Berbicara apa adanya Berkata dengan hati-hati Lalu saudaraku mati
Bu, aku hanya tertawa
tertawa melihat tangis tangis primata dengan jas dan kemeja Tapi aku ditampar api
Bu,aku hanya menangis
Ketika lidah hanya hasilkan ludah Bu, aku hanya membaca Membaca tanda-tanda Tapi kawanku harus pecah kepala
Aku hanya berkata-kata
Aku bertemu dengan amarah yang sedang rangkai bunga kematian Dibalik tangan kejinya Aku hanya menentang tidak menantang Tapi Baginya sang penopang hanyalah uang
Bu, kawan kawanku lari
Terbirit hindari bara api Ketika aku hanya memberitahu mereka
Aku hanya bersuara
Aku hanya bertanya tanya Aku hanya duduk disamping mereka Yang coba lindungi kediaman anak istri Tapi padanya, hantaman dan tebasan tak terhindari
Di hari esok, tanah moyang tersiram hujan
Adik-adik tak lagi punya lahan Aku hanya bercerita Tapi aku harus menderita Tatkala coba berdongeng tentang bara dendam
Kubuka mata dan kulihatnya
Kawanku tersita mata pencahariannya Tak punya lagi si cemara diantara jagung - jagung baru diatas tanah leluhurku
Bu, aku hanya berbisik
Serupa desis-desis sanca Tapi aku dipenjarakannya
Bu,aku hanya bernyanyi
Serupa kenari dalam sangkar terbuka Tapi aku harus korbankan hati