Effectiveness of Alkali and Acid To Produce Collag
Effectiveness of Alkali and Acid To Produce Collag
Cara sitasi: Devi HLNA, Suptijah P, Nurilmala M. 2017. Efektifitas alkali dan asam terhadap mutu kolagen
dari kulit ikan patin. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20(2): 255-265.
Abstrak
Kulit ikan merupakan salah satu sumber bahan baku alternatif yang mengandung protein kolagen
dalam jumlah cukup besar untuk mengisolasi kolagen. Kolagen dalam kulit ikan umumnya diekstraksi
dengan metode asam, alkali, dan enzimatis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektifitas NaOH dan
asam asetat dalam proses ekstraksi kolagen dari kulit ikan patin (Pangasius sp.). Perlakuan yang digunakan
pada tahap praperlakuan adalah pemberian NaOH 0,05; 0,10; 0,15 and 0,20 M dengan waktu perendaman
2, 4, 6, 8 dan 10 jam dengan pergantian larutan NaOH yang baru setiap 2 jam. Perlakuan pada tahap
ekstraksi adalah pemberian asam asetat 0,05; 0,10; 0,15 dan 0,20 M dengan waktu perendaman kulit ikan
patin 1, 2, dan 3 jam. Rancangan percobaan yang digunakan untuk proses praperlakuan adalah split splot,
sedangkan untuk proses hidrolisis adalah rancangan acak lengkap faktorial. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa praperlakuan dengan NaOH konsentrasi 0,05 M selama 4 jam memberikan pengaruh nyata terhadap
konsentrasi protein terlarut (p<0,05). Konsentrasi asam asetat 0,15 M selama 1 jam memberikan pengaruh
nyata terhadap derajat pengembangan kulit ikan pada proses hidrolisis. Rendemen yang dihasilkan sebesar
17,272%, kadar protein sebesar 86%, dan viskositas 12 cP. Hasil ekstrak kolagen dari kulit ikan patin
teridentifikasi sebagai kolagen tipe I melalui analisis gugus fungsi dan elektroforesis. Kolagen dari kulit ikan
patin memiliki struktur rantai α1 dan α2 dengan berat molekul rantai α yaitu 94 dan 98 kDa serta rantai β
yaitu 204 kDa.
Effectiveness of Alkali and Acid to Produce Collagen from Fish Skin of Striped Catifish
Abstract
Fish skin is one of the alternative sources contained high protein to isolate collagen. Fish skin generally
extracted by the method of acid, alkali and enzymes. The study aim to determine the effectiveness of NaOH
and acetic acid on catfish (Pangasius sp.) skin extraction process. The concentrations of alkaline pretreatment
were 0,05; 0,1; 0,15 and 0,2 M with the soaking time of 2, 4, 6, 8 and 10 h by NaOH replacement in every 2
h. The concentrations of acetic acid for hydrolisis process were 0.05; 0.1; 0.15 and 0.2 M with the soaking
time of 1, 2, and 3 h. The experimental design used for pretreatment process is split splot, while for the
hydrolysis process is factorial completely randomized design. The results showed that pretreatment with a
concentration of 0.05 M NaOH for 4 h has a significant effect for eliminating non-collagen protein (p<0.05).
The acetic acid concentration of 0.15 M for 1 h also has a significant effect on fish skin swelling. The yield
of striped catfish collagen was 17.272%, the protein content was 86%, and the viscosity was 12 cP. Fish skin
extract was identified as type I collagen by functional groups and electrophoretic analysis. Collagen from
striped catfish skin has α1 and α2 and protein structure with the molecular weight of α chain were 94 and 98
kDa, meanwhile the molecular wheight of β chain was 204 kD.
Keywords: acetic acid effectiveness, collagen quality, Pangasius sp., sodium hydroxide, soaking time
viskositas (Tabarestani et al. 2011), analisis lemaknya, ikan patin dapat dikelompokkan
gugus fungsi, SDS PAGE (Singh et al. 2011) ke dalam ikan berlemak sedang. Ikan
dan pH (AOAC 2005). tulang rawan misalnya ikan hiu pada
umumnya memiliki kandungan lemak yang
Analisis Data rendah pada kulit dikarenakan mekanisme
Analisis data dilakukkan menggunakan penyimpanan cadangan lemak berada di hati
prinsip Mattjik dan Sumertajaya (2013). (Hema et al. 2013).
Data yang diperoleh pada tahap optimasi Hasil analisis logam berat menunjukkan
praperlakuan dengan larutan NaOH dianalisis bahwa kandungan logam berat kulit ikan
dengan rancangan petak terbagi (split patin masih berada di bawah standar
splot), sedangkan hidrolisis kolagen dengan yang BSN (2014) tentang syarat mutu dan
CH3COOH dianalisis dengan rancangan acak pengolahan kolagen kasar (Tabel 2). Logam
lengkap faktorial (RALF). Tahap praperlakuan berat merupakan cemaran yang berbahaya
menggunakan 2 faktor yaitu NaOH sebanyak bagi kosumen untuk produk pangan, farmasi,
4 taraf (0,05 M; 0,1 M; 0,15 M dan 0,2 M) dan atau kosmetik. Syarat mutu dan pengolahan
faktor lama waktu perendaman sebanyak 5 kolagen kasar dari ikan yaitu Pb (0,4 mg/kg),
taraf (2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam dan 10 jam) Hg (0,5 mg/kg), Cd (0,1 mg/kg) dan As (0,1
dengan pergantian larutan NaOH setiap 2 mg/kg) (BSN 2014). Berdasarkan standar
jam. Tahap hidrolisis dengan 2 faktor yaitu tersebut, kulit ikan patin yang digunakan
konsentrasi CH3COOH sebanyak 4 taraf yaitu untuk penelitian masih layak digunakan
0,05 M; 0,1 M; 0,15 M dan 0,2 M dan faktor sebagai bahan baku pembuatan kolagen
lama perendaman sebanyak 3 taraf yaitu 1 karena kandungan logam beratnya berada di
jam, 2 jam dan 3 jam. bawah standar minimal.
0,5
Konsentrasi protein (mg/mL)
0,4
0,3
0,2
0,6 0,6
0,6 0,1 0,6
0,5 0,5
0,5 0 0,5
2 3 4 50,4 6 0,4
0,4 Waktu perendaman (jam)
0,4
Gambar 1 Konsentrasi protein dalam larutan NaOH sisa perendaman:
0,3 NaOH 0,05
0,3 M; NaOH
0,3 0,1 M; NaOH 0,15; NaOH. 0,2 M. Notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda
0,3
0,2 0,2
nyata.
0,2 0,2
350
300
200
350 350
150
350
300 300
100
300
250 250
50
250
200 200
0
200
0,05 0,1 150 0,15 0,2 150
150 Konsentrasi asam asetat (M)
100 100
Gambar 2 Derajat100
pengembangan (DP) kulit ikan patin: waktu perendaman 1 jam; waktu
perendaman 2 jam, waktu perendaman503 jam. 50
50
0 0
Nilai derajat 0 pengembangan kulit bahwa derajat
0,05 pengembangan
0,1 tertinggi
0,15
0,05 0,2
0,1
ikan patin terkecil terjadi0,05
pada perlakuan
0,1 diperoleh
0,15 dari perlakuan
0,2 dengan konsentrasi
konsentrasi 0,05 M dengan waktu 0,15 M dalam waktu 2 jam namun demikian
perendaman 1 jam (129,430%); sedangkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan dengan
derajat pengembangan tertinggi terjadi pada konsentrasi 0,15 M dengan waktu perendaman
perlakuan konsentrasi asam asetat 0,15 M 1 jam. Perlakuan terpilih yang digunakan
dengan waktu perendaman 2 jam (276, 459%) untuk tahap selanjutnya adalah asam asetat
(Gambar 2). Proses pengembangan kulit ikan dengan konsentrasi 0,15 M dengan waktu
pada proses hidrolisis dengan perendaman perendaman 1 jam.
menggunakan asam asetat ini menyebabkan
terjadinya penetrasi asam ke dalam struktur Karakteristik Kolagen
kulit ikan. Penggunaan larutan asam asetat Rendemen
menyebabkan terjadinya peningkatan ion Hasil penelitian menunjukkan rendemen
H+ yang masuk ke dalam struktur kulit ikan kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan patin
melalui gaya elektrostatik antar gugus polar. adalah 17,272%. Rendemen kolagen kulit ikan
Hal ini berpengaruh terhadap pemisahan patin dengan metode ekstraksi menggunakan
struktur serat kolagen dan juga mengganggu suhu 40°C lebih tinggi dibanding rendemen
ikatan non kovalen kolagen yang menyebabkan kolagen kulit ikan patin dengan asam (5,1%)
serat kolagen menjadi prokolagen dan ikan cobia (12,40%) (Tabel 3). Nilai
(Jaswir et al. 2011). rendemen kolagen memiliki kecenderungan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan meningkat akibat peningkatan suhu ekstraksi
bahwa perlakuan perbedaan konsentrasi karena kenaikan suhu membantu memecah
asam asetat dan waktu perendaman serta ikatan hidrogen pada kulit ikan sehingga
interaksinya berpengaruh nyata terhadap kolagen yang dihasilkan lebih banyak
derajat pengembangan kulit ikan patin (Sompie et al. 2015; Alfaro et al. 2009).
(p<0,05). Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan Pranoto et al. (2015) melaporkan bahwa
jumlah rendemen kulit ikan kurisi menurun pengotor yang perlu dihilangkan pada tahap
pada suhu 60°C hingga suhu 80°C dan praperlakuan karena keberadaan lemak
meningkat pada suhu 95°C. Proses ekstraksi dan mineral akan mengganggu efektivitas
pada suhu 60°C tidak mampu menyediakan aplikasi kolagen pada berbagai produk
cukup energi untuk menghilangkan secara (Shon et al. 2011).
utuh ikatan hidrogen pada material kolagen
dan diubah menjadi gelatin. Gugus fungsi
Hasil analisis menunjukkan adanya
Komposisi kimia puncak serapan amida A, amida B, amida I,
Kolagen kulit ikan patin memiliki kadar amida II dan amida III (Gambar 3). Ikatan N-H
air yang cukup tinggi dibandingkan dengan terjadi pada kisaran 3490-3430 cm-1. Ikatan
ikan tuna dan hiu (Tabel 4). Kadar air yang N-H (Amida A) pada kolagen yang diekstraksi
cukup tinggi ini dapat disebabkan oleh pada suhu 40°C mengalami penurunan ke
penggunaan konsentrasi asam yang tinggi. frekuensi yang lebih rendah. Grup NH dari
Konsentrasi asam yang tinggi memiliki peptida yang terkait dalam ikatan hidrogen,
kemampuan yang lebih besar dan kuat dalam posisinya akan turun ke frekuensi yang lebih
menghidrolisis kolagen serta menyebabkan rendah, biasanya sekitar 3300 cm-1. Hal ini
terjadinya pemendekan rantai-rantai peptida sesuai dengan pernyataan Singh (2011), Amida
pada kolagen sehingga penyerapan air A dari kolagen ASC dan PSC (Pepsin Soluuble
semakin tinggi (Mulyani et al. 2009). Kadar Collagen) kulit ikan Pangasius hypopthalmus
abu kolagen ikan patin cukup rendah jika mengalami penurunan frekuensi pada
dibandingkan dengan kadar abu dari ikan 3300 cm-1.
skate, tuna, dan hiu (Tabel 4). Kadar abu yang Amida I kolagen pada suhu ekstraksi
cukup rendah pada kolagen menunjukkan 40°C menunjukkan nilai 1.654,71 cm-1. Singh
proses demineralisasi pada tahap et al. (2011) menyatakan bahwa nilai amida
praperlakuan efektif mengeliminasi mineral I yang rendah dikarenakan besarnya porsi
yang terkandung pada kulit ikan patin. non-heliks pada telopeptida sehingga ikatan
Kadar protein kolagen kulit ikan patin intramolekuler hidrogen antara C=O pada
meningkat dibandingkan protein bahan peptida dan keterkaitan donor hidrogen
baku. Hal ini disebabkan proses praperlakuan lebih rendah. Amida I dihubungkan dengan
dengan larutan NaOH yang mampu stretching vibrasi gugus karbonil ikatan
menghilangkan zat pengotor secara optimal. C=O sepanjang polipeptida dan merupakan
Kandungan protein kolagen kulit ikan patin penanda yang sensitif dari struktur sekunder
pada suhu ekstraksi 40°C ini lebih tinggi peptida. Amida I terdiri dari empat komponen
dibandingkan kandungan protein kulit ikan struktur sekunder protein yaitu α-helix,
pari yaitu 86,97% (Nur’aenah 2013) namun β-sheet, β-turn dan random coil yang saling
lebih rendah dibandingkan protein kulit ikan bertumpang tindih.
tuna dan hiu (Hema et al. 2013). Amida II berhubungan dengan CN
Kandungan lemak kolagen kulit ikan patin stretching dan NH bending yang berada dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan kulit ikan wilayah serapan 1480 hingga 1575. Puncak
tuna dan hiu (Hema et al. 2013). Keberadaan serapan amida II pada kolagen kulit ikan
lemak pada kulit ikan patin merupakan unsur patin pada suhu 40°C berada pada wilayah
Transmisi
Bilangan Gelombang
Gambar 3 Gugus fungsi hasil ekstraksi kulit ikan patin dengan suhu 40°C
serapan 1536,66. Struktur triple helix kolagen Kolagen kulit ikan patin mengandung
dapat diketahui keberadaannya berdasarkan komponen berat molekul tinggi rantai α1,
intensitas rasio (IR) antara puncak wilayah α2, dan β. Berat molekul dari rantai α yaitu
serapan amida III dan puncak wilayah 1450 pada 94 kD dan 98 kD, sedangkan rantai
cm-1. Nilai IR yang mendekati 1,0 menandakan β memiliki berat molekul 204 kD. Rantai α
bahwa kolagen masih memiliki struktur triple pada kolagen kulit ikan patin memiliki berat
helix. Rasio IR antara amida III dan 1454 cm-1 molekul sekitar 100 kDa sedangkan rantai β
pada kolagen kulit ikan patin adalah 1,168. adalah sekitar 200 kDa (Wibawa et al. 2015).
Hal ini membuktikan adanya adanya ikatan Rantai β menunjukkan adanya intermolekular
triple heliks yang belum terpecah menjadi ikatan silang. Intra dan intermolekuler ikatan
gelatin. Gelatin memiliki struktur yang terdiri silang yang banyak dipengaruhi oleh kondisi
dari karbon, hidrogen, gugus hidroksil (OH), ikan. Ikan yang lapar mengandung lebih
gugus karbonil (C=O) dan gugus amina banyak kolagen dengan ikatan silang yang
(NH). Puncak wilayah serapan gelatin yaitu lebih banyak dibanding ikan yang diberi
stretching OH pada bilangan gelombang makan dengan baik. Kandungan ikatan silang
3100-3500 cm-1, stretching CH pada daerah pada kolagen hewan mamalia meningkat
3000-2800 cm-1; CH aromatik pada 3100-3000 seiring dengan meningkatnya umur. Protein
cm-1; stretching C=O pada 1670-1649 cm-1 dengan ikatan silang yang tinggi tidak
(Martianingsih dan Atmaja 2010). ditemukan pada ikan karena sebagian besar
jaringan ikat ikan terbaharui setiap tahun
Berat molekul (Kittipathanabawon et al. 2011).
Pola elektroforesis hasil analisis SDS-
PAGE kolagen kulit ikan patin ditunjukkan Viskositas
pada Gambar 4. Pola elektroforesis kolagen Nilai viskositas kolagen kulit ikan
menunjukkan pola yang serupa dengan patin adalah 12 cP pada suhu kamar.
kolagen tipe I dari kulit ikan lele (Bama et Nilai viskositas suatu bahan yang semakin
al. 2010), patin (Singh et al. 2011) dan nila tinggi menunjukkan makin besar tahanan
(Sahubawa dan Putra 2011). Kolagen tipe I cairan bahan tersebut. Faktor-faktor yang
terbentuk dari 90% bahan organik, sebagian mempengaruhi viskositas antara lain suhu,
besar dapat ditemukan pada kulit, tulang, gaya tarik antar molekul dan jumlah molekul
tendon, ligamen, jaringan ikat dan kornea. terlarut (Zhang et al. 2011) Nilai viskositas
kolagen sangat dipengaruhi oleh temperatur disebabkan oleh perbedaan jenis dan
(Karim dan Bhat 2009). Amiza dan Aishah konsentrasi asam atau basa yang digunakan
(2010) menyatakan viskositas gelatin yang selama proses hidrolisis (Tabarestani
diekstrak dari kulit ikan cobia kering lebih et al. 2012).
tinggi dari kulit ikan cobia beku. Suhu, waktu
ekstraksi, jenis asam dan basa kuat adalah KESIMPULAN
faktor yang mempengaruhi rantai atau Protein non kolagen dihilangkan
polimer protein. Suhu yang semakin tinggi secara maksimum setelah kulit direndam
maka waktu alir yang diperlukan kolagen menggunakan NaOH 0,05 M selama 4 jam.
akan semakin menurun. Waktu alir yang Kulit mengalami pengembangan maksimum
menurun disebabkan berkurangnya tahanan setelah direndam dalam larutan NaOH 0,05
suatu cairan karena makin pendeknya rantai M selama 1 jam. Kolagen kulit ikan patin
senyawa polimer yang disebabkan oleh suhu yang dihasilkan memiliki rendemen 17,272%.
(Sahubawa dan Putra 2011). Gugus fungsi kolagen kulit ikan patin memiliki
nilai IR 1,168 dan struktur triple helix yang
Nilai pH merupakan karakteristik khas kolagen. Hasil
Nilai pH kolagen kulit ikan patin yang SDS-PAGE menunjukkan adanya rantai α1
diekstraksi pada suhu 40°C adalah 5,53. dan α2 yang merupakan ciri khas kolagen tipe
Nilai ini lebih tinggi dibanding kolagen dari I. Nilai viskositas kolagen adalah 12 cP dan
kulit ikan gabus sebesar 5,24 (Wulandari pH 5,53.
2016), kulit ikan pari sebesar 5,00 (Nur’aenah
2013) dan kulit ikan kakap putih sebesar 3,41 DAFTAR PUSTAKA
(Jamilah et al. 2013). Nilai pH sangat Alfaro AT, Costa CS, Fnseca GG, and Prentice
berpengaruh terhadap kelarutan kolagen. C. 2009. Effect of extraction parameters
Kolagen akan mudah larut pada kondisi pH on the properties of gelatin from king
yang asam. Nilai pH diatas dan dibawah pI, weakfish (Macrodon ancylodon) bones.
maka protein memiliki muatan positif atau Food Science Technology. 5(6): 553-562.
negatif. Kolagen dari kulit ikan menunjukkan Amiza, MA and Aishah SD. 2011. Effect
kelarutan yang lebih tinggi pada pH >6. of drying and freezing of cobia
Hal tersebut dikarenakan kolagen dari kulit (Rachycentron canadum) skin on its
memiliki derajat crosslink yang rendah. gelatin properties. International Food
Perbedaan nilai pH kolagen juga dapat Research Journal. 18: 156-166
ekstraksi terhadap mutu kolagen limbah Wang W, Li Z, Liu J, Wang Y, Liu S, Sun M.
kulit ikan nila hitam. Jurnal Teknosains. 2013. Comparison between thermal
1: 1-69. hydrolysis and enzymatic proteolysis
Shon J, Ji-Hyun E, Hwang SJ, Jong-Bang E. processes for the preparation of tilapia
2011. Effect of processing conditions on skin collagen hydrolysate. Journal of Food
functional properties of collagen powder Science. 31(1): 1-4.
from Skate (Raja kenojei) skins. Food Wibawa SF, Retnoningrum DS, Suhartono
Science Biotechnology. 20(1): 99-106. MT. 2015. acid soluble collagen from skin
Singh P, Benjakul S, Maqsood S, Kishimura of common carp (Cyprinus carpio L),
H. 2011. Isolation and characterization of red snapper (Lutjanus sp.) and milkfish
collagen extracted from the skin of striped (Chanos chanos). World Applied Sciences
catfish (Pangasianodon hypophthalmus). Journal. 33(6): 990-995
Food Chemistry. 124: 97–105. Wulandari. 2016. Karakterisasi fisikokimia
Tabarestani SH, Maghsoudlou Y, kolagen yang diisolasi dengan
Motamedzadegan A, Mahoonak AR, metode hidro-ekstraksi dan stabilisasi
and Rostamzad H. 2010. Study on some nanokolagen kulit ikan gabus (Channa
properties of acid soluble collagen isolated striata). [tesis]. Bogor (ID): Institut
from fish skin and bones of rainbow trout Pertanian Bogor.
(Onchorynchus mykiss). International Zhang F, Wang A, Li Z, He S, Shao L. 2011.
Food Reseach Journal. 19(1): 251-257. Preparation and characterisation of
collagen from freshwater fish scales. Food
and Nutrition Sciences. 2: 818-823.