Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN EPNDAHULUAN

IBU POST PARTUM

Di Susun Oleh :
Kiky Rizkyah Serang

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIkes
MALUKU HUSADA
2022/2023
A. Pengertian masa post partum

Post partum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai minggu keenam setelah melahirkan (Manuaba, 2012).

Sedangkan menurut Dewi & Sunarsih (2012), Masa post partum dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam

minggu.

B. Tahapan masa post partum

Menurut Manuaba (2012), masa post partum terbagi 3 tahap yaitu:

a. Puerperium dini (immediate puerperium) yaitu waktu 0-24 jam post

partum yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk

berdiri dan jalan-jalan.

b. Puerperium Intermedial (early puerperium) yaitu waktu 1-7 hari

post partum yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium (later puerperium) yaitu waktu 1-6 minggu post

partum diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila

selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu

untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau tahun.

C. Perubahan fisiologi masa post partum

Menurut Manuaba (2012), perubahan-perubahan yang terjadi pada

masa post partum antara lain:

1. Perubahan sistem reproduksi

Perubahan pada sistem reproduksi meliputi:

a. Perubahan uterus
Terjadi kondisi uterus yang meningkat setelah bayi keluar, hal ini

menyebabkan iskemia pada perlekatan plasenta sehingga

jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus

mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali

(setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus,

setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali

pada ukuran sebelum hamil). Uteru akan mengalami involusi

secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti

sebelum hamil. Mengenai tinggi fundus uterus dan berat

menurut masa involusi sebagai berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi tinggi fundus uterus dan berat menurut


masa involusi
Involusi TFU Berat
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lepas Dua jari di bawah 750 gram
pusat
Satu minggu Pertengahan pusat 500 gram
Dua minggu Tak teraba diatas 350 gram
simpisis
Enam minggu Bertambah kecil 50 gram
Delapan Normal 30 gram
minggu
Sumber: (Manuaba, 2012)

b. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa post partum

dan mempunyai reaksi basa dan mempunyai bau yang amis

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda

pada setiap wanita. Komposisi lochea adalah jaringan


endometrial, darah dan limfe. Lochea mengalami perubahan

karena proses involusi. Tahap lochea yaitu:

1) Lochea rubra (merah) lochea ini muncul pada hari pertama

hingga hari ketiga masa post partum. Warnanya merah dan

mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut.

2) Lochea sanguinolenta (merah kuning) lochea ini berwarna

merah kuning berisih darah dan lender, pengeluaran pada

hari ketiga sampai hari kelima post partum.

3) Lochea serosa (pink kecoklatan) lochea ini muncul pada hari

kelima sampai hari kesembilan, warnanya kekuningan atau

kecoklatan terdiri atas sedikit darah dan lebih banyak serum.

4) Lochea alba (kuning putih) lochea ini muncul pada hari 10-

14, warnanya lebih pucat, putih kekuningan, lebih banyak

mengandung leukosit, selaput lender serviks dan serabut

jaringan yang mati. Lochea terus keluar sampai 3 minggu,

bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat

berdiri dan rata-rata 240-270 ml.

c. Perubahan vagina dan perineum

Perubahan vagina dan perineum meliputi:

1) Vagina mengalami perubahan pada minggu ketiga yaitu

vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau

kerutan-kerutan).

2) Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka

perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah

persalinan biasa, tetapi sering terjadi akibat ekstraksi


dengan kuman, berlebih apabila kepala janin harus diputar.

Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada

pemeriksaan speculum.

3) Perubahan pada perineum yaitu terjadi robekan pada hampir

semua persalinan pertama dan jarang juga pada persalinan

berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis

tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir

terlalu cepat, kepala janin melewati pintu panggul bawah

dengan ukuran yang lebih besar. Bila ada laserasi jalan lahir

atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi

kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) maka

lakukan penjahitan dan perawatan dengan baik.

d. Perubahan siklus menstruasi

Siklus menstruasi pada ibu menyusui dimulai rata-rata 12-18

minggu post partum. Menstruasi pada ibu post partum

tergantung dari hormon prolaktin. Apabila ibu tidak menyusui

menstruasi mulai pada minggu ke 6-8. Menstruasi mungking

tidak terlambat dan dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi

untuk mencegah kehamilan.

e. Perubahan pembulu darah rahim

Dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh-pembuluh darah

yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan

bagi peredaran darah yang banyak maka arteri tersebut harus

mengecil lagi saat masa nifas.


f. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena

teregang begitu lama tetapi biasanya pulih kembali dalam 6

minggu pertama masa post partum.

g. Nyeri setelah persalinan

Setelah melahirkan uterus tetap berkontraksi dengan kuat pada

interval tertentu dan menimbulkan nyeri yang mirip dengan pada

saat persalinan namun lebih ringan.

2. Perubahan sistem pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan hal ini

umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya

berserat selama persalinanan. Disamping itu rasa takut untuk buang

air besar sehubunga dengan jahitan pada perineum dan takut akan

rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah

persalinan. Jika masih terjadi konstipasi dan diberikan obat laksan

peroral atau perrektal (Sondakh, J. 2013).

3. Perubahaan perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu. Distensi

berlebih pada vesikula urinari adalah yang umum terjadi karena

peningkatan kapasitas vasikula urinaria, pembegkakan memar

jaringan disekitar uretra dan hilang sensasi terhadap tekanan yang

meninggi (Sondakh, J. 2013).

4. Perubahan payudara
Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama

dengan keadaan kehamilan pada waktu payudara belum

mengandung air susu melainkan colostrum. Colostrum adalah cairan

kunig yang banyak mengandung protein dan garam (Sondakh, J.

2013).

5. Perubahan tanda-tanda vital pada masa post partum

a. Suhu badan

Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik

sedikit, antara 37,2-37,50C. Kemungkinan disebabkan karena

ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38 0C

pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai

adanya infeksi atau sepsis.

b. Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 6 x/menit, yaitu

pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat

penuh. Ini terjadi umumnya pada minggu pertama post partum.

Pada ibu yang nervus, nadinya bisa cepat, kira-kira 110 x/menit

bisa juga terjadi gejala syok karena infeksi, khususnya bila

disertai peningkatan suhu tubuh.

c. Tekanan darah

Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa

meningkat dari prapersalinan pada 1-3 hari post partum. Bila

tekanan darah menjadi rendah menunjukan adanya pendarahan

post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi merupakan

petunjuk kemungkinan adanya pre-eklamsia yang timbul pada


masa post partum. Namun hal tersebut jarang terjadi (Sondakh,

J. 2013).

d. Pernafasan

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal ini

tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat post partum >30

x/menit mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok.

D. Fase-fase penyesuaian psikis pada masa nifas

Menurut Nugroho, T. (2015), fase-fase penyesuaian yang terjadi pada

masa post partum antara lain:

1. Fase Taking In

Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus

perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama

proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya

membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang

tidur seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung

menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ini

perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase

ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses,

disamping nafsu makan ibu yang memang sedang meningkat.

2. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase

taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang


sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya

kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena

saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa

percaya diri.

3. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan

untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. Banyak

ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi

akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah

atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung

dan suami, petugas kesehatan dapat mengantisipasi hal-hal yang

bisa menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal

suami serta keluarga ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih

mendalam terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya.

Fase-fase adaptasi ibu post partum yaitu taking in, taking hold dan

letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon

alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara

perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya

dan tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun perubahan-

perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani

ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan

bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman
sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat (Maritalia, D.

2012).

E. Kebutuhan dasar masa post partum

1. Nutrisi dan cairan

Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat

mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status

gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800 cc yang

mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status gizinya kurang

biasanya akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah

penting karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia yang

sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.

Menurut Kemenkes, RI. (2015), beberapa anjuran yang

berhubungan dngan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain:

a. Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal.

b. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan

vitamin.

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui.

d. Mengonsumsi tablet zat besi.

e. Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A

kepada bayinya.

2. Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak dibenarkan

pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam


dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya

yaitu:

a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat.

b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu

mengenai cara merawat bayinya.

d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ambulasi dini dilakukan

secara perlahan namun meningkat secara berangsur-angsur,

mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan

hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri tanpa

pendamping (Wiknjosastro, H. 2010).

3. Eliminasi (buang air kecil dan besar)

Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat

buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat

mengakibatkan infeksi. Maka dari itu petugas harus dapat

meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil karena biasanya ibu

malas buang air kecil karena takut akan merasa sakit. Segera buang

air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya komplikasi post partum. Dalam 24 jam pertama pasien

juga sudah harus dapat buang air besar, maka dari itu buang air

besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air

besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan

minum air putih (Wiknjosastro, H. 2010).

4. Kebersihan diri
Petugas kesehatan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu

untuk melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari

keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post

partum (Wiknjosastro, H. 2010), antara lain:

a. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan

alergi kulit pada bayi.

b. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu

dari daerah depan kebelakang, baru setelah itu anus.

c. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.

d. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai

membersihkan daerah kemaluan.

e. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh

daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.

5. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk

memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post

partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.

c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat

bayi dan diri sendiri.

Petugas kesehatan harus menyampaikan kepada pasien dan

keluarga agar ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah


tangga secara perlahan dan bertahap. Namun harus tetap

melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.

6. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah

merah berhenti. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang

sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu

setelah melahirkan. Namun keputusan itu tergantung pada

pasangan yang bersangkutan (Wiknjosastro, H. 2010).

F. Tanda dan bahaya post partum

Ibu post partum dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika

ditemukan tanda-tanda bahaya post partum (Wiknjosastro, H. 2010):

1. Perdarahan pervagina

2. Sakit kepala yang hebat

3. Pembengkakan di wajah, tangan dan kaki

4. Payudara yang berubah merah, panas dan terasa sakit

5. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan anemia mudah

mengalami infeksi.

6. Infeksi bakteri

7. Demam, muntah dan nyeri berkemih.

8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

9. Kram perut

10. Merasa sangat letih atau napas terengah-engah

11. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.

G. Masalah pada post partum


Menurut Wiknjosastro, H. (2010), terdapat beberapa masalah pada ibu

dengan post partum

1. After pain (kram perut) yaitu rasa nyeri atau mules pada perut akibat

kontraksi uterus yang terjadi setelah plasenta.

2. Nyeri perineum yaitu rasa nyeri pada perineum akibat trauma pada

persalinan pervagina atau karena adanya jahitan robekan perineum.

3. Gangguan BAB yaitu dapat terjadi selama kehamilan mengalami

hemoroid karena mengalami konstipasi dan pengeluran cairan saat

persalinan terlalu banyak sehingga cairan dalam tubuh berkurang

yang dapat menyebabkan kekurangan cairan atau serat dalam

proses pencernaan sehingga mengganggu proses BAB.

4. Nyeri pada payudara, disebabkan karena adanya pembesaran

payudara akibat produksi ASI dan disebabkan karena malas

menyusui sehingga payudara terasa penuh dan tegang.

5. Gangguan BAK yaitu dapat terjadi karena kepala bayi terlalu lama

menekan PBP (Pintu Bawah Panggul) kandung kemih dan adanya

trauma jalan lahir


ASUHAN KEPERAWATAN KEBIDANAN
PADA Ny K.R.. IBU POST PARTUM DI
RSUD MAREN KOTA TUAL

Di Susun Oleh :
Kiky Rizkyah Serang

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIkes
MALUKU HUSADA
2022/2023
A. Pengkajian
I. Identitas
Identitas klien
a. Nama : Ny. K.R
b. Umur :27 Tahun
c. Suku/Bangsa :Kei/Indonesia
d. Agama :Islam
e. Pendidikan :SMA
f. Pekerjaan :IRT
g. Alamat :Desa Mangon
h. Diagnosa Medis :
i. No Register :
j. Tanggal masuk RS :28/08/2023
k. Tanggal pengkajian :29/08/2023
Identitas penaggung jawab (suami)
a. Nama :Tn Y.M
b. Umur :35 Tahun
c. Agama :Islam
d. Pendidikan :S1
e. Pekerjaan :PNS
f. Alamat :Desa Mangon
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : klien mengatakan nyeri pada luka jahitan di perineum
P: nyeri karena terdapat luka jahitan pada perineum serta perjalanan proses
persalinan
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: di daerah perineum
S: skala nyeri 5
T: Nyeri yang dirasakan hilang timbul, nyeri dirasakan saat beraktivitas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
klien mengatakan datang ke RSUD Maren Kota Tual, hari Kamis tanggal 26
Agustus 2023 jam 13.34 WIT. Klien diantar suami dan ibunya dengan G1P0A0,
kehamilan usia 40 minggu dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan
mengeluarkan darah.
3. Riwayat kesehatan dahulu:
klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit
4. Riwayat kesehatan keluarga:
klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan
seperti hipertensi, DM dan riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan
AIDS
5. Riwayat obstetrik meliputi:
a. Menarche: 15 tahun
b. Siklus haid: 30 hari
c. Banyaknya: klien mengganti pembalut 3-4 kali sehari
d. Keteraturan haid: teratur
e. Lamanya haid: 5 hari
f. HPHT: 13 Desember 2023
g. Keluhan saat haid: klien mengatakan saat haid biasanya mengalami nyeri perut
serta payudara terasa menegang
6. Riwayat Perkawinan :
Klien mengatakan perkawinan pertama, saat menika umur 24 tahun dan lama
perkawinan satu tahun.
7. Riwayat keluarga berencana (KB) :
Klien mengatakan saat ini klien belum pernah menggunakan KB dengan alasan
klien baru menikah dan ingin punya keturunan.
8. Riwayat kehamilan sekarang meliputi:
a. Pemeriksaan kehamilan: klien mengatakan pernah memeriksakan
kehamilannya sebanyak 2 kali pada usia kehamilan 3 bulan dan usia kehamilan
6 bulan di Puskesmas Ngadi
b. Riwayat imunisasi: klien mengatakan pernah mendapatkan imunisasi TT
sebanyak 2 kali
c. Pemakaian obat selama kehamilan: klien mengatakan selama hamil klien tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan
d. Keluhan saat hamil: klien mengatakan selama hamil tidak ada keluhan
9. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
1. Tanggal persalianan: 05/08/2022, jam 22.28 WIT
2. Tipe persalianan:spontan
3. Lama persalinan:
a. Kala 1: 4 jam
b. Kala 2: 1 jam 20 menit
c. Kala 3: 20 menit
d. Jumlah waktu persalinan 5 jam 40 menit
4. Keadaan umum bayi baru lahir:
a. Jenis kelamin: perempuan
b. Berat badan: 3000 gram
c. Panjang badan: 45 cm
d. Lingkar kepala: 32 cm
e. Lingkar dada: 33 cm
f. Lingkar perut: 31.5 cm
g. Lingkar lengan atas: 10.5 cm
10. Nilai APGAR Skor Pada Bayi Klien Ny. K,R
A: Appearance (warna kulit): 1 yang artinya warna kulit pink pada tubuh dan
warna biru pada ekstremitas
P: Pulse (denyut jantung): 2 yang artinya denyut jantung >100 x/menit
G: Grimace (refleks): 2 yang artinya bayi menagis kuat, batuk dan bersin
A: Activity (tonus otot): 1 yang artinya bayi hanya sedikit gerakan
R = Respiration (pernafasan): 2 yang artinya bayi bernapas dengan baik dan
teratur
Nilai:
Nilai APGAR antara 7-10 menandakan kondisi bayi baik
Nilai APGAR antara 4-6 menandakan bahwa bayi mengalami asfiksia sedang
Nilai APGAR antara 0-3 menandakan bahwa bayi mengalami asfiksia berat
III. Kebiasaan Sehari-hari
1. Pola nutrisi meliputi:
a. Sebelum dikaji: klien mengatakan makan sehari 3-4 kali, nafsu makan baik,
porsi makan dihabiskan, jenis makanan nasi, ikan dan sayur, porsi minum 6-8
gelas per hari dengan air putih dan 1 gelas susu ibu hamil per hari
b. Saat dikaji: klien mengatakan makan sehari 3 kali, nafsu makan baik, porsi
makan dihabiskan, jenis makanan nasi, ikan dan sayur, porsi minum 5-6 gelas
per hari dengan air putih

2. Pola elminasi BAK dan BAB meliputi:


a. Sebelum dikaji: klien mengatakan BAK 4-6 kali sehari, warna jernih dan BAB 1
kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning.
b. Saat dikaji: klien mengatakan BAK 2 kali sehari, warna kuning dan BAB belum
pernah
c. Keluhan: saat dikaji klien mengatakan merasa takut untuk BAB karena takut
jahitan pada jalan lahir terlepas sehingga klien sering menahan untuk
melaksanakan BAB
3. Personal hygiene meliputi:
a. Sebelum dikaji: klien mengatakan frekuensi mandi 2 kali sehari, keramas 3 kali
dalam seminggu, gosok gigi 2 kali sehari dan ganti pakaian 1 kali sehari
b. Saat dikaji: klien mengatakan frekuensi mandi 1 kali, keramas belum pernah,
sikat gigi 2 kali sehari dan ganti pakaian 1 kali sehari serta klien mengatakan
tidak ada keluhan
4. Pola istirahat dan tidur meliputi:
a. Sebelum dikaji: klien mengatakan tidur malam kurang lebih 6-7 jam dan tidak
pernah tidur siang serta klien mengatakan kebiasaan sebelum tidur klien sering
mendengarkan music
b. Saat dikaji: klien mengatakan tidur malam kurang lebih 4-5 jam hal ini
dikarenakan anaknya menangis serta terasa nyeri pada daerah perineum serta
susa untuk menyusui anaknya
5. Pola aktivitas dan latihan meliputi:
a. Sebelum dikaji: klien mengatakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan selain
berangkat kerja dikantor klien biasanya melakukan pekerjaan rumah tangga
terlebih dahulu seperti memasak, menyapu dan cuci piring. Ketika ada waktu
luang klien biasanya peknik keluarga
b. Saat dikaji: klien mengatakan belum banyak melakukan aktivitas karena nyeri
pada daerah perineum.
IV. Riwayat psikososial meliputi:
1. Respon ibu terhadap kelahiran bayinya: klien mengatakan sangat bahagia
dengan kelahiran bayinya dan ini merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa
yang harus di syukuri.
2. Respon anggota keluarga terhadap kelahiran bayinya: klien mengatakan
keluarga saat bahagia dengan kelahiran anak pertamanya.
3. Kesiapan mental menjadi ibu: klien mengatakan saat ini klien belum tahu
tentang teknik menyusui yang benar bagi bayinya dan klien masih merasa takut
untuk menyusui sehingga keluarga klien menggunakan susu formula untuk
bayinya.
4. Perawatan bayi: klien mengatakan belum merawat bayinya karena klien masih
merasa lemas dan lelah.

V. Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan umum: baik
2. Kesadaran: composmentis
3. BB sebelum hamil: 49 kg
4. BB hamil: 55 kg
5. BB sekarang: belum di timbang
6. TB: 150 cm
7. Tanda-tanda vital meliputi:
a. TD: 110/90 mmHg
b. Suhu: 36ºc
c. Nadi: 88 x per menit
d. RR: 20 x per menit
8. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Kepala dan muka:
1) Rambut: hitam, panjang, tidak rontok, kebersihan kepala tidak ada ketombe,
bentuk kepala bulat dan tidak ada lesi atau peradangan.
2) Muka: simetris, tidak ada chloasma gravidarum, pucat, tidak ada odema,
ekspresi wajah nampak menahan rasa sakit (meringis)
3) Mata: posisi mata asimetris, konjungtiva anemis, pergerakan bola mata
normal, kelopak mata nampak hitam, kornea normal dan sklera ikterik.
4) Hidung: bersih, tidak ada benjolan, bentuk normal, penciuman baik dan
tidak ada kelainan.
5) Mulut: mukosa bibir kering, karies gigi tidak ada, lidah bersih dan tidak ada
kesulitan menelan.
6) Telinga: bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen dan tidak ada kelainan
pendengaran.
b. Leher meliputi:
1) Kelenjer thyroid: tidak ada pembesaran kelenjer thyroid.
2) Tumor: tidak ada benjolan.
3) Kelenjer limfe: tidak ada pembesaran kelenjer limfe.
c. Dada dan axilla meliputi:
1) Mammae: bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan, areola tampak
hitam, putting susu menonjol, kolostrum belum keluar serta bayi belum
mau menyusu.
2) Axilla: tidak ada benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan.
d. Abdomen
1) Inspeksi meliputi: warna kulit hitam, turgor kulit baik dan tidak ada linea
alba maupun linea nigra.
2) Auskultasi: bising usus 8x per menit.
3) Perkusi: tympani
e. Pemeriksaan obstetrik meliputi:
1) TFU: setinggi pusat
2) Kontraksi: lunak
3) Luka post operasi: tidak ada
4) Kondisi vesika urinaria: kandung kemih baik, tidak penuh dan fungsi
perkemihan baik.
f. Perineum dan genetalia: tidak ada odema pada vagina, perineum terdapat
laserasi jalan lahir, terdapat kemerahan, jahitan rapi dan baik, lochea rubra
warna merah segar dan berbau amis serta tidak ada pembersaran hemmoroid
pada anus.
g. Pemeriksan ekstremitas meliputi: Ekstremitas atas: tampak tangan kanan klien
terpasang infus RL 20 tpm, fungsi pergerakan baik, tidak ada odema, simetris
kiri dan kanan, kuku pendek, bersih dan tidak ada kelainan.
h. Ekstremitas bawah: bentuk simetris kiri dan kanan, fungsi pergerakan baik,
kuku pendek, bersih, tidak ada varices dan tidak terdapat kelainan.

VI. Pemeriksaan Penunjang : Belum dilakukan


VII. Penatalaksanaan dan terapi pengobatan
a. infus RL 500 cc 20 tetes per menit,
b. obat oral amoxicillin 3x500 mg,
c. vitamin C 2x50 mg

VIII. Analisa Data


No Data Masalah Etiologi
1. 1. Data Subjektif: Ketidaknyaman Ketidaknyaman pasca
Klien mengatakan nyeri pada luka partum b/d trauma
jahitan perineum prinieum selama
a. P: nyeri karena terdapat luka jahitan persalinan dan kelahiran
pada perineum serta perjalanan proses (D.0075)
persalinan
b. Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
c. R: di daerah perineum
d. S: skala nyeri 5
e. T: nyeri dirasakan saat bergerak
2. Data Objektif:
a. Klien tampak menahan rasa nyeri saat
beraktifitas
b. Ekspresi wajah nampak menahan rasa
sakit (meringis)
c. Terdapat laserasi jalan lahir
d. Tanda-tanda vital meliputi:
1) TD: 110/90 mmHg
2) Suhu: 36ºc
3) Nadi: 88 x/menit
4) RR: 20 x/menit
2 1. Data Subjektif: Defisit Defisit pengetahuan b/d
a. Klien mengatakan sampe hari ke dua pengetahuan kurangnya terpapar
melehirkan ASI-nya belum juga informasi tentang
keluar hal ini membuat keluarga menejemen laktasi
memberikan susu formula ( D.0111)
b. mengatakan belum merawat bayinya
karena klien masih merasa lemas dan
lelah.
2. Data Objektif:
a. Kolostrum belum keluar
b. Bayi belum mau menyusu
1. 1. Data Subjektif: Ketidaknyaman Ketidaknyaman pasca
Klien mengatakan nyeri pada daerah partum b/d trauma
perineum akibat post partum spontan. prinieum selama
a. P: nyeri karena adanya luka pada persalinan dan kelahiran
perineum serta perjalanan proses (D.0075)
persalinan.
b. Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk.
c. R: di daerah perineum
d. S: skala nyeri 4
e. T: Nyeri yang dirasakan hilang
timbul, nyeri dirasakan saat
beraktivitas.
2. Data Objektif:
a. Klien tampak menahan rasa nyeri saat
beraktivitas
b. Ekspresi wajah nampak menahan rasa
sakit (meringis)
c. Tanda-tanda vital meliputi: TD:
130/80 mmHg, suhu: 36,3ºc, nadi: 80
x per menit dan RR: 20 x per menit.

B. Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidaknyaman pasca partum berhubungan dengan trauma prinieum selama
persalinan dan kelahiran (D.0075)
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi tentang
menejemen laktasi ( D.0111)
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidaknyaman Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri (P,Q,R,S,T).
pasca partum tindakan keperawatan 2. Monitor TTV (TD, nadi, suhu dan
b/d trauma selama 2x24 jam RR)
prinieum kebutuhan kenyaman 3. Berikan posisi yang nyaman
selama terpenuhi dengan kriteria seperti tidur dengan posisi miring
persalinan dan hasil: skala nyeri 0-1, ibu kiri atau kanan saat nyeri
kelahiran mengatakan nyerinya 4. Biarkan klien melakukan aktivitas
(D.0075) berkurang sampai hilang, yang disukai dan alihkan
tidak merasa nyeri saat perhatian klien pada hal lain.
mobilisasi serta tanda vital
dalam batas normal.
2. Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan pasien
pengetahuan tindakan keperawatan mengenai laktasi.
berhubungan selama 2x24 jam klien 2. Jelaskan mengenai manfaat
dengan mengetahui tentang menyusui dan mengenai gizi
kurangnya manfaat pemberian waktu menyusui.
terpapar menejemen laktasi dengan 3. Jelaskan cara menyusui yang
informasi kriteria hasil: klien benar.
tentang mengetahui manfaat 4. Demonstransikan dan tinjau ulang
menejemen pemberian ASI eksklusif, teknik menyusui.
laktasi ASI dapat keluar dengan
( D.0111) lancar, payudara tidak
bengkak dan tidak ada
nyeri serta bayi mau
menetek.

D. Implementasi dan evaluasi keperawatan

No. Hari TGL


DX Jam Implementasi Evaluasi
1. Selasa 1. Mengkaji skala nyeri S:
29/08/2023 (P,Q,R,S,T). 1. Klien mengatakan nyeri pada luka
Jam: 09.00- 2. Memonitor TTV (TD, jahitan di perineum
09.30 WIT nadi, suhu dan RR), a. P: nyeri karena terdapat luka
dengan hasil TTV : jahitan pada perineum serta
a. T/D : 110/90 mmHg perjalanan proses persalinan.
b. Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
b. S : 36 C
c. R: di daerah perineum
c. N : 88 x/m
d. S: skala nyeri 5
d. RR : 20 x.m e. T: nyeri dirasakan saat bergerak
3. Memberikan posisi yang 2. Klien mengatakan bersedia untuk
nyaman seperti tidur dilakukan TTV.
dengan posisi miring kiri 3. Klien mengatakan bersedia diajarkan
atau kanan atau duduk mobilisasi seperti miring kiri atau
saat nyeri kanan dan duduk saat merasakan
4. Membiarkan klien nyeri.
melakukan aktivitas 4. Klien mengatakan sudah bisa
yang disukai melakukan aktivitas seperti berjalan
5. Kalaborasi dengan tim ke kamar mandi untuk BAK tanpa
bantuan keluarga.
medis lainnya dalam
5. Klien mengatakan sudah meminum
pemberian analgetik.
obat untuk mengurangi rasa nyeri
O:
1. Klien tampak menahan rasa nyeri
saat beraktivitas
2. Ekspresi wajah nampak menahan
rasa sakit (meringis)
3. Tanda-tanda vital meliputi:
a. TD: 110/90 mmHg
b. Suhu: 36ºc
c. Nadi: 88 x per menit
d. RR: 20 x per menit
4. Klien tampak kooperatif saat
diajarkan teknik imobilisasi, klien
mampu miring kanan dan kiri serta
duduk.
5. Klien sudah mendapatkan terapi
amoxicillin 3x500 mg, nifedipine
3x10 mg.
A: Masalah sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1 dan 2
1 Rabu 1. Mengkaji skala nyeri S:
30/08/2023 (P,Q,R,S,T). 1. Klien mengatakan nyeri sudah
Jam: 2. Memonitor TTV (TD, berkurang dengan skala nyeri 1.
10.00-10.30 nadi, suhu dan RR), 2. Klien mengatakan bersedia untuk
WIT dengan hasil TTV : dilakukan TTV.
a. T/D : 120/90 mmHg O:
1. Ekspresi wajah nampak rileks
b. S : 36 C
2. Tanda-tanda vital meliputi:
c. N : 88 x/m
a. TD: 120/80 mmHg
d. RR : 20 x.m b. Suhu: 36ºc
c. Nadi: 80 x/menit
d. RR: 20 x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 Kamis 1. Mengkaji pengetahuan S:
31/08/2023 pasien mengenai 1. Klien mengatakan saat ini klien
Jam: 09.00- menejemen laktasi. Hasil belum tahu tentang teknik menyusui
09.30 WIT klien mengatakan belum yang benar sehingga keluarga klien
mengenai menejemen menggunakan susu formula untuk
laktas yang benar bayinya.
2. Menjelaskan mengenai 2. Klien mengatakan bersedia untuk
manfaat menyusui dan mendengarkan penjelasan tentang
mengenai gizi waktu manfaat menyusui dan gizi yang
menyusui. terkandung di dalam ASI.
3. Menjelaskan cara 3. Klien mengatakan bersedia untuk
menyusui yang benar. diajarkan tentang teknik menyusui
4. Mendemonstransikan yang benar.
teknik menyusui yang 4. Klien mengatakan berseda untuk
benar. diajarkan tentang teknik menyusui
yang benar
O:
1. Kolostrum belum keluar
2. Bayi belum mau menyusu
3. Klien nampak kooperatif
mendengarkan penjelaskan tentang
manfaat menyusui dan gizi yang
terkandung di dalam ASI
4. Klien nampak kooperatif saat
diajarkan tentang teknik menyusui
yang benar.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, 2012. Ilmu Kebidanan Dan Keluarga Berencana. Jakarta: BCG.

Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Nugroho, T. 2015. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta : Nuha Medika

Sondakh, J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Garis Buku

Wiknjosastro, H. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Neonatal Dan Neonatus.

Edisi 4. Cetakan ke2. Jakarta: Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai