Makalah Pengembangan Paragraf

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah karangan ilmiah tidak mungkin baik bila paragraf-paragraf
penyusunnya tidak baik. Sama halnya dengan paragraf, tidak mungkin
menjadi paragraf yang baik bila kalimat-kalimat penyusunnya juga tidak
baik.
Demikian juga dengan kalimat, tidak mungkin diperoleh kalimat yang baik
bila kata-kata penyusunnya tidak tepat dan tidak sesuai. Berkaitan dengan
tugas
yang diberikan maka kelompok kami akan membahas tentang syarat-syarat
dan pola pengembangan sebuah paragraf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja syarat-syarat dalam menyusun suatu paragraf?
2. Apa saja pola-pola dalam pengembangan paragraf?

C. Tujuan
1. Mengetahui syarat-syarat dalam menyusun suatu paragraf
2. Mengetahui pola-pola dalam pengembangan paragraph

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu memberikan kajian tentang syarat-syarat
dalam menyusun suatu paragraf, dan pola pengembangan paragraf.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SYARAT-SYARAT DALAM MENYUSUN SUATU PARAGRAF


Dalam pembentukan/pengembangan paragraf, perlu diperhatikan
persyaratan- persyaratan berikut :

1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan ialah paragraf harus memperhatikan dengan
jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Sebuah paragraf dikatakan
memiliki kesatuan bila unsur-unsurnya bersama-sama bergerak menunjang
sebuah maksud tunggal atau gagasan utamanya. Uraian-uraian dalam sebuah
paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain,
uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan
merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf
harus terfokus pada gagasan pokok.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini :
Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama.
Hal ini sangat tergantung pada besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga
yang berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit
terpenuhi. (ain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat
menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk membangun tempat-tempat
beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya. Tempat ibadah memang perlu bagi
masyarakat. *ada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong
royong dan sangat mengandalkan sumbangan para derma+an. *erbedaan
penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah
antara Si kaya dan Si miskin.

2. Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau
kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-
kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-
kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan
memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah
memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya
perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus
sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut :
• Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah
disebutkan sebelumnya, misalnya: lebihlebih lagi, tambahan, selanjutnya, di
samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua, ketiga,
akhirnya, tambahan pula, demikian juga.
• Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti,
dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebaliknya, sama sekali tidak,
biarpun, meskipun.
• Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah

is eb u tk a n s e b e l u m n y ; m anapun, +alaupun
de m ik ia n , se b a li k n y a , sa m a
i a ln y a : te t a p , n a m u n, b a g a im
se k a li t ida k , b ia r p u n, m es k ip u n .
2
• Hubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu,
karena itu, jadi, maka, akibatnya.
• Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera,
beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian.
• Hubungan yang menyatakan singkatan, misal: pendeknya, ringkasnya, secara
singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya,
yakni, sesungguhnya.
• Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di
seberang, berdekatan, berdampingan dengan.

3. Konherensi
Sebuah paragraf bukanlah sebuah tumpukan kalimat-kalimat yang masing-
masing bersdiri sendiri, tetapi kalimat-kalimat itu dibangun oleh adanya hubungan
timbal-balik. Dengan demikian diperlukan urutan pikiran yang koheren (terpadu),
sehinga tidak terdapat loncatan pikiran yang membingungkan. Suatu paragraf
dikatakan koheren jika kalimat-kalimat itu saling berhubungan untuk mendukung
pikiran utama.

4. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang
cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh-contoh berikut ini:
• /ontoh pertama
Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka
berselisih dan bersengketa.
/ontoh paragraf di atas hanya diperluas dengan perulangan.
*engembangannya pun tidak maksimal.
• /ontoh kedua
Masalah kelautan yang dihadapi de+asa ini ialah tidak adanya peminat atau
penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni
darat atau burung-burung yang indah
/ontoh paragraf kedua di atas merupakan contoh paragraf yang tidak
dikembangkan. *aragraf di atas hanya terdiri dari kalimat topik saja. /ontoh ketiga
berikut ini merupakan contoh pengembangan dari contoh paragraf kedua di atas.

B. POLA-POLA DALAM PENGEMBANGAN PARAGRAF

Adapun pola pengembangan paragraf itu sendiri antara lain sebagai berikut:
1. Pola Klimaks Dan Antiklimaks
*embuatan klimaks dilakukan dengan penampilan gagasan utama yang rinci
dari persoalan yang paling rendah kedudukannya. Sementara itu pengembangan
antiklimaks merupakan kebalikan dari klimaks.
0agasan utama mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan ba+ahan yang
dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan
gagasan lain hingga gagasan yang paling tinggi kedudukan/kepentingannya.
/ontoh berikut kiranya dapat memperjelas uraian ini :
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman seiring dengan
k majuan tehnologi yang dicapai umat manusia. *ada +aktu mesin uap baru jaya-

3
jayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. *ada +aktu tank menjadi
pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank.
Keturunan traktor model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang,
yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil
perusahaan
/arterpillar. Di samping /arterpillar, Ford pun tidak ketinggalan dalam pembuatan
traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak mau kalah bersaing
dalam bidang ini. *roduk Jepang yang khas di 3ndonesia terkenal dengan nama
padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari model-model
sebelumnya.
*ikiran utama dari paragraf di atas adalah 4bentuk traktor mengalami
perkembangan dari 5aman ke 5aman”. *ikiran utama itu kemudian dirinci dengan
gagasan-gagasan bah+a traktor yang dijalankan dengan mesin uap, traktor yang
memakai roda rantai, traktor buatan Ford, dan traktor buatan Jepang.
7ariasi dari klimaks ialah antiklimaks. *engembangan dengan antiklimaks
dilakukan dengan cara menguraikan gagasan dari yang paling tinggi
kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun ke gagasan lain yang lebih
rendah.

2. Pola Umum-Khusus (Bersifat Deduktif)


Dia+ali dengan pernyataan yang sifatnya umum. Ditandai dengan kata-kata
8umumnya9, 8banyak9. *ernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan pernyataan
berikutnya yang lebih khusus. *aragraf umum khusus dikembangkan dengan
meletakkan pikiran utama pada a+al paragraf kemudian rician-rincian berada
pada
kalimat-kalimat berikutnya.
/ontoh :
Salah satu kedudukan bahasa 3ndonesia adalah sebagai bahasa nasional.
Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah *emuda pada tanggal 28
Oktober 1<28. Kedudukan ini mungkinkan oleh kenyataan bah+a bahasa Melayu
yang mendasari bahasa 3ndonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-
abad diseluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya
persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan
bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.

3. Pola Khusus-Umum (Bersifat Induktif)


Sebaliknya dari paragraf khusus umum, mula-mula dikembangkan rincian-
rincian kemudian pada akhir paragraf disampaikan generalisasinya.
/ontoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di pinggir jalan masuk. Sebagian lagi
duduk santai di atas motor dan mobil yang diparkir seenaknya di kiri dan kanan
jalan masuk. Ka+asan bandara sore ini memang benar-benar telah dibanjiri lautan
manusia.
/ontoh induktif lainnya :
Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat menyurat yang
dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya ditulis dalam
bahasa 3ndonesia. *idato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan
diucapkan dengan bahasa 3ndonesia. Hanya dalam keadaan tertentu , demi
kepentingan antarbangsa kadangkadang pidato resmi ditulis dan diucapkan dalam
bahasa asing, terutama bahasa 3nggris. Demikian juga pemakaian bahasa
3ndoensia oleh
4
masyarakat dalam upacara, peristi+a, dan kegiatan kenegaraan . Dengan kata lain,

5
komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat berlangsung
dengan menggunakan bahasa 3ndonesia.

4. Pola Perbandingan
*ola yang membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau
persamaan. *aragraf perbandingan dan pertentangan ialah cara pengarang
menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang , subjek atau gagasan
dengan bertolak dari segi-segi tertentu.
/ontoh :
Sepak bola adalah olahraga paling populer di dunia banyak orang memainkan
olahraga ini mulai dari anak-anak hingga orang de+asa. Namun seiring dengan
perkembangan 5aman lapangan sepak bola sudah sangat sulit untuk di temukan
di kota-kota besar di Jakarta. Sehingga banyak yang beralih ke olahraga futsal.
Futsal sendiri adalah olahraga yang hampir serupa dengan sepak bola hanya saja
untuk olahraga futsal hanya dimainkan oleh > orang dalam satu tim sehingga
lapangan yang digunakan pun lebih kecil dibandingkan dengan sepak bola.

5. Pola Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan
objek lain yang memiliki suatu kesamaan atau kemiripan, biasanya dilakukan
dengan bantuan kiasan. Kata-kata kiasan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti
dan bagaikan. *engembangan analogi biasanya digunakan untuk membandingkan
sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang tidak dikenal umum.
/ontoh :
Hidup manusia ibarat roda yang terus berputar. Kadang ada di atas dan
kadang berada di ba+ah. Saat mereka berada di atas mereka bisa mendapatkan
apapun yang mereka inginkan, tapi sebaliknya ketika mereka berada di ba+ah
sulit sekali untuk meraih keinginan yang mereka dambakan. Ada kalanya bagi
mereka yang sedang berada di atas janganlah bersikap sombong dan ingatlah
bah+a kesuksesab tersebut hanya bersifat sementara. Dan bagi mereka yang
berada di ba+ah, janganlah berputus asa. Karena masih banyak cara untuk
mendapatkan kesuksesan tersebut yaitu dengan berusaha dan berdoa.

6. Pola Sebab-Akibat
*engembangan paragraf dengan cara Sebab — Akibat dilakukan jika
menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat.
Ungkapan yang sering digunakan yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan
karena. Sebab dapat bertindak sebagai kalimat utama, sedangkan akibat
merupakan kalimat penjelas. Dapat pula sebaliknya , akibat sebagai pikiran utama
dan sebab sebagai pikiran penjelas.
/ontoh :
Kebiasaan untuk membuang sampah harus ditanamkan sejak dini dalam
keseharia kita. Karena masayarakat pada umunya masih kurang memiliki
kesadaran untuk mencintai dan menjaga serta melestarikan alam lingkungan kita
sendiri. Mereka menganggap hal tersebut hanyalah slogan yang tidak perlu
diperhatikan. Tanpa rasa bersalah mereka membuang sampah sembarangan
sehingga lingkungan sekitar kita menjadi kotor dan tidak sehat. Dan bila musim
hujan tiba, banjir melanda ibukota. Kalau sudah terjadi seperti itu, maka orang-
orang akan menyalahkan orang lain atas kejadian tersebut tanpa mereka sadari
kalau bencana itu akibat dari ulah mereka sendiri.

6
7. Pola Proses
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk menciptakan
atau menghasilkan suatu peristi+a.
/ontoh :
*ohon anggur selain airnya dapat diminum, daunnya pun dapat digunakan
sebagai pembersih +ajah. /aranya, ambillah daun anggur secukupnya. (alu
tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya.
Tunggu sampai mendidih. Setelah ramuan mendingin, ramuan siap digunakan.
Oleskan ramuan pada +ajah, tunggu beberapa saat, lalu bersihkan.

8. Pola Sudut Pandang


Merupakan tempat pengarang melihat atau menceritakan suatu hal. Sudut
pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu barang. Misalnya
dari samping, dari atas, atau dari ba+ah. Sebagai orang pertama, orang kedua,
atau orang ketiga.
/ontoh :
Dengan tersipu 3mas dan Jaka menghalau kerbau mereka ke sungai.
Bersama- sama mereka memandikan kerbaunya. Mereka pun sama-sama mandi.
Namun hal itu tidak lama karena hari sudah senja. Ayah 3mas melinting rokok di
depan gubuk kecilnya semabrai menunggu 3mas pulang. Malam pun terasa mulai
sunyi. Dari tepi hutan terdengar lolongan anjing.

9. Pola Generalisasi
Adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum
berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau p+eristi+a khusus yang
dikemukakan harus cukup dan dapat me+akili.
/ontoh :
Berdasarkan data keuangan tahun 2@@<, laba yang didapatkan oleh *T X
adalah sebesar 2>@ juta rupiah. Dimana pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun
2@@8 perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar >@@ juta rupiah. Hal ini
menunjujkan bah+a perusahaan mengalami penurunan dalam menghasilkan laba
sebesar 2>@ juta rupiah atau turun sebesar >@% dari tahun sebelumnya. (aporan
menjadi eCaluasi perusahaan tentang kinerja perusahaan mereka. *ihak
manajemenpun dituntut untuk segera mengambil kebijakan untuk mengatasi hal
tersebut.

10. Pola Klasifikasi


*ola ini merupakan penggunaan cara pengelompokkan hal-hal yang sama
untuk memperjelas kalimat utama. *ada mulanya penulis mengelompokkan suatu
hal berdasarkan persamaannya, Kemudian diperinci lagi lebih lanjut kedalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil dan detail. *engelompokkan yang didasarkan
pada persamaan biasanya dapat memberikan sebuah simpulan yang tepat.
Dalam pengembangan karangan kadang-kadang diperlukan pengelompokan
hal-hal yang mempunyai persamaan. *engelompokan ini bekerja kedua arah yang
berla+anan, yaitu pertama mempersatukan satuan-satuan kedalam satu
kelompok., dan kedua, memisahkan satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain.
/ontoh:
Dalam karang mengarang atau tulis menulis, dituntut beberapa kemampuan
antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan
pengembangan atau penyajian.Yang termasuk kemampuan kebahasaan adalah

7
kemampuan menerapkan ejaan,pungtuasi,kosa kata, diksi, dan kalimat.
Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan pengembangan ialah kemampuan
menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan,
dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.

11. Pola Interatif


*aragraf interatif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-

teng/ahonbtaoghia: n paragraf (di antara a+al dan akhir paragraf).


Seminggu menjelang hari raya 3dhul Fitri, kebutuhan masyarakat semakin
meningkat. Mulai dari harga makanan pokok hingga sandang. Masyarakat
kha+atir jika tidak mempersiapkan kebutuhan hari raya dari sekarang, stok
kebutuhan menjelang hari raya semakin sedikit. Seriring meningkatnya kebutuhan
orang banyak, rupanya kekha+atiran masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh para
pedagang untuk meningkatkan harga kebutuhan pokok. Karena perbuatan
pedagang yang seperti ini, terpaksa masyarakat harus membeli dengan harga
tinggi.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Terdapat empat syarat dalam penyusunan suatu paragraf, yaitu meliputi


kesatuan, kepaduan, konherensi, dan kelengkapan.
2. Terdapat sebelas pola-pola dalam pengembangan paragraf, yaitu meliputi
pola klimaks dan anti klimaks, pola umum-khusus, pola khusus-umum,
pola
perbandingan, pola analogi, pola sebab-akibat, pola proses, pola sudut
pandang, pola generalisasi, pola klasifikasi, dan pola interatif.

B. SARAN

*ada kesempatan ini kelompok kami menyarankan kepada semua pihak


yang merasa mempunyai gagasan dalam mengembangkan pendidikan di
dunia tulis menulis, agar selalu menuangkan gagasanya dalam bentuk tulisan
dengan mengembangkan keilmuannya.
Dan kelompok kami juga menyarankan kepada semua pihak agar lebih
mencintai bahasa 3ndonesia dari bahasa-bahasa asing lainnya, karena bahasa

p3nedmoneresaiatu saudkaula-shukubabhansgasnayyaanogr andga


d3in3dnodnoenseisai,a. dan merupakan bahasa

Anda mungkin juga menyukai