Anda di halaman 1dari 9

KRANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

I. PENDAHULUAN
Dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang (RPJP) 2005─2025,
disebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia diarahkan untuk terwujudnya
manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, dan masyarakat yang semakin sejahtera
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2004). Melalui Program “Indonesia Sehat
2010”, gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai adalah
masyarakat yang antara lain hidup dalam lingkungan yang sehat dan mempraktekkan
perilaku hidup bersih dan sehat (Departemen Kesehatan RI, 2003). Lingkungan sehat
yang dimaksud, termasuk di dalamnya bebas dari wabah penyakit menular.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009, salah satu


program di bidang kesehatan adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit, termasuk
wabah penyakit menular. Penanganan secara cepat terhadap wabah penyakit juga
merupakan bagian dari peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang menjadi satu dari
tiga prioritas program 100 hari pertama Kabinet Indonesia Bersatu 2004-2009 di bidang
kesehatan (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2004; Departemen Kesehatan RI,
2005). Saat ini, isu tentang kesehatan masyarakat menjadi perhatian dan prioritas
program Pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan).

Jumlah ledakan penyakit-penyakit menular semakin meningkat pada tahun-tahun


belakangan ini. Ada beberapa alasan yang melandasinya yaitu penebangan hutan yang
meluas, pembangunan irigasi, program pengendalian vektor penyakit yang terbengkalai,
kepadatan penduduk secara berlebihan disertai kondisi sanitasi yang jelek, dan kesadaran
masyarakat untuk hidup sehat yang masih rendah. Salah satu contoh penyakit menular
yang sampai saat ini angka kejadiannya masih tinggi dan masuk dalam Kejadian Luar
Biasa (KLB) adalah Demam Berdarah Dengue (DBD).

Secara nasional angka DBD cenderung meningkat dari tahun ke tahun, di


beberapa wilayah angka kematian ini relatif masih cukup tinggi, sedangkan sasaran
nasional angka kematian DBD di Indonesia kurang dari 1,0% (Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan RI, 2005).  Penyakit ini banyak
terjadi di kota-kota yang padat penduduknya, tetapi dalam tahun-tahun belakang ini

1
demam berdarah mulai berjangkit di daerah pedesaan. Penyebaran penyakit biasanya di
mulai dari sumber-sumber penularan di kota kemudian menjalar ke daerah-daerah
pedesaan. Makin ramai lalu lintas manusia di suatu daerah, makin besar pula
kemungkinan penyebaran penyakit ini.

Sebagaimana diketahui, bahwa obat untuk membasmi virus belum tersedia.


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2005),
pencegahan penyakit DBD yang paling utama adalah dengan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui kegiatan yang dikenal sebagai 3 M, yaitu Menguras bak atau
penampungan air, Menutup bak atau tempat penampungan air, dan Menimbun/ mengubur
barang-barang bekas seperti kaleng, botol, dan lain-lain. Kegiatan ini bertujuan untuk
memutus rantai perkembangbiakan nyamuk dengan cara membasmi telur dan jentik-
jentik nyamuk, sehingga diharapkan tidak sampai menjadi nyamuk dewasa. Kegiatan 3 M
ini harus dilaksanakan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.

Meskipun cara ini dianggap efektif, tetapi kenyataan di lapangan tidak


menunjukkan adanya penurunan kasus DBD, justru terjadi peningkatan. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan sosialisasi pemerintah tentang cara tepat
melakukan 3 M. Hanya kalangan tertentu saja yang dapat melakukan 3 M dengan tepat,
sementara masyarakat yang dengan perekonomian rendah tidak atau kurang tepat
melaksanakan 3 M. Di sisi lain, angka masyarakat miskin di Indonesia sangat tinggi,
sehingga program 3 M tidak terlaksana secara baik.

II. LATAR BELAKANG


Mengingat penyebaran nyamuk DBD yang telah tersebar luas di seluruh tanah air,
baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum, maka upaya pemberantasannya
tidak hanya tugas pemerintah (tenaga kesehatan) saja, tetapi harus didukung peran serta
masyarakat secara aktif. Oleh karena itu, partisipasi seluruh lapisan masyarakat melalui
strategi yang lebih bersifat (1) akomodatif, (2) fasilitatif/bottom up, (3) kemitraan, yakni
masyarakat termasuk lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta dan lain-lain
mempunyai peran yang lebih besar, (4) terfokus, dengan prioritas, local specific,
bertahap, (5) lebih mengoptimalkan kerjasama lintas sektor didukung data, terutama
data sosial budaya, serta diprogramkannya PSN DBD secara luas di propinsi, kabupaten
dan kota, dan pada setiap Puskesmas.
2
Untuk membatasi penularan penyakit DBD yang cenderung meluas, mencegah
KLB, dan menekan angka kesakitan maupun kematian, perlu menggerakkan masyarakat
untuk bersama-sama dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya penyakit DBD
sejak dini. Untuk membina peran serta masyarakat perlu dilakukan pembentukan dan
pengoptimalan sumber daya dan kekompakan masyarakat setempat, sebab sejauh ini
partispasi masyarakat dalam rangka pencegahan dan pemberantasan DBD belum
optimal. Untuk itu perlu dipersiapkan petugas kesehatan dari dinas kesehatan, terutama
yang memiliki keahlian di bidang epidemiologi, untuk memberikan pengetahuan kepada
masyarakat. Diharapkan dengan terlaksananya program DBD Mengurangi angka
kesakitan dan angka kematian akibat DBD, mencegah dan menaggulangi adanya KLB
DBD.

III. TUJUAN
1. TujuanUmum
Membatasi penularan dan penyebaran penyakit DBD agar tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat
2. Tujuan Khusus:
Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat DBD, mencegah dan
menaggulangi adanya KLB DBD.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Penyuluhan DBD
2. PJB
3. PE
4. Abatisasi selektif
5. Foging focus
6. Monitoring dan evaluasi

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Penyuluhan kepada masyarakat di setiap Desa
2. Pemantauan jentik berkala di setiap Desa dengan PSN 3M Plus
3. Penyelidikan epidemiologi
4. Abatesasi selektif di desa endemis dan sporadic dilakukan setiap bulan

3
5. Cakupan foging focus
6. Penemuan dan pelaporan kasus DBD, Pemantauan jumlah kasus DBD per minggu
per desa melalui pemantauan wilayah setempat (PWS) P2DBD

VI. SASARAN
Masyarakat di 17 Desa wilayah kerja Puskesmas Sugihwaras

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Tabel 7.1 Jadwal Pelaksanaan Program DBD
NO KEGIATANA BULAN KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyuluhan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
DBD
2 PJB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 PE Sesuai Kasus
4 Abatisasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
selektif
5 Foging focus Sesuai Kasus
6 Monitoring dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
evaluasi

VIII. TATA NILAI PUSKESMAS SUGIHWARAS


1. Berpikir pada rakyat :
Kegiatan atau pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD di utamakan
kepada kesejahteran masyarkat di wilayah kerja Puskesmas Sugihwaras pada
umumnya dan pada khususnya kepada pemegang program
2. Jujur :
Berusaha jujur di setiap melaksanakan tanggung jawab yang telah di berikan
3. Responsif :
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, menindak lanjuti sitiap ada
informasi insiden kasus DBD baik dari Puskesmas, RS atau pun informasi
yang di dapat dari masyarakat.
Melakukan PE ketika ada insiden kasus DBD baik insiden yang di dapat dari
Puskesmas atau RS
4. Ramah :
4
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakt, koordinasi lintas program
dan sektor

IX. PERAN LINTAS PROGRAM


Berkerjasama di dalam lingkup Puskesmas atau lingkup Dinas Kesehatan :
1. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Sebagai pusat Pemberdayaan Masyarakat
3. Sebagai pelayanan kesehatan perorangan
4. Sebagai playanan kesehatan masyarakat
5. Mengidentifikasi masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan
Puskesmas secara bersama-sama
6. Mengidentifikasi penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan masalah.
7. Bersama-sama merencana kerja untuk periode selanjutnya.
8. Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas ber-dasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
9. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas
Pembantu dan Bidan di Desa.
10. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
11. Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).
12. Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang telah disusun, memecahkan
masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana
kerja yang baru.

X. PERAN LINTAS SEKTORAL


Berkerjasama dengan organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM, dan
pemerintah Desa, dengan menggalang kerjasama dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan di bidang kesehatan untuk meningkatkan program pembinaan
pembangunaan bidang kesehatan masing-masing sektor. Mengetahui peran masing-
masing sektor dan saling mendukung untuk melaksanakan pembangunan di bidang
kesehatan, merumuskan kerja sama pembinaan pembangunan dalam bidang kesehatan

5
dengan melaksanakan perencanaan pembinaan secara terpadu di masyarakat dengan
mengedepankan skala prioritas melalui langkah-langkah :
1. Identifikasi
2. Sosialisasi tentang program
3. Penyamaan persepsi
4. Pembentukan komitmen
5. Pengaturan peran
6. Komunikasi intensif
7. Melakukan kegiatan
8. Dan melakukan pemantauan dan evaluasi

Perannya sebagai berikut :


1. Pemerintahan (Camat atau Desa)
Menyusun kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan motivasi kepada
masyarakat dalam melaksanakan pembanguan termasuk pembangunan bidang
kesehatan P2 DBD. Bertanggung jawab di wilayah kecamatan merencanakan,
penggerak, pengawasan, pengendalian dan peningkatan dalam kegiatan penyuluhan PSN
3M plus.
2. TP PKK Kecamatan dan Desa
a. Pembina, Motivator masyarakat untuk melaksanakan
pembangunan kesehatan m e l i p u t i d a l a m b i d a n g P r o m o s i
K e s e h a t a n P 2 D B D melalui kegiatan kelompok.
b. Memotivasi kader dalam pelaksanaan Pembinaan, penyuluhan ibu-ibu Bayi dan
balita.- Penyuluhan dan memotivasi ibu-ibu untuk ikut berusaha dalam
meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan PSN 3M Plus.

3. Koramil
a. Berkoordinasi dalam masalah keamanan dan penanggulangan
bencana(siaga bencana)
b. Bersama sama melaksanakan PSN( Pemberantasan sarang nyamuk),
Sebegai anggota tim supervisi terpadu PSN
c. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
6
4. Polsek
a. Bersama sama melaksanakan PSN( Pemberantasan sarang nyamuk),
Sebegai anggota tim supervisi terpadu PSN
b. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
5. Dinas Pendidikan
a. Berkoordinasi pada kegiatan
b. Berkoordinasi pada kegiatan Penyuluhan PSN 3M Plus
c. Berkoordinas dalam inspeksi bejana penampungan air TTU di instansi
pendidikan (TK,SD, SMP, dan SMA/SMK)
d. Bersama sama melaksanakan PSN( Pemberantasan sarang nyamuk),
Sebegai anggota tim supervisi terpadu PSN
e. Berkoordinasi dalam pelaporan
f. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
6. UPT B-KB
a. Memberikan pembinaan dan motivasi dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan
b. Memberikan masukan ,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
c. Bersama sama melakukan PSN, sebagai anggota tim supervisi terpadu
PSN
7. KUA
a. Sebagai anggota pokjanal PSN-GJB
b. Berkoordinas dalam inspeksi bejana penampungan air TTU di instansi
pendidikan (MI,MTs dan RA)

8. Kepala Desa
a. Memberikan dukungan kepada pelayanan kesehatan di puskesmas
b. Sebagai ketua tim pelaksana tingkat desa akselerasi penurunan
penderita DBD
c. Sebagai penanggung jawab / koordinator pelaksanaan PSN-GJB tingkat
desa

7
d. Memotivasi masyarakat yang tidak mau dirujuk ke Rumah Sakit
e. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
f. Bersama sama menyusun jadwal kegiatan program kesehatan PSN
g. Membuat surat keputusan tentang penetapan kader aktif
9. PKK
a. Melakukan pembinaan, memotivasi masyarakat untuk melaksanakan
pembangunan
b. kesehatan meliputi kegiatan dibidang Promosi kesehatan PSN 3M Plus
melalui kegiatan kelompok
c. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan
d. Sebagai anggota pokjanal PSN-GJB
10. Kader
a. Pelaksana dalam Kegiatan Juru Pemantau jentik (Jumantik), Survei
Perumahan dan lingkungan
b. Sebagai Penggerak peran serta masyarakat
c. Membantu kegiatan puskesmas di Masyarakat Pelaporan tersangka
penderita DBD
d. Sebagai Penyuluh kesehatan di masyarakat
e. Membantu petugas puskesmas dalam melaksanakan kegiatan

XI. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap bulan, dilakukan oleh
pelaksana Program dan dilakukan tindakan korektif jika terjadi ketidak tepatan jadwal
pelaksanaan keigatan.
Pelaporan tentang evaluasi ketepatan jadual pelaksanaan kegiatan berupa chek list
disertai dengan keterangan tindakan korektif jika terjadi ketidak tepatan jadwal
pelaksanaan kegiatan, Laporan evaluasi ini dibuat pada minggu ke-4 setiap bulan
selama tahun 2016 atau sesuai kasus.
Laporan evaluasi ini ditunjukkan kepada program UKP dilanjutkan Kepala UPTD
Puskesmas Sugihwaras dan pemegan Program DBD Dinkes Kabupaten Bojonegoro

8
Tabel 8.1 Tabel Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Program DBD
NO KEGIATANA WAKTU TEMPAT
1 Penyuluhan Setiap Bulan Desa
DBD
2 PJB Setiap Bulan Desa
3 PE Sesuai Kasus Desa
4 Abatisasi Setiap ada kasus dan Setiap 3 Bulan Desa
selektif
5 Foging focus Sesuai Kasus Desa
6 Monitoring Setiap ada kasus PE, FF dan Setiap 3 Puskesmas
dan evaluasi
Bulan

IX PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan, pelaporan dan evaluasi setiap selesai kegiatan, dan hasil kegiatan di
laporkan ke Kepala Puskesmas dan diteruskan ke P2 Dinas Kesehatan Kabupaten dan
untuk dilakukan tindak lanjut.

X. PENDANAAN
BOK

Anda mungkin juga menyukai