Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PPKN

"KASUS PENCULIKAN DAN


PEMBUNUHAN MARSINAH"

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


1. Lulu Muthiah Kultsum
2. Aluby Rabani
3. M. Aidil Zamzami
4. Vega Ritma
5. Diyar

XI MIPA 5
SMA Negeri 6 Tasikmalaya
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dan teman kelompok dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mengenai HAM di
Indonesia.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
agar kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada Ibu/Bapak untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................


i
DAFTAR ISI ......................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biodata Marsinah ................................................................................ 4
2.2 Kronologi Kejadian ........................................................................... 5
2.3 Proses Penyelidikan ............................................................................ 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 7
3.2 Saran ....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hak Asasi Manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa
manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Hak
asasi manusia berlaku kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja, sehingga sifatnya
universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, tidak dapat dibagi-bagi, saling
berhubungan, dan saling bergantung.
Kasus pelanggaran HAM di Indonesia tentang pembunuhan yang akan kami bahas kali ini
adalah "Kasus Terbunuhnya Marsinah". Pembunuhan bukan lagi merupakan hal baru di
dalam kehidupan masyarakat. Begitu seringnya terjadi tindak pidana pembunuhan, sehingga
masyarakat sudah tidak terkejut lagi mendengar, melihat, serta menyaksikannya. Nyawa
manusia tak ternilai harganya, karena itu hanya Tuhan yang berwenang mengambilnya.
Sebelum dicantumkan dalam suatu undang-undang, setidak-tidaknya pembunuhan dan
pembunuhan berencana sudah merupakan delik bagi bangsa-bangsa yang pada suatu waktu
tertentu mencapai hukum tertulis. Indonesia adalah negara hukum. Pembukaan konstitusinya
memberikan jaminan perlindungan terhadap segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

 Atas dasar apa Marsinah dibunuh?


 Bagaimana kronologi terbunuhnya Marsinah?
 Siapa saja pelaku pembunuhan Marsinah?
 Dimana lokasi terbunuhnya Marsinah?
 Mengapa PT CPS memilih bergeming dan tidak menjelaskan bagaimana nasib para
buruh jika upahnya tidak dinaikkan?
 Mengapa upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran HAM atas kasus marsinah
sampai sekarang belum tuntas?

1.3 Tujuan

 Mengetahui kronologi dan siapa saja yang diduga terlibat dalam pembunuhan
Marsinah.
 Mengetahui upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran HAM atas kasus
Marsinah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Biodata Marsinah

Marsinah (lahir di Nglundo, 10 April 1969-meninggal 8 Mei 1993 pada umur 24 tahun)
adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang
selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan di dusun Jegong, desa Wilangan dengan
tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono
(pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian
Forensik RSUD Dr. Soetomo Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat
penganiayaan berat.
Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama.
Kasus ini menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO), dikenal sebagai kasus 1773.

2.2Kronologi Kejadian
Pada pertengahan April 1993, para buruh PT. CPS (Catur Putra Surya) pabrik tempat
kerja Marsinah resah karena ada kabar kenaikan upah menurut Sudar Edaran Gubernur Jawa
Timur. Dalam surat itu termuat himbauan pada para pengusaha untuk menaikkan upah buruh
sebesar 20% dari upah pokok. Pada minggu-minggu tersebut, Pengurus PUK-SPSI PT. CPS
mengadakan pertemuan di setiap bagian untuk membicarakan kenaikan upah sesuai dengan
himbauan dalam Surat Edaran Gubernur.
Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1993 seluruh buruh PT. CPS tidak masuk kerja,
kecuali staf dan para Kepala Bagian. Hari itu juga, Marsinah pergi ke kantor Depnaker
Surabaya untukmencari data tentang daftar upah pokok minimum regional. Data inilah yang
ingin Marsinah perlihatkan kepada pihak pengusaha sebagai penguat tuntutan pekerja yang
hendak mogok.
Tanggal 4 Mei 1993 pukul 07.00 para buruh PT. CPS melakukan unjuk rasa dengan
mengajukan 12 tuntutan. Seluruh buruh dari ketiga shift serentak masuk pagi dan mereka
bersama-sama memaksa untuk diperbolehkan masuk ke dalam pabrik. Satpam yang menjaga
pabrik menghalang-halangi para buruh shift II dan shift III. Para satpam juga mengibas-
ibaskan tongkat pemukul serta merobek poster dan spanduk para pengunjuk rasa sambil
meneriakan tuduhan PKI kepada para pengunjuk rasa.
Aparat dari koramil dan kepolisian sudah berjaga-jaga di perusahaan sebelum aksi
berlangsung. Selanjutnya, Marsinah meminta waktu untuk berunding dengan pengurus PT.
CPS. Perundingan berjalan dengan hangat. Dalam perundingan tersebut, sebagaimana
dituturkan kawan-kawannya. Marsinah tampak bersemangat menyuarakan tuntutan. Dialah
satu-satunya perwakilan dari buruh yang tidak mau mengurangi tuntutan. Khususnya tentang
tunjangan tetap yang belum dibayarkan pengusaha dan upah minimum sebesar Rp. 2.250,-
per hari sesuai dengan kepmen 50/1992 tentang Upah Minimum Regional. Setelah
perundingan yang melelahkan tercapailah kesepakatan bersama.
Namun, pertentangan antara kelompok buruh dengan pengusaha tersebut belum
berakhir. Pada tanggal 5 Mei 1993, 13 buruh dipanggil kodim Sidoarjo. Pemanggilan itu
diterangkan dalam surat dari kelurahan Siring. Tanpa dasar atau alasan yang jelas, pihak
tentara mendesak agar ke-13 buruh itu menandatangani surat PHK. Para buruh terpaksa
menerima PHK karena tekanan fisik dan psikologis yang bertubi-tubi. Dua hari kemudian
menyusul 8 buruh di-PHK di tempat yang sama.
Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan
rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10
malam, Marsinah lenyap. Marsinah marah saat mengetahui perlakuan tentara kepada kawan-
kawannya. Selanjutnya, Marsinah mengancam pihak tentara bahwa Ia akan melaporkan
perbuatan sewenang-wenang terhadap para buruh tersebut kepada Pamannya yang berprofesi
sebagai Jaksa di Surabaya dengan membawa surat panggilan kodim milik salah seorang
kawannya. Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya
sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 9 Mei 1993.
Mayatnya ditemukan di gubuk petani dekat hutan Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei
1993. Ia yang tidak lagi bernyawa ditemukan tergeletak dalam posisi melintang. Sekujur
tubuhnya penuh luka memar bekas pukulan benda keras. Kedua pergelangannya lecet-lecet,
mungkin karena diseret dalam keadaan terikat. Tulang panggulnya hancur karena pukulan
benda keras berkali-kali. Di sela-sela pahanya ada bercak-bercak darah, diduga karena
penganiayaan dengan benda tumpul. Pada bagian yang sama menempel kain putih yang
berlumuran darah. Mayatnya ditemukan dalam keadaan lemas, mengenaskan.
2.3Proses Penyelidikan
Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk
melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai penanggung
jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan
beranggotakan penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.
Delapan petinggi PT CPS (Yudi Susanto, 45 tahun, pemilik pabrik PT CPS Rungkut
dan Porong; Yudi Astono, 33 tahun, pemimpin pabrik PT CPS Porong; Suwono, 48 tahun,
kepala satpam pabrik PT CPS Porong; Suprapto, 22 tahun, satpam pabrik PT CPS Porong;
Bambang Wuryantoyo, 37 tahun, karyawan PT CPS Porong; Widayat, 43 tahun, karyawan
dan sopir di PT CPS Porong; Achmad Sutiono Prayogi, 57 tahun, satpam pabrik PT CPS
Porong; Karyono Wongso alias Ayip, 37 tahun, kepala bagian produksi PT CPS Porong)
ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk Mutiari, 26 tahun, selaku
Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap, mengalami siksaan
fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian diketahui sebagai
Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah membuat
skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah.
Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda
Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D.
Soerjadi, mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam
pembunuh Marsinah.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga
terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat
pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI. Pasal yang dipersangkakan Penyidik Polda Jatim
terhadap para tersangka dalam Kasus Marsinah tersebut antara lain Pasal 340 KUHP, 255
KUHP, 333 KUHP, hingga 165 KUHP jo Pasal 56 KUHP.
Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol
CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke
pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita,
Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain
itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan
Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi,
Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan
(bebas murni) Jaksa / Penuntut Umum. Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya
telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa
penyelidikan kasus ini adalah "direkayasa".
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Marsinah hanyalah seorang buruh pabrik dan aktivis buruh yang bekerja pada PT
Catur Putra Surya (CPS) di Porong Sidoarjo, Jawa Timur. Ia ditemukan tewas terbunuh pada
tanggal 8 Mei 1993 di usia 24 tahun. Otopsi dari RSUD Nganjuk dan RSUD Dr Soetomo
Surabaya menyimpulkan bahwa Marsinah tewas kerena penganiayaan berat.
Kasus pembunuhan Marsinah di atas merupakan pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) berat. Alasannya adalah unsur penyiksaan dan pembunuhan sewenang-wenang di
luar putusan pengadilan terpenuhi Dengan demikian, kasus tersebut tergolong patut dianggap
kejahatan kemanusiaan yang diakui oleh peraturan hukum Indonesia sebagai pelanggaran
HAM berat.

3.2 Saran
Sudah saatnya pemerintah membuka mata lebar-lebar akan kasus Marsinah dan kasus-
kasus yang dialami oleh buruh saat ini. Pemerintah sebaiknya berani membuka ulang kasus
Marsinah atas nama demokrasi dan HAM. Hilang dan matinya Marsinah sudah barang tentu
adalah sesuatu yang “direkayasa” sehingga sampai saat ini kasusnya tidak pernah menemui
titik terang. Padahal keadilan yang tertinggi adalah keadilan terhadap Hak Asasi Manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Kekerasan Penyelidikan Dalam Kasus Marsinah yang diterbitkan tahun 1995 (E. A
Pamungkas, 2010:83)
I Qurniasari, IG krisnadi – Publika budaya, 2014 – jurnal.unej.ac.id

Anda mungkin juga menyukai