Anda di halaman 1dari 10

NAMA LENGKAP : HERU FASTA WIJAYA, S.

Pd
NIP : 199012092023211017
JABATAN : AHLI PERTAMA – GURU KELAS
INSTANSI : MIN 4 LAMPUNG SELATAN

RANGKUMAN

MATERI KEBIJAKAN LAN (Sambutan Kepala LAN-RI)


1. Menanamkan rasa bangga sebagai ASN yang profesional dan kompeten guna memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan jujur, ikhas dan tuntas
2. Penyiapan infrastruktur yang memadai dalam rangka pemenuhan kebutuhan pengembangan
kompetensi yang berkelanjutan
3. Motifasi diri supaya dapat bersungguh-sungguh menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya dari
berbagai sumber belajar yang tersedia dalam MOOC PPPK

MATERI KEBIJAKAN LAN (Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN)

1. Core value “ Berakhlak “ Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,


Adaptif, dan Kolaboratif menuntut ASN untuk terus mengembangkan kompetensi berdasarkan
rasa bangga melayani bangsa guna meningkatkan daya saing dan selalu berinovasi dalam era
perubahan yang sangat cepat.
2. ASN dituntut menguasai secara masif core value dan literasi digital/Smart Agen
3. MOOC PPPK mencetak ASN Unggul untuk mendukung daya saing bangsa.

MATERI KEBIJAKAN LAN (Manajemen Penyelenggaraan PPPK)

1. Sikap dan perilaku Bela Negara


2. Sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai core value dalam penyelenggaran
pemerintahan yangmenjadi acuan dalam menjalankan tugas pekerjaan.
3. Sikap dan perilaku yang sesuai dengan kapasitas dan kedudukan ASN.

AGENDA 1 SIKAP PERILAKU BELA NEGARA


(Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara)

1. Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan
Republik Indonesia.Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata
pergaulan dengan negara- negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa,
dan lambang negara, serta lagu kebangsaanIndonesia bukan hanya sekadar merupakan pengakuan
atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol atau lambang negara yang
dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia.Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta
lagu kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah
Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang dilandasi oleh semangat
untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut tidak selalu dengan mengangkat
senjata, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nilai
dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi
RI. Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dalam
pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela Negara. Usaha
Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikankewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha BelaNegara bertujuan untuk memelihara jiwa
nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap BelaNegara
yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan
kepentingan nasional.
3. Peraturan adalah petunjuk tentang tingkah laku yang harus dilakukan atau tida kboleh dilakukan.
SedangkanPeraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga
Negara atau pejabat yang berwenang dan mempunyai kekuatan mengikat. Tujuan undang-undang
dan peraturan negara adalah untuk mengatur dan menertibkan perikehidupan berbangsa dan
bernegara. Tujuan dikeluarkannya undang-undang ini adalah untuk mengatur dan menertibkan
pelaksanaan pemerintahan daerah. Peraturan perundang-undangan dan peraturan memiliki
kekuatan yang mengikat, artinya harus dilaksanakan. Saat ini, mengenai peraturan perundang-
undangan diatur berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-
undangan. Sedangkan untuk jenis produk hukum yang berbentuk Tindakan Administrasi
Pemerintahan diatur berdasarkan UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
Kerukunan dalam kehidupan dapat mencakup 4 hal, yaitu: Kerukunan rumah tangga, kerukunan
beragama,kerukunan mayarakat, dan kerukunan berbudaya.

AGENDA 1 AGENDA 1 SIKAP PERILAKU BELA NEGARA


(Analisis Isu Kontemporer)

1. Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang selalu
menyertai perjalanan/peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal
yang menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan
tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal
dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Dengan memahami
penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus perhatian adalah mulai membenahi diri
dengan segala kemampuan, kemudian mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan
memperhatikan modal insani (manusia) yang merupakan suatu bentuk modal (modal intelektual,
emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani) yang
tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
Perubahan lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan complicated saat ini menjadi
tantangan bagi bangsa Indonesia dalam percaturan global untuk meningatkan daya saing sekaligus
mensejahterakan kehidupan bangsa. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi baik dari
sisi positif apalagi sisi negatif sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari
konsekuensilogis dari interaksi peradaban antar bangsa.
2. Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang publik harus dipahami
dan diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu strategis
kontemporer yang dimaksud yaitu: korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisasi, tindak pencucian
uang (money laundring), dan proxy war dan isu Mass Communication dalam bentuk Cyber Crime,
Hate Speech, dan Hoax.
3. Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif dan dapat
pertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan
berpikir kritis, analitis, dan objektifterhadap satu persoalan, sehingga dapat merumuskan alternatif
pemecahan masalah yang lebih baik dengandasar analisa yang matang.
4. Sebagai ASN yang diharapkan menjadi garda terdepan pelayanan masyarakat dituntut untuk
memiliki kemampuan analisis yang mumpuni sehingga tidak terjebak dalam kisaran isu-isu
negatif yang dapat merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara

AGENDA 1 AGENDA 1 SIKAP PERILAKU BELA NEGARA


(Kesiapsiagaan Bela Negara)

1. Kesiapsiagaan Bela Negara ini juga akan menjadi modal penguatan jasmani, mental dan spiritual
dalam pelaksaaan tugas CPNS yang memiliki fungsi utama sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, dan sebagai perekat dan pemersatu Negara bangsa dari segala Ancaman, Ganguan,
Hambatan, dan Tantangan (AGHT) baik dari dalam maupun luar negeri. Sehingga, setiap Calon
Pegawai Negeri Sipil dapatselalu siap dan memberikan pelayanan yang terbaik. Oleh karena itu
setiap CPNS diharapkan selalu membawa motto “melayani untuk membahagiakan” dimanapun
dan dengan siapapun mereka bekerja, dalam segala kondisi apapun serta kepada siapapun mereka
akan senantiasa memberikan pelayanan terbaik dan profesional yang merupakan implementasi
kesiapsiagaan Bela Negara. Perilaku kesiapsiagaan akan muncul bila tumbuh keinginan untuk
memiliki kemampuan dalam menyikapi setiap perubahan dengan baik. kemampuan menyikapi
perubahan adalah hasil interaksi faktor-faktor biologis-psikologis individu dengan faktor
perubahan lingkungan (perubahan masyarakat, birokrasi, tatanan dunia dalam berbagai dimensi)
2. Ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
a. Cinta Tanah Air;
b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
f. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur.
3. Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan:
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga).
b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan)
d. Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
e. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalammasyarakat (lingkungan masyarakat).
f. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama(lingkungan masyarakat).
g. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungannegara).
h. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)
4. Kegiatan yang bersifat fisik dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan kebugaran
sifik yang meliputi kegiatan-kegiatan dan latihan-latihan seperti :
a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Pemahaman Dasar Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan danPermainan dalam Membangun Tim

AGENDA II NILAI-NILAI DASAR PNS


(Berorientasi Pelayanan)

1. Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yangdisediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur
penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan
publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor
privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan. Pelayanan publik
yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan
kepercayaan publik, karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihakyang dilayani. Dalam
Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN
bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; b. memberikan pelayanan
publik yang profesional dan berkualitas;dan c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer
Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core
Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta
dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Olehkarena tugas
pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk
memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan
tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima
demi kepuasan masyarakat
2. Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah dapat
terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan
dapat melebihi harapanpengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan
layanan hari esok akan menjadilebih baik dari hari ini (doing something better and better). Dalam
rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital yang
dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as usual)
agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam
pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik.
Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam memberikan
layanannya menjadi akar lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.

AGENDA II NILAI-NILAI DASAR PNS


(Akuntabel)

1. Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak ‘oknum’ untuk memberikan layanan
spesial bagimereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari biasanya. Sayangnya,
konsep ini sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima layanan yang sebenarnya
tidak tepat. Waktu berlalu,semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan, dan dipahami oleh hampir
semua pihak selama puluhan tahun. Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021,
“Bangga Melayani Bangsa”, menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik.
Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua
unsur ASN, akan memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang negatif bisa
memberikan dampak sistemik seperti sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun
harusbisa memberikan dampak serupa.
2. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namunpada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal
berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil,
akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta
akuntabilitas memperbaiki kinerja. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama
(Bovens,2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua,
untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua
macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal
(horizontal accountability). Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
3. Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara sebagai dua
aspek yangsangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Kejujuran adalah nilai
paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang diembankan kepada
setiap pegawai atau pejabat negara. Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilita tersendiri.
Mekanisme ini dapat diartikan secara berbedabeda dari setiap anggota organisasi hingga
membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara
lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi,dan sistem pengawasan (CCTV,
finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website
yang dikunjungi). Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang
akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab
(responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi.
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum,
Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu pembangunan budaya
akuntabeldan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas dapat menjadi faktor yang
kuat dalam membangun pola pikir dan budaya antikorupsi

AGENDA II NILAI-NILAI DASAR PNS


(Kompeten)

1. Implikasi VUCA yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian
(uncertainty) menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan keahlian
baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi
lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri. Perilaku ASN untuk
masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut: Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.
2. Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan
yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang
bersifat subyektif. • Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia
(world class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang
semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien.Terdapat 8 (delapan)
karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan
kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme,
wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
3. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi: Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang
Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan. Pendekatan
pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis,
manajerial, dan sosial kultural. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya UndangUndang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20
(dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

AGENDA II NILAI-NILAI DASAR PNS


(Harmonis)

1. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah
tantangan bahkanancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan perbedaan
pendapat dan lepas kendali,mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu
bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan
bangsa. Terbentuknya NKRI merupakanpenggabungan suku bangsa di nusantara disadari pendiri
bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang
Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa dan
bernegara.
2. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran,
solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan
kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur SipilNegara, perilaku pejabat publik
harus berubah, a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan; b. Kedua, berubah dari
’wewenang’ menjadi ’peranan’; c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
3. Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu organisasi.
Suasanatempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi.
Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis harus
dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

AGENDA II NILAI-NILAI DASAR PNS


(Loyal)

1. Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar
para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya
dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan.
Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan
cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara. Adapun kata-kata kunci
yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas
diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat
disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”. Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa
setia (loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan: 1.
Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki; 2. Meningkatkan Kesejahteraan; 3. Memenuhi
Kebutuhan Rohani; 4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir; 5. Melakukan Evaluasi secara
Berkala
2. Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta
Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan serangkaian Kewajibannya (Pasal 23).
Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-ketentuan tersebut maka dirumuskanlah
Core Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan
perilaku (kode etik)nya.Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan denganmengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam
kehidupan sehari-harinya, yaitu: 1. Cinta Tanah Air; 2. Sadar Berbangsa dan Bernegara; 3. Setia
pada Pancasila sebagai Ideologi Negara; 4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara; 5.
Kemampuan Awal Bela Negara
3. Disiplin ASN tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai NegeriSipil. Hanya ASN yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan
kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik. Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan
ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-
nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila menunjukkan
kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang
merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota
masyarakat.

AGENDA II NILAI-NILAI DASAR PNS


(Adaptif)

1. Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya
dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir
kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku
tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang
menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
2. Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu
maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty,
Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan
understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi
adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan
mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor
yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan
menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya
organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat
dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja dengan adanya pemberdayaan budaya organisasiselain
akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas juga menciptakan suasana kerja yang
kondusif.
3. Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber daya
manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan institusional adaptif.
Terkait membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman
bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai sektornya,
mereka menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga
kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir
ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think across). Selanjutnya,
Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif
yakni dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient organization). Pembangunan organisasi
yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan
organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya atau sisu, (kata Finlandia) yangmenunjukkan
keuletan.

AGENDA II NILAI-NILAI DASAR PNS


(Kolaboratif)

1. Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi yang
mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon ASN muda diharapkan
nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG
yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga terwujud di
Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja
dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
2. WoG juga sering disamakan atau minimal disandingkan dengan konsep policy integration, policy
coherence, cross-cutting policy- making, joinedup government, concerned decision making,
policy coordination atau cross government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan
konsep-konsep tersebut, terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan
baik secara formal maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang
terjadi antar sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya,
dan yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole)
elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada pencapaian
tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi
hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang relevan
3. Panduan sikap kolaboratif menurut beberapa pakar : Menurut Pérez López et al (2004 dalam
Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut: 1)
Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi; 2) Organisasi
menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang diperlukan untuk
terus menghormati pekerjaan mereka; 3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf
yang mau mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan
ketika terjadi kesalahan); 4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai; 5) Masalah dalam organisasi dibahas
transparan untuk menghindari konflik; 6) Kolaborasi dan kerja tim antardivisi adalah didorong;
dan 7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan. Brenda (2016) dalam penelitiannya menggunakan indikator “work closely with each
other” untuk menggambarkan perilaku kolaboratif. Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan
beberapa aktivitas kolaborasi antar organisasi yaitu: (1) Kerjasama Informal; (2) Perjanjian
Bantuan Bersama;(3) Memberikan Pelatihan; (4) Menerima Pelatihan; (5) Perencanaan
Bersama;(6) Menyediakan Peralatan; (7) Menerima Peralatan; (8) Memberikan Bantuan Teknis;
(9) Menerima Bantuan Teknis; (10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan(11) Menerima
Pengelolaan Hibah. Ansen dan gash (2012 p 550) mengungkapkan beberapa proses yang harus
dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu: 1) Trust building : membangun kepercayaan dengan
stakeholder mitra kolaborasi 2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan
bersungguh-sungguh; 3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing
ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama; 4) Pemahaman bersama:
berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait permasalahan, serta mengidentifikasi
nilai bersama; dan 5) Menetapkan outcome antara.

AGENDA III KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI


(SMART ASN)

1. Pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak
sebatasmengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital
skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui,
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital
dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila
dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui
pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan Kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan
tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan
Kemampuan User dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-
hari
2. Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah
kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang
bukan sekadar menitikberatkan padakecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi
digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses
mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia &
Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapanliterasi digital yang bagus tidak hanya
mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung
jawab. Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi. Poros pertama, yaitu
domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital sebagai
kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya hingga kemampuan
individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat kolektif/societal. Sementara itu, poros
berikutnyaadalah domain ruang ‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam
penerapan kompetensi literasi digital. Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan
fleksibel, dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah
kelompok komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai dengan pendekatan yang
lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai
‘warga negara digital.’ Blok-blok kompetensi semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan
setiap modul sesuai dengan domain kapasitas dan ruangnya.
3. Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi digital, berada
di domain ‘single, informal’. Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud
kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif, formal’ di
mana kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara dalam
batas-batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang
‘negara’. Digita Ethics (Etis Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang
digital membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain
‘kolektif, informal’. Digital Safety (Aman Bermedia Digital) sebagaipanduan bagi individu agar
dapat menjaga keselamatan dirinya berada pada domain ‘single, formal’ karenasudah menyentuh
instrumen-instrumen hukum positif. Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian
kita.

AGENDA III KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI


(Manajemen ASN)

1. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memilikinilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil
(PNS); dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). c). Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai
politik e). Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai
berikut: 1) Pelaksana kebijakan public; 2) Pelayan public; dan 3) Perekat dan pemersatu bangsa.
f). Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya. g). ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode
etik dan kode perilaku ASN bertujuanuntuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik
dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah. ( Kb. 1 )
2. Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi danmemberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan.
Beberapa langkah nyatadapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan
kebutuhan yang berupa transparansidan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun
jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan
pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya. Pasca recruitment, dalam
organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang
sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil
bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan
pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan
dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja. (Kb.2)
3. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS meliputi
penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,pengembangan karier,
pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan
pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan;
pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan
tinggi
utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan
Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan
syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan
integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pejabat PembinaKepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikanPejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat
jabatan yang ditentukan.Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua)
tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya
dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat
Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN
melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. Pegawai ASNdapat
menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara
diberhentikansementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS. Pegawai ASN
berhimpun dalam wadahkorps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai
ASN Republik Indonesia memilikitujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi
ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem
Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar
Instansi Pemerintah Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif. ( Kb. 3 )

Anda mungkin juga menyukai