Juknis PMT Berbahan Pangan Lokal Bagi Bumil & Balita (Draft)
Juknis PMT Berbahan Pangan Lokal Bagi Bumil & Balita (Draft)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan
Pangan Lokal untuk Ibu Hamil dan Balita. Petunjuk Teknis ini digunakan sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal yang merupakan bagian dari upaya
mempercepat pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020- 2024, khususnya penurunan prevalensi ibu hamil Kurang Energi Kronis
(KEK), balita wasting dan balita stunting. Intervensi yang dilakukan pada ibu hamil KEK dan
balita dengan masalah gizi yaitu balita tidak naik (T), balita underweight, balita gizi kurang
dengan atau tanpa stunting berupa (1) Tatalaksana penyakit penyerta; (2) PMT berbahan
pangan lokal; (3) Edukasi dan konseling gizi tentang pemberian makan; dan (4) Stimulasi
perkembangan dan pemantauan pertumbuhan.
Melalui pendekatan kegiatan PMT berbahan pangan lokal tersebut diharapkan bisa
membentuk kemandirian keluarga dalam menyediakan yang berkualitas bagi ibu hamil dan
balita. Petunjuk teknis ini disusun sebagai acuan bagi pelaksanaan kegiatan PMT berbahan
pangan lokal di seluruh daerah di Indonesia. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan petunjuk teknis ini. Kami senantiasa
menerima saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan petunjuk teknis ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB VI PEMBIAYAAN DAN ADMINISTRASI .......................................................................38
BAB VII PENUTUP ..............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................40
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................................41
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pertambahan Badan Selama Kehamilan yang Direkomendasikan Sesuai IMT
Sebelum Hamil.....................................................................................................................11
Tabel 2.2 Komposisi Kandungan Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal .................14
Tabel 2.3 Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Ibu Hamil KEK ....................................14
Tabel 3.1 Komposisi MT Lokal bagi Balita............................................................................25
Tabel 3.2 Standar Bahan Pangan untuk membuat MT Lokal bagi Balita ..............................26
Tabel 4.1 Pembagian Peran pada penyelenggaraan PMT ...................................................29
Tabel 4.2 Teknik Pengolahan Makanan ...............................................................................34
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan amanat prioritas
pembangunan nasional. Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu untuk
keberhasilan pembangunan sumber daya manusia. Ibu hamil dan balita merupakan salah
satu kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus, karena dampak jangka
panjang yang ditimbulkan apabila mengalami kekurangan gizi. Selain itu, usia balita
merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan rawan
terhadap kekurangan gizi. Begitu pula dengan ibu hamil, apabila ibu hamil mengalami
kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin yang beresiko untuk
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan atau stunting.
Masalah gizi balita di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survei Status Gizi
Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita wasted sebesar 7,7% dan balita stunted
21,6%. Sedangkan data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi risiko KEK pada
Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%, sedangkan pada ibu hamil sebesar 17.3%.
Selain itu prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%.
Masalah gizi disebabkan oleh berbagai faktor. Kekurangan asupan makanan bergizi dan
atau seringnya terinfeksi penyakit menjadi penyebab langsung terjadinya masalah gizi.
Pola asuh yang tidak baik, kurangnya pengetahuan, rendahnya akses ke pelayanan
kesehatan, kondisi sosial ekonomi juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap
akses makanan bergizi dan layanan kesehatan. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT)
tahun 2014 masih terdapat sekitar separuh atau 55,7% dan 44,2% anak balita balita, yang
asupan energi dan proteinnya kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
Selain kurangnya asupan energi dan protein, jenis makanan yang diberikan pada balita
juga kurang beragam. Berdasarkan SSGI 2021, proporsi makan beragam pada baduta
sebesar 52,5%. Gambaran kondisi kesehatan balita juga tidak cukup baik dimana
proporsi balita mengalami diare sebesar 9,8% dan ISPA sebesar 24,1% (SSGI 2021).
Sementara itu, lebih dari separuh ibu hamil memiliki asupan energi sangat kurang (<70%
angka kecukupan energi) dan sekitar separuh ibu hamil juga mengalami kekurangan
asupan protein (<80% angka kecukupan yang dianjurkan). Upaya peningkatan status
kesehatan dan gizi pada ibu hamil juga dilakukan melalui Antenatal Care Terpadu (ANC
1
Terpadu). Berdasarkan Riskesdas 2013 dan 2018, cakupan pelayanan ANC ibu hamil
(K4) cenderung meningkat yaitu dari 70% menjadi 74,1%. Untuk mencapai target 100%
pada tahun 2024, cakupan pelayanan ANC masih perlu ditingkatkan.
Intervensi gizi dalam pelayanan ANC Terpadu diantaranya pengukuran status gizi
(timbang badan dan ukur panjang/tinggi badan, ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA),
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), konseling gizi dan edukasi kepada ibu hamil
terkait pentingnya konsumsi makanan bergizi selama kehamilan. Hal ini sejalan dengan
rekomendasi WHO, bahwa ibu hamil perlu mendapatkan pendidikan gizi (termasuk
penguatan dengan konseling), penyediaan makanan bergizi, pemenuhan kebutuhan
protein, konsumsi TTD sebagai upaya dalam mengatasi masalah gizi selama kehamilan
pada masyarakat.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal merupakan salah satu
strategi penanganan masalah gizi pada balita dengan masalah gizi kurang dan ibu hamil
KEK. Kegiatan PMT tersebut perlu disertai dengan promosi gizi dan kesehatan untuk
perubahan perilaku misalnya dengan dukungan pemberian ASI, edukasi dan konseling
pemberian makan, hygiene sanitasi untuk ibu, pengasuh dan keluarga.
Melalui kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian
keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan potensi pangan lokal
secara berkelanjutan. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam
keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-
kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu-
bumbuan (Badan Ketahanan Pangan, 2020). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi
pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas termasuk untuk penyediaan pangan
keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi balita dan ibu hamil.
2
Tujuan
Tujuan umum:
Menyediakan acuan pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal bagi ibu hamil
dan balita
Tujuan khusus:
1. Menjelaskan penyelenggaraan PMT berbahan pangan lokal untuk ibu hamil
2. Menjelaskan penyelenggaraan PMT berbahan pangan lokal untuk balita
3. Menjelaskan monitoring dan evaluasi PMT berbahan pangan lokal
4. Menjelaskan anggaran PMT berbahan pangan lokal
Sasaran
Sasaran buku Petunjuk Teknis ini antara lain:
1. Pengelola program gizi dan KIA di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Puskesmas
2. Tim pelaksana tingkat desa (PKK, kader, organisasi kemasyarakatan, guru PAUD,
dll)
3. Pemerintah daerah termasuk pemerintahan desa/kelurahan, dan pemangku
kebijakan terkait yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan
4. Mitra Pembangunan
Ruang Lingkup
Sasaran kegiatan PMT berbahan pangan lokal adalah Ibu hamil dan balita yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Ibu Hamil
a. Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) ditandai dengan LILA < 23,5 cm dan
atau
b. Ibu Hamil dengan IMT Pra hamil atau Trimester 1 (usia kehamilan ≤ 12 minggu)
< 18,5 kg/m2
2. Balita
a. Balita Gizi Kurang tanpa Stunting
b. Balita Gizi Kurang dengan Stunting
c. Balita dengan BB/U Normal tetapi Berat Badan Tidak Naik, yaitu:
1) Naik tidak Adekuat, atau
2) Tetap, atau
3) Turun
3
d. Balita dengan BB/U Underweight (BB Kurang) tanpa wasting dan stunting
Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan PMT berbahan pangan lokal antara lain:
1. Input
a. Keterlibatan lintas sektor,
b. keterpaduan lintas program tingkat desa,
c. partisipasi masyarakat
2. Proses
a. Cakupan jumlah ibu hamil KEK yang menerima MT berbahan pangan lokal
b. Cakupan jumlah balita dengan masalah gizi kurang yang menerima MT
berbahan pangan lokal
c. Terselenggaranya kegiatan PMT berbahan pangan lokal sesuai jadwal
d. Terselenggaranya edukasi gizi sesuai jadwal
3. Output
a. Peningkatan berat badan balita
b. Perbaikan status pertumbuhan balita
c. Peningkatan berat badan ibu hamil
4. Outcome
a. Peningkatan berat badan ibu hamil sesuai dengan usia kehamilannya
b. Perbaikan status gizi balita
Definisi Operasional
1. Balita sasaran adalah balita usia 6-59 bulan.
2. Balita Tidak Naik adalah balita yang berat badannya Tidak Naik saat penimbangan
dibandingkan dengan hasil penimbangan bulan sebelumnya. Ada 3 (tiga) macam
Balita Tidak Naik yaitu:
a. Kenaikan BB nya tidak adekuat (kenaikan BB tidak sesuai dengan garis
pertumbuhan), atau
b. BB tetap, atau
c. BB turun
3. Balita Berat Badan Kurang (underweight)/Bawah Garis Merah adalah balita dengan
status gizi yang berdasarkan indikator BB/U dengan nilai z- score < -2 SD.
Balita Berat Badan Kurang (underweight)/Bawah Garis Merah perlu konfirmasi untuk
penentuan status gizi lebih lanjut oleh tenaga kesehatan.
4
4. Balita Gizi Kurang (Moderate Wasted) adalah balita dengan status gizi yang
berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB dengan nilai z- score < -2 SD sampai
dengan -3 SD atau LiLA berada di antara 11,5 cm sampai kurang dari 12,5 cm.
5. Balita Stunting adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan indikator PB/U atau
TB/U < -2 SD
6. Balita Gizi Kurang dengan Stunting adalah balita yang mengalami gizi kurang dan
stunting secara bersamaan dalam satu waktu.
7. Balita Gizi Kurang tanpa Stunting adalah balita yang hanya mengalami gizi kurang
saja tetapi indikator PB/U atau TB/U masih normal (tidak stunting).
8. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah perbandingan antara berat badan (dalam kg)
dengan tinggi badan (dalam meter), rumus perhitungan BB/TB2 (kg/m2).
9. Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) adalah Ibu Hamil yang memiliki risiko KEK
yaitu yang mempunyai ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) di bawah 23,5 cm atau
Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pra hamil atau Trimester I (usia kehamilan ≤12
minggu) dibawah 18,5 kg/m2 (Kurus).
10. Pangan lokal adalah bahan pangan pokok, lauk pauk, sayur dan buah yang
dikonsumsi oleh masyarakat setempat, mudah dijangkau, sesuai dengan potensi
sumberdaya dan kearifan lokal yang menjadi alternatif sumber karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.
11. Makanan tambahan berbahan pangan lokal adalah makanan bergizi sebagai
tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan
gizi dan diberikan dalam bentuk makanan kudapan atau makanan lengkap siap
santap yang berbahan pangan lokal.
12. Makanan lengkap adalah menu makanan lengkap bergizi seimbang sekali makan
yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah.
13. Makanan kudapan adalah makanan yang bukan merupakan menu utama (makan
pagi, makan siang, makan malam) dikonsumsi diantara waktu makan utama yang
dapat membantu memenuhi kecukupan kebutuhan harian
14. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal adalah makanan
tambahan pangan lokal yang diberikan untuk meningkatkan status gizi pada sasaran.
15. Hari Makan Anak (HMA) adalah jumlah hari makan balita usia 6-59 bulan yang
mendapat makanan tambahan berbahan pangan lokal.
16. Hari Makan Bumil (HMB) adalah jumlah hari makan ibu hamil yang mendapat
makanan tambahan berbahan pangan lokal.
17. Red Flag adalah tanda dan gejala kondisi medis yang menunjukkan adanya
gangguan pertumbuhan dan atau perkembangan yang membutuhkan intervensi atau
5
tatalaksana segera. Tanda bahaya (red flag) berikut ini perlu segera dirujuk ke rumah
sakit, diantaranya: adanya kelainan struktural, kelainan neurodevelopmental dan
tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah medis
18. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut
bayaran yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan
sejenisnya termasuk jasa boga/katering
19. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif) yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategi Pangan dan
Gizi
4. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020 – 2024
5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Anak
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi
yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia
11. Peraturan Menteri Kesehatan No. 29 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah
Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan dan Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak
13. KMK Nomor HK.01.07/MENKES/1919/2022 tentang Perubahan Kepmenkes
Nomor HK.01.07/MENKES/1182/2022 tentang Standar Alat Antropometri dan Alat
Deteksi Dini Perkembangan Anak
6
14. Permenkeu No. 168 tahun 2015 diubah sebagaimana menjadi Permenkeu Nomor
173 Tahun 2016 dan telah diubah terakhir kali menjadi Permenkeu Nomor 132 Tahun
2021
15. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2021
Tentang Pedoman Swakelola
16. Peraturan Kementerian Keuangan Nomor 204/PMK.07/2022 tentang Pengelolaan
DAK Non Fisik.
7
BAB II
PELAKSANAAN PMT BERBAHAN PANGAN LOKAL BAGI IBU HAMIL
Pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil bertujuan untuk membantu memenuhi
asupan gizi ibu hamil dengan risiko kurang energi kronis (KEK) dan atau ibu hamil dengan
indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5 kg/m2 pada trimester 1 atau pada usia kehamilan
≤ 12 minggu, sehingga dapat mencapai kenaikan berat badan yang diharapkan sesuai dengan
usia kehamilannya. Ibu hamil KEK perlu mendapatkan tambahan asupan gizi untuk mencegah
masalah gizi pada janin.
Hasil analisis Aryani dkk, 2012 berdasarkan data Riskesdas (2007) diperoleh korelasi
kuat antara LiLA dan Indeks Massa Tubuh (IMT) pra-hamil. Oleh karena itu, LiLA dapat
digunakan sebagai alat penapisan KEK, sedangkan kenaikan berat badan ibu hamil
merupakan cermin dari pertumbuhan dan perkembangan janin.
Salah satu upaya memperluas temuan dan penanganan kasus ibu hamil KEK,
puskesmas melalui jejaringnya dapat memfasilitasi agar masyarakat dan kader
melaporkan jika ada ibu hamil baru dan memfasilitasi mereka mendapatkan pelayanan
kehamilan (ANC terpadu). Melalui penapisan dalam kegiatan ANC terpadu pada
kunjungan pertama (K1) diharapkan dapat mendeteksi apakah ibu hamil mengalami
permasalahan gizi (seperti Kurang Energi Kronis, Anemia dan lainnya) atau menderita
penyakit tertentu.
8
Dalam upaya deteksi ibu hamil KEK, alat ukur antropometri yang dipergunakan adalah
alat yang sesuai dengan standar. Hasil pemeriksaan ANC dicatat dalam buku KIA dan
dilaporkan ke dalam e-kohort.
Ibu Hamil
ANC terpadu
Posyandu/Desa:
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sekurang-kurangnya
90 hari
Keterangan:
*Ibu Hamil KEK dan atau IMT <18,5 kg/m2 pada trimester 1 (≤12 minggu)
Intervensi
Hasil penapisan yang dilakukan saat kegiatan ANC terpadu (K1) selanjutnya akan
menentukan pelayanan gizi yang diberikan kepada ibu hamil, yang tentunya akan
berbeda bagi ibu hamil normal, ibu hamil KEK/IMT <18,5 kg/m2, ibu hamil anemia, ibu
hamil KEK/IMT <18,5 kg/m2 dan anemia, serta ibu hamil KEK/IMT <18,5 kg/m2 dengan
penyakit. Berdasarkan gambar 2.1, melalui penapisan dalam kegiatan pelayanan ANC
(K1) dapat terdeteksi apakah ibu hamil mengalami permasalahan gizi dan/atau menderita
penyakit. Selanjutnya ibu hamil akan mendapatkan pelayanan gizi sesuai dengan hasil
penapisan sebagai berikut:
1. Ibu hamil normal akan diberi konseling gizi yang bertujuan agar ibu hamil terhindar
dari KEK, anemia maupun penyakit penyerta lainnya.
2. Ibu hamil dengan anemia akan mendapatkan tatalaksana anemia sesuai dengan
standar yang berlaku, yang disertai dengan pemberian konseling gizi dan kesehatan.
9
3. Ibu hamil dengan KEK/IMT <18,5 kg/m2 akan diberi makanan tambahan disertai
edukasi/konseling gizi.
4. Ibu hamil dengan KEK/IMT <18,5 kg/m2 dan anemia akan diberi makanan tambahan
sesuai dengan usia kehamilannya disertai edukasi/konseling gizi dan tatalaksana
anemia. Makanan tambahan ini tidak menggantikan kebutuhan dasar ibu hamil akan
makanan yang bergizi seimbang.
5. Ibu hamil dengan KEK/IMT <18,5 kg/m2 yang disertai penyakit akan diberi makanan
tambahan sesuai dengan usia kehamilannya disertai edukasi/konseling gizi dan
tatalaksana penyakit penyerta.
Intervensi pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan KEK/IMT <18,5 kg/m2
berupa makanan tambahan berbahan pangan lokal siap santap, yang diberikan selama
sekurang-kurangnya 90 hari dan intervensi lainnya yang disesuaikan dengan
permasalahan pada ibu hamil KEK//IMT <18,5 kg/m2.
Untuk mengetahui dampak positif dari intervensi adalah dengan melihat kenaikan berat
badan yang disesuaikan dengan status gizi ibu (Indeks Massa Tubuh/IMT) sebelum hamil
dan kondisi fisik lainnya. Hal ini mengingat penambahan ukuran Lingkar Lengan Atas
membutuhkan waktu yang lama. Berat badan ibu hamil dicatat di Buku KIA dan dilakukan
analisis apakah terjadi kenaikan atau tetap untuk ditinjaklanjuti. Kondisi ibu hamil KEK
ditindaklanjuti melalui pelayanan kehamilan secara terpadu (ANC terpadu) yang
frekuensinya bisa lebih bilamana ditemukan penyulit yang membutuhkan pemantauan
lebih intensif. Setelah intervensi pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal
siap santap pada ibu hamil KEK dan dokter memberi pengobatan penyakit lain yang
diderita (bila ada), maka berikut ini Kenaikan Berat Badan pada Ibu Hamil sebagai rujukan
keberhasilan.
Pertambahan
Pertambahan Pertambahan BB
Pertambahan BB per
IMT BB Total per minggu pada
BB pada minggu pada
Sebelum Hamil (Kehamilan Trimester 2 dan 3
Trimester 1 Trimester
Tunggal) (Kehamilan Ganda)
2 dan 3
Kurus
1-3 kg 0.5 kg 12.5 – 18 kg
(<18.5 kg/m²)
Normal
1-3 kg 0.4 kg 11.5 – 16 kg 17-24 kg
(18.5 – 24.9 kg/m²)
10
Tabel 2.1 Pertambahan Badan Selama Kehamilan yang
Direkomendasikan Sesuai IMT Sebelum Hamil
Gemuk
1-3 kg 0.3 kg 7 – 11.5 kg 14-23 kg
(25.0 – 29.9 kg/m²)
Obesitas
0.2-2 kg 0.2 kg 5 – 9 kg 11-19 kg
(>30.0 kg/m²)
Sumber: Modifikasi Buku KIA Tahun 2021 Edisi 3 dan Institute of Medicine(IOM) Tahun 2022
Untuk ibu hamil yang pendek (TB <145 cm), maka pertambahan BB total diambil pada
range terendah. Sebagai contoh:
“seorang ibu hamil dengan IMT pada trimester I <18,5 kg/m2 maka penambahan BB yang
dianjurkan adalah 12,5 kg (kenaikan BB yang dianjurkan pada range terendah).”
Pada saat pelaksanaan intervensi, keterlibatan berbagai pihak terutama suami dan
anggota keluarga lain menjadi sangat penting, agar dapat memastikan makanan
tambahan yang diberikan dimakan habis, Tablet Tambah Darah (TTD) diminum setiap
hari demikian juga terapi obat (jika ada). Selain itu pemberian motivasi kepada ibu hamil
KEK dan dukungan dari keluarga agar menerapkan edukasi yang disampaikan oleh
tenaga kesehatan, termasuk dukungan keluarga untuk mengurangi beban pekerjaan dan
memperhatikan waktu istirahat yang cukup untuk ibu hamil.
Rujukan
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (FKTP) yang melakukan tatalaksana
ANC terpadu (K1) akan mengidentifikasi faktor risiko, komplikasi dan kondisi yang
memperberat ibu hamil KEK. Pemeriksaan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
dilanjutkan dengan rujukan atau konsultasi ke dokter spesialis untuk mendapatkan
pemeriksaan yang lebih komprehensif jika diperlukan. Selanjutnya pasien dapat
ditatalaksana kembali di FKTP oleh dokter (tidak hanya dokter puskesmas) bersama tim
FKTP (bidan, perawat, ahli gizi). Dalam menjalankan hal ini, diperlukan tim pendamping
ibu hamil seperti kader Kesehatan atau PKK, yang sudah mendapatkan arahan khusus
dari dokter dan timnya untuk tatalaksana penyakit penyerta yang ditemukan serta
tatalaksana gizinya.
11
Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Standar kebutuhan zat gizi berdasarkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi
masyarakat Indonesia tahun 2019 (AKG 2019) pada kelompok perempuan usia 19-49
tahun berkisar 2150 - 2250 kkal dan protein 60 gram per hari. Pada ibu hamil normal
diperlukan tambahan energi sebesar 180 – 300 kkal dan protein mencapai 30 gram per
hari. Berdasarkan Escott (2015), untuk memperoleh penambahan berat badan sebesar
0.5 kg/minggu (Escott-Stump, 2015), termasuk untuk ibu hamil KEK, dibutuhkan
tambahan asupan energi sebesar 500 kkal/hari dari asupan energi hariannya dimana
kurang dari 25% kandungan energi dalam makanan tambahan berasal dari protein (Imdad
& Bhutta, 2012).
Utami, R., Gunawan, I.M.A., dan Aritonang, I. melakukan penelitian terkait Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan (Makanan Tambahan Pemulihan merupakan makanan
yang berbahan bahan makanan atau makanan lokal) pada 20 Ibu Hamil KEK selama 90
hari. Hasilnya menunjukan bahwa program intervensi PMT pemulihan selama 90 hari
pada ibu hamil dengan KEK terbukti mampu meningkatkan asupan energi total, berat
badan ibu dan status gizi ibu hamil dengan KEK berdasarkan LiLA (Utami et al., 2018).
Dengan demikian, pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal bagi ibu hamil
KEK setidaknya menyediakan energi sebesar 500 kkal, dengan proporsi protein sebesar
<25% (balanced energy protein/BEP) dari kandungan energi makanan tambahan dan
mengutamakan sumber protein hewani selama 90 hari.
12
Perlu ditekankan betul bahwa makanan tambahan berbahan pangan lokal siap
santap bukan menggantikan kebutuhan makan ibu hamil KEK melainkan
minimal makanan yang harus ditambahkan pada ibu hamil KEK setelah kebutuhan
dasar makannya terpenuhi untuk mengatasi masalah gizi ibu hamil
Beberapa prinsip utama dalam pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan
lokal adalah sebagai berikut:
1. PMT bagi ibu hamil KEK dilakukan hingga 90 hari, terlepas dari indikator penentu
rujukan.
2. PMT hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh sasaran
sehari-hari, bukan sebagai pengganti makanan utama. Ibu harus tetap mengonsumsi
makanan sesuai prinsip gizi seimbang setiap hari.
3. PMT diberikan dalam bentuk makanan lengkap siap santap atau kudapan.
4. PMT dilakukan setiap hari dengan komposisi dalam satu minggu sedikitnya 1 (satu)
kali makanan lengkap sebagai sarana edukasi implementasi ISI PIRINGKU atau
sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang pada waktu makan siang dan sisanya
berupa kudapan. Kudapan diberikan di luar waktu makan utama untuk memastikan
PMT sebagai tambahan di luar makan utama sehari-hari.
5. PMT dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil KEK sekaligus sebagai
proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu. PMT dilakukan dengan
pendekatan pemberdayaan masyarakat yang pelaksanaannya dapat disertai dengan
edukasi gizi yang diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sektor terkait
lainnya, contohnya melalui kelas ibu hamil, safari Gemarikan, rumah pangan kita,
pekarangan pangan lestari, Program Keluarga Harapan (PKH), dan program lainnya.
6. Lokasi PMT sesuai dengan kesepakatan daerah di luar penyelenggaraan rutin
program tersebut di atas.
7. Kegiatan PMT dibiayai dari dana alokasi khusus (DAK). Selain itu dapat juga dibiayai
dari bantuan lainnya seperti partisipasi masyarakat, organisasi sosial
kemasyarakatan, dunia usaha (CSR) dan Pemerintah Daerah.
Berikut adalah standar kandungan zat gizi pada makanan tambahan berbahan pangan
lokal yang diperuntukan bagi ibu hamil KEK.
13
Tabel 2.2 Komposisi Kandungan Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal
Yang Diperuntukkan Bagi Ibu Hamil KEK
Tabel 2.3 Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Ibu Hamil KEK
Untuk Disiapkan Sebanyak 1 Kali Makan
(Dalam Bentuk Kudapan Atau Makanan Lengkap)
Keterangan:
1. PMT bagi ibu hamil KEK/IMT <18 kg/m2 baik berupa makanan kudapan maupun
makanan lengkap sebaiknya terdiri dari zat gizi yang lengkap yang berasal dari
makanan pokok, sumber lauk pauk hewani dan nabati serta sayur dan buah.
2. Standar menu PMT bagi ibu hamil KEK di atas mengandung:
a. Kudapan
Rata-rata mengandung Energi sebesar 540 kalori (520- 580 kalori)
Protein 24 gram (23-27 gram) atau 18-23%
Lemak 21 gram (19-23 gram) atau 30-40%
14
Karbohidrat 61 gram (50-70 gram) atau 45%
b. Makanan Lengkap
Rata-rata mengandung Energi sebesar 700 kalori (600- 700 kalori)
Protein 32,3 gram (29 – 34 gram) atau 18-23%
Lemak 20 gram (14-24 gram) atau 20-30%
Karbohidrat 80 gram (79 – 81 gram) atau 50%
3. Bahan makanan yang digunakan untuk membuat PMT bagi ibu hamil KEK
disesuaikan dengan sumber daya lokal setempat.
a. Makanan pokok dapat berupa jagung, singkong, ubi, kentang, talas dan tepung-
tepungan
b. Lauk hewani dapat berupa telur, berbagai jenis ikan dan produk laut, ayam, dan
daging maupun sumber lauk hewani yang terdapat disekitar wilayah sasaran.
c. Lauk nabati dapat berupa tempe, tahu, maupun kacang-kacangan seperti
kacang merah, kacang hijau, kacang polong, kacang kedelai, dan lain-lain.
d. Sayuran dan buah sebaiknya menggunakan yang berwarna hijau atau
orange/merah/kuning karena mengandung lebih banyak vitamin dan mineral
dibandingkan yang tidak berwarna.
4. Jumlah bahan makanan (kuantitas) yang digunakan dalam satu kelompok bahan
makanan disesuaikan dengan Panduan Bahan Makanan Penukar. Misalnya: beras
60 gram (nasi 120 gram) dapat digantikan dengan kentang 210 gram (2 buah
sedang).
5. Buah sebaiknya menggunakan buah utuh. Selain karena lebih aman juga waktu
mengonsumsinya dapat disesuaikan sesuai kemampuan ibu.
6. Jika lauk hewani yang digunakan pada makanan lengkap berupa telur maka untuk
mencapai pemenuhan kebutuhan protein untuk ibu hamil, dapat dikombinasikan
dengan sumber protein lain yang berbeda jenisnya seperti ayam atau sebaliknya.
7. Makanan tambahan baik berupa kudapan dan makanan lengkap bagi ibu hamil dapat
dikreasikan sesuai dengan lokal spesifik setempat. Prinsipnya berupa makanan
padat gizi dan memenuhi standar yang telah ditentukan.
8. Untuk menghitung kebutuhan bahan pangan yang akan dibeli perlu
mempertimbangkan berat kotor dan berat bersih bahan pangan. Misalnya ayam yang
diinginkan untuk dapat dikonsumsi ibu hamil sebesar 60 gram, maka daging ayam
yang harus dibeli sebesar 90 gram (1.5 kali lebih besar dari berat bahan bersih yang
diinginkan).
15
Edukasi
Edukasi gizi dan kesehatan kepada ibu hamil dan keluarga dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan kegiatan PMT. Edukasi dapat berupa demonstrasi masak, penyuluhan,
konseling, dan lain-lain. Edukasi gizi dan kesehatan antara lain bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu hamil dan keluarga terkait:
1. Gizi seimbang untuk ibu hamil dan ibu menyusui
2. Praktik pemberian IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan Pemberian ASI Ekskusif
3. Pentingnya makanan tambahan untuk ibu hamil
4. ANC dan pemantauan kesehatan ibu hamil
5. Aspek kesehatan ibu hamil misalnya perawatan kesehatan ibu hamil,
pemantauan tanda bahaya
6. Perawatan bayi baru lahir
7. Lain-lain
16
BAB III
PELAKSANAAN PMT BERBAHAN PANGAN LOKAL BAGI BALITA
Pemberian MT bertujuan untuk memperbaiki status gizi pada balita berat badan kurang
(underweight), balita gizi kurang (wasted) baik dengan atau tanpa stunting. Selain itu, juga
bertujuan untuk mencegah balita mengalami masalah gizi yang lebih berat pada kasus balita
tidak naik berat badan. Pelaksanaan PMT pada balita mengacu pada algoritma Tatalaksana
Masalah Gizi pada Balita sebagai berikut:
Berdasarkan algoritma di atas, Langkah-langkah pelaksanaan PMT bagi balita dimulai dengan
kegiatan deteksi dini dan penemuan kasus, intervensi dan rujukan.
17
(FKTP) lainnya. Untuk meningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhan dapat dilakuan
sweeping melalui kunjungan rumah. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh kader dan semua
komponen masyarakat lainnya.
18
Perubahan berat badan merupakan indikator sensitif untuk memantau pertumbuhan anak
sebagai upaya deteksi dini. Berat badan Tidak Naik pada balita mengindikasikan gangguan
pertumbuhan dan harus diwaspadai karena jika dibiarkan akan berisiko mengalami masalah
gizi yang lebih berat. Berikut ini ilustrasi hasil pemantauan pertumbuhan melalui
pengisian/ploting KMS pada kasus Berat Badan Tidak Naik:
1. Berat Badan Naik Tidak Adekuat
19
3. Berat Badan Turun
Jika pengasuh atau kader menemukan kasus Balita Tidak Naik, Bawah Garis Merah serta
tanda bahaya masalah kesehatan maka harus segera menginformasikan kepada tenaga
kesehatan atau dibawa ke puskesmas/FKTP untuk mendapatkan pemeriksaan lebih
lanjut dan konfirmasi hasil pengukuran.
20
Intervensi
Apabila tidak ada penyakit penyerta yang ditemukan, maka balita dilakukan tindak lanjut
berupa PMT selama maksimal 90 (sembilan puluh) hari disesuaikan dengan kondisi
status gizinya sebagai berikut.
1. Balita Gizi Kurang dengan atau tanpa stunting *)
Balita Gizi Kurang dengan *) atau tanpa stunting mendapatkan:
a. Makanan Tambahan (MT) berbahan pangan lokal selama 4-8 minggu
b. Edukasi dan konseling pemberian makan
c. Stimulasi perkembangan
Catatan:
*) MT yang diberikan untuk balita gizi kurang dengan stunting, dimaksudkan untuk
menatalaksana keadaan gizi kurangnya.
**) Bila setelah 8 (Delapan) minggu intervensi, Balita Gizi Kurang dengan atau
tanpa stunting tidak mengalami perbaikan status gizi (dengan indikator BB/PB
atau BB/TB) maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang (antropometri dan
penyakit penyerta) oleh tenaga kesehatan.
• Jika ada penyakit penyerta yang tidak bisa ditangani di puskesmas, maka
balita segera dirujuk ke RS.
• Jika ada penyakit penyerta yang bisa ditangani oleh puskesmas, maka
dilakukan pengobatan penyakit penyerta bersamaan dengan PMT
• Intervensi dengan PMT dapat dilanjutkan sampai 90 (Sembilan puluh)
hari
21
Catatan:
*) Bila sebelum 4 (empat) minggu intervensi, Balita dengan Berat Badan Tidak
Naik (T) telah mengalami perbaikan (Naik) yang ditunjukkan dengan tren
pertumbuhan sesuai dengan kurva normal pada KMS maka pemberian MT
berbahan pangan lokal dapat dihentikan.
**) Bila setelah 4 (empat) minggu intervensi, Balita dengan Berat Badan Tidak Naik
(T) tidak mengalami perbaikan (Tidak Naik) maka dilakukan pemeriksaan ulang
(antropometri dan penyakit penyerta) oleh tenaga kesehatan.
• Jika ada penyakit penyerta yang tidak bisa ditangani di puskesmas, maka
balita segera dirujuk ke RS.
• Jika ada penyakit penyerta yang bisa ditangani oleh puskesmas, maka
dilakukan pengobatan penyakit penyerta bersamaan dengan PMT
• PMT dapat dilanjutkan sampai 8 (delapan) minggu.
Rujukan
Rujukan dari Puskesmas ke pelayanan kesehatan rujukan/Rumah Sakit (RS) dapat
dilakukan pada saat deteksi dini dan penemuan kasus oleh tenaga kesehatan serta jika
telah dilakukan intervensi tetapi tidak ada perbaikan. Rujukan dilakukan pada:
a. balita yang mempunyai penyakit penyerta dan tidak bisa di tatalaksana di tingkat
fasilitas pelayanan primer/puskesmas
b. balita gizi kurang dengan atau tanpa penyakit penyerta setelah diintervensi dengan
pemberian MT berbahan pangan lokal selama 2 (dua) s.d 4 (empat) minggu tidak
menunjukkan perbaikan status pertumbuhan dan status gizi
c. balita gizi buruk dengan atau tanpa penyakit penyerta
d. balita stunting dengan red flag dan atau penyakit penyerta
e. balita obesitas dengan atau tanpa penyakit penyerta
22
Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Gizi Balita
Periode usia balita sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai
terpapar terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif sehingga kebutuhan terhadap zat
gizi harus terpenuhi. Ibu harus memahami bahwa pola pemberian makan akan
berpengaruh terhadap bukan hanya pemenuhan gizi anak untuk menunjang tumbuh
kembangnya tetapi juga berhubungan dengan selera makan anak di masa mendatang.
Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian khusus dari
ibu atau pengasuh.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi balita, dalam satu kali makan harus cukup mengandung
makanan pokok sumber karbohidrat, lauk pauk hewani dan nabati sebagai sumbr protein
dan lemak serta sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral. Keragaman bahan
pangan dapat diperoleh antara lain dari:
1. ASI (Untuk usia 0 sd 2 tahun atau lebih)
2. Serealia/umbi-umbian/akar-akaran (beras, sagu, jagung, kentang, singkong, ubi,
sorgum, dll)
3. Daging (ayam, sapi, kambing, dll), ikan dan makanan laut (udang, cumi, dll)
4. Telur
5. Kacang-kacangan (kacang tanah, kacang hijau, tahu, tempe)
6. Susu dan produk olahannya (keju, yogurt, dll)
7. Buah dan sayur kaya vitamin A (sayur dan buah berwarna)
8. Buah dan sayuran lainnya
Selain variasi dan keberagaman bahan pangan yang digunakan juga sangat perlu
memperhatikan jumlah dan frekuensi pemberiannya agar dapat memenuhi kebutuhan gizi
harian. Pemenuhan kebutuhan gizi harian pada balita mengacu pada Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan bagi Masyarakat Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku.
24
e. Terjangkau
Mudah diperoleh di sekitar rumah dengan harga yang relative murah.
f. Mudah didapatkan
Menggunakan bahan pangan lokal yang mudah didapatkan sepanjang tahun dan
berasal dari wilayah/desa setempat (Ditanam, diproduksi, dan dijual di wilayah
tersebut). Penggunaan bahan pangan desa setempat diharapkan meningkatkan
perekonomian masyarakat melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi
wilayah
g. Aman
Tidak mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan (bebas kumas, bahan
kimia, cemaran bahaya lainnya)
Mengacu standar komposisi satu kali pemberian makanan tambahan lokal diatas (Tabel
3.1) maka perhitungan bahan pangan rata-rata yang diperlukan sebagai berikut:
25
Tabel 3.2 Standar Bahan Pangan untuk membuat MT Lokal bagi Balita
Keterangan:
a. Jumlah bahan makanan (kuantitas) yang digunakan dalam satu kelompok
bahan makanan disesuaikan dengan Panduan Bahan Makanan Penukar
(lampiran). Misalnya: beras 60 gram (nasi 120 gram) dapat digantikan dengan
kentang 210 gram (2 buah sedang)
b. Buah sebaiknya menggunakan buah utuh. Selain karena lebih aman juga waktu
mengonsumsinya dapat disesuaikan.
c. Untuk menghitung kebutuhan bahan pangan yang akan dibeli perlu
mempertimbangkan berat kotor dan berat bersih.
d. Contoh perhitungan sebagai berikut:
26
Edukasi Gizi dan Kesehatan untuk Ibu Balita
Edukasi gizi dan kesehatan kepada ibu balita atau pengasuh dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan kegiatan PMT. Edukasi dapat berupa demonstrasi masak,
penyuluhan, konseling, dll. Edukasi gizi dan kesehatan bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu balita atau pengasuh antara lain:
1. Gizi seimbang untuk balita
2. Praktik pemberian ASI dan melanjutkan ASI sampai usia 2 tahun atau lebih
3. Praktik pemberian MP ASI sesuai rekomendasi
4. Pentingnya makanan tambahan untuk balita untuk perbaikan status gizi
5. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
6. Aspek kesehatan balita misalnya perawatan kesehatan balita, pemantauan
tanda bahaya, Imunisasi
7. Lain-lain
27
Pesan Kunci untuk Ibu Balita – lengkapi untuk anak 2-5 tahun:
• ASI adalah sumber gizi yang lengkap, cukup, dan seimbang bagi bayi
di bawah usia 6 bulan; kandungan proteinnya setara dengan protein
hewani
• Berikan protein hewani dalam jumlah yang cukup sedini mungkin saat
mulai pemberian MPASI (usiaanak 6 bulan)
• Konsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi berdasarkan usia secara
jumlah, frekuensi makan, konsistensi dan variasi makanan. Pada
baduta, pemberian makan harus sesuai Pedoman Pemberian Makan
Bayi dan Anak (PMBA)
• Konsumsi makanan yang mengandung zat gizi lengkap yaitu
karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, vitamin dan mineral
• Utamakan pemberian protein hewani pada asupan makanan balita.
Anak membutuhkan asupan protein dan lemak lebih banyak sedangkan
serat lebih sedikit dibandingkan orang dewasa.
• Disiplin dalam menjalankan prinsip keamanan pangan,
kebersihan, dan sanitasi lingkungan
28
BAB IV
PENYELENGGARAAN PMT LOKAL
BAGI IBU HAMIL DAN BALITA
29
Melaksanakan kegiatan PMT berbahan V V
pangan lokal
Melakukan promosi dan edukasi gizi V V
Melakukan pendampingan (membina, V V V V
memantau, mengevaluasi, mengawasi,
mengendalikan) secara berjenjang
Menyusun laporan (teknis dan V V V
administrasi) kegiatan PMT berbahan
pangan lokal
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan terdiri dari:
Hal pertama yang harus dilakukan oleh Puskesmas pada tahap perencanaan adalah:
1. Penetapan Tim Pelaksana
Penetapan tim pelaksana kegiatan dilakukan oleh Kepala Puskesmas. Tim
pelaksana kegiatan PMT dapat terdiri dari unsur pemerintah kabupaten/kota,
puskesmas, pemerintahan desa/kelurahan, tokoh masyarakat, PKK, dasa wisma,
karang taruna, masyarakat umum (kelompok tani, warung lokal), dll. Tim pelaksana
kegiatan ditetapkan dengan surat penunjukkan yang ditandatangi oleh Kepala
Puskesmas.
2. Verifikasi dan Penetapan Data Sasaran Penerima MT
Puskesmas berkoordinasi dengan pemerintahan desa/kelurahan dan melakukan
verifikasi terkait data sasaran penerima MT (konfirmasi jumlah, status gizi, usia, dan
domisili) berdasarkan wilayah kerja. Selanjutnya Puskesmas menetapkan sasaran
yang sudah diverifikasi.
3. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi dan sasaran penerima makanan tambahan (MT) berbahan pangan
lokal
a. Penetapan lokasi dan sasaran dilakukan oleh puskesmas berkoordinasi dengan
desa.
b. Penetapan sasaran dapat menggunakan data laporan rutin dalam sigiziterpadu.
Selanjutnya data tersebut perlu di verifikasi oleh desa untuk memastikan sasaran
pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal.
30
c. Data sasaran dicantumkan secara lengkap by name by address
d. Untuk menyepakati nama desa sebagai lokasi kegiatan sebaiknya
mempertimbangkan:
1) Jumlah sasaran
2) Kesiapan desa
3) Kombinasi dari berbagai pertimbangan yang memungkinkan program nanti
dapat berjalan dengan baik
4. Penyusunan Siklus Menu sesuai Standar
Penyusunan siklus menu dilakukan oleh tenaga gizi puskesmas dengan
memperhatikan ketersediaan sumber bahan pangan lokal setempat dan standar
yang telah ditetapkan (kandungan energi/kalori, protein, lemak). Siklus menu
dianjurkan dibuat dalam sedikitnya 7 (tujuh) hari siklus. Adanya siklus menu
diharapkan dapat mengantisipasi kebosanan konsumsi oleh sasaran. Selain itu
dengan adanya siklus menu juga dapat mengoptimalkan pemanfaatan bahan pangan
lokal.
5. Penyusunan Rencana Anggaran Kegiatan
Rencana anggaran kegiatan disusun oleh Puskesmas dengan mempertimbangkan
jumlah sasaran dan berbagai pertimbangan untuk kelancaran program. Anggaran
kegiatan yang dihitung meliputi:
1) Biaya pembelian bahan makanan
Biaya bahan makanan dan operasional digunakan untuk pembelian bahan
makanan. Biaya ini dialokasikan 80% dari unit cost
2) Biaya jasa penyelenggaraan/pengolahan makanan
Biaya jasa penyelenggaraan/pengolahan makanan sebesar 15% dari unit cost
Tidak diperkenankan mengalokasikan biaya untuk pembelian alat masak.
Alat yang diperlukan untuk pengolahan makanan dipenuhi dari peralatan yang
tersedia di desa.
3) Biaya operasional untuk dukungan manajemen
Biaya operasional untuk dukungan manajemen (ATK untuk penyusunan SPJ
kegiatan, penggandaan formulir-formulir pencatatan pelaporan, pembelian
alat makan, transport) dialokasikan sebesar 5% dari unit cost.
Catatan:
Anggaran unit cost setiap kali pemberian makan tambahan berbahan pangan lokal
disesuaikan dengan harga yang berlaku di daerah masing-masing dengan mengacu
pada data harga pangan strategis nasional atau SK terkait harga pangan yang
dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
31
6. Penyusunan Kerangka Acuan Pelaksanaan Kegiatan
Kerangka Acuan Kegiatan berisi:
1) Pendahuluan (Latar Belakang, Tujuan)
2) Tahap Pelaksanaan
3) Keluaran yang diharapkan
4) Anggaran/pembiayaan
5) Waktu Pelaksanaan kegiatan
6) Lampiran, antara lain:
a) Surat Penunjukkan Tim Pelaksanan Kegiatan
b) Daftar sasaran terverifikasi
c) Siklus Menu
d) Jadwal rinci pelaksanaan kegiatan
e) Lokasi kegiatan
f) Rencana Anggaran Kegiatan
Tahap Persiapan
1. Sosialisasi Kegiatan
Sebelum pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal, tim pelaksana
melakukan sosialisasi dan advokasi kepada stake holder terkait misalnya
pemerintahan desa/kelurahan, tokoh masyarakat, kader, dan sasaran penerima. Hal
penting yang perlu disampaikan saat pelaksanaan sosialisasi dan advokasi antara
lain:
a. rencana kegiatan pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal (waktu, tempat,
sumber daya, dll)
b. tujuan pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal
c. sasaran kegiatan
d. mekanisme pelaksanaan, dll
2. Pembekalan pada sumber daya yang terlibat
Setelah melakukan sosialisasi kegiatan PMT berbahan pangan lokal selanjutnya tim
pelaksana melakukan orientasi kepada sumber daya yang terlibat (misalnya
perangkat desa, kader, tenaga kesehatan di wilayah desa). Hal yang perlu
diorientasikan antara lain:
a. Rencana kegiatan pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal
b. Tugas dan fungsi sumber daya yang terlibat (pembagian tugas)
c. Mekanisme pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal
d. Prinsip dan Cara pengolahan makanan tambahan
32
e. Siklus Menu
f. Pencatatan dan pelaporan
g. dll
Tahap Pelaksanaan
1. Pembelian Bahan Makanan
a. Setelah siklus menu disusun, selanjutnya tenaga gizi puskesmas dibantu
pengolah makanan merencanakan kebutuhan bahan makanan yang perlu dibeli
untuk satu siklus menu.
b. Pembelian bahan makanan disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan
makanan.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian bahan makanan:
1) Memilih bahan makanan basah yang segar, tidak berbau, tidak busuk
2) tanggal kedaluwarsa
3) label halal dan izin edar makanan dalam negeri (MD)
4) jumlah yang dibeli sesuai dengan kebutuhan
5) waktu/musim
33
b. Prinsip – prinsip dalam pengolahan bahan makanan perlu diperhatikan untuk
mempertahankan zat gizi yang terkandung dalam bahan makanan serta
meningkatkan daya cerna makanan. Teknik pengolahan makanan antara lain:
34
● Siapkan bahan pembakar (arang/kayu)sampai
terbentuk bara api sebelum bahan makanan
dibakar
4. Membakar ● Lama pembakaran sampai tingkat kematangan
yang dikehendaki termasukbagian dalam bahan
makanan
● Untuk membakar daging atau pangan tinggi
protein, hindari sampai terbakar
(arang)
● Gunakan minyak goreng secukupnya
● Panaskan minyak goreng sampai suhu yang
5. Menggoreng
dikehendaki sebelum bahan dimasukkan
● Lama penggorengan sampai tingkat kematangan
yang dikehendaki termasukbagian dalam bahan
makanan
● Dianjurkan menggunakan minyak goreng yang
sama tidak lebih dari dua kali penggorengan
● Memasak makanan dengan minyaksedikit
● Panaskan minyak goreng sampai suhu yang
6. dikehendaki sebelum bahan dimasukkan
Menumis
● Lama memasak dengan waktu singkat
Sumber: Fellows, 2009
Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh kader, petugas kesehatan dari puskesmas
baik harian, mingguan, maupun bulanan mengacu formulir telampir.
36
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Pemantauan
Pemantauan dilakukan oleh tim pelaksana di puskesmas maupun secara berjenjang.
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi serta data pelaksanaan kegiatan
untuk bahan pengambilan keputusan dalam proses menjaga dan perbaikan pelaksanaan
kegiatan. Pemantauan dilakukan terhadap data keluaran antara lain input, proses, output
dan outcome.
Mekanisme pemantauan sebagai berikut:
a) Pendampingan dan pemanatauan dilakukan secara berjenjang
b) Tim pelaksana di puskesmas melakukan pendampingan dan pembinaan kegiatan
PMT secara berkesinambungan. Jika ada masalah segera melakukan koordinasi dan
tindakan perbaikan
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan PMT bagi ibu hamil dan
balita yang dapat dilihat dari aspek input, proses, output dan outcome dari pelaksanaan
kegiatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi
1. Peningkatan Berat Badan (BB) optimal Ibu sesuai dengan usia kehamilan
2. Peningkatan Berat Badan (BB) adekuat pada sasaran Balita Tidak Naik yang kurva
pertumbuhannya normal
3. Perbaikan status gizi yang dinilai berdasarkan indikator BB/U pada sasaran balita
underweight
4. Peningkatan status gizi yang dinilai dengan indikator BB/PB atau BB/TB pada balita
gizi kurang dengan atau tanpa stunting
37
BAB VI
PEMBIAYAAN DAN ADMINISTRASI
A. Pembiayaan
Sumber pembiayaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal dapat berasal dari berbagai
sumber antara lain APBN, Dana Transfer Daerah (DAK Non Fisik), APBD, Dana Desa,
dan sumber pendanaan lainnya. Komponen pembiayaan disesuaikan dengan aturan
yang berlaku. Pada prinsipnya tidak diperkenankan adanya duplikasi anggaran.
38
BAB VII
PENUTUP
PMT berbahan pangan lokal bertujuan untuk meningkatkan berat badan ibu hamil sesuai usia
kehamilannya dan meningkatkan status gizi balita. Kegiatan PMT dilakukan bersamaan
dengan kegiatan edukasi gizi dan kesehatan. Edukasi gizi dan kesehatan diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan sehingga jika diberikan terus menerus bersamaan dengan
kegiatan PMT dapat memperbaiki sikap dan perilaku sasaran dalam praktik pola asuh dalam
rangka mencegah masalah gizi dan kesehatan sasaran.
Buku petunjuk teknis ini disiapkan sebagai acuan bagi semua pihak terkait dalam pelaksanaan
PMT berbahan pangan lokal dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif
dan efisien.
39
DAFTAR PUSTAKA
Annan R.A., Webb P., B. R. (2014). Management of Moderate Acute Malnutrition ( MAM ):
Current Knowledge and Practice. September, 37.
Badan Pusat Statistik. (2020). Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi
berdasarkan Hasil Susenas Maret 2020 (Amiek Chamami & I. Sahara (eds.)). Badan
Pusat Statistik.
Imdad, A., & Bhutta, Z. A. (2012). Maternal nutrition and birth outcomes: Effect of balanced
protein-energy supplementation. Paediatric and Perinatal Epidemiology, 26(SUPPL. 1),
178–190. https://doi.org/10.1111/j.1365-3016.2012.01308.x
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu
Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat
Indonesia. In Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Pedoman Pemberian Makan pada Bayi
dan Anak.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pemberian Tablet Tambah
Darah (TTD) Bagi Ibu Hamil. 24.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021). Pedoman Pemantauan Pertumbuhan.
Kementerian Kesehatan RI (2022). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan pemberian Makanan
Tambahan Untuk Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK), Balika Berat Badan Tidak Naik/
Weight Faltering, Balika Berat Badan Kurang dan Gizi Kurang.
Riskesdas. (2018). Buku Saku Hasil Riskesdas Tahun 2018
Riskesdas. (2013). Buku Saku Hasil Riskesdas Tahun 2013
Riskesdas. (2007). Buku Saku Hasil Riskesdas Tahun 2007
SSGI. (2021). Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi,
dan Kabupaten/Kota Tahun 2021.
SSGI. (2022). Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi
dan Kabupaten/Kota Tahun 2022
WHO. (2012). Technical note: Supplementary foods for the management of moderate acute
malnutrition in infants and children 6–59 months of age. In International Journal of Heat
and Mass Transfer. https://doi.org/10.1016/0017-9310(85)90220-0
WHO. (2013). Essential Nutrition Actions: Improving Maternal, Newborn, Infant and Young
Child Health and Nutrition.
WHO. (2019). Essential nutrition actions: mainstreaming nutrition through the life-course.
World Health Organization.
WHO. (2021). Indicator for assesing infant and young child feeding practices. Definition and
measurement methods.
40
DAFTAR LAMPIRAN
41
Tim Penyusun
Pelindung :
Menteri Kesehatan
Pengarah:
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Ketua :
Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kontributor :
Prof. Dr. dr. A. Razak Thaha, M.Sc., Sp.GK.; Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH. Dr.PH; Prof.
dr. H. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D; Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS; Prof. Dr. Sri Sumarmi, SKM.,
M.Si; Dr. Rina Agustina, M.Gizi., Ph. D; Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG, Subspes. KFM; DR. dr.
Elvina Karyadi, M.Sc., Sp. GK; Dr. Agus Tri Winarto, SKM., M.Kes; dr. Tetra Fajarwati, M.Gizi;
Dr. Helda Khusun; …………
Tim Penyusun :
dr. Rivanni Noor, MKM; dr. Ario Baskoro, M.Sc., (IHM); Desi Agustini., S.Gz., Dyah Sari Utami,
SKM; Maya Rayyan, S.Psi., M.Psi; Tiara Karmila, S.Gz.; Zahrotus Sholuhiyah, S.Gz; Nyimas
Septiani Wulandari, S.Gz; Esti Katherini Adhi, SST, MKM; Mahmud Fauzi, SKM, MKes; Nurul
Dina Rahmawati, S.Gz., M.Sc; Dr. Agus Triwinarno; Dr.Hera Nurlita, MKes; Yuni Zahraini.,
SKM., MKM; Della Rossa, SKM., MKM……………….
Tim Editor:
Dewi Astuti, S.Gz., MKM., Eko Prihastono, SKM., MA., Tiska Yumeida, SKM., MA., MSE; Siti
Masruroh, S.Gz, MKM
42