Pendahuuan
Pendahuuan
Kultur pendidikan dari masa ke masa baik yang terjadi di desa maupun di kota
nampak memiliki kesamaan utamanya dalam hal metode pendidikan. Dalam UUD 1945 dan
UU Standar Pendidikan Nasional (SPN) 2003 di mana pemerintah (negara) memiliki posisi
ultim dalam proses penyelenggaraan pendidikan bagi warga negaranya dengan sebaikbaiknya
demi mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Ihwal tersebut ditegas dalam UUSPN
Pasal 11 butir (1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi. Amanah dalam pasal tersebut menjadi anak tangga menuju tujuan
pendidikan yang sebenarnya. Akan tetapi gagasan bahwa setiap warga negara berhak
memperoleh pendidikan karena perkara tersebut merupakan hak setiap warga negara,
nampaknya bias terhadap kenyataan. Hal tersebut dibuktikan dengan sekelumit permasalahan
signifikan tentang pendidikan yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia khususnya
kesenjangan pendidikan di pedesaan baik dari segi infrastruktur, ketersediaan tenaga pendidik
yang kompeten maupun persoalan akses pendidikan. Bentuk dan jenis kesenjangan
pendidikan mayoritas terjadi di pedesaan serta mengenai semangat memperoleh pendidikan,
hampir dapat dipastikan bahwa masyarakat desa memiliki semangat juang di atas rata-rata
daripada masyarakat kota.
Membicarakan soal pemuda, generasi muda merupakan aset bangsa, namun banyak
dari pemuda yang saat ini kurang memiliki rasa tanggung jawab sosial dalam dirinya
terutama tanggung jawab dalam hal pendidikan. Selain melalui pendidikan, rasa tanggung
jawab pemuda dapat diwujudkan melalui organisasi, salah satunya adalah Karang Taruna
sebagai organisasi sosial berbasis kepemudaan yang memiliki peran penting dalam
mewujudkan tanggung jawab sosial pemuda. Remaja ataupun generasi muda merupakan
generasi yang akan mewarisi negara Indonesia pada masa yang akan datang. Berbagai
harapan diletakkan agar mereka berupaya menjadi individu yang berguna serta mampu
menyumbang ke arah kesejahteraan Negara secara keseluruhan.
Salah satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yaitu melalui
organisasi pemuda. Seiring dengan perkembangan zaman organisasi pemuda juga mengalami
perkembangan. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya organisasiorganisasi pemuda yaitu:
Organisasi Karang Taruna, Organisasi Pemuda Pancasila (PP), Organisasi Ikatan Pemuda
Karya (IPK), Organisasi Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), dan lain-lain.
Pada dasarnya keberadaan organisasi-organisasi pemuda tersebut dimaksudkan untuk
menjadi wadah penempatan diri para pemuda dalam rangka persiapan memasuki kehidupan
yang sebenar-benaraya di tengahtengah masyarakat, dan juga sebagai wadah komunikasi dan
pemersatu generasi muda. Karang taruna merupakan salah satu organisasi pemuda yang tidak
asing lagi karena merupakan wadah yang telah memiliki misi untuk membina generasi muda
khususnya di pedesaan. Adapun visi karang taruna yaitu sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan kreativitas generasi muda yang berkelanjutan untuk menjalin persaudaraan
dan rasa kebersamaan menjadi mitra organisasi lembaga, baik kepemudaan ataupun
pemerintah dalam pengembangan kreativitas. Kemampuan dibidang kesejahteraan sosial baik
untuk masyarakat dilingkungan sekitar ataupun di wilayah lain.
Kultur pendidikan dari masa ke masa baik yang terjadi di desa maupun di kota
nampak memiliki kesamaan utamanya dalam hal metode pendidikan. Dalam UUD 1945 dan
UU Standar Pendidikan Nasional (SPN) 2003 di mana pemerintah (negara) memiliki posisi
ultim dalam proses penyelenggaraan pendidikan bagi warga negaranya dengan sebaikbaiknya
demi mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Ihwal tersebut ditegas dalam UUSPN
Pasal 11 butir (1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi. Amanah dalam pasal tersebut menjadi anak tangga menuju tujuan
pendidikan yang sebenarnya. Akan tetapi gagasan bahwa setiap warga negara berhak
memperoleh pendidikan karena perkara tersebut merupakan hak setiap warga negara,
nampaknya bias terhadap kenyataan. Hal tersebut dibuktikan dengan sekelumit permasalahan
signifikan tentang pendidikan yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia khususnya
kesenjangan pendidikan di pedesaan baik dari segi infrastruktur, ketersediaan tenaga pendidik
yang kompeten maupun persoalan akses pendidikan. Bentuk dan jenis kesenjangan
pendidikan mayoritas terjadi di pedesaan serta mengenai semangat memperoleh pendidikan,
hampir dapat dipastikan bahwa masyarakat desa memiliki semangat juang di atas rata-rata
daripada masyarakat kota.