. 2015. Effects of alkaline
optimization and physical properties of pretreatments and acid extraction
yellowfin tuna (Thunnus albacares) skin conditions on the acid-soluble collagen
gelatin compared to mammalian gelatins. from grass carp (Ctenopharyngodon
Food Hydrocolloids. 19:221- 229. idella) skin. Food Chemistry. 172:836–843.
Dong X, Yuan Q, Qi H,Yang J, Zhu B, Zhou Martianingsih N, Atmaja L. 2009.
D, Murata Y, and Ye W. 2012. Isolation Analisis sifat kimia, fisik, dan termal
and characterization of pepsin soluble gelatin dari ekstraksi kulit Ikan pari
collagen from abalone (Halioyis discus) (Himantura gerrardi) melalui variasi jenis
gastropod muscle part II. Food Science larutan asam. Prosiding KIMIA FMIPA –
Technology. 18(2): 271-278. ITS.
Hema GS, Shyni K, Mathew S, Anandan Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013.
R, Ninan G, Lkshmanan PT. 2013. A Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
simple method for isolation of fish skin SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.
collagen- biochemical characterization 159-172.
of skin collagen extracted from albacore Motowidlo AR, Sladewska A, Mulkiewicz
tuna (Thunnus Alalunga), dog shark E, Kolodziejczyk A, Aleksandrowicz
(Scoliodon sorrakowah), and rohu A, Miszkiewicz J, Stepnowski P. 2008.
(Labeo rohita). Annal of Biological Isolation and characterization of thermally
Research. 4(1): 271-278. stable collagen preparation from the outer
Jamilah B, Hartina MRU, Hashim M, Sazili skin of the silver carp Hypophthalmichthys
AQ. 2013. Properties of collagen from molitrix. Aquaculture. 285: 130-134
barramundi (Lates calcarifer) skin. Mulyani T, Sudaryati, Rahmawati SF. 2009.
International Food Research Journal. Hidrolisis gelatin tulang ikan kakap
20(2): 835-842. menggunakan larutan asam. Jurnal
Jaswir I, Monsur HA, Salleh HM. 2011. Teknologi Pangan. 2: 81-86.
Nano-structural analysis of fish collagen Nalinanon S, Benjakul S, Khishimura H, Osako
extracts for new process development. K. 2011. Type I collagen from the skin
African Journal of Biotechnology. 10(81): of ornate threadfin bream (Nemipterus
18847-18854. hexodon): Characteristics and effect of
Karim AA, Bhat R. 2009. Fish gelatin: pepsin hydrolysis. Food Chemistry. 125:
properties,challenges, and prospects as an 500–507.
alternative to mammalian gelatins. Food Nur’aenah N. 2013. Ekstraksi dan karakterisasi
Hydrocolloids. 23(3): 563-576. kolagen dan nanopartikel kolagen dari
[Kemendag] Kementrian Perdagangan. kulit ikan pari (Pastinachus solocirostris)
2013. Ikan patin hasil alam bernilai sebagai bahan baku cosmeceutical [tesis].
ekonomi dan berpotensi ekspor tinggi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Warta Ekspor. Jakarta (ID): Kementrian Sahubawa L, Putra ABN. 2011. Pengaruh
Perdagangan. konsentrasi asam asetan dan waktu

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 264


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Efektivitas Alkali dan Asam terhadap Mutu Kolagen, Devi et al.

ekstraksi terhadap mutu kolagen limbah Wang W, Li Z, Liu J, Wang Y, Liu S, Sun M.
kulit ikan nila hitam. Jurnal Teknosains. 2013. Comparison between thermal
1: 1-69. hydrolysis and enzymatic proteolysis
Shon J, Ji-Hyun E, Hwang SJ, Jong-Bang E. processes for the preparation of tilapia
2011. Effect of processing conditions on skin collagen hydrolysate. Journal of Food
functional properties of collagen powder Science. 31(1): 1-4.
from Skate (Raja kenojei) skins. Food Wibawa SF, Retnoningrum DS, Suhartono
Science Biotechnology. 20(1): 99-106. MT. 2015. acid soluble collagen from skin
Singh P, Benjakul S, Maqsood S, Kishimura of common carp (Cyprinus carpio L),
H. 2011. Isolation and characterization of red snapper (Lutjanus sp.) and milkfish
collagen extracted from the skin of striped (Chanos chanos). World Applied Sciences
catfish (Pangasianodon hypophthalmus). Journal. 33(6): 990-995
Food Chemistry. 124: 97–105. Wulandari. 2016. Karakterisasi fisikokimia
Tabarestani SH, Maghsoudlou Y, kolagen yang diisolasi dengan
Motamedzadegan A, Mahoonak AR, metode hidro-ekstraksi dan stabilisasi
and Rostamzad H. 2010. Study on some nanokolagen kulit ikan gabus (Channa
properties of acid soluble collagen isolated striata). [tesis]. Bogor (ID): Institut
from fish skin and bones of rainbow trout Pertanian Bogor.
(Onchorynchus mykiss). International Zhang F, Wang A, Li Z, He S, Shao L. 2011.
Food Reseach Journal. 19(1): 251-257. Preparation and characterisation of
collagen from freshwater fish scales. Food
and Nutrition Sciences. 2: 818-823.

265 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai