Anda di halaman 1dari 17

Total Systems Intervention

DOSEN PEMBIMBING
ANTIN RAKHMAWATI, S.SOS., M.AB

DISUSUN OLEH:

1. Ruly Asprita (201969100044)


2. Suci Armanis (201969100120)
3. Choirul Anam (201969100047)
4. Hanis Purwanto (201969100136)
5. Lutfi Ansori (201969100127)

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN


Prodi Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Semester 3C
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Berpikir
Sistem yang berjudul “Total System Intervention”. Dalam penyusunan
makalah ini, saya menyadari bahwa banyak pihak yang telah meluangkan
waktu dan tenaganya untuk membantu, membimbing, dan memberi
motivasi bagi kami. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Antin Rakhmawati, S.Sos., M.AB
selaku dosen mata kuliah Berpikir Sistem, dan teman-teman Administrasi
Bisnis angkatan 2019.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi pemikiran


bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para teman mahasiswa dan
terlebih lagi bagi penyusun sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian makalah


ini, terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapakan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca agar dapat
menjadi perbaikan untuk makalah selanjutnya. Akhir kata, saya
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Pasuruan, 18 Desember 2020

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Cover makalah................................…………………………………………………………………… i

Kata pengantar................................…………………………………………………………………… ii

Daftar isi................................……………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………..... 1

1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………............. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.

2.1. Organisasi dan teori sistem thinking…………………………………………… 2

2.2. Karakter Sistem Thinking……………………………………………………………. 2

2.3. Konsep awal sistem dan perkembangan sistem…………………………. 3

2.4. Hard dan Soft System Thinking………………………………………………….. 4

2.5. Hubungan Total Sistem Intervention dengan Hard Sistem & Soft
Sistem……………………………………………………………………………………… 6

BAB III PENUTUP

3.

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………... 11

3.2. Saran………………………………………………………………………………............. 11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………........................ 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Organisasi adalah sebuah sistem sosial, bersifat multi-dimensional dan
beraneka rupa (multifaceted). Teori sistem menganggap organisasi sebagai sistem
terbuka yang memiliki batasan (boundary) dan melakukan interaksi dengan
lingkungan, serta harus beradaptasi terhadap perubahan lingkungan untuk
bertahan hidup. Sehingga sangat relevan jika kita mengkaji permasalahan di dalam
organisasi dengan pendekatan cara berfikir sistem (systems thinking). 

Systems thinking berasal dari General Systems Theory yang dikembangkan


oleh Ludwig von Bertalanffy pada tahun 1920-an. Teori ini berkembang menjadi
berbagai macam disiplin, diantaranya adalah Total system intervensi yang
dikembangkan Flood dan Jakson menciptakan TSI karena ketika akan
menggunakan metodologi sistem kita dihadapkan pada pendekatan sistem yang
sangat banyak, sehingga sulit untuk memilih sebuah pendekatan yang relevan
dengan konteks permasalahan yang dihadapi. Tujuan dari teori digunakan sebagai
pendekatan sistem yang dapat menyelesaikan permasalahan rumit pada
organisasi

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Sifat Organisasi
1.2.2. Teori Sistem Thinking
1.2.3. Karakter Teori Sistem Thinking
1.2.4. Perkembangan Teori Sistem Thinking
1.2.5. Teori Sistem Intervention
BAB II
PEMBAHASAN

2.
3.
2.1 ORGANISASI DAN TEORI SISTEM THINKING
Organisasi adalah sebuah sistem sosial, bersifat multi-dimensional dan
beraneka rupa (multifaceted). Teori sistem menganggap organisasi sebagai sistem
terbuka yang memiliki batasan (boundary) dan melakukan interaksi dengan
lingkungan, serta harus beradaptasi terhadap perubahan lingkungan untuk
bertahan hidup. Sehingga sangat relevan jika kita mengkaji permasalahan di dalam
organisasi dengan pendekatan cara berfikir sistem (systems thinking). 

2.2 KARAKTER SISTEM THINGKING.


Systems thinking  berasal dari General Systems Theory yang dikembangkan
oleh Ludwig von Bertalanffy pada tahun 1920-an. Systems thinking berbeda secara
mendasar dengan bentuk analisis tradisional. Pendekatan ini tidak terfokus pada
bagian-bagian terpisah yang sedang diteliti, tetapi terfokus pada hubungan umpan
balik antara sesuatu yang sedang diteliti dan bagian lain dari sistem. Pendekatan
ini tidak melakukan isolasi pada bagian yang lebih kecil dari sistem, tetapi
memperluas cakupannya pada interaksi yang lebih besar. Dengan cara ini systems
thinking menciptakan pemahaman yang lebih baik dari gambar besar. Sehingga
dapat dikatakan bahwa systems thinking  lebih holistik dan tidak reduksionis.
Perbedaan Non System Thinking dan System Thinking dari aspek sistem dan bahasa
sistem dapat dibandingkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Perbedaan Non System Thinking dan System Thinking

Non System Thinking System Thinking

Aspek Sistem Reductionism (Martin Holism (Bawden,


dan Holwell, 2010) 1998)

Dogmatism (Martin dan Pluralism  (Bawden,


Holwell, 2010) 1998)

Bahasa Sistem Masalah Situasi Masalah

Solusi (Pemecahan Resolusi (Perbaikan


masalah) keadaan)

Sumber: Jackson (2000) dalam Wilopo (2013)

Ide inti paling mendasar dari systems thinking adalah bahwa sistem


mempunyai sifat yang menyeluruh dan sifat itu tidak akan muncul pada bagian
sistem tersebut secara individu, hal ini disebut sebagai ‘emergent properties’.
Konsep emergent properties ini berkaitan dengan sebuah pandangan terhadap
realitas sebagai sebuah lapisan hirarki (Checkland dan Scholes, 1990:19).

2.3 KONSEP AWAL SISTEM DAN PERKEMBANGAN SISTEM


Pada awalnya konsep sistem merujuk pada ‘natural systems’, yaitu sistem
yang diciptakan oleh alam, dan ‘designed systems’, yaitu sistem yang diciptakan
oleh manusia. Namun untuk menjelaskan kompleksitas situasi yang dihadapi oleh
manusia, kemudian dikembangkan konsep Human Activity Sistem, yaitu
seperangkat aktivitas yang disatukan dalam sebuah struktur logika untuk mencapai
tujuan keseluruhan (kemampuan untuk mencapai tujuan menjadi
sebuah emergent property secara keseluruhan).

2.4 HARD DAN SOFT SYSTEM THINKING


Terdapat dua pendekatan dalam berpikir sistem yaitu hard dan soft system
thinking. Secara sederhana, keduanya dibedakan atas dasar jenis masalah yang
dihadapi. Hard system digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang terstruktur
dengan jelas, sementara soft system digunakan untuk menyelesaikan situasi
masalah yang kompleks, tidak  terstruktur dan tidak terdefinisi dengan baik. 

Hard systems thinking mengasumsikan bahwa dunia bagaikan mesin, terdiri


dari berbagai sistem yag dapat dijadikan model dan “direkayasa”. Para
pemikir hard system berasumsi realitas itu objektif, sehingga realitas tampak sama
bagi siapa pun yang menjadi pengamat. Soft systems thinking tidak
mengasumsikan bahwa dunia ini sistemik dan sangat teratur; sebaliknya,
pendekatan ini mengasumsikan bahwa realitas adalah sesuatu yang “problematik”,
dicirikan dengan berbagai pendekatan dan perspektif. Pemahaman terhadap
realitas tergantung pada pengamat, interpretasinya, dan fokus yang dia pilih.
Sehingga soft thinking lebih subjektif dan tidak objektif.

Secara formal, perbedaan antara Hard systems thinking dan Soft systems


thinking dinyatakan dalam terminologi yang menekankan pada tradisi ontologis
(sistem sebagai pencerminan entitas dunia nyata) dan tradisi epistomologis (sistem
sebagai alat pembelajar untuk mengetahui entitas dunia nyata) (Reynolds dan
Holwell, 2010).

 Maani and Cavana (2000) menjelaskan bahwa dua jenis pendekatan itu
bersifat saling melengkapi dan memperkuat, karena masing-masing memiliki
kelebihannya sendiri. Berikut ini perbedaan antara pendekatan hard
system dan soft system:
Tabel  2

Perbedaan antara Pendekatan Hard System dan Soft System

HARD APPROACH SOFT APPROACH

Sebuah cara untuk


Definisi Representasi memperdebatkan dan
Model dari real world memberikan wawasan
tentang real world

Jelas dan hanya


Definisi Ambigu dan multidimensi
satu dimensi (satu
Masalah (banyak tujuan)
tujuan)

Pelaku dan Tidak Merupakan bagian integral


Organisasi dipertimbangkan dari model

Data Kuantitatif Kualitatif

Solusi dan
Tujuan Wawasan dan pembelajaran
optimalisasi

Perkembangan/kemajuan
Produk dan
Hasil melalui pembelajaran
rekomendasi
kelompok

Sumber : diadaptasi dari Kambiz E. Maani and Robert Y. Cavana (2000:21)


Checkland dan Poulter (2006) menjelaskan perbedaan antara Hard Systems
Thinking dan Soft Systems Thinking dari persepsi dan posisi pengamat (observer)
sebagai berikut:

Tabel 3  Perbedaan Hard Systems Thinking  dan  Soft Systems Thinking

Hard Systems Soft Systems Thinking


Thinking

Systemicity The world: systemic The process of inquiry:


systemic

The observer’s Well structured could Messy and ill structured


Perceived real be broken down into
world systems and
subsystems

Observer “I spy systems which I “I spy complexity and


position can engineer” confusion; but I can
organize exploration of
it as learning system”

Sumber: Checkland dan Poulter (2006)

2.5 HUBUNGAN TOTAL SISTEM INTERVENTION DENGAN HARD SISTEM & SOFT
SISTEM
Untuk memilih metodologi sistem yang tepat diantara dua pendekatan
tersebut dapat menggunakan Total System Intervention (TSI). TSI yang
dikembangkan oleh Flood dan Jackson pada tahun 1991merupakan sebuah meta-
methodology, sebuah kerangka kerja bagi metodologi sistem, yang menyatukan
berbagai metafora sistem dan berbagai pendekatan sistem untuk pemecahan
masalah secara kreatif (Mehregen et al, 2011).
Flood dan Jakson menciptakan TSI karena ketika akan menggunakan
metodologi sistem kita dihadapkan pada pendekatan sistem yang sangat banyak,
sehingga sulit untuk memilih sebuah pendekatan yang relevan dengan konteks
permasalahan yang dihadapi. Flood menjelaskan bahwa TSI pada intinya adalah
sebuah proses yang memungkinkan kita untuk menggunakan berbagai metode
yang berbeda, dengan terlebih dahulu berfikir secara kreatif tentang jenis
permasalahan yang dihadapi organisasi, dan kemudian memilih metode yang
paling tepat untuk memecahkan masalah tersebut secara efektif. Ada tiga tahap
dalam proses TSI, yaitu kreativitas (creativity), pemilihan (choice) dan penerapan
(implementation) (Mehregen et al, 2011).

Untuk memudahkan kita membuat keputusan yang tepat, Flood dan Jackson
membuat sebuah pengelompokan dari situasi konteks masalah dalam sebuah
matriks yang diperlihatkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Matriks Pengelompokan Konteks Masalah

Unitary Pluralist Coercive

Simple Simple- Simple- Simple-


Unitary Pluralist Coercive

Complex Complex- Complex- Complex-


Unitary Pluralist Coercive

            (Sumber : Flood and Jackson (1991) dalam Mehregen et. al (2011))
Matriks tersebut terdiri dari dua dimensi; satu dimensi terkait dengan tingkat
kompleksitas permasalahan sistem, dan dimensi yang lain terkait dengan
hubungan dari pihak yang terlibat dalam konteks masalah tersebut. Jackson
menjelaskan hubungan kedua dimensi sebagai berikut: sebuah hubungan kesatuan
(unitary) terjadi jika sekelompok orang mempunyai nilai-nilai dan kepentingan
yang seragam; sebuah hubungan pluralis terjadi jika nilai-nilai dan kepentingan
berbeda tetapi mereka mempunyai kesamaan yang cukup besar untuk tetap
menjadi anggota koalisi yang membentuk organisasi tersebut; dan hubungan
konfliktual atau paksaan (coercive) terjadi jika kepentingan mereka berbeda dan
tidak dapat disatukan, serta melahirkan kekuasaan yang menyebabkan salah satu
kelompok dikorbankan (Mehregen et al, 2011).

Flood dan Jackson kemudian membuat sebuah rekomendasi metodologi


sistem yang paling tepat terkait situasi kontekstual permasalahan yang relevan.
Mereka menyebutnya sebagai sebuah ‘system of systems methodologies’, seperti
terlihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5

Pengelompokan Metodologi Sistem Berdasarkan Asumsi Konteks Masalah

Unitary Pluralist Coercive

Simple    Operations    Social systems    Critical


research design systems
heuristics
   Systems analysis    Strategic
assumption
   Systems
surfacing and
engineering
   System dynamics testing

Complex    Viable system    Interactive ?


diagnosis planning

   General systems    Soft systems


theory  methodology

   Socio-technical
systems 

   Contingency
theory

(Sumber : Flood and Jackson (1991) dalam Mehregen et. al (2011))

Untuk dapat menggunakan pendekatan TSI dengan lebih baik, terdapat


subsistem untuk menerapkan setiap situasi permasalahan dalam aktivitas
organisational, yang ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6

Subsistem dalam Total System Intervention

Systems Assumptions Underlying metaphors


methodology about Problem
(examples) Contexts

System dynamics Simple-Unitary Machine/Team


Viable systems Complex-Unitary Organism/Brain/Team
diagnosis

Strategic Simple-Pluralistic Machine/Coalition/Culture


Assumption
Surfacing and
Testing

Interactive planning Complex- Brain/Coalition/Culture


Pluralistic

Soft systems Complex- Organism/Coalition/


methodology Pluralistic Culture

Critical systems Simple-Coercive Machine/Organism/Prison


heuristics

(Sumber : Flood and Jackson (1991) dalam Mehregen et. al (2011))


BAB III

PENUTUP

3
3.1 KESIMPULAN
Perencanaan strategis dan pengukuran kinerja pada organisasi publik berada
pada konteks kompleks-pluralis, karena jumlah pihak yang terlibat sangat banyak
dengan berbagai cara pandang yang berbeda, serta permasalahan yang dihadapi
sangat kompleks dan sulit untuk didefinisikan. Sehingga metodologi sistem yang
tepat dalam penyusunan rencana strategis dan pengukuran kinerja dapat
menggunakan Total Sistem Intervension

3.2 SARAN
Semua organisasi mempunyai pontensi sebuah permasalahan maka
pendekatan metode berfikir system dan mempraktekan total system intervensi
berulang kali untuk mengetahui titik – titik permasalahan akan mudahkan dalam
melakukan mengurai permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Checkland, Peter, and Jim Scholes. 1990. Soft Systems Methodology in Action.


Chichester: John Wiley and Sons Limited.

Checkland, Peter. and Poulter, John. 2006. Learning for Action: A Short Definitive
Account of Soft Systems Methodology and its use for Practitioners. Chichester: John
Wiley and Sons Limited.

Maani, K. E. & Cavana, R. Y., 2000. Systems Thinking and Modelling. New Zealand:
Pearson Education.

Mehregan, Mohammad Reza, Mohammad Safari Kahreh, dan Homayoun Yousefi. 2011.
“Strategic Planning by use of Total Systems Intervention Towards the Strategic
Alignment”. International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 2, No. 2,
April 2011.

Reynolds, Martin dan Sue Holwell. 2010. Systems Approaches to Managing Change: A


Practical Guide. Editors. London: Springer.
Wilopo. 2013. Pembaruan Kelembagaan dan Tata Kelola Dalam Rangka Perbaikan
ICT USO (Riset Tindakan Berbasis Multimetodologi Berbasis Soft Systems
Methodology diperkaya dengan Social Network Analysis). Disertasi. Program
Pasca Sarjana Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai