Anda di halaman 1dari 160

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
DENGAN DEFISIEN VOLUME CAIRAN
DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

OLEH:

LUH MADE RATNA DARMINI


NIM: 16E11586

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
DENPASAR
2019

0
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
DENGAN DEFISIEN VOLUME CAIRAN
DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep) pada program studi Diploma III Keperawatan

OLEH:

LUH MADE RATNA DARMINI


NIM: 16E11586

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
DENPASAR
2019

ii
iii
MOTTO

“ The life is the process of learning


Stop to learning same as dead ”

iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang

berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN DIARE

AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG DENGAN DEFISIEN VOLUME

CAIRAN DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal karya tuis ilmiah ini

dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu penulis sangat ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan

laporan kasus ini antara lain kepada :

1. Bapak dr. I Nyoman Gunarta, MPH selaku direktur RSD Mangusada yang

telah memberikan izin untuk melaksanakan studi kasus di RSD Mangusada

2. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep., M.Ng., Ph.D. selaku Ketua

STIKES Bali yang telah banyak membina, membimbing penulis dari awal

mengikuti pendidikan sampek sekarang ini.

3. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep., M.Kes. selaku Kepala Program

Studi D-III Keperawatan STIKES Bali yang telah memberikan arahan dan

motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

vii
4. Bapak Ns. IGNM Kusuma Negara, S.Kep., MNS. Selaku penguji utama yang

telah memberikan arahan dan masukan maupun saran yang diberikan kepada

penulis.

5. Bapak Ns. I Nengah Suarmayasa, S.Kep selaku pembimbing ruang Cilinaya

RSD Mangusada yang selalu memberikan arahan, masukan dan motivasi

dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini

6. Ibu Anak Agung Wulan Krisnandari, S.Kep., MS. Selaku pembimbing yang

telah banya memberikan masukan, arahan, dan motivasi dalam pembuatan

karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh teman-teman Diploma III Keperawatan tingkat III, sahabat tercinta,

seseorang yang saya cintai, beserta semua pihak yang telah memberikan

bantuan baik moral, material, motivasi, semangat serta spiritual dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Keluarga di rumah Bapak, Ibu, Kakak, Adik yang telah memberikan

dukungan baik moral, material, spiritual, semangat dan motivasi dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

viii
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari yang namanya sempurna.

Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif perlu diharapkan oleh

penulis demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih

Om Santhi Santhi Santhi Om

Denpasar, 12 Mei 2019

penulis

ix
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
DENGAN DEFISIEN VOLUME CAIRAN
DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

Luh Made Ratna Darmini


Program studi D-III Keperawatan STIKES Bali
Ratnadarmini08@gmail.com
Latar belakang: Diare adalah buang air besar dengan konsistensi feses encer
(mencret) sebanyak tiga kali atau lebih dalam 1 hari atau 24 jam. Ini biasanya
merupakan gejala infeksi gastrointestinal yang disebabkan oleh berbagai organisme
bakteri, virus, dan parasite. Salah satu tanda dari penyebab diare adalah adanya gejala
dehidrasi karena selama diare cairan dan elektrolit banyak yang keluar melalui feses
dan tubuh akan mengalami kekurangan cairan maupun elektrolit atau mengalami
defisien volume cairan.
Tujuan: menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan diare akut
dehidrasi ringan sedang dengan defisien volume cairan sesuai dengan tahapan proses
keperawatan (pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi).
Metode: metode studi kasus yang dilakukan oleh penulis adalah pasien anak dengan
diare akut dehidrasi ringan sedang di rentang usia 1-10 tahun dan tidak membedakan
jenis kelamin.
Hasil: Asuhan keperawatan pada An. T dan An. D dengan diare akut dehidrasi ringan
sedang. Pada kedua pasien tersebut ditemukan 1 prioritas diagnosa yang sama yaitu
defisien volume cairan dan dalam 3x24 masalah teratasi
Kesimpulan: Penerapan proses asuhan keperawatan pada An. T dan An. D dengan
Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dengan defisien volume cairan di Ruang
Cilinaya RSD Mangusada secara umum sudah sesuai dengan tahapan – tahapan
dalam proses keperawatan dan dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam 3x24 jam
asuhan keperawatan yang diberikan semua dapat teratasi.
Kata kunci: Asuhan keperawatan, Diare akut, Dehidrasi

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN DEPAN .............................................................................................. i

HALAMAN DALAM .............................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................. iii

MOTTO ................................................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

ABSTRAK ............................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii

DAFTAR SIMBOL.................................................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xiv

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. xv

DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .............................................................................................. 1

xi
B. Rumusan masalah......................................................................................... 3
C. Tujuan studi kasus ........................................................................................ 3
D. Manfaat studi kasus ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan anatomi fisiologi sistem pencernaan
1. Anatomi fisiologi sistem pencernaan ..................................................... 6
2. Sistem organ pencernaan........................................................................ 9
B. Tinjauan teori Diare
1. Definisi ................................................................................................... 14
2. Klasifikasi diare ..................................................................................... 15
3. Patofisiologi
a. Etiologi ............................................................................................ 15
b. Proses terjadi .................................................................................... 19
c. Manifestasi klinis ............................................................................. 20
4. Komplikasi ............................................................................................. 21
5. Pemeriksaan diagnostik .......................................................................... 22
6. Penatalaksaaan ....................................................................................... 24
C. Tinjauan Asuhan keperawatan anak dengan Diare dengan Defisien volume
cairan
1. Pengkajian .............................................................................................. 27
2. Diagnosa................................................................................................. 33
3. Perencanaan............................................................................................ 33
4. Implementasi .......................................................................................... 40
5. Evaluasi .................................................................................................. 40
D. Pemenuhan cairan pada anak Diare
1. Pengertian .............................................................................................. 41
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada anak diare ..................... 44
3. Pengaturan pemenuhan kebutuhan cairan pada anak diare .................... 44
4. Edukasi pemenuhan kebutuhan cairan pada anak diare ......................... 45

xii
WOC .................................................................................................................. 46
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Rencana studi kasus ..................................................................................... 47
B. Subyek studi kasus ....................................................................................... 47
C. Fokus studi ................................................................................................... 47
D. Definisi oprasional ....................................................................................... 47
E. Tempat dan waktu ........................................................................................ 48
F. Metode pengumpulan data ........................................................................... 48
G. Penyajian data .............................................................................................. 49
H. Etika studi kasus........................................................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran lokasi pengambilan data ....................................................... 51
2. Pengkajian keperawatan ......................................................................... 52
3. Diagnosa keperawatan .......................................................................... 90
4. Perencanaan keperawatan ...................................................................... 93
5. Implementasi keperawatan ..................................................................... 96
6. Evaluasi keperawatan ............................................................................. 110
B. Pembahasan
1. Pengkajian keperawatan ......................................................................... 114
2. Diagnosa keperawatan ........................................................................... 115
3. Perencanaan keperawatan ...................................................................... 116
4. Implementasi keperawatan ..................................................................... 119
5. Evaluasi keperawatan ............................................................................. 120
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 121
B. Saran ............................................................................................................ 122
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-lampiran

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi diare ........................................................................................ 15

Tabel 2.2 Penyebab diare infeksius akut ................................................................... 16

Tabel 2.3 Penyebab diare kronik berdasarkan usia ................................................... 18

Tabel 4.1 Identitas anak ............................................................................................ 53

Tbel 4.2 Identitas orang tua ....................................................................................... 53

Tabel 4.3 Identitas saudara kandung ......................................................................... 54

Tabel 4.4 Riwayat penyakit An. T dan An. D ........................................................... 55

Tabel 4.5 Riwayat penyakit keluarga atau keturunan An. T dan An. D ................... 58

Tabel 4.6 Riwayat imunisasi An. T ........................................................................... 61

Tabel 4.7 Riwayat imunisasi An. D .......................................................................... 61

Tabel 4.8 Riwayat pertumbuhan An. T dan An. D ................................................... 62

Tabel 4.9 Riwayat perkembangan An. T dan A. D ................................................... 62

Tabel 4.10 Pemberian Air Susu Ibu (ASI) An. T dan An. D .................................... 64

Tabel 4.11 Pemberian susu formula An. T dan An. D .............................................. 64

Tabel 4.12 pola perubahan nutrisi An. T dan An. D ................................................. 64

Tabel 4.13 Riwayat psikososial An. T dan An. D ..................................................... 65

Tabel 4.14 Kebutuhan bio psiko sosial spiritual ....................................................... 66

Tabel 4.15 pemeriksaan fisik An. T dan An. D ........................................................ 71

Tabel 4.16 Hasil pemeriksaan darah lengkap An. T ................................................. 74

Tabel 4.17 Hasil pemeriksaan feses lengkap An. T .................................................. 75

xiv
Tabel 4.18 Hasil pemeriksaan darah lengkap An. D ................................................. 75

Tabel 4.19 Hasil pemeriksaan feses lengkap An. D.................................................. 76

Tabel 4.20 Hasil pemeriksaan elektrolit An. D ........................................................ 77

Tabel 4.21 Analisa data An. T .................................................................................. 78

Tabel 4.22 Analisa data An. D .................................................................................. 81

Tabel 4.23 Rencana keperawatan An. T ................................................................... 93

Tabel 4.24 Rencana keperawatan An. D ................................................................... 95

Tabel 4.25 Implementasi keperawatan An. T ........................................................... 96

Tabel 4.26 Implementasi keperawatan An. D .......................................................... 103

Tabel 4.27 Evaluasi keperawatan An. T .................................................................. 110

Tabel 4.28 Evaluasi keperawatan An. D .................................................................. 112

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan ............................................... 6

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Halaman sampul

Lampiran 2. Pernyataan keaslian tulisan

Lampiran 3. Lembar persetujuan

Lampiran 4. Lembar pengesahan

Lampiran 5. Penjelasan mengikuti penelitian.

Lampiran 6. Informed consent

Lampiran 7. Kuesioner pra skrining perkembangan An. T

Lampiran 8. Kuesioner pra skrining perkembangan An. D

Lampiran 9. Buku bukti fisik bimbingan KTI

Lampiran 10. Lembar POA

xvii
DAFTAR SIMBOL

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Hubungan perkawinan

: Tingal dalam satu rumah

xviii
DAFTAR SINGKATAN

1. AM = Air Metabolisme
2. ASI = Air Susu Ibu
3. An. = Anak
4. BAB = Buang Air Besar
5. BB = Berat Badan
6. BAK = Buang Air Kecil
7. CC = Centimeter Cubic
8. CM = Cairan Masuk
9. CK = Cairan Keluar
10. Dinkes = Dinas Kesehatan
11. GCS = Glassglow Coma Scale
12. Hb = Hemoglobin
13. HCL = Asam Hidroclorida
14. IGD = Instalasi Gawat Darurat
15. IWL = Insensible Water Loss
16. K = Kalium
17. Kg = Kilogram
18. KPSP = Kuesioner pra skrining perkembangan
19. LK = Lingkar Kepala
20. LD = Lingkar Dada
21. LL = Lingkar Lengan
22. mmHg = Milimeter mercury (Hydrargyrum)
23. NANDA = North American Nursing Diagnosis Association
24. NaHCO3 = Natrium Bikarbonat
25. Ny = Nyonya
26. PH = Pangkat Hidrogen
27. Rikesdas = Riset kesehatan dasar

xix
28. RSD = Rumah Sakit Daerah
29. RL = Ringer Laktat
30. RR = Respiratory Rate
31. Tn. = Tuan
32. UNICEF = United Nations Children’s Fund
33. WHO = World Health Orgnization
34. Yankes = Yayasan kesehatan

xx
DAFTAR ISTILAH

1. Absorpsi = penyerapan
2. Defisien = Kurang
3. Dehidrasi = kondisi dimana tubuh kehilangan cairan daripada yang
didapat.
4. Defekasi = pembuangan zat sisa metabolisme dalam tubuh dalam
bentuk padat (feses)
5. Hiperperistaltik = peningkatan bising usus
6. Hipoksia = kurang pasokan oksigen ke sel dan jaringan tubuh.
7. Hipovolemik = Kondisi dimana jantung tidak bisa memasok darah ke
seluruh tubuh.
8. Hipoglikemia = Kondisi dimana kadar gula darah dalam tubuh terlalu
rendah
9. Inflamasi = peradangan
10. Malnutrisi = Suatu keadaan tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang
cukup
11. Malasorpsi = kesulitan menyerap nutrisi dari makanan
12. Rehidrasi = penggantian cairan tubuh yang hilang

xxi
DAFTAR BAGAN

WOC ......................................................................................................................... 46

xxii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada zaman sekarang banyak orang ataupun masyarakat yang

melakukan gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup masyarakat yang tidak

sehat akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan. salah satu masalah

kesehatan yang paling banyak ditemui di masyarakat adalah masalah pada

gangguan sistem pencernaan. Gangguan pada saluran pencernaan merupakan

penyakit berbahaya dan banyak mengakibatkan kematian. Salah satu

penyakit saluran pencernaan yang paling sering ditemui adalah penyakit

diare. Penyakit diare banyak dialami pada anak-anak. Menurut World Health

Organization (WHO) (2017), diare adalah buang air besar dengan

konsistensi feses encer (mencret) sebanyak tiga kali atau lebih dalam 1 hari

atau 24 jam. Ini biasanya merupakan gejala infeksi gastrointestinal yang

dapat disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus, dan parasit. Infeksi

menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi atau dari

orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. Salah satu tanda

dari penyebab diare adalah adanya gejala dehidrasi karena selama diare

cairan maupun elektrolit banyak yang keluar melalui feses dan tubuh akan

mengalami kekurangan cairan maupun elektrolit.

1
2

Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun

2015 terdapat 526.000 anak meninggal karena diare. UNICEF

menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ke-12 dunia dengan 8.600

anak meninggal karena diare. Menurut WHO pada tahun 2017 secara

global terdapat 1,7 Juta kasus penyakit diare pada anak–anak setiap

tahunnya, Sebanyak 525.000 anak-anak berumur di bawah 5 tahun. Di

Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar atau Rikesdas pada tahun 2018

menyebutkan bahwa sebanyak 12, 3 % anak-anak Indonesia mengalami

diare. Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali seksi rujukan bidang

Yankes atau Dinkes Provinsi Bali tahun 2017 diare menempati urutan

dalam 10 besar penyakit yang dialami anak sebanyak 5.474 jiwa.

Kabupaten badung menjadi urutan ketiga dengan hasil temuan kasus diare

sebanyak 53,6 %. Menurut data layanan di RSD Mangusada ruang

Cilinaya di dapatkan sebanyak 59 kasus rawat inap pada pasien anak pada

bulan januari sampai tanggal 25 Februari 2019 dan diantara kasus diatas

22 orang anak yang mengalami diare.

Tingginya kasus anak yang mengalami diare akan menyebabkan

anak mengalami kekurangan volume cairan dan elektolit. Defisien

volume cairan adalah penurunan cairan intravascular, insterstisial, dan

atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja

tanpa perubahan kadar natrium (NANDA, 2018). Akibat jika tidak

ditanggulangi maka akan menyebabkan dehidrasi, rejatan hipovolemik,

kejang, bakterimia, malnutisi, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat


3

kerusakan mukosa usus (Bararah & Jauhar, 2013). Sehingga penulis

menegakan diagnosa defisien volume cairan sebagai diagnosa prioritas

yang harus segera ditangani pada kasus diare pada anak.

Dari kasus anak yang banyak mengalami diare karena defisien

volume cairan maka penulis tertarik untuk membandingkan dua kasus “

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE AKUT

DEHIDRASI RINGAN SEDANG DENGAN DIFISIEN VOLUME

CAIRAN DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA “ dengan

harapan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dalam masyarakat untuk

membantu pengetahuan dan cara penangan masalah diare pada anak.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan pada

karya tulis ilmiah ini adalah “ Bagaimana Asuhan Keperawatan pada

pasien Anak dengan Diare Akut dehidrasi ringan sedang dengan Defisien

volume cairan di Ruang Cilinaya RSD Mangusada? “.

C. Tujuan studi kasus

Adapun tujuan dari laporan kasus ini yaitu :

1. Tujuan umum

Agar dapat membandingkan Asuhan Keperawatan pada Anak

dengan Diare Akut dehidrasi ringan sedang dengan Defisien Volume

Cairan di Ruang Cilinaya RSD Mangusada serta sebagai salah satu

persyaratan dalam penyelesaian pendidikan program studi Diploma III

Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali, Denpasar.


4

2. Tujuan khusus

Dengan membandingkan dua kasus anak, maka diharapkan penulis :

a. Mampu membandingkan pengkajian keperawatan pada Pasien

Anak dengan Diare Akut dehidrasi ringan sedang dengan Defisien

Volume Cairan di Ruang Cilinaya RSD Mangusada.

b. Mampu membandingkan diagnosa keperawatan pada Pasien Anak

dengan Diare Diare Akut dehidrasi ringan sedang dengan Defisien

Volume Cairan di Ruang Cilinaya RSD Mangusada.

c. Mampu membandingkan intervensi (rencana) keperawatan Pasien

Anak dengan Diare Akut dehidrasi ringan sedang dengan Defisien

Volume Cairan di Ruang Cilinaya RSD Mangusada.

d. Mampu membandingkan implementasi keperawatan pada Pasien

Anak dengan Diare Diare Akut dehidrasi ringan sedang dengan

Defisien Volume Cairan di Ruang Cilinaya RSD Mangusada.

e. Mampu membandingkan evaluasi keperawatan pada Pasien Anak

dengan Diare Diare Akut dehidrasi ringan sedang dengan Defisien

Volume Cairan di Ruang Cilinaya RSD Mangusada.

f. Mampu membandingkan dokumentasi keperawatan Pasien Anak

dengan Diare Diare Akut dehidrasi ringan sedang dengan Defisien

Volume Cairan di Ruang Cilinaya RSD Mangusada.


5

D. Manfaat studi kasus

Karya tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat :

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam penanganan diare pada

anak dengan kasus defisien volume cairan.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan :

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam pemenuhan kebutuhan cairan untuk kasus Defisien Volume

Cairan.

3. Penulis :

Memperoleh pengalaman dalam mengiplementasikan prosedur

keperawatan pada kasus Defisien Volume Cairan dengan pemenuhan

kebutuhan cairan.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan anatomi fisiologi sistem pencernaan

1. Anatomi fisiologi sistem pencernaan

Gambar 1. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan

Menurut J. Tortora & Derrickson (2017), sistem

pencernaan disusun oleh dua kelompok organ yaitu saluran

gastrointestinal (GI) dan organ pencernaan asesorius. Saluran

gastrointestinal atau saluran alimentarius (alimentary = nutrisi), adalah

saluran kontinu yang terbentang dari mulut hingga ke anus melalui

rongga toraks dan abdominopelvik.

6
7

Organ-organ saluran pencernaan mencakup mulut,

sebagaian besar faring, esophagus, lambung, usus halus, dan usus

besar. Panjang saluran cerna adalah sekitar 5-7 meter (16,5-23 kaki)

pada orang hidup ketika otot-otot di sepanjang dingding organ-organ

saluran cerna berada dalam keadaan tonus (kontraksi menetap).

Saluran ini lebih panjang pada cadaver (sekitar 7-9 meter atau 23-29,5

kaki) karena lenyapnya tonus otot setelah kematian. Organ pencernan

aksesorius mencakup gigi, lidah, kelenjar liur, hati, kandung empedu,

dan pancreas.

Saluran gastrointestinal mengandung makanan sejak saat makanan

tersebut disantap sampai makanan tercerna dan diserap atau

dikeluarkan. Secara keseluruhan, sistem pencernaaan melakukan lima

proses dasar :

a. Ingesti

Adalah proses memasukkan makanan dan cairan kedalam

mulut (makanan/minuman).

b. Sekresi

Setiap hari, sel-sel di dingding saluran gastrointestinal dan

organ pencernaan aksesorius menyekresikan total sekitar 7 liter air,

asam, buffer, dan enzim ke dalam lumen (ruang interior) saluran

cerna.

c. Pencampuran dan pendorongan


8

Kontraksi dan relaksasi bergantian otot polos dingding

saluran gastrointestinal mencampur makanan dan cairan serta

mendorongnya ke arah anus. Kemampuan saluran gastrointestinal

untuk mencampur dan mendorong makanan sepanjang saluran

disebut motilitas.

d. Pencernaan

Proses-proses mekanis dan kimiawi menguraikan makanan

yang tertelan menjadi molekul-molekul kecil. Pada pencernaan

mekanis, gigi memotong dan menggiling makanan sebelum

makanan ditelan, lalu otot polos lambung dan usus halus mengaduk

makanan. Akibatnya, molekul-molekul makanan menjadi larut dan

bercampur sempurna dengan enzim pencernaan. Pada pencernaan

kimiawi, molekul karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat

yang besar dalam makanan diuraikan menjadi molekul-molekul

yang lebih kecil oleh hidrolisis. Enzim pencernaan yang dihasilkan

oleh kelenjar liur, lidah, lambung, pancreas, dan usus halus

mengatalisis reaksi-reaksi katabolic ini.

e. Penyerapan

Masuknya cairan, ion, dan produk pencernaan yang ditelan

dan dieksresikan ke dalam lapisan sel epitel lumen saluran

gastrointestinal disebut absorpsi. Bahan yang terserap mengalir ke

dalam darah atau limfe dan beredar ke sel-sel diseluruh tubuh.


9

2. Sistem organ pencernaan

Menurut H. Syaifuddin (2012), sistem organ pencernaan

adalah sistem organ yang menerima makanan, mencerna untuk

dijadikan energi dan nutrient, serta mengeluarkan sisa proses tersebut.

a. Mulut

Mulut (oris) merupakan organ yang pertama dari saluran

pencernan yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu

perbatasan antara mulut dengan faring.

b. Gigi

Gigi dan geraham terletak dalam alveolus dentalis dari

tulang maksila dan mandibular. Fungsi gigi adalah mengunyah

makanan, pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil yang

dapat ditelan tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan

proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu

melalui saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan

makanan, melicinkan, dan membasahi makanan yang kering

dengan saliva serta mengaduk makanan sampai rata.

c. Lidah

Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot

serat lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan

dalam proses mekanisme pencernaan di mulut dengan

menggerakkan makanan ke segala arah.


10

d. Faring

Faring (tekak) merupakan organ yang menghubungkan

rongga mulut dengan kerongkongan panjangnya (kira-kira 12 cm),

terbentang tegak lurus antara basis kranii setinggi vertebrae

sevikalis VI, ke bawah setinggi tulang rawan krikotiroidea. Faring

dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringn otot melingkar), organ

terpenting di dalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe

yang banyak mengandung limfosit, untuk mempertahankan tubuh

terhadap infeksi, menyaring, dan mematikan bakteri atau

microorganisme yang masuk melalui saluran pencernaan dan

pernafasan. Faring melajutkan diri ke esophagus untuk pencernaan

makanan. Faring terdiri atas tiga bagian yaitu :

1) Nasofaring

Merupakan bagian superior yang menghubungkan hidung

dengan faring.

2) Orofaring

Merupakan bagian media yang menghubungkan rongga

mulut dengan faring.

3) Laringofaring

Merupakan bagian inferior yang menghubungkan laring

dengan faring.
11

e. Esophagus

Esophagus (kerongkongan) merupakan saluran pencernaan

setelah mulut dan faring. Panjangnya kira-kira 25 cm. posisi

vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah faring sampai

ujung bawah rongga dada di belakang trachea.

f. Lambung

Lambung (ventrikulus) merupakan sebuah kantong

muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus halus, sebelah

kiri abdomen, di bawah diagfragma bagian depan pancreas dan

limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembangkan

karena adanya gerakan peristaltic terutama di daerah epigaster.

Lambung memiliki fungsi yaitu sebagai berikut :

1) Fungsi penampung makanan yang masuk melalui esophagus,

menghancurkan makanan dan menghakuskan makanan dengan

gerakan peristaltik lambung dan getah lambung.

a) Mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret lambung

dan mengeluarkan klimus ke dalam usus. Pendorongan

makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik.

b) Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan

asam lambung dan enzim-enzim bergantung jenis makanan

enzim yang dihasilkan antara lain :


12

(1) Pepsin : memecah putih telur menjadi asam amino

(albumin dan pepton) agar dapat diabsorpsi di

intestinum minor.

(2) Asam garam (HCL) : mengasamkan makanan sebagai

antiseptic dan desifektan yang masuk ke dalam

makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi

pepsin dalam suasana asam.

(3) Renin : sebagai ragi yang membekukan susu;

membentuk kasein dan kasinogen dari protein.

(4) Lapisan lambung : memecah lemak menjadi asam

lemak untuk merangsang sekresi getah lambung.

2) Fungsi bakterisid : oleh asam lambung

3) Membantu proses pembentukan eritrosit : lambung

menghasilkan zat faktor intrinsik bersama dengan faktor

ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yag disebut anti-

anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit yang disimpan

dalam hati.

g. Usus halus

Usus halus (intestinum minor) merupakan bagian dari

sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan

berakhir pada sekum. Panjangnnya kira-kira 6 meter, merupakan

saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat proses

pencernaan dan absorpsi pencernaan.


13

h. Usus besar

Usus besar (intestinum mayor) merupakan saluran

pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter besar

dengan panjang kira-kira 1,5-1,7 meter dan penampang 1-5 cm.

lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf U terbalik

mengelilingi usus halus terbentang dari valvulla iliosekalis sampai

ke anus. Usus besar mempunyai fungsi adalah sebagai berikut :

1) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa

membentuk massa yang lembek yang disebut feses.

2) Menyimpan bahan feses sampai saat defekasi, feses ini terdiri

sisa makanan, serat-serat, selulosa, sel-sel epitel bakteri, bahan

sisa sekresi (lambung, kelenjar intestine, hati, pancreas)

magnesium fosfat dan Fe.

3) Tempat tinggal bakteri E. coli. Sebagai dari kolon berhubungan

dengan fungsi pencernaan dan sebagai lagi berhubungan

dengan penyimpanan. Untuk kedua fungsi ini tidak diperlukan

gerakan yang kuat cukup dengan pergerakan yang lemah.

4) Rectum dan anus

Rectum merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang

menghubungkan intestinum mayor dengan anus sepanjang 12

cm, dimulai dari pertengahan sakrum dan berakhir pada kanalis

anus.
14

B. Tinjauan teori Diare

1. Definisi

Diare adalah pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk

menurut NANDA (2018).

Menurut WHO (2017) Diare adalah buang air besar dengan

konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu

hari per 24 jam. Ini biasanya merupakan gejala infeksi

gastrointestinal yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme

bakteri, virus, dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan atau

air minum yang terkontaminasi atau dari orang ke orang sebagai

akibat dari kebersihan yang buruk.

Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan

konsistensi feses. Diare pada anak dapat bersifat akut atau kronik

(Tablang & dll, 2009 dalam kyle & carman, 2016).

Diare merupakan suatu keadaan dimana BAB lebih dari 3

kali dengan konsistensi feses encer yang merupakan gejala infeksi

dari gastrointestinal yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau

parasit. Terdapat 2 sifat diare pada anak yaitu akut dan kronik.
15

2. Klasifikasi diare

a. Klasifikasi diare menurut Ariani (2016) adalah sebagai berikut

Tabel 2.1. Klasifikasi diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala

Diare dehidrasi berat -Letargis atau tidak sadar.


-Mata cekung.
-Tidak bisa minum atau malas
minum.
- Cubitan kulit perut kembali
sangat lambat (≥ 2 detik).
Diare dehidrasi ringan - Rewel, gelisah.
- Mata cekung.
sampai sedang - Minum dengan tahap, haus.
- Cubitan kulit kembali lambat.
Diare tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan
atau berat.

3. Patofisiologi

a. Etiologi

Menurut Lestari (2016) mengatakan bahwa etiologi atau

faktor penyebab diare pada anak ada 4 faktor yaitu :

1) Faktor infeksi

Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi

infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, salmonella, shigella,

campylobacter, Yersinia, aeromonas, dsb.). Infeksi virus

(enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus). Infeksi

parasit (E. hystolytica, G. lamblia, Cryptosporidium) dan


16

jamur (C. albicans). Infeksi parenteral; merupakan infeksi

seperti otitis media akut, tonsillitis, bronkopneumonia,

ensefalitis, dan sebagainya.

2) Faktor malabsorpsi

Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi

laktosa, maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi

glukosa, fruktosa, galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan

penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak.

Disamping itu dapat pula terjadi malabsorpsi lemak dan

protein.

3) Faktor makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan

basi, beracun, dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

4) Faktor psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa

takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada

anak yang lebih besar.

menurut Sharon & Terry (2014), faktor penyebab diare terbagi menjadi

2 yaitu diare infeksius akut dan diare kronik menurut usia.

Tabel 2.2 Penyebab diare infeksius akut

Penyebab diare infeksius akut

Virus Bakteri Parasite

Rotavirus : ditandai Salmonella: biasanya dari Giardia lamblia:


dengan awitan demam ingesti daging unggas, parasite usus yang
17

dan muntah akut, daging atau produk susu. paling umum di


diikuti dengan feses Bayi beresiko tinggi. Amerika Serikat;
encer dan berair; virus Baktri diekskresikan transmisi oral-
yang paling sering hingga 1 tahun. Kasus fecal; awitan tiba-
menyebabkan diare akut ditangani dengan tiba feses berair
virus. antibiotic. dan berbau busuk;
sering
menyebabkan gas
dan sendawa;
ditangani dengan
medikasi
antiparasit.
Adenovirus 40 dan 41 Eschericia coli 0157:H7: Entmoeba
: penyebab kedua yang paling sering berkaitan histolytica:
paling sering diare dengan feses berdarah yag transmisi oral-
akibat virus, sagat banyak dan kram fekal; lebih umum
karakteristik serupa abdomen; dapat mengarah di luar Amerika
dengan rotavirus. ke sidrom hemolitik Serikat; gejala
uremik. colitis umum
terjadi.
Virus Norwalk : lebih Kampilobakter: gejala Cryptosporidium:
sering terjadi pada beragam dari diare ringan menyebar melalui
anak yang lebih tua hingga disentri; kasus binatang terakdan
dan dewasa; berat dapat ditangani orang; transmisi
dikarakteristikkan dengan antibiotic. olral-fekal; diare
dengan muntah, mual, berair, mual,
dan nyeri kram muntah, dan gejala
abdomen. seperti flu. Tidak
ada terapi definitif.
Kalisivirus : biasaya Shigella: demam tinggi
terjadi pada anak yang dan feses berdarah umum
berusia 3 bulan hingga terjadi: dapat
6 tahun, ditemui menyebabkan kejang
dalam tatanan disertai demam. Terapi
perawatan harian. dengan antibiotic
direkomendasikan.
18

Astrovirus : biasanya Clostridium difficile :


terjadi pada anak yang biasanya berkaitan dengan
berusia 1 hingga 3 penggunan antibiotik:
tahun, menyebabkan dapat menyebabkan colitis
muntah, diare, demam, psudomembranosa pada
dan nyeri abdomen. kasus berat. Bayi mungkin
menjadi carrier bakteri
dan asimtomatis. Terapi
dengan obat anti-infeksi
mungkin membantu.
Terapi probiotik biasaya
direkomendasikan.

Sitomegalovirus Yersinia enterocolitica:


(CMV) : penyebab biasanya mengenai anak
masalah medis lain, yang berusia kurang dari 5
tetapi dapat tahun; umum terjadi diare
menyebabkan diare berair atau berlendir,
serta colitis. terkadang disertai degan
darah yang terlihat jelas.

Tabel 2.3 penyebab diare kronik berdasarkan usia

Penyebab diare kronik berdasarkan usia


Bayi Toddler Anak usia sekolah
1. Diare yang 1. Diare 1. Penyakit
sulit nonspesifi radang
ditangani k kronik. usus.
pada masa 2. Enteritis 2. Abses
bayi. virus. apendiks.
2. Intoleransi 3. Giardia. 3. Defisiensi
protein susu 4. Tumor lactase.
dan kedelai. (diare 4. Konstipasi
3. Enteritis sekretori). dengan
infeksius. 5. Colitis enkopresis.
4. Penyakit ulseratif.
Hrschsprung. 6. Penyakit
19

5. Malabsorpsi seliak.
zat gizi.

b. Proses terjadi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah

yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan

atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga

usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)

pada dingding usus mengakibatkan terjadi peningkatan air dan

elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutya diare timbul

karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan mobilitas usus, terjadinya

hiperpeistaltik usus akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul

diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihn yang selanjutnya akan

menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya

mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati

rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang


20

biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut

terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare

(Lestari, 2016).

c. Manifestasi klinis

Menurut ngastiyah (2012), mula-mula pasien

cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan

berkurang, atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair,

mungkin disertai lender dan darah. Warna tinja makin lama

berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.

Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi

dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak

asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorpsi oleh

usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan

sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut

meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan

elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan

elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak; yaitu berat badan

turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi

cekung (pada bayi), selaput lender bibir dan mulut serta kulit

tampak kering.
21

4. Komplikasi

Menurut Lestari (2016), diare dapat menyebabkan berbagai

komplikasi. Sebagian komplikasi disebabkan oleh

ketidakseimbangan atau defisien cairan di dalam tubuh.

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output)

lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab

terjadi kematian pada diare.

b. Gangguan kesimbangan asam basa (metabolic asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilagan Na-bicarbonat

bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga

benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan

asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk

metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadinya oliguria/anuria) dan

terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam

cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang

menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah

menderita kekurangan kalori protein. Hal ini terjadi karena

adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam

hati dan adanya gangguan absorpsi glukosa. Gejala


22

hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun

hingga 40mg% pada bayi dan 50mg% pada anak-anak.

d. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu

singkat, hal ini disebabkan oleh: makanan sering dihentikan oleh

orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.

Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran

dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. Makanan yang

diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapa terjadi rejatan (shock)

hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan

terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

mengakibatkan pendarahan otak, kesadaran menurun dan bila

tidak segera diatasi pasien akan meninggal.

5. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Ariani (2016), Pemeriksaan diagnostik yang

diprogramkan untuk pengkajian diare, antara lain:

a. Makroskopis: warna, konsistensi, adanya darah, lender.

b. Mikroskopis:
23

1) Darah samar dan leukosit yang positif (> 10/lpb)

menunjukkan bahwa adanya peradangan pada kolon

bagian bawah.

2) pH tinja yag rendah menunjukkan adanya maldigesti

dan malabsorpsi karbohidrat dalam usus kecil yang

diikuti fermentasi oleh bakteri yang ada di dalam kolon.

3) Clinitest, berguna untuk memeriksa adanya subtansi

reduksi dalam sampel tinja yang masih baru, yang

menunjukkan adanya malabsorpsi karbohidrat.

4) Breath hydrogen test, digunakan untuk evaluasi

malabsorpsi karbohidrat.

5) Uji kualitatif ekskresi lemak di dalam tinja dengan

pengecatan butir lemak, merupakan skrining yang cepat

dan sederhana untuk menentukan adanya malasorpsi

lemak.

6) Biakkan kuman dalam tinja, untuk mendapatkan

inflamasi tentang flora usus dan kontaminasi.

7) Pemeriksaan parasit (giardia lamblia)

c. Pemeriksaan darah pemeriksaan darah rutin, elektrolit (Na,

K, Cl) dan bicarbonate, albumin, kadar diperlukan kadar

serum dan lain-lain.


24

d. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi saluran gastrointestinal membantu

mengidentifikasi cacat bawaan (malrotasi, stenosis) dan

kelainan-kelainan seperti linfangiektasis, inflammatory

bowel disease, penyakit Hirshprung, enterokolitis

nekrotikans.

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut Hidayat (2013), mengatakan penatalaksaan

keperawatan pada pasien anak diare dengan defisien volume

cairan adalah :

1) melakukan rehidrasi pada pasien. Tindakan rehidrasi ini

dilakukan berdasarkan tingkatan atau derajat dari

dehidrasi, apabila terjadi dehidrasi ringan sampai

sedang dapat dilakukan rehidrasi secara oral dengan

memberikan cairan pedialyte atau ricelite kemudian

meningkat ke makanan biasa yang udah dicerna, seperti

pisang, nasi, roti, biji-bijian kering, dan ASI. Rehidrasi

terbagi mejadi dua tipe cairan, yaitu cairan formula

lengkap yang mengandung NaCl, NaHCO3, KCL, dan

glukosa. Formula ini dikenal dengan nama oralit. Tipe

kedua adalah tipe formula sederhana yang hanya

mengandung NaCl dan sukrosa (garam dan gula) atau


25

karbohidrat lainnya. Pada dasarnya, rehidrasi dilakukan

berdasarkan derajat dehidrasinya dengan ketentuan

pemberian sebagai berikut :

a) Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml / kgBB

selanjutnya 125 ml / kgBB/ hari.

b) Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/ kgBB

selanjutnya 125 ml/ kgBB/ hari.

c) Dehidrasi berat : dapat dilihat sesuai dengan umur

anak berikut ini :

(1) Bayi baru lahir (berat badan 2-3 Kg)

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml :

250 ml/ Kg BB / 24 jam dengan pemberian

cairan 4:1 ( 4 GLUKOSA 5 % + 1 NaHCO3

1,5 %) dengan cara pemberian : 4 jam pertama

25 ml / KgBB/ jam, 20 jam berikutnya 150 ml

/KgBB/20 jam.

(2) Bayi dengan berat badan lahir rendah (< 2 Kg)

Kebutuhan cairan : 250 ml/ KgBB/ 24 jam,

pemberian cairan adalah 4 glukosa 10 % =

NaHCO3 1,5 %, dengan pemberian 4 jam

pertama 25 ml / KgBB/ jam, 20 jam berikutnya

150 ml / KgBB/20 jam.


26

(3) Usia 1 bulan-2 tahun (berat badan 3-10 Kg)

Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/

KgBB/jam kemudian dilanjutkan 7 jam

berikutnya 12 ml/ KgBB/menit dan 16 jam

kemudian 125 ml/ KgBB.

(4) Usia 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)

Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml

/ KgBB/jam kemudian dilanjutkan 7 jam

berikutnya 10 ml/ KgBB/ menit dan 16 jam

kemudian 125 ml/ KgBB.

(5) Usia 5-10 tahun (berat badan 15-25 kg)

Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/

KgBB/ jam kemudian dilanjutkan 7 jam

berikutnya 10 ml/ KgBB/ menit dan 16 jam

kemudian 125 ml/ KgBB.

2) Melakukan pemantauan atau observasi terhadap jumlah

cairan yang masuk dan keluar (mengukur status

hidrasi), seperti turgor kulit, muntahan, membrane

mukosa, berat badan, mata dan ubun-ubun.

3) Memantau adanya tanda rejatan hipovolemik, seperti

denyut jantung atau nadi cepat tapi kecil, tekanan darah

menurun, dan kesadaran menurun.

4) Pantau adanya tanda asidosis metabolic.


27

5) Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal

yang menyebabkan volume cairan, faktor yang

meyebabkan terjadinya diare, dan lain-lain.

b. Penatalaksaan medis menurut Hidayat (2013), adalah sebagai

berikut:

1) Antibiotik hanya diberikan apabila ada penyebab yang

jelas, seperti kolera maka diberikan tetrasiklin 25-50 mg/

KgBB/ hari atau antibiotik lainnya sesuai dengan lawan

jenis penyebanya.

2) Obat spasmolitik seperti papaverin.

3) Obat antisekresi seperti asetosal, klorpromazin.

C. Asuhan keperawatan pada pasien anak dengan Diare dengan defisien

volume cairan.

1. Pengkajian keperawatan

Menurut Terri & Susan (2016), pengkajian anak yang

mengalami gangguan gastrointestinal mencakup riwayat kesehatan,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium serta diagnostik.

a. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan menyeluruh sangat penting dalam

pengkajian anak yang mengalami gangguan gastrointestinal. Riwayat

kesehatan mencakup riwayat masa lalu (sakit atau pembedahan

sebelumnya), riwayat keluarga di masa lalu, penyakit saat ini (kapan

gejala mulai dan bagaimana hal ini berbeda dari kondisi normal
28

anak), dan bagaimana gejala anak dikelola hingga poin ini (catatan

medis / terapi di rumah yang relevan). Pengetahuan terperinci

mengenai riwayat medis dan pembedahan sebelumnya pada anak

dapat, mengungkap riwayat reseksi usus, infeksi usus sebelumnya

dan isu serta masalah diet.

Pola pertumbuhan anak juga dapat menjadi bagian penting

dalam riwayat kesehatan dan dapat membantu menunjukkan waktu

tentang kapan munculnya masalah terbaru. Riwayat keluarga juga

sangat penting dalam mengidentifikasi gejala gangguan

gastrointestinal secara genetik atau familial yang umum atau

gangguan seperti sindrom usus rengsa, penyakit inflamasi usus, atau

alregi makanan. Semua potongan riwayat kesehatan ini memerlukan

pertanyaan dan jawaban deskriptif dari kedua belah pihak.

1) Pemeriksaan fisik

Lakukan pemeriksaan fisik pada anak dari bagian

pemeriksaan yang tidak invasif hingga pemerikasaan yang

paling invasif. Penting agar anak tetap relaks sebisa mungkin

selama pengkajian ini.

(a) Inspeksi dan observasi

Inspeksi dan observasi warna kulit, status hidrasi,

ukuran dan bentuk abomen, dan status mental anak.


29

(1) Warna kulit:

Pertama kali, obeservasi warna kulit, mata,

dan bibir anak. Kulit atau bibir yang pucat pada anak

yang mengalami gangguan gastrointestinal dapat

menjadi tanda anemia atau dehidrasi.

(2) Status hidrasi:

Status hidrasi pada anak seringkali

mengindikasikan seberapa berat penyakit pada

gastrointestinal saat ini. Dehidrasi dapat terjadi secara

cepat pada anak, terutama pada bayi dan anak kecil.

Mukosa oral seharusnya berwarna merah muda dan

lembab. Turgor kulit seharusnya elastis, penurunan

turgor kulit mengindikasikan dehidrasi. Selalu

menangis, terutama pada bayi, tidak adanya air mata

dapat mengindikasikan dehidrasi. Kaji jumlah haluaran

urine anak selama 24 jam terakhir.

(3) Ukuran dan bentuk abdomen

Inspeksi ukuran dan bentuk abdomen ketika

anak berdiri dan ketika anak berbaring terlentang.

Abdomen seharusnya datar ketika anak berada pada

posisi terletang. Abdomen yang terdepresi atau kokaf

dapat mengindikasikan obstruksi abdomen tinggi

dehidrasi.
30

(4) Status mental

Lakukan pemeriksaan status mental singkat

pada semua anak yang mengalami gangguan

gastrointestinal. Perubahan status mental dapat terjadi

pada banyak keadaan, seperti selama dehidrasi berat.

(b) Auskultasi

Sama seperti semua anak, auskultasi bising usus

pada empat kuadran. Bising usus hiperaktif dapat

ditemukan pada anak yang mengalami diare atau

gastroenteritis.

(c) Perkusi

Perkusi abdomen, perhatikan adanya abnormalitas.

Adanya abnormalitas pada pemeriksaan untuk diagnosis

diare akut atau kronik dapat mengindikasikan proses

patologis.

(d) Palpasi

Lakukan palpasi pada pemeriksaan abdomen

terakhir untuk mengindikasi adanya nyeri tekan. Nyeri

tekan pada kuadran bawah dapat berkaitan dngan

gastroenteritis.

Menurut Nursalam (2013) pengkajian pada anak dengan diare

meliputi:
31

a. Identitas pasien/ biodata

b. Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,

tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang

tua, pekerjaan orang tua, penghasilan.

c. Keluhan utama

Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari. BAB kurang

dari empat kali dengan konsistensi encer (diare tanpa dehidrasi)

BAB 4-10 kali dengan konsistensi encer (dehidrasi

ringan/sedang). BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi berat). Bila

diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut. Bila

berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.

d. Riwayat penyakit sekarang

1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

mungkin meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada,

kemungkinan timbul diare.

2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan

darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena

bercampur empedu.

3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering

defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.

4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.

5) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,

gejala dehidrasi mulai tampak.


32

6) Diuresis, yaitu terjadi oliguria (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila

terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi.

Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak

ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).

e. Riwayat kesehatan meliputi sebagai berikut:

1) Riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi

campak. Diare lebih sering terjadi dan berakibat berat pada

anak-anak dengan campak atau yang menderita campak

dalam empat minggu terakhir, yaitu penurunan kekebalan

pada pasien.

2) Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotic)

karena faktor ini salah satu kemungkinan penyebab diare.

3) Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah dua tahun

biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi

sebelum, selama, dan setelah diare.

f. Riwayat nutrisi

1) Pemberian asi penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat

mengurangi risiko diare dan infeksi serius.

2) Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak,

diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak

bersih akan mudah terjadi pencemaran.

3) Perasaan haus

g. Pemeriksaan fisik dengan ROS (Review Of System)


33

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin ditegakkan pada kasus anak

dengan diare menurut NANDA (2018), adalah sebagai berikut

a. Defisien volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang

kurang

b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual dan muntah.

c. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi,

frekuensi BAB yang berlebihan.

d. Gangguan rasa nyaman nyeri yang berhubungan dengan distensi

abdomen.

e. Defisiensi pengetahuan berkurangnya informasi tetang penyakit,

prognosis dan pengobatan.

f. Ansietas yang berhubungan dengan hospitalisasi.

3. Perencanaan keperawatan

Perencaanaan keperawatan menurut NANDA NIC NOC (2015),

adalah sebagai berikut:

Prioritas masalah asuhan keperawatan pada pasien anak dengan

diare adalah defisien volume cairan.

a. Diagnosa 1 : Defisien volume cairan

Tujuan : defisien volume cairan teratasi


34

Kriteria hasil : tanda-tanda dehidrasi tidak ada, elastisitas turgor

kulit baik, mukosa mulut dan bibir lembab, tidak ada rasa haus

yang belebihan.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : mengetahui keadaan umum pasien.

2) Ukur balance cairan pasien.

rasional: mengetahui input dan output cairan

(keseimbangan cairan).

3) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum

yang banyak kurang lebih 2000-2500 cc perhari.

Rasional: membantu mengganti cairan tubuh yang hilang

dan menghindari pasien mengalami dehidrasi.

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan

IVFD dan pemeriksaan lab.

Rasional: menggantikan kehilangan cairan dan mengetahui

penyebab dari diare.

b. Diagnosa 2: Diare

Tujuan: Frekuensi BAB normal dan diare teratasi.

Kriteria hasil: feses berbentuk, BAB sehari sekali.

Intervensi:

1) Observasi tanda dan gejala diare

Rasional: mengetahui keadaan umum pasien


35

2) Monitor warna, jumlah, frekuensi, dan konsistensi dari

feses.

Rasional: mengetahui perkembangan penyakit sehnga

memudahkan dalam pemberian intervensi.

3) Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 8 jam.

Rasional: tanda vital dan keadaan umum merupakan

gambaran kesehatan pasien.

4) Observasi peristaltic usus dan distensi abdomen.

Rasional: peningkatan peristaltik usus merupakan salah satu

terjadinya diare.

5) Beri KIE kepada orang tua upaya pencegahan diare

Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap

penanganan diare.

6) Kolaborasi dengan petugas lab dalam memonitor hasil

laboratorium feses pasien.

Rasional: mengetahui adanya bakteri di dalam feses.

7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

antidiare

Rasional: meningkatkan dan mempercepat penanganan

diare pada pasien.

c. Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh.

Tujuan: gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi.


36

Kriteria hasil: intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi

yang disediakan, mual, muntah tidak ada.

Intervensi:

1) Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi

Rasional: mengetahui status nutrisi klien saat ini untuk

melakukan intervensi selanjutnya.

2) Timbang berat badan klien

Rasional: mengukur balance cairan dan IMT pasien.

3) Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi

sering

Rasional: menghindari pasien mengalami mual dan muntah

dan mengatasi kekurangan nutrisi pada pasien.

4) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

Rasional: menetukan diet apa yang diberikan sesuai dengan

kasus yang dialami pasien dan menetukan intervensi

selanjutnya.

d. Diagnosa 4: Gangguan integritas kulit

Tujuan: gangguan integritas kulit teratasi

Kriteria hasil: integritas kulit yang baik bida dipertahankan

(sensasi,elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi).

Intervensi:

1) Observasi kemerahan pada daerah sekitar anus.


37

Rasional: area ini meningkat resikonya untuk kerusakan

dan memerlukan pengobatan lebih intensif.

2) Bersihkan daerah anus dengan kapas basah setiap kali

buang air besar (BAB).

Rasional: meminimalkan terjadinya iritasi.

3) Gunakan popok yang lembut dan kering dan diganti setiap

basah.

Rasional: memberi rasa nyaman pada anak dan

mempertahankan kebersihan serta keadaan kulit agar tetap

kering.

4) Biarkan daerah bokong terkena udara terutama setelah

defekasi

Rasional: kulit yang lembab dan bash mudah teiritasi dan

lecet.

e. Diagnosa 5: Gangguan rasa nyaman nyeri (nyeri akut)

Tujuan: nyeri kulit teratasi

Kriteria hasil: nyeri dapat berkurang atau hilang, ekspresi

wajah tenang.

Interversi:

1) Kaji skala nyeri pasien menggunakan teknik PQRST

Rasional: mengetahui skala nyeri yang dialami oleh pasien.

2) Observasi tanda-tanda vital


38

Rasional: mengetahui perkembangan pasien dan respon

tubuh terhadap nyeri.

3) Beri posisi yang nyaman (semi fowler)

Rasional: posisi yang nyaman akan membantu dalam

menghilangkan dan menurunkan ketegangan otot dan rasa

tidak nyaman.

4) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

Rasional: distraksi merupakan metode menghilangkan nyeri

dengan cara mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri

yang di alami, relaksasi merupakan metode menghilangkan

nyeri dengan cara mengajarkan pasien menarik nafas

dalam.

5) Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian obat

analgetik.

Rasional: mekanisme kerja dari analgetik untuk

menghambat enzim lipokginease dalam pembentukan

prostaglandin sehingga nyeri berkurang.

f. Diagnosa 6: Defisiensi pengetahuan

Tujuan: pengetahuan keluarga meningkat.

Kriteria hasil: keluarga pasien mengerti dengan proses penyakit

pasien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya

lagi tentang proses penyakit klien, dan program pengobatan

yang diberikan kepada pasien.


39

1) Kaji tingkat pendidikan keluarga klien

Rasional: tingkat pendidikan mempengaruhi KIE yang mau

diberikan ke keluarga pasien.

2) Jelaskan tentang proses penyakit pasien dengan melalui

pendidikan kesehatan.

Rasional: menambah tingkat pengetahuan keluarga pasien

tentang penyakit diare.

3) Beri kesempatan pada keluarga bila ada yang belum

dimengertinya.

Rasional: melancarkann komunikasi antara keluarga pasien

dan perawat.

4) Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

Rasional: menambah pengetahuan keluarga pasien untuk

penatalaksaan pada pasien anak diare di rumah.

g. Diagnosa 7: Ansietas

Tujuan: pasien memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan

dan keluarga memahami kondisi klien.

Kriteria hasil: pasien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas. Ekspresi wajah, bahasa tubuh,

dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya cemas.

Intervensi:

1) Kaji tingkat kecemasan pasien


40

Rasional: mengetahui tingkat kecemasan pasien untuk

intervensi selanjutnya.

2) Berikan mainan sesuai kesukaan pasien.

Rasional: mengalihkan rasa nyeri dan kecemasan yang

dihadapi oleh pasien dan pasien nampak tenang.

3) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan.

Rasional: mengetahui intervensi apa yang dilakukan oleh

perawat untuk pasien dan membuat keluarga pasien dengan

perawatan yang dilakukan.

4) Anjurkan pada keluarga untuk selalu mendampingi pasien.

Rasional: menjaga pasien agar terhindar dari kecemasan

selama hospitalisasi.

4. Implementasi keperawatan

Tahap implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan

(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan

keperawatan (Ngastiyah, 2012).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa

keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnos keperawatan meliputi data

subyektif (S), data obyektif (O), analisa permasalahan (A), klien

berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil

analisa data di atas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses. Evaluai
41

terdiri atas dua yaitu evaluasi formatif yaitu evaluasi tehadap respon

yang segera timbul setelah intervensi keperawatan dilakukan. Evaluasi

sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadp tujuan,dengan

kata lain bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah

tujuan atau hasil akhir yang diinginkan (Dinarti, dkk., 2009).

a) Defisien volume cairan teratasi

b) Frekuensi BAB normal dengan konsistensi feses lembek

c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi.

d) Gangguan integritas kulit teratasi

e) Nyeri kulit teratasi

f) Pengetahuan keluarga meningkat.

g) Pasien memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan dan

keluarga memahami kondisi klien.

D. Pemenuhan volume cairan pada pasien anak dengan diare

1. Pengertian

menurut Marcdante,dkk (2014), mengatakan bahwa air

adalah komponen utama dalam tubuh manusia. Presentase Caitan

Tubuh Total (CTT) yang komponenya ada cairan intraseluler dan

cairan ekstraseluler pada janin memiliki CTT yang tinggi dan menurun

secara granual menjadi sekitar 75% berat badan, saat bayi lahir cukup

bulan. Pria yang memiliki masa otot lebih besar memiliki proporsi

CTT 60%, sedangkan wanita memiliki proporsi CTT 50% berat badan.

Presentasi CTT terhadap berat badan dapat menurun pada dehidrasi.


42

Pemenuhan cairan pada pasien dengan dehidrasi identic

dengan pemasangan infus, berikut ini adalah jenis-jenis dari cairan

infus:

a. Cairan hipotonik

Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan

serum (konsentrasi Na+ lebih rendah dibandingkan serum,

sehingga larut didalam serum dan menurunkan osmolaritas serum.

Oleh karena itu, cairan ditarik dari dalam pembuluh darah ke

jaringan sekitarnya (prinsipnya berpindah dari osmolaritas rendah

ke osmolaritas rendah). Cairan ini digunakan pada keadaan sel

yang mengalami dehidrasi pada pasien dengan dialisis (cuci darah)

dalam terapi diuretic dan pasien hiperglikemia (gula darah tinggi)

dengan ketoasidosis deabetik. Komplikasi dari cairan ini adalah

perpindahan tiba-tiba cairan dalam pembuluh darah ke sel akan

mengakibatkan kolaps kardiovaskuler dan peningkatan tekanan

intracranial. Contoh dari cairan hipotonik adalah NaCl 45% dan

Dextrosa 2,5%.

b. Cairan isotonik

Cairan isotonik memiliki tingkat oasmolaritas cairan yang

mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga

terus berada di dalam pembuluh darah. Cairan ini bermanfaat bagi

pasien dengan kekurangan cairan tubuh (dehidrasi), pasien yang

memiliki resiko terjadinya overload cairan. Contoh dari cairan


43

isotonic adalah RL (Ringer Laktat), normal salin/ larutan garan

NaCl (NaCl 0,9 %).

c. Cairan hipertonik

Cairan hipertonik memiliki tingkat osmolaritas yang tinggi

dibandingkan dengan serum. Sehingga cairan ini bekerja menarik

cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh

darah. Cairan ini mampu menstabilkan tekanan darah,

meningkatkan produksi urine, dan mengurangi edema (bengkak).

Contoh cairan hipertonik adalah Dextrose 5%, NaCl 45%

hipertonik, Dextrose 5% + Ringer Laktat, Dextrose 5% +NaCl

0,9%, dan albumin.

Selajutnya adalah pembagian cairan berdasarkan kelompoknya dibagi

menjadi 2 yaitu:

a. Kritaloid

Cairan yang bersifat isotonis yang efektif dalam mengisi

sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu

yang singkat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan

segera. Contoh dai cairan tersebut adalah Ringer Laktat dan garam

fisiologis.

b. Koloid

Cairan ini memiliki ukuran molekul yang cukup besar

sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler dan tetap berada

di dalam pembuluh darah. Cairan ini sama sifatnya seperti cairan


44

hipertonik dan dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Contoh

dari cairan koloid adalah albumin dan steroid.

Cairan rumatan (IV) digunakan untuk anak yang tidak

dapat memperoleh asupan melalui saluran cerna. Komponen cairan

rumatan berisi air, glukosa, natrium, kalium, dan klorida. Larutan

ini mengganti elektrolit yang keluar melalui urine dan tinja, serta

kehilangan cairan dari urine, tinja, kulit dan paru. Glukosa dalam

cairan rumatan menyediakan sekitar 20% dari kebutuhan kalori

normal pasien.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien anak dengan diare

Saluran cerna potensial menjadi sumber kehilangan cairan

dan elektrolit yang bermakna. Dehidrasi pada anak paling sering

disebakan oleh gastroenteritis. Dehidrasi ringan yang terjadi pada anak

sebanyak 3% sampai 5% dari berat badan, dehidrasi sedang memiliki

gejala peningkatan frekuensi denyut jantung dan penurunan produksi

urine, sedangkan dehidrasi sedang memiliki gejala yang serius

mengalami gangguan perfusi (syok).

3. Pengaturan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien anak denga diare

a) Komposisi rata-rata pasien diare Natrium: 55 mEq/L,

Kalium: 25 mEq/L, bikarbonat 15 mEq/L

b) Penggantian kehilangan melalui tinja yang masih

berlangsung: Larutan dekstrosa 5% dalam ¼ salin normal


45

+20 mEq/L natrium bikarbonat, +20 mEq/L kalium klorida,

ganti tinja yang keluar mL/mL setiap 1-6 jam

4. Edukasi pemenuhan kebutuhan cairan pada anak dengan diare

Anak dengan memiliki masalah dalam gangguan pemenuhan

kebutuhan cairan memerlukan intervensi akut untuk memastikan

bahwa perfusi jaringan adekuat. Pada fase resusitasi, diharapkan terjadi

pemulihan volume intravaskular yang beredar secara cepat, yang harus

dilakukan dengan larutan isotonik, seperti salin normal (NS) atau

Ringer Laktat.
46

WOC
Etiologi

Bakteri, Virus, Parasit Gangguan mortilitas Gangguan osmotik


Usus
Masuk ke dalam usus Makanan / zat tidak
Bakteri tumbuh Hiperperistaltik dapat diserap

Mengeluarkan toksin
Kesempatan usus menyerap Rongga usus
meninggi
Hipersekresi Makanan berkurang

Diare Pergeseran air dan


Peningkatan sekresi air
elektrolit ke rongga usus
Dan elektrolit
Peradangan pada usus kehilangan cairan anoreksia
Berlebih
Nyeri Dehidrasi mual, muntah, BB

Defisien volume cairan


Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dai kebutuhan :
tubuh

Defekasi > 3 kali kurang informasi tentang diare Hospitalisasi


Menyebabkan derah sekitar
anus kemerahan, lecet Defisiensi takut, gelisah,
pengetahuan rewe

Gangguan integritas kulit Ansietas

Sumber: Lestari (2016), Ngastiyah (2012), NANDA (2018).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rencana studi kasus

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus.

Dalam studi kasus ini penulis melakukan studi untuk mengeksplorasikan

masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diare dengan

defisiensi volume cairan di Ruang Cilinaya RSD Mangusada.

B. Subjek studi kasus

Dalam studi kasus ini yang akan dilakukan pada 2 orang pasien

anak dengan diare akut dehidrasi ringan sedang dengan defisien volume

cairan di ruang Cilinaya RSD Mangusada. Pasien anak yang digunakan

oleh penulis berumur 1-10 tahun dan tidak membedakan jenis kelamin.

C. Fokus studi

1) Pemenuhan cairan pada pasien anak dengan diare dengan defisiensi

volume cairan.

D. Definisi operasional

Diare adalah suatu keadaan dimana terjadinya gangguan pada

sistem pencernaan yang ditandai dengan frekuensi BAB lebih dari 3 kali

per 24 jam dengan konsistensi feses cair. Diare disebabkan oleh pola hidup

yang tidak sehat.

Defisien volume cairan adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami defisien atau kekurangan cairan didalam tubuh atau dehidrasi

47
48

akibat cairan keluar tidak balance atau seimbang dengan cairan yang

masuk.

E. Tempat dan waktu

Lokasi penelitian studi kasus ini dilakukan di Ruang Cilinaya RSD

Mangusada. Lama waktu sejak klien pertama kali masuk rumah sakit

sampai pulang dan atau klien yang di rawat minimal 3 hari (disesuaikan

dengan kondisi klien). Jika sebelum 3 hari klien sudah pulang, maka perlu

penggantian klien lainnya yang sejenis. Bila perlu dapat dilanjutkan

dengan bentuk home care.

F. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian, akuratnya data penelitian yang dikumpulkan

sangat mempengaruhi hasil penelitian. Agar data yang dikumpulkan

tersebut akurat, maka diperlukan alat pengumpulan data (instrumen

penelitian ) yang tidak saja valid, tetapi juga reliable (Swarjana, 2015).

Bentuk pengumpulan data yang digunakan dalm penyusunan studi

kasus yaitu :

1. Wawancara

Pada studi kasus ini dilakukan pengumpulan data dengan mendapat

keterangan informasi secara lisan dengan orang tua dan keluarga

pasien.

2. Observasi

Metode ini dilakukan tanpa melakukan interview kepada partisipan

atau responden. Observasi tersebut sebenarnya sangat umum, namun


49

ketika mengacu atau terkait dengan penelitian atau dengan tujuan

penelitian, maka apa yang diobservasi harus spesifik (Swarjana, 2015).

Pada studi kasus ini penulis melakukan teknik observasi pada keadaan

umum dan bagian tubuh pasien.

3. Pemeriksaan fisik

Pada studi kasus ini penulis menggunakan pendekatan IAPP : Inspeksi,

Auskultasi, .Palpasi, dan Perkusi.

4. Studi dokumentasi

Pada kasus ini penulis juga menggunakan studi dokumentasi dari hasil

pemeriksaan diagnostic dan data lain yang relevan.

G. Penyajian data

Data yang sebelumnya telah direduksi, kemudian data tersebut

dapat disajikan dalam bentu tabel, gambar, bagan maupun teks naratif

dalam analisa data keperawatan. Tabel ini berisikan data-data yang bersifat

abnormal yang didapat dalam format pengkajian anak yang telah ditulis

sebelumnya. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari klien.

H. Etika studi kasus

Penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia,

maka segi studi kasus dalam etika harus diperhatikan. Etika yang harus di

perhatikan yaitu:
50

1. Information sheet

Lembar informasi berisi tentang informasi berisi tentang informasi

kepada calon subjek penelitian dan atau keluarganya sebelum mereka

memutuskan kesediaan atau ketidaksediaan menjadi subyek penelitian.

Pada studi kasus ini penulis menggunakan PSP (penjelasan untuk

mengikuti penelitian).

2. Informed consent

Informed consent berarti partisipan punya informasi yang adekuat

tentang penelitian, mampu memahami informasi, bebas menentukan

pilihan, memberikan kesempatan kepada klien untuk atau tidak ikut

berpatisipasi dalam penelitian secara sukarela (Swarjana, 2015).

3. Anominity (tanpa nama)

Peneliti wajib menjaga kerahasiaan informasi atau data yang diberikan

oleh partisipan, termasuk menjaga privacy partisipan, kerahasiaan

dapat dijaga dengan tanpa menyebutkan nama (Swarjana, 2015). Pada

studi kasus ini penulis menggunakan inisial pada setiap nama klien

untuk menjaga kerahasiaan identitas klien dan keluarga.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Informasi atau hal yang terkait dengan responden harus dijaga

kerahasiaanya. Peneliti atau pewawancara tidak dibenarkan untuk

menyampaikan kepada orang lain tentang apapun yang diketahui oleh

peneliti tentang responden diluar untuk kepentingan atau mencapai

tujuan penelitian (Notoadmodjo, 2014).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

DENGAN DEFISIEN VOLUME CAIRAN

DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

TANGGAL 08 S/D 15 APRIL 2019

A. Hasil
1. Gambaran lokasi pengambilan data

Pada studi kasus ini penulis menggunakan RSD Mangusada

kabupaten Badung yang beralamat di Jln. Raya Kapal, Mengwi, Badung,

Bali sebagai tempat pengambilan kasus karya tulis ilmiah yang berjudul “

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK T DAN ANAK D DENGAN

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG DENGAN DEFISIEN

VOLUME CAIRAN DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

PADA TANGGAL 08 S/D 15 APRIL 2018 “. Kasus diambil diruang

cilinaya yang merupakan ruang perawatan untuk pasien anak. Ruang

tersebut terdiri dari 3 kelas perawatan (kelas 1 sebanyak 2 tempat tidur,

kelas 2 sebanyak 4 tempat tidur, kelas 3 sebanyak 6 tempat tidur) dan total

sebanyak 12 tempat tidur yang tersedia. Di masing-masing unit ruangan

perawatan terdapat lukisan yang berisikan cerita anak-anak untuk

menciptakan lingkungan yang nyaman dan menurunkan tingkat stress

51
52

akibat hospitalisasi maupun mendukung proses penyembuhan. Ruang

cilinaya dilengkapi dengan ruang perpustakaan dan arena bermain anak.

Implementasi asuhan keperawatan modern juga dikolaborasikan

dengan budaya kearifan lokal melalui MACEPAT (5 cara tepat keluarga

cermat anak sehat) dan MALAIKAT (Mangusada Layanan Melekat) yang

bertujuan utuk meningkatkan pengetahuan keluarga pasca rawat inap

sebagai bentuk pelayanan yang di berikan oleh rumah sakit. Berikut ini

akan diuraikan hasil dari asuhan keperawatan pada An. T yang di rawat di

ruang kelas 2 dengan jaminan BPJS dan An. D yang di rawat di ruang

kelas 1 dengan jaminan umum dengan Diare akut dehidrasi ringan sedang

dengan defisien volume cairan di ruang Cilinaya RSD Mangusada pada

tanggal 08 S/D 15 April 2019. Hasil asuhan keperawatan disesuaikan

dengan 5 tahap proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,

perencanaan, implementasi, evaluasi.

2. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan

sebelum melangkah ke proses keperawatan berikutnya. Pengkajian

dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang (Hasil Laboratorium) dan studi dokumentasi.

Pengkajian anak sakit An. T dan An. D dilakukan pada tanggal 08 April

dan 12 April 2019 pukul 10.00 wita. Berikut akan diuraikan identitas anak:
53

a. Biodata

1) Identitas

Berikut ini akan diuraikan identitas :

Tabel 4.1 Identitas Anak

Identitas Anak 1 Anak 2


Nama/ Inisial Anak T Anak D
Tempat Tabanan, 01 Oktober Badung, 11
tanggal lahir 2017 Agustus 2015
Usia 1 tahun 6 bulan 3 tahun 9 bulan
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Agama Hindu Hindu
Pendidikan - -
Alamat Kaba-kaba, Tabanan Abiansemal,
Badung
Tanggal 06 April 2019 11 April 2019
masuk RS
Tanggal 08 April 2019 12 April 2019
pengkajian
Diagnosa Gastroenteritis akut Gastroenteritis akut
medis dehdrasi ringan- dehidrasi ringan-
sedang sedang

Tabel 4.2 Identitas orang tua

Identitas Orang tua An. T Orang tua An. D


Ayah
Nama Tn. M Tn. E
Usia 28 tahun 27 tahun
Pendidikan SMA SMK
Pekerjaan Wiraswasta Swasta
agama Hindu Hindu
alamat Kaba-kaba, Tabanan Abiansemal, Badung
No. 085333523xxx 081999567xxx
telepon
Ibu
Nama Ny. A Ny. B
Usia 26 tahun 25 tahun
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Pegawai swasta Ibu rumah tangga
Agama Hindu Hindu
54

Alamat Kaba-kaba, Tabanan Abiansemal, Badung


No. 085333523xxx 081999567xxx
telepon

Tabel 4.3 Identitas saudara kandung (jika ada)

Identitas An. T An. D


Jumlah - -
saudara
kandung
Nama - -
Usia - -
Hubungan - -
Status - -
kesehatan

Keterangan :

a) Anak 1

Anak T lahir pada tanggal 01 Oktober 2017 dan

sekarang berusia 1 tahun 6 bulan. Anak berjenis kelamin

perempuan dan beragama hindu. Pasien merupakan putri

pertama dari pasangan Tn. M dan Ny. A. Tn. M berusia 28

tahun, pendidikan terkhirnya adalah SMA dan sudah

bekerja sebagai wiraswasta. Sedangkan Ny. A berusia 26

tahun, pendidikan terakhirnya adalah SMA dan bekerja

sebagai pegawai swasta. Mereka sama-sama berasal dari

Desa Kaba-kaba, Kediri, Tabanan.

b) Anak 2

Anak sakit yang kedua merupakan anak dari

pasangan Tn. E dan Ny. B yang berinisal Anak D. Lahir


55

pada 11 Agustus 2015 berjenis kelamin perempuan dan

sekarang berusia 3 tahun 7 bulan. Pasien beragama Hindu

dan tidak memiliki saudara kandung.. Tn. E usia 27 tahun

pekerjaan swasta dan tamatan SMK, sedangkan Ny. B

berusia 25 tahun sebagai ibu rumah tangga dan tamatan

SMP. Mereka sama-sama berasal dari Abiansemal, Badung.

2) Riwayat penyakit

Tabel 4.4 Riwayat Penyakit An. T dan An. D

Riwayat An. T An. D


Penyakit
Keluhan MRS: 06 April 2019 MRS: 11 April 2019
utama
MRS Ny. A mengatakan An. T Ny. B mengatakan
muntah sebanyak 7-8 kali. bahwa An. D
mengalami BAB 4 x
sejak pagi hari SMRS
dengan konsistensi
encer

Keluhan Pengkajian : 08 April 2019 Pengkajian: 12 April


utama saat 2019
pengkajian
Ny. B mengatakan An.
Ny. A mengatakan An. T D mencret sebanyak 5
mencret dengan konsistensi kali disertai dengan
feses encer sebanyak 6 kali lendir, berdarah.
dari tanggal 07 April 2019.

Riwayat An. T dibawa ke poli anak An. D diajak ke UGD


penyakit RSD Mangusada oleh kedua RSD Mangusada pada
sekarang orang tuanya pada tanggal tanggal 11 April 2019
06 April 2019 pukul 10.00 pukul 16.00 wita oleh
wita karena mengalami orang tuanya dengan
muntah 7-8 kali. Di poli keluhan BAB 4 x dalam
anak An. T di cek tanda- sehari, dengan
tanda vitalnya di dapatkan konsistensi encer dan
Suhu : 37,6º C, Nadi : 100 berlendir sejak 1 hari
56

x/menit, Respirasi : SMRS. Di UGD


28x/menit, GCS pasien dilakukan pemeriksaan
bernilai 15, tampak mata vital sign dengan hasil:
cowong. Dari pemeriksaan S= 360 C, N= 100
feses lengkap di dapatkan x/menit, RR= 20
hasil : x/menit. Dari
 Feses berwarna pemeriksaan dokter
coklat. GCS Pasien bernilai 15,
 Bau khas mata pasien cowong,
 Lemak positif dari hasil pemeriksaan
Dari pemeriksaan darah feses lengkap di
lengkap di dapatkan hasil: dapatkan hasil:
 HGB: 10,6 g/dL  feses berwarna
 HCT: 31,8% coklat
 PLT: 359 10^3 µL  bau feses khas
 WBC: 10,28 10^3  konsistensi
µL seperti bubur
 Neut% : 60,9 %  adanya lendir
Dokter mendiagnosis pasien  kista amoeba
tersebut dengan Diare Akut positif
dengan dehidrasi ringan
sedang. Pasien harus di dari hasil tersebut dokter
rawat ini di ruang cilinaya mendianosis pasien
Pasien mendapatkan terapi: dengan Diare dehidrasi
 IVFD Kaen 3B 665 ringan sampai sedang
ml/ 5 jam dengan 44 dan mengintruksikan
tetes permenit, pasien untuk dirawat
 Ondansentron 3 x inap, sebelum keruangan
1,5 mg iv, pasien diberikan
 paracetamol syrup 4 therapy:
x 1 cth.
 IVFD RL 10 tpm
Pasien dibawa ke ruang
loading 70 cc/kg
cilinaya pada pukul 14.00
BB setiap 5 jam,
wita.
 lanjutkan KAEN
Di ruangan pasien di cek
3B jika sudah
tanda-tanda vitalnya di
terhidrasi,
dapatkan hasil sebagai
 Zinc 1x20 mg,
berikut:
 oralit 1 sachet
 S : 38,4 ºC
tiap Cth 1 ¼ k/p.
 N: 112 x/menit
Pada tanggal 11 April
 RR: 32 x/menit
2019 pukul 19.30 wita
Di ruangan pasien juga di
pasien diterima di ruang
berikan terapi
cilinaya dengan keluhan
 IVFD KAEN 3B 10
mencret 5 x sehari
tetes per menit,
disertai lendir, demam
 paracetamol syirup
57

4x1 cth, selanjutnya perawat


 Lbio 2x1 sachet per melakukan pemeriksaan
oral, vital sign dengan hasil:
 zincpro 1x1 cth per S= 37,90C, TD= 100/60
oral. mmHg, N= 98x/menit,
Pada saat pengkajian RR= 26 x/menit.
tanggal 08 April 09.00 wita Dengan therapy:
Ny. A mengeluhkan  IVFD RL 10 tpm
anaknya sudah buang air  lanjutkan KAEN
besar sebanyak 6 kali mulai 3B jika sudah
pada tanggal 07 April 2019 terhidrasi
di sertai dengan muntah  Zinc 1x20 mg,
sebanyak 2 kali dan demam.  oralit 1x1 sachet
Ny. A juga mengatakan An. tiap Cth 1 ¼ k/p,
T memiliki riwayat MRS  metronidazole
sebelumnya di sebuah klinik sirup 3 x 200 mg,
selama 3 hari karena demam  cefixime 2 x cth
pada usianya yang ke 1 ¾
tahun.
pada saat pengkajian
pada tanggal 12 April
2019 pkl. 08.00 wita Ny.
B mengatakan An. D
masih mengalami diare
sebanyak 5 kali dan An.
D sering merasa haus.

3) Riwayat kesehatan sebelumnya

a) Anak 1

Ny. A mengatakan pada saat mengandung An. T dia

selalu memeriksakan kehamilannya setiap sebulan sekali.

Ny.A mengatakan tidak ada keluhan selama hamil dan

mendapatkan imunisasi TT 1 kali. Ny. A mengatakan

melahirkan anaknya di rumah sakit Tabanan dan jenis

persalinannya adalah normal dengan berat badan lahir 3200

gram dan panjang badan 48 cm.


58

b) Anak 2

Ny. B mengatakan pada saat mengandung anaknya

tidak ada keluhan dan selalu memeriksakan kehamilannnya

setiap sebulan sekali di sebuah klinik. Ny. B mengatakan

melahirkan anaknya di RSD Mangusada dengan jenis

persalinan normal yng ditolong oleh dokter kandungan dan

berat lahir 3800 gram, panjang badan 51 cm.

4) Riwayat penyakit keluarga atau keturunan

Tabel 4.5 Riwayat Penyakit Keluarga atau

Keturunan An.T dan An. D

An. T An. D
Ny. A mengatakan didalam Ny. B mengatakan didalam
keluarganya tidak ada yang keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti asma, keturunan seperti asma,
hipertensi, diabetes millitus, hipertensi, diabetes mellitus,
dls dls
59

5) Genogram

a) Anak 1

Keluarga bapak An. T Keluarga ibu An. T

Tn. W Ny. M Tn. Y Ny. M

Tn. S Tn. W Tn. C Ny. M Tn. D

An. T

Penjelasan genogram Anak 1

Dari genogram di atas Tuan M merupakan anak kedua dari

pasangan Tuan W dan Nyonya N. Tn. M memiliki 1 saudara

laki-laki yang berinisial Tn. S. Sedangkan Ny. A merupakan

anak kedua dari pasangan Tn. Y dan Ny. S. Ny. A memiliki 2

saudara Laki-laki yaitu Tn. C dan Tn. D. Tn. M dan Ny. A

menikah dan dikaruniai anak perempuan yang bernama An. T

pasien atau klien. Tn. M dan Ny. A tinggal dalam satu rumah

dengan anaknya dan merupakan keluarga inti.


60

b) Anak 2

Tn. N Ny. F Tn. K Ny. L

Tn. W Ny. B Ny. U Ny.


Tn. E Ny. R Ny. P
L

An. D

Penjelasan genogram Anak 2 :

Genogram yang kedua merupakan gambaran keluarga dari

anak D. Anak D merupakan anak pertama dari pasangan Tn. E dan

Ny. B. An. D masih memiliki kakek maupun nenek dari kedua

orang tuanya. Tn. E merupakan anak pertama dari Tn. N dan Ny.

F. Tn. E memiliki 3 saudara meliputi 2 saudara perempuan yaitu

Ny. R dan Ny. P sedangkan saudara laki-lakinya adalah Tn. W.

Ny.B merupakan anak pertama dari Tn. K dan Ny. L dan memiliki

2 saudara perembuan berinisial Ny. U dan Ny. J. Tn.E dan Ny. B


61

beserta An. D tinggal dalam satu rumah dan merupakan keluarga

inti.

6) Riwayat imunisasi

a) Anak 1

Tabel 4.6 riwayat imunisasi An. T

Usia Jenis imunisasi Dapat tidak Reaksi


pemberian setelah
(bulan) pemberian
0 HB0, Polio 0  Tidak ada
1 BCG, Polo 1  Tidak ada
2 DPT/HB1,  Tidak ada
Polio 2
3 DPT/HB2,  Tidak ada
Polio 3
4 DPT/HB3,  Tidak ada
Polio 4
9 Campak  Tidak ada
b) Anak 2

Tabel 4.7 riwayat imunisasi An. D

Usia Jenis imunisasi Dapat tidak Reaksi


pemberian setelah
(bulan) pemberian
0 HB0, Polio 0  Tidak ada
1 BCG, Polo 1  Tidak ada
2 DPT/HB1,  Tidak ada
Polio 2
3 DPT/HB2,  Tidak ada
Polio 3
4 DPT/HB3,  Tidak ada
Polio 4
9 Campak  Tidak ada
62

Keterangan :

Pada tabel 4.6 dan 4.7 tentang imunisasi pada An. T

dan An. D sama-sama memiliki atau sudah mendapatkan

imunisasi dasar lengkap dan tidak ada reaksi alergi setelah

imunisasi.

7) Riwayat tumbuh kembang

a) Riwayat Pertumbuhan

Tabel 4.8 Riwayat Pertumbuhan An. T dan An. D

Riwayat An. T An. D


Pertumbuhan
Berat Badan 8,2 kg 12,5 kg
Tinggi Badan 55 cm 75 cm

b) Riwayat Perkembangan

Tabel 4.9 Riwayat Perkembangan An. T dan An. D

Riwayat An. T An. D


Perkembangan
Berguling 5 bulan 5 bulan
Duduk 9 bulan 9 bulan
Merangkak 9 bulan 9 bulan
Berdiri 1 tahun 9 bulan
Berjalan 1 tahun 2 bulan 1 tahun 3 bulan
Senyum pertama 3 bulan 3 bulan
kali
Bicara pertama kali 12 bulan 12 bulan
Berpakaian sendiri Belum cukup Belum cukup
umur umur
Tumbuh gigi 6 bulan 5 Bulan
63

Keterangan :

(1) Anak 1

Pertumbuhan pada anak T meliputi berat badan 8,2

kg dan memiliki tinggi 55 cm. sedangkan

perkembangan pada anak T meliputi berguling pada

usia 5 bulan, duduk pada usia 9 bulan, merangkak pada

usia 9 bulan, berdiri pada usia 1 tahun, berjalan pada

usia 1 tahun 2 bulan, seyum pertama kali pada usia 3

bulan, bicara pertama kali pada usia 12 bulan,

berpakaian sendiri anak masih belum bisa, tumbuh gigi

pada usia 6 bulan.

(2) Anak 2

Pada anak D pertumbuhannya meliputi berat bada

sebanyak 12,5 kg dan tinggi badan 75 cm.

perkembangan pada anak D meliputi berguling pada

usia 5 bulan, duduk pada usia 9 bulan, merangkak pada

usia 9 bulan, berdiri pada usia 1 tahun, berjalan pada

usia 1 tahun 3 bulan, senyum pertama kali pada usia 3

bulan, bicara pertama kali usia 12 bulan, berpakaian

sendiri anak belum bisa dan di pakaikan oleh orang

tuanya, dan tumbuh gigi pada usia 5 bulan.

8) Riwayat nutrisi

a) Pemberian Air Susu Ibu (ASI)


64

Tabel 4.10 Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

An. T dan An. D

Pemberian ASI An. T An. D


Usia pertama kali 1 jam setelah lahir 1 jam setelah
diberikan lahir
Cara pemberian Setiap kali Setiap kali
menangis menangis
Lama pemberian Sampai saat ini Sampai usia 2,5
tahun

b) Pemberian Susu Formula

Tabel 4.11 Pemberian Susu Formula

An. T dan An. D

Pemberian susu An. T An. D


formula
Mulai pemberian Umur 3 bulan Umur 5 bulan
Alasan pemberian Pendamping ASI Pendamping ASI
Jumlah pemberian 150 cc setiap 240 cc setiap
pemberian pemberian
Cara pemberian Pemakaian dot Pemakaian dot

c) Pola Perubahan Nutrisi

Tabel 4.12 Pola Perubahan Nutrisi

An. T dan An. D

Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian


An. T
0-6 bulan ASI, susu Sampai usia 6 bulan
formula
6-12 bulan ASI, susu Sampai usia 12
formula Bubur bulan
tim, buah
65

12 bulan ASI, susu Sampai saat ini


formula bubur
tim, buah
Saat ini ASI, susu Sampai saat ini
formula bubur
tim, buah
An. D
0-6 bulan ASI Sampai usia 6 bulan
6-12 bulan ASI, Bubur Sampai usia 12
saring, buah bulan
12-24 bulan ASI, bubur tim, Sampai usia 24
buah bulan
24-36 bulan Nasi Sampai usia 36
bulan
Saat ini Nasi Saat ini
Keterangan :

Pada anak 1 pola perubahan nutrisinya masih ASI,

susu formula, bubur tim dan buah. Sedangkan pada anak 2

pola perubahan nutrisinya adalah nasi sampai saat ini

9) Riwayat Psikososial

Tabel 4.13 Riwayat Psikososial An. T dan An. D

Psikososial An. T An. D


Tempat tinggal Rumah orang tua Rumah orantg tua
Lingkungan tempat Pedesaan Pedesaan
tinggal
Fasilitas dekat Sekolah Puskesmas
tempat tinggal
Hubungan antar Harmonis Harmonis
anggota keluarga
Pengasuh anak Orang Tua Orang Tua

10) Kebutuhan Bio – Psiko – Sosial – Spiritual

Tabel 4.14 Kebutuhan Biologis, Psikologis, Sosial Spiritual


66

An. T dan An.D

Kebutuhan An. T An. D


(1) Bernafas Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An. T tidak tidak mengalami
mengalami gangguan gangguan dalam bernafas
dalam bernafas baik baik saat menarik
saat menarik maupun maupun mengeluarkan
mengeluarkan nafas. nafas.

Saat pengkajan :
Ny. A mengatakan Saat pengkajan :
An. T tidak Ny. B mengatakan An. D
mengalami gangguan tidak mengalami
dalam bernafas baik gangguan dalam bernafas
saat menarik maupun baik saat menarik
mengeluarkan nafas. maupun mengeluarkan
nafas.

(2) Makan Sebelum sakit : Sebelum sakit :


Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An. T biasa makan biasa makan 3 kali sehari
bubur 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk
pauk, dan sayuran
dimana 1 porsi habis dan
kadang makan buah.

Saat pengkajian : Saat pengkajian :


Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An. T biasa makan tidak mengalami
bubur 3 kali (± 120 cc) penurunan nafsu makan,
sehari dan muntah 2 anaknya biasa makan 3x
kali (± 40 cc) sehari (± 120 cc) dengan
menu nasi, lauk-pauk,
dan sayuran dimana 1
porsi habis dan kadang
makan buah.

Minum Sebelum sakit : Sebelum sakit :


Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
67

anak T biasa minum biasa minum 5 gelas


ASI (± 900 cc) per (±1000cc) per hari dan
hari dan susu formula susu formula sebanyak
150 cc 240 cc
Saat pengkajian : Saat pengkajian :
Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
anak T sering merasa hanya mampu minum ± 1
haus. gelas aqua (±240cc) per
Ny. A mengatakan hari.
An. T minum ASI
(±150 cc) dan susu
formula (±120 cc)

(3) Eliminasi Sebelum sakit : Sebelum sakit :


BAB Ny. A mengatakan Ibu pasien mengatakan
An. T tidak An. D tidak mengalami
mengalami gangguan gangguan dalam hal
dalam hal buang air buang air besar, biasa
besar, biasa BAB satu buang air besar satu –
kali sehari dengan dua kali sehari dengan
konsistensi lembek, konsistensi lembek,
warna kuning, dan bau warna kuning dan bau
khas feses khas feses.

Saat pengkajian :
Saat pengkajian : Ny. B mengatakan An. D
Ny. A mengatakan mencret 5 kali (±1500 cc)
An. T mencret 6 kali per 24 jam dengan
(±1800 cc) per 24 jam konsistensi encer sedikit
dengan konsistensi ampas, dan lendir
encer, tidak ada lendir
maupun darah.

BAK Sebelum sakit :


Sebelum sakit : Ny. B mengatakan An. D
Ny. A mengatakan kencing ± 5 (±100cc) kali
An. T kencing ±8 kali sehari dengan warna
(±200cc) sehari agak kuning dan bau
dengan warna agak khas urine.
kuning dan bau khas
urine.
Saat pengkajian :
Saat pengkajian : Ny. B mengatakan An.
Ny. A mengatakan D kencing 3 kali (±75cc)
68

An. T kencing 3 kali per hari warna kuning,


(±75cc) per hari, bau khas urine.
warna kuning bau
khas urine

(4) Gerak dan Sebelum sakit : Sebelum sakit :


aktivitas Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An. T tidak tidak mengalami
mengalami gangguan gangguan dalam gerak
dalam gerak dan dan aktivitasnya,
aktivitasnya. Anaknya anaknya biasanya
biasanya bermain bermain dengan saudara-
dengan ayahnya. saudaranya atau ayahnya

Saat sakit : Saat sakit :


Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An. T hanya tidur di hanya tidur di tempat
tempat tidur bersama tidur bersama Ny. B,
Ny. A, anak tampak pasien tampak lemah dan
lemah dan terkadang terkadang digendong
digendong oleh Ny. A oleh Ny. B

(5) Pengaturan Sebelum sakit : Sebelum sakit :


suhu tubuh Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan anak
anak T pernah D tidak mengalami
mengalami peningkatan suhu tubuh.
peningkatan suhu
tubuh.

Saat pengkajian : Saat pengkajian :


Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An.
An. T mengalami D mengalami
peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh.
0
tubuh 37,9 C
(6) Istirahat dan Sebelum sakit : Sebelum sakit :
tidur Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An. T tidak tidak mengalami
mengalami gangguan gangguan dalam istirahat
dalam istirahat tidur. tidur.

Saat pengkajian : Saat pengkajian ;


Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An, T sering sering bangun pada
terbangun, menangis malam hari untuk bolak-
dan rewel balik kamar mandi untuk
BAB yng dibantu oleh
69

Ny. B
(7) Rasa aman Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An. T sudah merasa sudah merasa aman
aman karena berada di karena berada di dekat
dekat orang tuanya di orang tuanya di rumah
rumah dan tidak dan tidak terlalu khawatir
terlalu khawatir dengan keadaan anaknya
dengan keadaan
anaknya

Saat pengkajian :
Saat pengkajian : Ny. B mengatakan
Ny. A mengatakan khawatir dan cemas
khawatir dan cemas dengan kondisi An. D,
dengan kondisi An. T ibu mengatakan belum
Ny. A mengatakan tahu tentang pencegahan
belum tahu tentang serta perawatan anaknya,
pencegahan serta ekspresi Ny. B tampak
perawatan anaknya, tegang, Ny. B tampak
ekspresi Ny. A tampak khawatir dan cemas
tegang, Ny. A tampak dengan keadaan anaknya,
khawatir dan cemas Ny. B tampak bertanya –
dengan keadaan tanya tentang penyakit
anaknya, Ny. A anaknya
tampak bertanya–
tanya tentang
penyakit anaknya

(8) Rasa Sebelum sakit : Sebelum sakit :


nyaman Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An. T tidak rewel dan tidak rewel dan aktif.
aktif.
Saat pengkajian :
Saat pengkajian : Ny. B mengatakan An. D
Ny. A mengatakan rewel dan sering
An. T rewel dan sering menangis.
menangis.

(9) Data sosial Sebelum sakit : Sebelum sakit :


anak Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
pasien adalah An. T ke merupakan anak ke 1 dari
1 dari 1 bersaudara 1 bersaudara.

Saat pengkajian : Saat pengkajian :


70

An. T tampak An. T tampak ditemani


ditemani oleh kedua oleh orang tuanya.
orang tuanya.
(10) Bermain Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Ny. A mengatakan Ny. A mengatakan An, D
An. T bisa bermain sering bercanda
dengan dengannya dan ayahnya
saudaranya.

Saat pengkajian : Saat pengkajian :


Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan An. D
An. T sering rewel dan sering
digendong oleh digendong oleh ibunya
ibunya.

(11) Prestasi Ny. A mengatakan Ny. B mengatakan


bangga pada An. T bangga pada An. D
karena tumbuh karena tumbuh
kembangnya terbilang kembangnya terbilang
cepat. cepat.

(12) Lingkungan Ny. A mengatakan Hubungan An. D dengan


sosial dirinya berinteraksi perawat dan An. D yang
dengan perawat dan lain baik, dengan perawat
pasien lain dan pasien lain.An. D
mau berinteraksi
(13) Data Orang tua An. T Orang tua An. D
spiritual mengatakan bahwa mengatakan bahwa
anak penyakit yang diderita penyakit yang diderita
anaknya sekarang anaknya sekarang adalah
adalah penyakit medis penyakit medis yang
yang biasa diderita biasa diderita oleh anak
oleh anak kecil dan kecil dan bukan
bukan merupakan merupakan penyakit dari
penyakit dari non non medis.
medis.
71

11) Pemeriksaan fisik

Tabel 4.15 Pemeriksaan Fisik An. T dan An. D

Pemeriksaan An. T An. D


Fisik
Keadaan
umum Ekstremitas atas dan Ekstremitas atas dan
(1)Kebersihan bawah bersih, bawah bersih, pakaian
pakaian bersih. bersih.

Turgor kulit kurang Turgor kulit kurang


elastis, `warna kulit elastis, warna kulit
putih, cyanosis
K tidak sawo matang, cyanosis
ada, lesietidak ada. tidak ada, lesi tidak
a ada, akral hangat, kulit
d berkeringat.
a
a
n

k
u
l
i
t
Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis

Antropometri BB sebelum sakit : BB sebelum sakit :


9,5 kg 12,5 kg
BB saat pengkajian: BB saat pengkajian:
8,2 kg 12,5 kg
PB : 55 cm TB : 75 cm
LK : 30 cm LK : 45 cm
LL : 11 cm LL : 12 cm

Gejala kardinal TD : - TD : -
S : 38,4 oC S : 37,9 oC
RR : 32 x/menit RR : 30 x/menit
N : 112 x/menit N : 108 x/menit
ROS (Review Of System)
Sistem Inspeksi: Pasien Inspeksi: Pasien
pernafasan nampak tidak sesak, nampak tidak sesak,
tidak ada penafasan tidak ada penafasan
cuping hidung, tidak cuping hidung, tidak
ada retaksi otot dada. ada retaksi otot dada.
72

Palpasi: tidak ada Palpasi: tidak ada


nyeri tekan nyeri tekan

Perkusi: suara paru- Perkusi: suara paru-


paru sonor paru sonor

Auskultasi: suara Auskultasi: suara


napas vesikuler. napas vesikuler.
Sistem cardio Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak ada
vaskuler jejas jejas
Palpasi: tidak ada Palpasi: tidak ada
pembesaran vena pembesaran vena
jugularis jugularis
Perkusi: dullnes Perkusi: dullnes
Auskultasi: S1 S2 Auskultasi: S1 S2
tunggal regular tunggal regular
Sistem Inspeksi: tidak ada Inspeksi: tidak ada
pencernaan jejas jejas
Auskultasi: bising Auskultasi: bsising
usus 15 kali per menit usus 20 menit
Palpasi: adanya nyeri Palpasi: adanya nyeri
tekan tekan dan distensi
Perkusi: suara perut abdomen.
timpani Perkusi: suara perut
timpani

Sistem Pengelihatan : Pengelihatan :


pengindraan mata cowong, mata cowong,
konjungtiva pucat, konjungtiva pucat,
reflek pupil kurang reflek pupil baik
baik Pengecapan:
Pengecapan: Lidah nampak kotor
Mukosa bibir kering, Mukosa bibir kering,
lidah nampak kotor, lidah nampak kotor,
tidak ada pembesaran tidak ada pembesaran
tongsil tongsil
Penciuman: Penciuman:
Tidak ada nafas Tidak ada nafas
cuping hidung, cuping hidung,
penciuman baik penciuman baik
Pendengaran: Pendengaran:
Tidak ada secret, Tidak ada secret,
telinga nampak bersih, telinga nampak
pendengaran baik. bersih, pendengaran
Perabaan: baik.
73

Perabaan nampak baik Perabaan:


Perabaan nampak
baik

Sistem An. T nampak tidak An. D nampak tidak


persyarafan mengalami kejang mengalami kejang.

Sistem Terpasang IVFD kaen Terpasang IVFD RL


muskuloskeleta 3B di ekstremitas di ekstremitas dekstra
l bawah dekstra
Sistem Warna kulit putih, Warna kulit sawo
intergumen turgor kulit kurang matang, turgor kulit
elastis, kebersihankurang elastis,
kulit terjaga, dan tidak
kebersihan kulit
ada luka, akral teraba terjaga, dan tidak ada
hangat. luka, akral teraba
hangat, kulit tampak
berkeringat.
Sistem Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
endokrin pada sistem endokrin pada sistem endokrin
Sistem Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
perkemihan pada sistem pada sistem
perkemihan perkemihan
Sistem Tidak terkaji Tidak terkaji
reproduksi
Sistem Pasien tampak lemah Pasien tampak lemah
imunitas

12) Pemeriksaan perkembangan saat ini

Dari hasil pemeriksaan perkembangan dengan alat

ukur KPSP di dapatkan hasil bahwa An. T dengan An. D

mengalami perkembangan yang sesuai dengan usianya.


74

13) Pemeriksaan diagnostik

a) Anak 1

Nama : An. T

Tanggal lahir : 01-10-2017

Jenis kelamin : perempuan

Tabel 4.16 Hasil pemeriksaan darah lengkap

An. T tanggal 06 April 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Hematologi rutin
HGB L 10.0 g/dL 10.7 - 14.7
RBC 3.85 10^6/µL 3.60 - 5.70
HCT L 30.4 % 31.0 – 43.0
MCV 79.0 fL 72.0 – 102.0
MCH 26.0 Pg 23.0 – 31.0
MCHC 32.9 g/dL 26.0 – 34.0
RDW-SD 37.7 fL 37.0 – 54.0
RDW-CV 13.6 % 11.5 – 14.5
WBC 8.98 10^3µL 5.50 – 17.50
Hitungan jenis
NEUT % H 63.3 % 17.0 – 60.0
LYMPH % 27.2 % 20.0 – 70.0
BASO % 0.1 % 0.0 – 0.1
MONO % 9.0 % 1.0 – 11.0
EOS % L 0.2 % 1.0 – 5.0
NEUT# 5.7 10^3µL 1.5 – 7.0
LYMPH# 2.4 10^3µL 1.0 – 3.7
BASO# 0.0 10^3µL 0.0 – 0.1
MONO# H 0.8 10^3µL 0.0 – 0.7
EOS# 0.0 10^3µL 0.0 – 0.4
PLT 463 10^3µL 217 – 553
PDW L 8.2 fL 9.0 – 17.0
MPV L 8.8 fL 9.0 – 13.0
75

Tabel 4.17 Pemeriksaan feses lengkap

An. T Tanggal 06 April 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Makroskopik
Warna Coklat
Bau Khas
Konsistensi Lembek
Lendir Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Mikroskopik
Leukosit 0-1 /LPB Negatif
Eritrosit Negatif /LPB Negatif
Epitel Negatif /LPB Negatif
Lemak (+) positif 2-7
Amoeba Negatif Negatif
Telur cacing Negatif Negatif
Sel ragi Negatif Negatif
Crystal Negatif Negatif
Lain-lain

b) Anak 2

Nama: An. D

Tanggal lahir: 11-06-2015

Jenis kelamin: perempuan

Tabel 4.18 Hasil pemeriksaan darah lengkap

An. D Tanggal 11 April 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Hematologi rutin
HGB 14.4 g/dL 10.7 - 14.7
RBC 5.42 10^6/µL 3.60 - 5.70
HCT 42.5 % 31.0 – 43.0
MCV 78.4 fL 72.0 – 102.0
MCH 26.6 Pg 23.0 – 31.0
MCHC 33.9 g/dL 26.0 – 34.0
RDW-CV L 10.5 % 11.5 – 14.5
WBC 10.94 10^3µL 5.50 – 17.50
76

Hitung jenis
NEUT % H 79.1 % 17.0 – 60.0
LYMPH % L 11.8 % 20.0 – 70.0
BASO % 0.7 % 0.0 – 0.1
MONO % H 8.4 % 1.0 – 11.0
EOS % L 0.0 % 1.0 – 5.0
NEUT# H 8.7 10^3µL 1.5 – 7.0
LYMPH# 1.3 10^3µL 1.0 – 3.7
BASO# 0.1 10^3µL 0.0 – 0.1
MONO# H 0.9 10^3µL 0.0 – 0.7
EOS# 0.0 10^3µL 0.0 – 0.4
PLT 355 10^3µL 217 – 553
PDW H 17.4 fL 9.0 – 17.0
MPV L 4.7 fL 9.0 – 13.0

Tabel 4.19 Pemeriksaan feses lengkap

An. D Tanggal 11 April 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Makroskopik
Warna Coklat
Bau Khas
Konsistensi Seperti
bubur
Lendir Positif Negatif
Darah Negatif Negatif
Mikroskopik
Leukosit 3-5 /LPB Negatif
Eritrosit 2-4 /LPB Negatif
Epitel Normal /LPB Negatif
Lemak Negatif 2-7
Amoeba Kista Negatif
amoeba
(+)
Telur cacing Negatif Negatif
Sel ragi Positif Negatif
Crystal Negatif Negatif
Lain-lain
77

Tabel 4.20 Pemeriksaan elektrolit

An. D Tanggal 11 April 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Elektrolit (Na, K, Cl)
Natrium (Na) L 132 Mmol/L 136-145
Kalium (K) 3.9 Mmol/L 3.5-5.1
Chloride (Cl) 103 Mmol/L 94-110
78

14) Analisa data

a) Anak 1

Tabel 4.21

ANALISA DATA KEPERAWATAN PADA AN.T DENGAN

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SAMPAI SEDANG

DENGAN DIFISIEN VOLUME CAIRAN

DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

TANGGAL 08 APRIL 2019

No Data Etiologi Kesimpulan


1 Data subyektif: Gangguan Defisien
- Ny. A mengatakan mortilitas usus volume
anaknya sering merasa cairan
haus.
- Ny. A mengatakan Hiperperistaltik
An. T mencret
sebanyak 6 kali
Kesempatan
Data obyektif: usus menyerap
- Balance cairan makanan
Cairan masuk: berkurang
Infus : 572 cc
Makan : 240cc
Minum : 510 cc
AM :41cc Diare
+
Cm = 1363 cc
Kehilangan
Cairan keluar cairan berlebih
Muntah : 20cc
mencret : 1800 cc
kencing : 75cc Dehidrasi
IWL : 232 cc
+
CK : 2127cc
= cairan masuk –
cairan keluar
= 1363cc – 2127cc
= -764cc
79

- Mata tampak cowong


- Mukosa bibir kering
- Kojungtiva pucat
- Turgor kulit kurang
elastis
- Anak nampak lemah :
- TTV anak:
 N: 112
x/menit
 RR: 32x/menit
 S: 38,4ºC

2 Data subyektif : Gangguan Diare


- Ny. A mengatakan An. mortilitas usus
T mencret 6 kali
(±1800 cc) dengan
konsistensi encer Hiperperistaltik

Data obyektif:
- Bising usus 15x/menit Kesempatan
usus menyerap
- Adanya nyeri pada
makanan
abdomen
berkurang

Diare

3 Data subyektif: Gangguan Ketidaksei


- Ny. A mengatakan mortilitas usus mbangan
An.T mengalami nutrisi
muntah selama 2 kali kurang dari
setelah makan Hiperperistaltik kebutuhan
Data obyektif tubuh
- Antropometri
BB: 8,2 Kg Kesempatan
PB: 55 Cm usus menyerap
LK: 36 cm makanan
LL: 11 cm berkurang
- Biokimia
HGB: 10,0 g/dL
HCT: 30,4 10^6uL Diare
- Clinical sign
An. T nampak kurus
An. T nampak lemah Anoreksia
An. T tampak
mengalami penurunan
80

berat badan sebanyak


1,3 kg (dai 9,5 kg
menjadi 8,2 kg). Mual, muntah, BB
menurun
- Diet
An. T mendapatkan
diet bubur yang di
sediakan di umah sakit

4 Data subyektif Mikroorganisme Hipertermia


- Ny. A mengatakan masuk ke usus
An. T mengalami
peningkatan suhu
tubuh
Data obyektif Berkembang biak
- Akral teraba hangat dan mengeluarkan
- Kulit tampak toksik
berkeringat
- Suhu anak 38,4 0C Proses peradangan
yang merangsang
hipotalamus

Peningkatan suhu
tubuh

hipertermia
81

b) Anak 2

Tabel 4.22

ANALISA DATA KEPERAWATAN PADA AN.D DENGAN

DIARE DAN DEHIDRASI RINGAN SAMPAI SEDANG

DENGAN DIFISIEN VOLUME CAIRAN

DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

TANGGAL 12 APRIL 2019

No Data subyektif Pohon masalah Kesimpulan


1 Data subyektif Gangguan Defisien
- Ny. B mengatakan An. D mortilitas usus volume
mencret 5 kali dengan cairan
konsistensi encer sedikit
ampas, dan lendir Hiperperistaltik

Data obyektif
- Balance cairan Kesempatan
Cairan masuk: usus menyerap
Infus : 1000cc makanan
Makan : 120cc berkurang
Minum : 480cc
AM: 62 cc
+
CM: 1.662 cc Diare

Cairan keluar:
BAB: 1500 cc Kehilangan
BAK: 150cc cairan berlebih
IWL: 624cc
+
CK: 2274 cc Dehidrasi
Balance cairan
= CM-CK
=1.232 cc – 2274cc
= - 612 cc
- Mata tampak cowong
- Mukosa bibir kering
- Kujungtiva pucat
- Turgor kulit kurang
elastis
82

- Anak nampak lemah


- TTV anak
N: 108 x/menit
RR: 30x/menit
S : 37,9ºC
2 Data subyektif: Gangguan Diare
- Ny. B mengatakan An. D mortilitas usus
mencret 5 kali (±1500 cc)
dengan konsistensi encer
sedikit ampas, dan lendir Hiperperistaltik
Data obyektif:
- bising usus 20 menit
- adanya nyeri tekan dan Kesempatan
distensi abdomen. usus menyerap
makanan
berkurang

Diare

3 Data subjektif: Mikroorganisme hipertermia


- Ny. B mengatakan An. D masuk ke usus
mengalami peningkatan suhu
tubuh
Data objektif:
- Akral teraba hangat Berkembang biak
- Kulit tampak berkeringat dan mengeluarkan
- Suhu anak 38,4 0C toksik
- Anak tampak menangis dan
rewel
- Terdapat Kista amoeba pada Proses peradangan
pemeriksaan feses lengkap yang merangsang
hipotalamus

Peningkatan suhu
tubuh

hipertermia
83

15) Rumusan masalah keperawatan

a) Anak 1

(1) Defisien volume cairan

(2) Diare

(3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(4) hipertermia

b) Anak 2

(1) Defisien volume cairan

(2) Diare

(3) Hipertermia

16) Analisa masalah

a) Anak 1

(1) Defisien volume cairan

P: Defisien volume cairan

E: asupan cairan kurang

S: Ny. A mengatakan anaknya sering merasa haus, Balance

cairan = -764, Mata tampak cowong, Mukosa bibir kering,

Kojungtiva pucat, Turgor kulit kurang elastis, Anak nampak

lemah, TTV anak: N: 112 x/menit, RR: 32x/menit, S: 38,4ºC.

Proses terjadi: defisisen volume cairan terjadi karena adanya

gangguan mortilitas pada usus menyebabkan

hiperistaltik usus. Hiperperistaltik usus ini

menyebabkan kesempatan usus untuk menyerap


84

makanan berkurang dan menyebabkan diare.

Diare dapat mengakibatkan kehilangan cairan

berlebih dan mengakibatkan dehidrasi pada

tubuh.

Akibat jika tidak ditanggulangi: defisien volume cairan pada

anak jika tidak di tanggulangi

segera, makan anak anak

mengalami kekurangan banyak

cairan dan dapat menyebabkan

kematian pada anak.

(2) Diare

P: Diare

E:malabsorpsi usus sekuder akibat proses infeksi

ganstrointestinal.

S: Ny. A mengatakan An. T mencret 6 kali (±1800 cc)

dengan konsistensi encer, Bising usus 15x/menit, Adanya

nyeri pada abdomen.

Proses terjadi : gangguan mortilitas pada usus menyebabkan

hiperistaltik usus. Hiperperistaltik usus ini

menyebabkan kesempatan usus untuk

menyerap makanan berkurang dan

menyebabkan diare.
85

Akibat jika tidak ditanggulangi: akan mengakibatkan

gangguan pada usus dan

menyebabkan tubuh banyak

kehilangan cairan.

(3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

P: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

E: mual dan muntah

S: Ny. A mengatakan anaknya mengalami muntah selama 2

kali setelah makan, Ny. A mengatakan anaknya mencret

sebanyak 6 kali dengan konsistensi feses encer, BB anak

8,2 Kg, PB anak 55 cm, LK anak 36 cm, LL anak 11 cm,

HGB 10,0 g/dL, HCT 30,4 10^6uL, An.T tampak kurus,

tampak lemah, dan tampak mengalami penurunan berat

bada sebanyak 1 Kg. An. T mendapatka diet bubur yang di

sediakan oleh rumah sakit.

Proses terjadi: adanya gangguan mortilitas pada usus

menyebabkan hiperistaltik usus.

Hiperperistaltik usus ini menyebabkan

kesempatan usus untuk menyerap

makanan berkurang dan menyebabkan

diare. Diare menyebabkan anoreksia yang

menyebabkan anak mengalami mual,

muntah, dan juga mengalami penurunan


86

berat badan, hal tersebut maka anak akan

mengalami penurunan berat badan.

Akibat jka tidak ditanggulang: ketidakseimbangan nutrisi:

kurang dari kebutuhan tubuh akan

mengakibat anak anak mengalami

kekuarangan nutrisi dan bisa

mengakibatkan kematian akibat

kekurangan nutrisi dalam tubuh.

(4) Hipertermia

P: Hipertermia

E: Ketidakefektifan termoregulasi di dalam tubuh

S: Ny. A mengatakan An. T mengalami peningkatan suhu

tubuh, akral teraba hangat, kulit nampak berkeringat, suhu

anak 38,4ºC, anak nampak menangis dan rewel,

Proses terjadi: mikroorganisme yang masuk ke dalam usus

berkembang biak dan mengelurkan toksik

mengakibtkn peradangan pada usus dan

merangsang ke hipotalamus makan akan

mengakibatkan peningkatan suhu tubuh

sebagai pertahanan tubuh dalam menghadapi

mikroorganisme yang masuk.

Akibat jika tidak ditanggulangi: hipertermia jika tidak

ditanggulangi akan
87

mengakibatkan

dehidrasi

Anak 2

(1) Defisien volume cairan

P: Defisien volume cairan

E: asupan cairan kurang

S: Ny. B mengatakan An. D mencret 5 kali dengan konsistensi

encer sedikit ampas dan lendir, Balance cairan – 612cc,

Mata cowong, mukosa bibir kering, konjungtiva pucat,

turgor kulit elastis, anak nampak lemah, TTV anak : N: 108

x/menit, RR: 30x/menit, S : 37,9ºC.

Proses terjadi: defisisen volume cairan terjadi karena adanya

gangguan mortilitas pada usus menyebabkan

hiperistaltik usus. Hiperperistaltik usus ini

menyebabkan kesempatan usus untuk

menyerap makanan berkurang dan

menyebabkan diare. Diare dapat

mengakibatkan kehilangan cairan berlebih dan

mengakibatkan dehidrasi pada tubuh.

Akibat jika tidak ditanggulangi: defisien volume cairan pada

anak jika tidak di

tanggulangi segera, makan


88

anak anak mengalami

kekurangan banyak cairan.

(2) Diare

P: Diare

E:malabsorpsi usus sekuder akibat proses infeksi

gastrointestinal.

S: Ny. B mengatakan An. D mencret 5 kali (±1500 cc)

dengan konsistensi encer sedikit ampas, dan lendir, bising

usus 20 menit, adanya nyeri tekan dan distensi abdomen.

Proses terjadi : gangguan mortilitas pada usus menyebabkan

hiperistaltik usus. Hiperperistaltik usus ini

menyebabkan kesempatan usus untuk

menyerap makanan berkurang dan

menyebabkan diare.

Akibat jika tidak ditanggulangi: akan mengakibatkan

gangguan pada usus

dan menyebabkan

tubuh banyak

kehilangan cairan.

(3) Hipertermia

P: Hipertermia

E: Ketidakefektifan termoegulasi di dalam tubuh


89

S: Ny. B mengatakan An. D mengalami peningkatan suhu

tubuh, akral teraba hangat, kulit nampak berkeringat,

suhu anak 37,9ºC, anak nampak menangis dan rewel,

terdapat kista amoeba pada pemeriksaan feses lengkap.

Proses terjadi: mikroorganisme yang masuk ke dalam usus

berkembng biak dan mengelurkan toksik

mengakibtkn peradangan pada usus dan

merangsang ke hipotalamus makan akan

mengakibatkn peningkatan suhu tubuh

sebagai pertahanan tubuh dalam menghadapi

mikroorganisme yang masuk.

Akibat jika tidak ditanggulangi: hipertermia jika tidak

ditanggulangi akan

mengakibatkan dehidrasi

mengakibatkan juga

defisisen volume cairan.


90

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada kedua kasus anak

tersebut dengan diare akut dehidrasi ringan sedang di ruang Cilinaya

RSD Mangusada dan disesuaikan menurut NANDA (2018), adalah

sebagai berikut:

a. Anak 1

1) Defisien volume cairan berhubungan dengan asupan cairan

kurang yang ditandai dengan Ny. A mengatakan anaknya

sering merasa haus, Balance cairan = -764 cc, Mata tampak

cowong, Mukosa bibir kering, Kojungtiva pucat, Turgor kulit

kurang elastis, Anak nampak lemah, TTV anak: N: 112

x/menit, RR: 32x/menit, S: 38,4ºC.

2) Diare berhubungan dengan malabsorpsi usus sekuder akibat

proses infeksi ganstrointestinal yang ditandai dengan Ny. A

mengatakan An. T mencret 6 kali dengan konsistensi encer,

Bising usus 15x/menit, Adanya nyeri pada abdomen.

3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual dan muntah yang ditandai dengan

Ny. A mengatakan anaknya mengalami muntah selama 2 kali

setelah makan, Ny. A mengatakan anaknya mencret sebanyak 6

kali dengan konsistensi feses encer, BB anak 8,2 Kg, PB anak

55 cm, LK anak 36 cm, LL anak 11 cm, HGB 10,0 g/dL, HCT

30,4 10^6uL, PLT 463 10^3 uL, An.T tampak kurus, tampak
91

lemah, dan tampak mengalami penurunan berat bada sebanyak

1 Kg. An. T mendapatka diet bubur yang di sediakan oleh

rumah sakit.

4) Hipertermia berhubungan dengan ketidakstabilan termoregulasi

di dalam tubuh yang di tandai dengan Ny. A mengatakan An. T

mengalami peningkatan suhu tubuh, akral teraba hangat, kulit

nampak berkeringat, suhu anak 37,9ºC, anak nampak menangis

dan rewel, terdapat kista amoeba pada pemeriksaan feses

lengkap.

b. Anak 2

1) Defisien volume cairan berhubungan dangan asupan cairan

kurang yang ditandai dengan Ny. B mengatakan An. D mencret

5 kali dengan konsistensi encer sedikit ampas dan lendir,

Balance cairan -612 cc Mata cowong, mukosa bibir kering,

konjungtiva pucat, turgor kulit elastis, anak nampak lemah,

TTV anak : N: 108 x/menit, RR: 30x/menit, S : 37,9ºC.

2) Diare berhubungan dengan malabsorpsi usus sekuder akibat

proses infeksi ganstrointestinal yang ditandai dengan Ny. B

mengatakan An. D mencret 5 kali (±1500 cc) dengan

konsistensi encer sedikit ampas, dan lendir, bising usus 20

menit, adanya nyeri tekan dan distensi abdomen.

3) Hipertermia berhubungan dengan ketidakstabilan termoregulasi

di dalam tubuh yang di tandai dengan Ny. B mengatakan An. D


92

mengalami peningkatan suhu tubuh, akral teraba hangat, kulit

nampak berkeringat, suhu anak 37,9ºC, anak nampak menangis

dan rewel, terdapat kista amoeba pada pemeriksaan feses

lengkap
93

4. Rencana keperawatan
Anak 1
Tabel 4.23
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. T
DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
DENGAN DEFISIEN VOLUME CAIRAN
DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA
PADA TANGGAL 08 APRIL 2019
No Hari/tanggal/jam Diagnosa keperawatan Rencana tujuan Rencana tindakan Rasional
1 Senin, 08 April Defisien volume cairan Setelah diberikan 1. Observasi KU dan 1. Mengetahui
2019 berhubungan dengan asupan asuhan keperawatan TTV anak. keadaan umum
Pukul 11.00 wita cairan kurang yang ditandai selam 3 x 24 jam anak.
dengan Ny. A mengatakan diharapkan defisien 2. Ukur balance 2. Mengetahui
anaknya sering merasa volume cairan An. T cairan anak input dan output
haus, Balance cairan = -764, bisa teratasi dengan cairan anak.
Mata tampak cowong, kriteria hasil:
Mukosa bibir kering, a. Rasa haus 3. ajurkan kelurga 3. Membantu
Kojungtiva pucat, Turgor berkurang untuk memberikan mengganti
kulit kurang elastis, Anak b. Balance cairan minum sedikit cairan yang
nampak lemah, TTV anak: seimbang tetapi sering hilang di dalam
N: 112 x/menit, RR: (CM= CK) (±1200-1500 cc tubuh
32x/menit, S: 38,4ºC. c. Mata tidak per hari) (rehidrasi) dan
cowong mencegah anak
94

d. Mukosa bibir mengalami


lembab dehidrasi berat.
e. Konjungtiva 4. Delegatif dalam 4. Menggantiakan
merah muda pemberian terapi kehilangan
f. Turgor kulit cairan cairan akibat
elastis - IVFD KAEN dari penyakit
g. TTV anak 3B 10 diare.
dalam batas tetes/menit
normal micro
N: 70-100 .
x/menit
RR: 20-30
x/menit
S: 36-37ºC
95

Anak 2
Tabel 4.24
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. D
DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
DENGAN DEFISIEN VOLUME CAIRAN
DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA
PADA TANGGAL 12 APRIL 2019

No Hari/tanggal/jam Diagnosa keperawatan Rencana tujuan Rencana tindakan Rasional


1 Senin, 12 April Defisien volume cairan Setelah diberikan 1. Observasi KU dan 1. Mengetahui
2019 berhubungan dangan asuhan keperawatan TTV anak. keadaan umum
Pukul 11.0 wita asupan cairan kurang yang selam 3 x 24 jam anak.
ditandai dengan Ny. B diharapkan defisien 2. Ukur balance 2. Mengetahui
mengatakan An. D mencret volume cairan An. T cairan anak input dan output
5 kali dengan konsistensi bisa teratasi dengan cairan anak.
encer sedikit ampas dan kriteria hasil:
lendir, Balance cairan -612, a. Balance cairan 3. ajurkan keluarga 3. Membantu
Mata cowong, mukosa bibir seimbang (CM = untuk memberikan mengganti cairan
kering, konjungtiva pucat, CK) minum sedikit yang hilang di
turgor kulit elastis, anak b. Mata tidak tetapi sering dalam tubuh
nampak lemah, TTV anak : cowong (kurang lebih (rehidrasi) dan
96

N: 108 x/menit, RR: c. Mukosa bibir 1200-1500 cc per mencegah anak


30x/menit, S : 37,9ºC. lembab hari) mengalami
d. Konjungtiva 4. Delegatif dalam dehidrasi berat.
merah muda pemberian terapi 4. Menggantiakan
e. Turgor kulit elastis cairan kehilangan
f. TTV anak dalam 5. IVFD RL 10 tpm cairan dan
batas normal micro memberi
TD: 100- 6. Delegatif dalam penanganan yang
120(sistolik)/ pemberian cairan komperhensif
60-80 KAEN 3B 10 tpm
(diastolik) micro jika sudah 5. KAEN 3B
mmHg terhidrasi merupakan
N: 70-100 cairan dan nutrisi
x/menit sebagai
RR: 20-30 pengganti akibat
x/menit tidak
S: 36-37ºC seimbangannya
cairan dan
elektrolit di
dalam tubuh
96

5. Implementasi keperawatan

Tahap implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan

keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

Anak 1

Tabel 4.25

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA An. T

DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

DENGAN DEFISIEN VOLUME CAIRAN

DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

TANGGAL 08 – 11 APRIL 2019

No Hari/tanggal/ Diagnosa Tindakan Evaluasi respon Paraf


jam keperawat keperawatan
an
1 Senin Defisien Mengobservasi KU DS : -
08/04/2019 volume dan TTV anak DO: KU pasien lemah,
Pkl. 14.00 cairan kesadaran compos
wita mentis, mata
cowong, mukosa
bibir kering, turgor
kulit tidak elastis,
konjungtiva pucat
TTV anak :
S : 37, 2º C
97

N: 102 x/menit
RR : 22 x/menit
2 Senin Defisien Mengajurkan DS: Ny. A mengatakan
08/04/2019 volume keluarga untuk anaknya minum
Pkl. 14.15 cairan memberikan minum sebanyak 500 cc
wita sedikit tetapi sering
DO: -
3 Senin Defisien Mengukur balance DS: -
08/04/2019 volume cairan
Pkl. 16.00 cairan DO: Balance cairan
wita Cairan masuk:
Minum: 500cc
Infus: 500cc
Makan : 360cc
AM: 41 cc
+
CM: 1401 cc

Cairan keluar :
BAB: 1500cc
BAK: 150cc
IWL : 212 cc
+
CK: 1862cc
Balance cairan
: CM- CK
= 1473cc – 1862cc
: - 461cc
4 Senin Defisien Mendelegatifkan DS: -
08/04/2019 volume dalam KAEN 3B DO: KAEN 3B flash
Pkl. 18.00 cairan 10 tpm sudah terpasang
wita dengan kecepatan 10
tetes permenit
5 Selasa Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. A mengatakan
09/04/2019 volume dan TTV anak anaknya mual dan
Pkl. 05.00 cairan BAB sebanyak 2 kali
wita dengan konsistensi
feses encer.

DO: KU pasien lemah,


kesadaran compos
mentis, TTV pasien
98

S: 36,3ºC
N: 92x/menit
RR: 24x/menit

6 Selasa Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. A mengatakan


09/04/2019 volume dan TTV anak anaknya tidak ada
Pkl. 09.00 cairan mual dan BAB
wita sebanyak 4 kali dari
sejak pagi.
DO: KU anak lemah,
kesadaran compos
mentis, TTV anak:
S: 36ºC
N: 98x/menit
RR: 24x/menit
7 Selasa Defisien Mengajurkan DS: Ny. A mengatakan
09/04/2019 volume keluarga untuk An. T sudah minum
Pkl 11.15 cairan memberikan minum air sebanyak 500cc.
wita sedikit tetapi sering.
DO: anak nampak sudah
di berikan minum air
putih sebanyak 500
cc.
8 Selasa Defisien Mendelegatifkan DS: -
09/04/2019 volume dalam pemberian DO: IVFD KAEN 3B
Pkl. 11.30 cairan terapi cairan IVFD sudah terpasang
wita KAEN 3B 10 tpm dengan kecepatan 10
micro tpm
9 Selasa Defisien Mengobservasi KU DS : -
09/04/2019 volume dan TTV anak. DO: KU anak sedang,
Pkl. 15.00 cairan kesadaran compos
wita mentis, mukosa bibir
kering, mata tidak
cowong, tugor kulit
tidak elastis,
kunjungtiva merah
muda TTV anak :
S: 36,2ºC
N: 98x/menit
RR: 26 x/menit
99

10 Selasa Defisien Mengukur balance DS: -


09/04/2019 volume cairan. DO: Balance cairan:
Pkl. 16.00 cairan Cairan masuk:
wita Infus: 500 cc
Minum: 550 cc
Makan: 360 cc
AM: 41cc
+
CM: 1451 cc

Cairan keluar:
BAB: 1200 cc
BAK: 225 cc
IWL: 17cc
+
CK: 1442cc
Balance cairan
= CM- CK
= 1451 cc – 1442 cc
= + 9cc
11 Selasa Defisien Mengajurkan DS: Ny. A mengatakan
09/04/2019 volume keluarga untuk An. T sudah minum
Pkl. 18.00 cairan memberikan minum air 1 gelas ± 600cc.
wita sedikit tetapi sering
DO:-.
12 Rabu Defisien Mendelegatifkan DS:-
10/04/2019 volume dalam pemberian DO: infus KAEN 3B
Pkl. 04.30 cairan terapi cairan IVFD sudah terpasang
wita KAEN 3B 10 tpm dengan kecepatan 10
micro tpm.
13 Rabu Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. A mengatakan
10/04/2019 volume dan TTV anak. anaknya BAB
Pkl. 06.00 cairan sebanyak 1 kali
wita selama semalam
DO: KU anak sedang,
TTV anak:
S: 36,5ºC
N: 100x/menit
RR: 26x/menit
14 Rabu Defisien Mengajurkan DS: Ny. A mengatakan
10/04/2019 volume keluarga untuk An. T sudah minun
Pkl. 08.00 cairan memberikan minum sebanyak 240 cc.
100

wita sedikit tetapi sering. DO: An. T nampak sudah


berikan minum oleh
Ny. A.

15 Rabu Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. A mengatakan


10/ 04/2019 volume dan TTV anak. anaknya sudah 2 kali
Pkl. 10.00 cairan BAB dengan
wita konsistensi feses
encer dan tidak ada
lendir maupun darah
di sertai kencing 1
kali.
DO: KU anak baik,
kesadaran compos
mentis, mata tidak
cowong, konjungtiva
merah muda, mukosa
bibir lembab dan
turgor kulit elastis,
TTV anak:
S: 36,5º C
N: 100x/menit
RR: 28x/menit
15 Rabu Defisien Mengajurkan DS: Ny. A mengatakan
10/04/2019 volume keluarga untuk An. T sudah minun
Pkl. 10.30 cairan memberikan minum sebanyak 300cc.
wita sedikit tetapi sering. DO: -
16 Rabu Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. A mengatakan
10/04/2019 volume dan TTV anak. An. T BAB
Pkl. 15.30 cairan sebanyak 2 dengan
wita konsistensi feses
encer disertai
kencing sebanyak 1
kali.
DO: KU anak baik,
kesadaran compos
mentis, mata tidak
cowong, konjungtiva
merah muda,
mukosa bibir lembab
dan turgor kulit
101

elastis TTV anak:


S: 36,3º C
N: 100 x/menit
RR: 26 x/menit
17 Rabu Defisien Mengukur balance DS: -
10/04/2019 volume cairan. DO: Balance cairan:
Pkl. 16.00 cairan Cairan masuk:
wita Infus: 500 cc
Minum: 900 cc
Makan : 240 cc
AM: 41 cc
+
CM: 1681 cc

Cairan keluar:
BAB : 1200 cc
BAK: 450 cc
IWL: 17 cc
+
CK: 1667 cc
Balance cairan:
CM-CK
= 1681 cc – 1667 cc
= + 14 cc

18 Rabu Defisien Mengajurkan DS: Ny. A mengatakan


10/04/2019 volume keluarga untuk anaknya sudah
Pkl. 20.00 cairan memberikan minum minum sebanyak
wita sedikit tetapi sering. 150 cc.
DO: -
19 Kamis Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. A mengatakan
11/04/2019 volume dan TTV anak. An. T BAB
Pkl. 06.00 cairan sebanyak 2 dengan
wita konsistensi feses
encer disertai
kencing sebanyak 1
kali.
DO: KU anak baik,
kesadaran compos
mentis, mata tidak
cowong, konjungtiva
merah muda,
102

mukosa bibir lembab


dan turgor kulit
elastis TTV anak:
S: 36,2º C
N: 100 x/menit
RR: 24x/menit
20 Kamis Defisien Mengajurkan DS: Ny. A mengatakan
11/04/2019 volume keluarga untuk anaknya sudah
Pkl. 08.00 cairan memberikan minum minum sebanyak
wita sedikit tetapi sering. 300 cc.
DO: -
21 Kamis Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. A mengatakan
11/04/2019 volume dan TTV anak. An. T BAB
Pkl. 10.00 cairan sebanyak 1 dengan
wita konsistensi feses
padat disertai
kencing sebanyak 2
kali.
DO: KU anak baik,
kesadaran compos
mentis, mata tidak
cowong, konjungtiva
merah muda,
mukosa bibir lembab
dan turgor kulit
elastis TTV anak:
S: 36,5º C
N: 100 x/menit
RR: 24x/menit
22 Kamis Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. A mengatakan
11/04/2019 volume dan TTV anak. An. T tidak ada BAB
Pkl. 15.00 cairan dan kencing
wita sebanyak 1 kali.
DO: KU anak baik,
kesadaran compos
mentis, mata tidak
cowong, konjungtiva
merah muda,
mukosa bibir lembab
dan turgor kulit
elastis TTV anak:
S: 36,2º C
103

N: 106 x/menit
RR: 24x/menit
Anak 2

Tabel 4.26

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA An. T

DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

DENGAN DEFISIEN VOLUME CAIRAN

DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

TANGGAL 12 – 15 APRIL 2019

No Hari/tanggal/ja Diagnosa Tindakan keperawatan Evaluasi respon Paraf


m keperawat
an
1 Jumat Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. B mengatakan
12 April 2019 volume dan TTV anak. An. D BAB
Pkl. 16.00 wita cairan sebanyak 2 kali
dengan konsistensi
feses encer dan
kencing sebanyak
3 kali.
DO: anak nampak
lemas, mata
cowong,
konjungtiva pucat,
dan turgor kulit
tidak elastis.
S= 37,70C,
TD= 100/60 mmHg
N= 120 x/menit,
RR= 26 x/menit
104

2 Jumat 12 april Defisien menganjurkan kelurga DS: Ny. B mengatakan


2019 volume untuk memberikan An. D minum 600
Pkl. 17.00 wita cairan minum sedikit tetapi cc air.
sering DO: An. D nampak
sudah diberikan
minum oleh Ny. B.
3 Jumat 12 April Defisien Mendelegatifkan DS: -
2019 volume dalam pemberian
Pkl. 20.00 wita cairan terapi cairan IVFD RL DO: Infusl RL sudah
10 tpm micro terpasang dengan
kecepatan 10 tpm
4 Sabtu, 13 April Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. B mengatakan
2019 volume dan TTV anak. An. D BAB
Pkl. 05.30 wita cairan sebanyak 2 kali
selama semalam
dengan konsistensi
fese encer dan
tidak berisi darah
maupun lendir dan
kencing sebanyak
1 kali.
DO: KU anak lemas,
mata tampak masih
cowong, mukosa
bibir kering, TTV
anak:
TD: 100/60 mmHg
S: 37,2 0C,
N: 120 x/menit,
RR: 24 x/menit

5 Sabtu Defisien menganjurkan kelurga DS: Ny. B mengatakan


13 April 2019 volume untuk memberikan anaknya hanya
Pkl. 06.00 wita cairan minum sedikit tetapi mau minum
sering . sebanyak 150 cc.
DO: -
6 Sabtu Defisien menganjurkan kelurga DS: Ny. B mengatakan
13 April 2019 volume untuk memberikan anaknya hanya
Pkl. 09 .00 cairan minum sedikit tetapi mau minum
wita sering . sebanyak 300 cc.
DO: -
7 Sabtu Defisien Mengukur balance DS:-
105

13 April 2019 volume cairan anak DO: Balance cairan:


Pkl. 12..00 cairan Cairan masuk:
wita Infus: 572 cc
Minum : 1000 cc
Makan: 120 cc
AM: 62 cc
+
CM: 1754 cc

Cairan keluar:
BAB : 1200 cc
BAK : 400 cc
IWL : 230 cc
+
CK: 1830 cc
Balance cairan:
CM – CK
1754 cc – 1830cc
= - 76 cc

8 Sabtu Defisien menganjurkan kelurga DS: Ny. B mengatakan


13 April 2019 volume untuk memberikan anaknya hanya
Pkl. 12.30 wita cairan minum sedikit tetapi mau minum
sering . sebanyak 300cc.
DO: -

9 Sabtu Defisien Mendelegatifkan DS: -


13 April 2019 volume dalam pemberian DO: Infus KAEN 3B
Pkl. 13.00 wita cairan cairan KAEN 3B 10 sudah terpasang
tpm micro dengan kecepatan
10 tpm
10 Sabtu Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. B mengatakan
13 April 2019 volume dan TTV anak. An. D BAB
Pkl. 16.00 wita cairan sebanyak 2 kali
dengan konsistensi
feses lembek dan
kencing sebanyak
2 kali.
DO: KU anak sedang,
kesadaran compos
mentis, mukosa
bibir kering, TTV
106

anak:
TD: 110/70 mmHg
N: 96 x/menit
S: 36,0º C
RR: 24 x/menit
11 Sabtu Defisien menganjurkan kelurga DS: Ny. B mengatakan
13 April 2019 volume untuk memberikan An. D minum
Pkl. 17.00 wita cairan minum sedikit tetapi sebanyak 500 cc.
sering . DO: -
12 Minggu Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. B mengatakan
14 April 2019 volume dan TTV anak. An. D BAB
Pkl. 05.30 wita cairan sebanyak 1 kali
dengan konsistensi
feses lembek dan
kencing sebanyak
1 kali.
DO: KU anak baik,
kesadaran compos
mentis, TTV anak
TD: 110/70 mmHg
N: 100 x/menit
S: 36,3º C
RR: 22 x/menit

13 Minggu Defisien Mendelegatifkan DS: -


14 April 2019 volume dalam pemberian DO: Infus KAEN 3B
Pkl. 06.30 wita cairan cairan KAEN 3B 10 sudah terpasang
tpm micro dengan kecepatan
10 tpm
14 Minggu Defisien menganjurkan kelurga DS: Ny. B mengatakan
14 April 2019 volume untuk memberikan An. D minum
Pkl. 07.30 wita cairan minum sedikit tetapi sebanyak 350 cc.
sering .
DO: An. D nampak
minum air putih
yang diberikan
oleh Ny. B.
15 Minggu Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. B mengatakan
14 April 2019 volume dan TTV anak. An. D BAB
Pkl. 10.30 wita cairan sebanyak 1 kali
dengan konsistensi
feses lembek dan
107

kencing sebanyak
2 kali.
DO: KU anak baik,
kesadaran compos
mentis mata tidak
cowong, mukosa
bibir kering, turgor
kulit elastis, TTV
anak
TD: 110/70 mmHg
N: 100 x/menit
S: 36,5º C
RR: 24 x/menit

16 Minggu Defisien Mengukur balance DS:-


14 April 2019 volume cairan anak DO: Balance cairan:
Pkl. 12.00 wita cairan Cairan masuk:
Infus: 500cc
Minum: 900cc
Makan: 240 cc
AM: 62 cc
+
CM: 1702 cc

Cairan keluar:
BAB: 1200 cc
BAK: 180 cc
IWL : 328 cc
+
CK: 1708 cc
Balance cairan
CM – CK
= 1702 – 1708
= - 6 cc
17 Minggu Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. B mengatakan
14 April 2019 volume dan TTV anak. An. D BAB
Pkl. 16.00 wita cairan sebanyak 1 kali
dengan konsistensi
feses padat dan
kencing sebanyak
2 kali.
DO: KU anak baik,
108

kesadaran compos
mentis, TTV anak
TD: 110/80 mmHg
N: 98 x/menit
S: 36,5º C
RR: 22 x/menit
18 Minggu Defisien menganjurkan kelurga DS: Ny. B mengatakan
14 April 2019 volume untuk memberikan An. D minum
Pkl. 17.00 wita cairan minum sedikit tetapi sebanyak 500 cc.
sering .
DO:
18 Minggu Defisien menganjurkan kelurga DS: Ny. B mengatakan
14 April 2019 volume untuk memberikan An. D minum
Pkl. 20.00 wita cairan minum sedikit tetapi sebanyak 310cc.
sering .
DO: -
19 Senin Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. B mengatakan
15 April 2019 volume dan TTV anak. An. D BAB
Pkl. 05.30 wita cairan sebanyak 1 kali
dengan konsistensi
feses padat dan
kencing sebanyak
3 kali.
DO: KU anak baik,
kesadaran compos
mentis, TTV anak
TD: 110/80 mmHg
N: 100 x/menit
S: 36,2º C
RR: 22 x/menit
20 Senin Defisien menganjurkan kelurga DS: Ny. B mengatakan
15 April 2019 volume untuk memberikan An. D minum
Pkl. 07.30 wita cairan minum sedikit tetapi sebanyak 310cc.
sering .
DO: -
21 Senin Defisien Mengobservasi KU DS: Ny. B mengatakan
15 April 2019 volume dan TTV anak. An. D BAB
Pkl. 07.30 wita cairan sebanyak 1 kali
dengan konsistensi
feses padat dan
kencing sebanyak
3 kali.
109

DO: KU anak baik,


kesadaran compos
mentis, mata tidak
cowong, turgor
kulit elastis,
konjungtiva merah
muda,TTV anak
TD: 110/80 mmHg
N: 100 x/menit
S: 36,2º C
RR: 22 x/menit
22 Senin Defisien Mengukur balance DS:-
15 April 2019 volume cairan anak DO: Balance cairan:
Pkl. 12.00 wita cairan Cairan masuk:
Infus : 500 cc
Minum: 650 cc
Makan: 120 cc
AM: 62 cc
+
CM: 1332 cc

Cairan keluar:
BAB: 600 cc
BAK: 375 cc
IWL: 328 cc
+
CK: 1303 cc
Balance cairan:
CM – CK
= 1332 – 1303
= + 28 cc
23 Senin Defisien Mengobservasi KU DS: -
15 April 2019 volume dan TTV anak. DO: KU anak baik,
Pkl. 16.00 wita cairan kesadaran compos
mentis, TTV anak
TD: 120/80 mmHg
N: 102 x/menit
S: 36,2º C
RR: 22 x/menit
110

6. evaluasi keperawatan

Tahap evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan

cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai

atau tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang

dilakukan dengan mengevaluasi selama proses, perawatan berlangsung atau

menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi

dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil.

a. Anak 1

Tabel 4.27

EVALUASI KEPERAWATAN ANAK T DENGAN

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SAMPAI SEDANG

DENGAN DEFISIEN VOLUME CAIRAN

DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

No Hari/ tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)

1 Selasa, 09 April Defisien volume cairan S: Ny. A mengatakan anaknya


2019 berhubungan dengan mual dan BAB sebanyak 5
asupan cairan kurang yang kali dengan konsistensi feses
ditandai dengan Ny. A encer dan rasa haus anaknya
mengatakan anaknya berkurang
sering merasa haus,
Balance cairan = -764, O: KU anak lemah, kesadaran
Mata tampak cowong, compos mentis, TTV: S: 37,2º
Mukosa bibir kering, C, N: 102x/menit, RR:
Kojungtiva pucat, Turgor 22x/menit, balance cairan –
111

kulit kurang elastis, Anak 461cc mata cowong, mukosa


nampak lemah, TTV bibir kering, turgor kulit tidak
anak: N: 112 x/menit, RR: elastis, kunjungtiva pucat.
32x/menit, S: 38,4ºC.
A: Kriteria hasil a tercapai,
kriteria hasil b,c,d,e,f,g
belum tercapai. Masalah
belum teratasi

P: Lanjutkan rencana tindakan


1,2,3,4
2 Rabu, 09 April Defisien volume cairan S: Ny. A mengatakan anaknya
2019 berhubungan dengan mual dan BAB sebanyak 4
asupan cairan kurang yang kali dengan konsistensi feses
ditandai dengan Ny. A encer dan rasa haus berkurang
mengatakan anaknya O: KU anak sedang, kesadaran
sering merasa haus, compos mentis, TTV: S:
Balance cairan = -764cc, 36,2ºC, N: 98x/menit, RR:
Mata tampak cowong, 26x/menit, balace cairan +9
Mukosa bibir kering, cc, mata tidak cowong,
Kojungtiva pucat, Turgor mukosa bibir kering, dan
kulit kurang elastis, Anak kunjungtiva merah muda.
nampak lemah, TTV A: kriteria hasil a, c dan e
anak: N: 112 x/menit, RR: tercapai, rencana tujuan
32x/menit, S: 38,4ºC. b,d,f,g belum tercapai,
masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan rencana tindakan
1,2,3,4
3 Kamis, 10 April Defisien volume cairan S: Ny. A mengatakan anaknya
2019 berhubungan dengan BAB sebanyak 5 kali dengan
asupan cairan kurang yang konsistensi feses encer, rasa
ditandai dengan Ny. A haus berkurang
mengatakan anaknya
sering merasa haus, O: KU anak baik, kesadaran
Balance cairan = -764 cc, compos mentis, mata tidak
Mata tampak cowong, cowong, konjungtiva merah
Mukosa bibir kering, muda, mukosa bibir lembab
Kojungtiva pucat, Turgor dan turgor kulit elastis,
kulit kurang elastis, Anak balance cairan + 14 cc TTV
nampak lemah, TTV anak: S: 36,3º C, N: 100
anak: N: 112 x/menit, RR: x/menit, RR: 26 x/menit.
32x/menit, S: 38,4ºC.
112

A: Rencana tujuan a,b,c,d,e,f,g


tercapai masalah teratasi.

P: lanjutkan rencana tindakan 1,


2, 3, 4

b. Anak 2

Tabel 4.28

EVALUASI KEPERAWATAN ANAK D

DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG DENGAN

DEFISIEN VOLUME CAIRAN

DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

No Hari/ tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)

1 Selasa, 13 April Defisien volume cairan S: Ny. B mengatakan anaknya BAB


2019 berhubungan dangan sebanyak 4 kali dengan
asupan cairan kurang konsistensi feses encer.
yang ditandai dengan
Ny. B mengatakan An. O: : KU anak lemas, mata tampak
D mencret 5 kali dengan cowong, mukosa bibir
konsistensi encer sedikit kering,turgor kulit elastis
ampas dan lendir, balance cairan – 76 cc, TTV
Balance cairan – 612 cc anak: TD: 100/60 S: 37,2 0C,
Mata cowong, mukosa N: 120 x/menit, RR: 24
bibir kering, x/menit
konjungtiva pucat,
turgor kulit elastis, anak A: kriteria hasil e dan f tercapai,
nampak lemah, TTV kriteria hasil a,b,c,d belum
anak : N: 108 x/menit, tercapai masalah teratasi
RR: 30x/menit, S : sebagian
37,9ºC.
P: Lanjutkan rencana tindakan 1, 2,
3, 4
113

2 Rabu, 14 April Defisien volume cairan S: Ny. B mengatakan anaknya BAB


2019 berhubungan dangan sebanyak 4 kali dengan
asupan cairan kurang konsistensi feses lebek
yang ditandai dengan
Ny. B mengatakan An. O: KU anak baik, kesadaran
D mencret 5 kali dengan compos mentis mata tidak
konsistensi encer sedikit cowong, mukosa bibir kering,
ampas dan lendir, turgor kulit elastis, balance
Balance cairan -612 cc cairan + 6 cc, cc TTV anak TD:
Mata cowong, mukosa 110/70 mmHg, N: 100 x/menit,
bibir kering, S: 36,5º C, RR: 24 x/menit
konjungtiva pucat, A: Rencana tujuan tercapai masalah
turgor kulit elastis, anak teratasi.
nampak lemah, TTV
anak : N: 108 x/menit, P: pertahankan kondisi pasien dan
RR: 30x/menit, S : berikan HE untuk perawatan
37,9ºC. anak di rumah.

3 Kamis, 15 April Defisien volume cairan S: Ny. B mengatakan An. D BAB


2019 berhubungan dangan sebanyak 3 kali dengan
asupan cairan kurang konsistensi feses lembek.
yang ditandai dengan
Ny. B mengatakan An. O: KU anak baik, kesadaran
D mencret 5 kali dengan compos mentis, mata tidak
konsistensi encer sedikit cowong, turgor kulit elastis,
ampas dan lendir, konjungtiva merah muda,
Balance cairan –612 cc balance cairan +28 cc, TTV
Mata cowong, mukosa anak :TD: 110/80 mmHg, N:
bibir kering, 100 x/menit, S: 36,2º C, RR: 22
konjungtiva pucat, x/menit
turgor kulit elastis, anak
nampak lemah, TTV A: Rencana tujuan a- f tercapai,
anak : N: 108 x/menit, masalah teratasi
RR: 30x/menit, S : P: pertahankan kondisi pasien dan
37,9ºC. berikan HE untuk perawatan
anak di rumah.

B. Pembahasan
114

Pembahasan merupakan suatu proses analisa yang membahas antara

teori dengan kenyataan. Pada bab ini, penulis akan membahas tentang

kesenjangan antara teori dengan praktik nyata asuhan keperawatan pada

pasien An. T dan An. D dengan diare akut dehidrasi ringan sampai sedang di

ruang Cilinaya RSD Mangusada. Fokus masalah dari kedua kasus anak

tersebut adalah defisien volume cairan. Analisa tersebut dilihat berdasarkan

tahap proses keperawatan meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.

Pengkajian merupakan tahap penting dimana merupakan ujung tombak

untuk melakukan langkah atau proses keperawatan selanjutya. Pengkajian

dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan

studi dokumentasi.

Pada An. T ditemukan tanda-tanda seperti mata tampak

cowong, mukosa bibir kering, konjungtiva pucat, turgor kulit kurang

elastis, anak nampak lemah, balance cairan – 764 cc Sedangkan pada

An. D ditemukan tanda-tanda seperti mata tampak cowong, mukosa bibir

kering, konjungtiva pucat, turgor kulit kurang elastis, anak nampak


115

lemah, balance cairan – 612 cc. pada kedua kasus anak tersebut tidak

terdapat kesenjangan antara An. T dengan An. D.

Menurut Ngastiyah (2012), Bila pasien telah banyak

kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak; yaitu

berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi

cekung (pada bayi), selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak

kering. Pada pengkajian An. T dengan An. D tidak ada kesenjangan

antara tinjauan teori maupun kasus.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses

keperawatan setelah proses pengkajian. Diagnosa merupakan kumpulan

dari berbagai analisa masalah Pada tinjauan teori diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul pada pasien anak dengan diare menurut

NANDA (2018) adalah defisien volume cairan berhubungan dengan

asupan cairan yang kurang. Adapun batasan karakterisktik dalam

diagnosa defisien volume cairan meliputi: perubahan status mental,

penurunan turgor kulit, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan

nadi, penurunan volume nadi, penurunan turgor lidah, penurunan

haluran urine, penurunan pengisian vena, membrane mukosa kering,

kulit kering, peningkatan suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi,

peningkatan hematocrit, peningkatan konsentrasi urine, penurunan

berat badan tiba-tiba, haus, dan kelemahan.


116

Pada kasus kedua anak tersebut (An. T dan An. D) diagnosa

defisien volume cairan menjadi diagnosa prioritas pada kasus tersebut.

Pada tinjauan teori terdapat 17 batasan karakteristik untuk diagnosaa

defisien volume cairan, sedangkan pada kasus An. T terdapat 6 yang

masuk dalam batasan karakteristik tersebut yaitu: penurunan turgor

kulit, ,membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan suhu tubuh,

penurunan berat badan, dan anak nampak lemah. Sedangkan pada An.

D terdapat juga 6 batasan karakteristik yang di temukan yaitu: terdapat

penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, kulit kering,

peningkatan suhu tubuh, haus, dan anak nampak lemah. Antara An. T

dengan An. D terdapat sedikit kesenjangan pada batasan karakteristik

yaitu terdapat penurunan berat badan pada An. T sedangkan pada An.

D tidak terjadi penurunan berat badan. Terdapat pula kesenjangan

antara teori maupun kasus, pada teori terdapat 17 batasan batasan

karakteristik untuk menegakkan masalah defisien volume cairan

sedangkan pada kasus terdapat 6 batasan karakteristik yang masuk.

3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dari proses

keperawatan. Perencanaan dibuat untuk membantu mengatasi masalah

yang dialami anak. Perencanaan diawali dengan memprioritaskan

masalah keperawatan berdasakan berat ringannya suatu masalah.

Prioritas diagnosa pada perecanaan pada kedua kasus anak tersebut


117

adalah defisien volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang

kurang.

Pada rencana keperawatan kriteria waktu yang ditentukan

adalah 3x24 jam yang di buat pada kedua kasus anak tersebut. Kriteria

hasil yang dibuat pada pada An. T adalah rasa haus berkurang, balance

cairan seimbang (CM-CK), mata tidak cowong, mukosa bibir lembab,

konjungtiva merah muda, turgor kulit elastis, ubun-ubun tidak cekung

dan TTV anak dalam batas normal (N: 70-100x/menit, RR: 20-

30x/menit, S: 36-37º C). Pada An. D kriteria hasil yang dibuat sama

dengan An. T hanya saja tidak berisi kriteria ubun-ubun tidak cekung

karena An. T tidak mengalami masalah pada ubun-ubunnya. Antara

kriteria hasil pada tinjauan teori tidak ada kesenjangan pada tinjuan

kasus.

Pada tinjuan teori intervensi keperawatan pada pasien dengan

diagnosa defisien volume cairan menurut NANDA NIC NOC (2015)

adalah observasi tanda-tanda vital, ukur balance cairan, berikan dan

anjurkan kelurga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih

2000-2500 cc perhari, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

terapi cairan IVFD dan pemerksaan lab.

Pada tinjauan kasus intervensi yang diberikan kepada anak

dengan diagnosa defisien volume cairan yaitu pada anak 1 (An.T)

intervensi keperawatan yang diberikan adalah observasi KU dan TTV


118

anak, ukur alance cairan, anjurkan kelurga untuk memberikan minum

sedikit tetapi sering (± 1200 – 1500 cc/hari), dan delegatif dalam

pemberian terapi cairan IVFD KAEN 3B 10 tetes per menit micro.

Intervensi yang bisa di berikan pada anak 2 (An. D) yaitu

observasi KU dan TTV anak, ukur balance cairan, anjurkan keluarga

untuk memberikan minum sedikit tetapi sering (± 1200-1500 cc)

perhari, delegatif dalam pemberian terapi cairan IVFD RL 10 tpm

micro, delegatif dalam pemberian cairan KAEN 3B 10 tpm micro jika

sudah terhidrasi.

Pada tinjauan teori intervensi anjurkan kelurga untuk

memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000-2500 cc perhari

itu tidak dipergunakan dan diganti dengan pemberian cairan kurang

lebih 1200-1500 cc karena kebutuhan cairan diukur sesuai dengan

berat badan anak. Pada tinjauan teori terdapat pemeriksaan

laboratorium sedangkan pada tinjauan kasus tidak ada pemeriksaan

lab, hal tersebut dilakukan karena pemeriksaan lab hanya dilakukan

sekali pada saat kedua anak tersebut masih di IGD

Pada pemberian cairan, terdapat perbedaan pemberian cairan

infus pada An. T dengan An. D. pada An. T cairan infus yang di

berikan adalah KAEN 3 B dan pada An. T cairan infus yang diberikan

adalah RL dan jika sudah terhidrasi diganti dengan KAEN 3B.

Terdapat perbedaan antara cairan KAEN 3B dengan RL. Pada cairan


119

infus KAEN 3B merupakan cairan rumatan yang memiliki kandungan

Na 50 meq, Cl 50 meq, Lactate 20 meq, Glucose 27gr. KAEN 3B

memiliki fungsi menyeimbangkan air dan elektrolit dimana asupan

makanan tidak cukup diberikan melalui oral dan anak sudah terhidrasi.

Cairan infus Ringer Laktat merupakan cairan resusitasi dan

termasuk ke dalam cairan kristaloid (Iswidiasari, 2014). Kandungan

dari cairan infus RL adalah NaCl 6 gram. KCl 0,3 gram, CaCl 0,2

gram, dan Na Laktat 3,1 gram. Cairan ini berfungsi untuk

mengembalikan osmolaritas dan elektrolit didalam tubuh dengan cepat

dan mempercepat hidrasi di dalam tubuh pada pasien dengan

kehilangan banyak cairan.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari

proses keperawatan. Implementasi keperawatan merupakan tahap

pelaksanaan dari rencana yang sudah dibuat. Tahap pelaksanaan

merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)

yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan

(Ngastiyah, 2012).

Pada kasus anak 1 (An. T) implementasi keperawatan tentang

penanganan defisien volume cairan yang dilakukan sesuai dengan


120

rencana tindakan yang buat dan tidak ada rencana tindakan yang

tidak di lakukan. Respon anak dan keluarganya sangat kooperatif

saat melakukan tindakan dan saat menganjurkan anak untuk minum.

Sedangkan pada kasus anak 2 (An. D) implementasi atau

pelaksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan perencanaan yang

dibuat. Pada kasus An. D terdapat perubahan pemberian terapi cairan

seperti mendelegatif dalam pemberian terapi cairan IVFD RL 10 tpm

micro. Selanjutnya terapi itu diganti dengan KAEN 3B karena anak

sudah terhidrasi dan dilihat dari perhitungan balance cairan anak,

anak tidak mengalami defisien volume cairan lagi.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari suatu proses

keperawatan dimana suatu tindakan atau implementasi di evaluasi

supaya penulis mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan

pasien sekarang ini. Pada kasus An. T dan An. D dengan masalah

defisien volume cairan yang berhubungan dengan asupan cairan

yang kurang sama-sama teratasi selama 3x24 jam


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penerapan proses asuhan keperawatan pada An. T dan An. D dengan

Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dengan defisien volume cairan di Ruang

Cilinaya RSD Mangusada secara umum sudah sesuai dengan tahapan – tahapan

dalam proses keperawatan dan dapat dilaksanakan dengan baik. Tujuan dari studi

kasus karya tulis ilmiah ini adalah agar dapat membandingkan asuhan

keperawatan pada pasien anak dengan diare akut dehidrasi ringan sedang dengan

defisien volume cairan di ruang Cilianya RSD Mangusada kabupaten Badung

serta sebagai salah satu persyaratan dalam penyelesaian pendidikan program

studi Diploma III Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali.

Pada hasil studi kasus yang dilakukan oleh penulis dari tanggal 08 sampai

15 April 2019, disimpulkan bahwa penulis telah mendapatkan gambaran umun

tentang anak yang mengalami diare akut dehidrasi ringan sedang dengan defisien

volume cairan. Dari hasil pengkajian data yang muncul di kajian teori banyak

ditemukan pada kasus sehingga tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori

maupun dengan tinjauan kasus. Pada anak dengan kasus diare akut dehidrasi

ringan sedang, maka masalah keperawatan utama yang muncul adalah defisien

volume cairan yang dimana dapat menyebabkan anak mengalami dehidrasi dan

bisa menyebabkan kematian. Maka dari itu, penanganan defisien volume cairan

121
122

menjadi prioritas pada rencanan keperawatan yang akan dibuat. Rencana

keperawatan yang dibuat untuk mengatasi defisien volume cairan dibuat dengan

waktu asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil yang dicapai

dan intervensi yang akan dilakukan. Pada tahap implementasi keperawatan,

semua rencana keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang

dibuat. Pada tahap evaluasi, dalam 3x24 jam kasus pada kedua anak dengan

diare akut dehidrasi ringan sedang dengan defisien volume cairan biasa teratasi.

B. Saran

1. Masyarakat

Dapat melakukan prilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan

pengetahuan masyarakat dalam penanganan diare pada anak.

2. Kepada Instusi STIKES BALI

Diharapkan untuk kedepannya menyediakan sumber buku atau literatur

yang lebih banyak lagi mengenai kasus ini.

3. Kepada Instusi Pelayanan Kesehatan Terkait

Diharapkan agar tetap memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

pasien anak dan keluarganya, tetap melakukan pelayanan dengan 4S

(Senyum, Sapa, Service, Simpati). Tetap melakukan pelayanan kepada

anak yang berbasis dengan kearifan lokal.


123

4. Kepada Responden/Partisipan/Pasien

Agar tetap mempertahankan kondisi pasien yang telah dicapai , tetap

melakuka kontrol rutin ke rumah sakit, mengikuti segala apa yang telah

dijelaskan oleh perawat dan mampu meningkatkan derajat kesehatan anak.

5. Kepada Penulis Selanjutnya

Agar dapat meningkatkan kualitas mutu dalam penulisan studi kasus pada

karya tulis ilmiah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Ayu Putri. (2016). Diare pencegahan dan pengobatan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Axton, Sharon & Fugate, Terry. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik

(edisi 3). Jakarta: EGC

Bararah,Taqiyyah & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Pustaka

Raya.

Dinarti, dkk. (2009). Dokumentasi keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Dinkes Provinsi Bali. (2017). 10 besar penyakit pada anak. Diperoleh tanggal 25

Februari 2019, dari http://diskes.baliprov.go.id/id/profil/-kesehatan-

provinsi-bali2

Kyle, Terri & Carman, Susan. (2016). Buku ajar keperawatan pediatric. Jakarta:

EGC.

Lestari, Titik. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Marcdante, Karen, dkk. (2014). Ilmu kesehatan anak esensial. Singapore:

Elvesier.

NANDA. (2018). Diagnosis keperawatan (edisi 11). Jakarta: EGC.

Ngastiyah. (2012). Perawatan anak sakit (edisi 2). Jakarta: EGC.

Nursalam, dkk. (2013). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba

Medika.
Ridha, Nabiel H. (2014). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Rikesdas. (2018). Potret sehat Indonesia dari Rikesdas 2018. Diperoleh tanggal

26 Februari 2019, dari

http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-

indonesia-dari-riskesdas-2018.html

RSD Mangusada. (2019). Data layanan RSD Mangusada ruang Cilinaya. SIM

RSD Mangusada: Badung.

Syaifuddin, H. (2012). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC.

Siswidiari, Astuti, dan Yowani. (2014). Profil terapi obat pada pasien rawat inap

dengan diare akut pada anak di rumah sakit umum Negara. Jurnal kimia 8 vol. 2,

hal 183-190. Di unduh pada tanggal 12 Mei 2019 dari

https://www.google.co.id/search?safe=strict&source=hp&ei=PLjcXIqLGPKdmge

p4qa4Dw&q=jurnal+cairan+pada+diare+akut+di+rumah+sakit+negara&oq=jurna

l+cairan+pada+diare+akut+di+rumah+sakit+negara&gs_l=psy-

ab.12...11888.32581..33186...12.0..0.287.6175.44j18j2......0....1..gws-

wiz.....6..35i39j0i131j0j0i203j0i22i30j33i22i29i30j33i160j33i21.ImT30lYIvRU

Tortora, Gerard J. & Derrickson, Bryan. (2017). Dasar Anatomi dan fisiologi

pemeliharaan dan kontinuitas tubuh manusia (edisi 13). Jakarta: EGC.

Unicef. (2015). Pneumonia and diarrhea kill 1,4 million children each year, more

then all other childhood illness combined. Diperoleh tanggal 26 Februari


2019, dari https://www.unicef.org/press-releases/pneumonia-and-

diarrhoea-kill-14-million-children-each-year-more-all-other-childhood

WHO. (2017). Diarrhoeal disease. Diperoleh tanggal 26 januari 2019, dari

https://www.who.int/topics/diarrhoea/en/
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

1. Kami adalah Peneliti berasal dari institusi/ jurusan/ program studi Diploma

III dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam

penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak Dengan diare akut

dehidrasi ringan sedang dengan defisien volume cairan Di Ruang Cilinaya

RSD Mangusada

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah Mendapatkan Gambaran

Asuhan Keperawatan Anak Dengan diare akut dehidrasi sedang dengan

defisien volume cairan Di Ruang Cilinaya RSD Mangusada yang dapat

memberi manfaat berupa memperoleh pengalam dalam mengaplikasikan

hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan

keperawatan pada anak dengan masalah diare akut dehidrasi sedang

dengan defisien volume cairan Di Ruang Cilinaya RSD Mangusada

penelitian ini akan berlangsung selama menyelesaikan tugas akhir.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin

dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih

kurang 15- 20 menit. Cara ini menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda

tidak perlu khawatir karena penelitain ini untuk kepentingan

pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian

ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan

asuhan/tindakan yang diberikan


5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini

silakan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 085858618809

Peneliti

Luh Made Ratna Darmini

NIM:16E11598
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah Peneliti berasal dari institusi/ jurusan/ program studi Diploma III

dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam

penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak Dengan diare akut

dehidrasi Ringan sedang dengan defisien volume cairan Di Ruang Cilinaya

RSD Mangusada

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah Mendapatkan Gambaran Asuhan

Keperawatan Anak dengan diare akut dehidrasi sedang dengan defisien

volume cairan Di Ruang Cilinaya RSD Mangusada yang dapat memberi

manfaat berupa memperoleh pengalam dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan keperawatan pada

anak dengan masalah diare akut dehidrasi sedang dengan defisien volume

cairan Di Ruang Cilinaya RSD Mangusada penelitian ini akan berlangsung

selama menyelesaikan tugas akhir.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan

menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15-

20 menit. Cara ini menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu

khawatir karena penelitain ini untuk kepentingan pengembangan

asuhan/pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini

adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan

yang diberikan
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini

silakan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 085858618809

Peneliti

Luh Made Ratna Darmini

NIM:16E11598
Lampiran I

JADWAL KEGIATAN (POA)

Waktu
No Kegiatan Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Pengundian Kasus
2 Pengumpulan Tema
3 Penyusunan Proposal
4 Pengumpulan Proposal
5 Penyebaran Proposal
6 Ujian Proposal
7 Pelaksanaan Studi Kasus
8 Penyusunan Laporan KTI
9 Pengumpulan dan penyebaran KTI
10 Ujian Sidang KTI

Anda mungkin juga menyukai