Anda di halaman 1dari 15

Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 8 No.

1 (2023): 1-15

Pemanfaatan Reels Instagram Untuk Meningkatkan Fungsi Informasi di


Perpustakaan PEVITA

Anna Nurhayati1; Ria Dyan Rahayu


1
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta
annanurhayatisapen@gmail.com

Disubmit: 2 Oktober 2022 | Direview: 31 Januari 2023 | Diterima: 20 Juli 2023

ABSTRACT
The function of library information has the meaning of a library as a place for providing all kinds of information in
various forms and formats. The current information society raises the behavior of seeking information with various
technological media. This article is the result of action research with 2 cycles on the use of Instagram reels to improve
the function of library information on the @pevita library account. Collecting data using questionnaires, observations
and interviews. This action research data analysis is descriptive qualitative and quantitative. The results showed that
the use of Instagram reels was considered effective in improving the information function of the PEVITA library.
Cycle 1 shows 76% of respondents agree, and in cycle 2 it increases to 86%. The strategies used by librarians in
utilizing these reels are to: (1) carry out initial coordination with the core social media team; (2) determine content;
(3) implementation of content creation; (4) monitoring and evaluation

ABSTRAK
Fungsi informasi perpustakaan memiliki arti sebuah perpustakaan sebagai tempat penyedia segala hal informasi
dalam berbagai bentuk dan format. Masyarakat informasi saat ini memunculkan prilaku pencarian informasi
denggan berbagai media berteknologi. Artikel ini merupakan hasil penelitian tindakan dengan 2 siklus tentang
pemanfaatan reels instagram guna meningkatkan fungsi informasi perpustakaan pada akun @perpustakaan pevita.
Pengumpulan data menggunakan angket, observasi dan wawancara. Analisis data penelitian tindakan ini bersifat
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan reels instagram dinilai efektif
guna meningkatkan fungsi informasi perpustakaan PEVITA. Siklus 1 menunjukkan 76% responden menyetujui, dan
pada siklus 2 naik menjadi 86%. Strategi yang digunakan pustakawan dalam memanfaatkan reels ini adalah dengan:
(1) melakukan koordinasi awal dengan tim inti media sosial; (2) menentukan konten; (3) pelaksanaan pembuatan
konten; (4) monitoring dan evaluasi

Keywords: library information function; Reels; Instagram

PENDAHULUAN
Perpustakaan umum menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan, informasi dan media pendidikan bagi
masyarakat luas. Oleh karenanya layanan yang diberikan mengedepankan kesetaraan yang dapat diakses
untuk semua kalangan tanpa memandang perbedaan. Salah satu fungsi perpustakaan adalah sebagai pusat
informasi yang artinya penyediaan informasi dapat dengan mudah diakses. Konteks fungsi informasi pada
perpustakaan umum adalah bagaimana menyediakan informasi lebih beragam dibandingkan jenis
perpustakaan lain. Kecepatan dan ketepatan penyampaian informasi membutuhkan pengelolaan khusus
agar fungsi informasi sebuah perpustakaan dapat dikembangkan dengan maksimal.

1
Anna, Pemanfaatan

Ketersediaan sarana dan media informasi yang semakin canggih dan berkualitas membawa pengaruh pada
perilaku masyarakat dalam mendapatkan akses informasi. Yosio (2022) menjelaskan bahwa Lembaga
Survei Katadata Insight Center (KIC) bersama Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tentang
status literasi digital 2021 menunjukkan bahwa 73 persen respondennya menyatakan bahwa media sosial
dijadikan akses untuk memperolah informasi, disusul dengan televisi dan media online. Data reportal
menyatakan tiga media sosial yang paling digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah youtube, facebook
dan instagram. Menurut data lembaga survei We Are Social yang dilansir dari Data Indonesia Id (2022)
menyatakan, hingga April 2022 Indonesia menjadi negara pengguna aktif instagram keempat. Instagram
merupakan jenis media sosial dalam bentuk jejaring yang menghimpun orang atau kelompok, hingga saling
berhubungan satu sama lain di dunia maya. Instagram memiliki beberapa fitur yang dapat digunakan
berbagai informasi antara lain. Feed, IG TV, reels, story dengan keunggulan masing-masing untuk
penyebaran informasi.

Data di atas tentu menjadi pertimbangan perpustakaan untuk bertranformasi dalam melakukan penyebaran
informasi terseleksi menggunakan media yang paling banyak diminati masyarakat, sehingga fungsi
informasi semakin terlihat. Penelitian tentang pemanfaatan media instagram di perpustakaan telah banyak
dilakukan. Suharso & Pramesti (2020) dalam penelitian pada akun instagram perpustakaan Universitas
Airlangga menyatakan bahwa, instagram efektif sebagai sarana promosi antara lain pengenalan,
komunikasi dan membangun citra positif. Promosi dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas seperti unggah
video dan foto, story, live instagram. Kenyataannya pemanfaatan berbagai media sosial di perpustakaan
dinilai belum maksimal. Suharso dan Muntiah (2020) dalam penelitian lanjut menyatakan penggunaan
media sosial di perpustakaan sekedar mengikuti trend sebagai media promosi. Hal ini ditunjukkan dengan
postingan yang tidak konsisten, sehingga hubungan antara perpustakaan dan pengguna tidak terbangun
baik.

Akun @perpustakaan_pevita merupakan salah satu akun Perpustakaan Alternatif Wilayah Selatan Kota
Yogyakarta (PEVITA). Hasil pengamatan awal pemanfaatan instagram @perpustakaan_pevita sejak
pertama akun dibuat pada tahun 2019 hingga tahun 2021 menunjukkan bahwa, hanya terdapat 382
unggahan dengan 839 followers. Dari jumlah ini unggahan yang bersifat informasi atau pengetahuan baru
masih minim, bahkan sebagian besar postingan masih terbatas pada hal-hal yang bersifat pemberitahuan,
seperti aktifitas perpustakaan dan pengumuman peringatan hari besar nasional. Hal ini menunjukkan
pemanfaatan instagram sebagai media meningkatkan kualitas fungsi informasi belum maksimal. Kurnia et
al., (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan kuat antara pemanfaatan instagram dengan kemampuan
media. Pemanfaatan media sosial tidak terbatas sebagai alat komunikasi dan interaksi saja, namun juga
dapat digunakan sebagai alat pencari informasi.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa fungsi instagram bukan sekedar sebagai media promosi saja,
namun juga dapat dijadikan sumber informasi. Selain itu dibutuhkan kemampuan media bagi pengelola
agar instagram dapat dimaksimalkan untuk mendukung fungsi informasi perpustakaan. Untuk
memaksimalkan fungsi informasi perpustakaan melalui media sosial, para pustakawan PEVITA mencoba
memanfaatkan salah satu fitur instagram yaitu reels. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pemanfaatan fitur reels efektif meningkatkan fungsi informasi perpustakaan PEVITA. Selain itu juga
memberikan manfaat berupa gambaran nyata bagi perpustakaan lain yang ingin menggunakan media
instagram guna memaksimalkan fungsi perpustakaan melalui media online.

2
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 8 No. (1): 1-15

Fungsi Informasi Perpustakaan


IFLA, (2010) menyebutkan bahwa kegiatan akses dan memahami informasi menjadi hak asasi manusia.
Banyaknya informasi yang tersedia secara terbuka menjadikan peran perpustakaan semakin terlihat. Peran
kunci perpustakaan sebagai institusi layanan publik yang terbuka adalah menyediakan, mengolah,
memanfaatkan hingga menyebarluaskan informasi. Perpustakaan umum memiliki tanggung jawab khusus
untuk mengumpulkan dan menyediakan informasi budaya lokal. Pengumpulan informasi perpustakaan
umum sedapat mungkin bekerja sama dengan lembaga lain untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia
sebaik mungkin.

Informasi sangat penting bagi perkembangan individu dan masyarakat, dan teknologi informasi
memberikan kekuatan yang cukup besar bagi mereka yang mampu mengakses dan menggunakannya.
Percepatan pertumbuhan informasi masih terkendala dengan masalah keterbatasan akses. Pemanfaatan
media di perpustakaan sangat diperlukan guna membantu penyebaran informasi sangat dibutuhkan agar
masyarakat dapat memenuhi informasi sehingga kesenjangan kebutuhan informasi semakin dekat.

Hartono (2017) menyebutkan bahwa fungsi informasi sebuah perpustakaan memuat tentang penyediaan
informasi yang berkaitan dengan kepemilikan bahan pustaka, aktivitas layanan perpustakaan serta
informasi seputar perpustakaan. Penyediaan informasi di perpustakaan tentu memperhatikan kebutuhan
sehingga jenis koleksi yang disediakan ditentukan dengan jenis perpustakaan. Informasi yang disajikan
dalam bentuk layanan referensi atau rujukan. Suwarno (2010) menjelaskan informasi di perpustakaan akan
memiliki nilai lebih dari sisi manfaat produktif, apabila proses pengelolaannya dikemas dengan benar, tepat,
cepat, dikemas dengan menarik dan siap saji.

Krismayani (2018) menyebutkan terdapat miskonsepsi tentang keberhasilan sebuah perpustakan diukur dari
ketersediaan informasi yang disediakan. Terdapat indikator lain keberhasilan perpustakaan yaitu seberapa
besar tingkat ketermanfaatan informasi di perpustakaan. Fungsi informasi perpustakaan juga tampak pada
kemandirian pemustaka dalam berinformasi, yang nantinya tercipta pemustaka dengan tingkat literasi
tinggi.

Berdasar beberapa pendapat ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan secara khusus bahwa fungsi informasi
perpustakaan dapat dilihat dari: (1) penyediaan, pengelolaan dan penyebaran ragam informasi; (2)
pengemasan kembali informasi; (3) kesiapan memberikan layanan rujukan; (4) menciptakan pemustaka
dengan literasi informasi tinggi.

Instagram
Chesher (2012) menjelaskan tentang pengertian instagram adalah aplikasi fotografi sosial yang dirancang
untuk smartphone dimana pengguna mendapatkan makna visual dan tekstual, dan dapat digunakan untuk
saling berinteraksi. Instagram dapat digolongkan sebagai layanan jejaring sosial karena memungkinkan
pengguna untuk membuat profil pribadi dan 'mengikuti' hubungan dengan pengguna lain. Hubungan ini
asimetris karena pengguna tidak diharuskan untuk membalas. Sebagian besar layanan jejaring sosial
memiliki sejumlah fungsi dasar yang sama: pembuatan profil, kemampuan untuk menghasilkan daftar
pengguna yang berafiliasi, penyesuaian privasi, dan mekanisme untuk melihat aktivitas pengguna yang

3
Anna, Pemanfaatan

berafiliasi atau sering disebut followers (pengikut). Instagram memiliki beberapa atribut karakteristik
seperti pengarsipan, duplikasi konten, serta kemampuan pencarian.
Jenkins et al. (2013) menyebutkan bahwa instagram sebagai layanan jejaring sosial menjadi sarana
distribusi gambar yang dibagikan kepada khalayak dalam budaya parsitipatif. Pittman & Reich (2016)
dalam survey penelitian dengan desain campuran tentang kecenderungan orang menggunakan media sosial.
Hasil kuantitatif menunjukkan kebahagiaan dan kepuasan hidup meningkat dengan menggunakan media
sosial berbasis gambar (instagram dan snapchat) dari pada berbasis teks (Facebook, twitter).

Abbott et al., (2014) menjelaskan bahwa penggunaan instagram di bidang perpustakaan terbagi menjadi
dua tujuan, pertama untuk keterlibatan, berkaitan dengan saling terhubung antar pengguna maupun group
dan kolaborasi. Kedua, untuk promosi, berhubungan dengan menunjukkan profil dan nilai perpustakaan
serta menginormasikan tentang acara, koleksi dan layanan. Vitasari & Hasanudin (2022) menjelaskan sejak
Juni 2021 instagram meluncurkan fitur video singkat bernama reels. Fitur ini memiliki fungsi serupa dengan
aplikasi TikTok antara lain sebagai sarana ekspresi diri, sebagai ajang kreativitas beberapa foto dan video
atau gabungan keduanya, sebagai penyimpanan lebih dari satu video yang menarik.

Menurut Sari (2021) mengatakan bahwa fitur reels tentu memiliki kelebihan antara lain, tools yang menarik
dan bervariasi sehingga mendukung sebagai media informasi, saat ini secara terus menerus sedang
mengalami peningkatan reach dan impressions audiens yang cukup tinggi, dapat menciptakan trend
tersendiri hingga dapat merekam banyak klip dengan beragam efek, serta kecepatan durasi yang mudah
diatur.

METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan. Sukmadinata (2020) menjelaskan bahwa, penelitian
tindakan merupakan suatu pencarian secara sistematik yang dilaksanakan oleh pelaksana program dalam
kegiatannya sendiri, terkait dengan pengumpulan data pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan
untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan. Penelitian tindakan
menjadi sebuah proses yang dirangkai dalam bentuk yaitu, pengumpulan data, penyusunan rencana,
pelaksanaan rencana berupa tindakan, evaluasi dan penyempurnaan tindakan yang telah dilakukan.
Kehadiran peneliti sebagai pustakawan memiliki komitmen untuk meningkatkan kemampuan profesional,
sekaligus menyempurnakan program yang direalisasikan dalam kegiatan sehari-hari. Peneliti saat ini
menjadi penanggungjawab dan editor konten media sosial di perpustakaan PEVITA. Peneliti sebagai
human instrument yang akan menentukan fokus, informan, pengumpul data, analisis data hingga
memberikan kesimpulan.

Penelitian tindakan ini adalah proses peneliti sebagai pustakawan yang sedang menerapkan pemanfaatan
reels instagram di lingkungan kerjanya, sebagai media penyebaran informasi dan pengetahuan, guna
meningkatkan fungsi informasi perpustakaan. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juni-September
2022 di Perpustakaan PEVITA, Jl Mayjen Sutoyo No.32, Yogyakarta. Penelitian tindakan ini menggunakan
model spiral dari Kemmis dan Taggart, dengan tiga langkah yaitu tahap perencanaan (plan), tahap
pelaksanaan dan observasi (act and observe), tahap refleksi (reflect). Prosedur pada penelitian ini dilakukan
sebanyak 2 siklus. Metode ini dipilih karena lugas dan sederhana sehingga mudah diaplikasikan dalam
penelitian. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) penyediaan informasi; (2)

4
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 8 No. (1): 1-15

pengelolaan dan penyebaran ragam informasi; (3) pengemasan kembali informasi; (4) kesiapan
memberikan layanan rujukan; (5) menciptakan pemustaka dengan literasi informasi tinggi.

Adapun teknik pengumpulan data dengan rincian, untuk mengetahui pengalaman dan mengungkap proses
pembuatan konten dilakukan dengan observasi partisipasif berupa check list, serta wawancara kepada 3
pemustaka yang paling sering memberikan interaksi terhadap akun perpustakaan PEVITA. Data untuk
mengetahui efektifitas reels instagram untuk meningkatkan fungsi informasi perpustakaan dikumpulkan
dengan kuisioner dan dokumen arsip laporan interaksi. Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa, kuisioner
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan tertulis kepada
responden. Untuk memudahkan responden dalam memberikan penilaian, setiap pertanyaan yang mewakili
masing-masing indikator dihubungkan dengan link konten.

Responden pada penelitian ini adalah followers akun instagram guna mendapatkan tanggapan terhadap
konten yang telah diunggah selama penelitian berlangsung. Pemilihan responden dengan cara purposive
sampling, dimana responden dipilih dengan sengaja menggunakan kriteria tertentu. Responden dalam
penelitian ini adalah 10% followers akun @perpustakaan_pevita yaitu 90 responden. Sampel tetap pada
siklus 1 dan 2 ditentukan berdasar jumlah responden yang mengumpulkan hasil survei. Penyebaran angket
dilakukan dengan cara memberikan link survei melalui Direct Message (DM) dan pengunjung yang datang
selama proses penelitian.

Analisis data penelitian tindakan ini bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu menggambarkan
fungsi yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi informasi perpustakaan melalui reels instagram sebelum
dan sesudah diberikan tindakan pada setiap siklus. Analisis data kualitatif didasarkan pada data observasi
dan hasil wawancara selama penelitian berlangsung, sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk
hasil tanggapan responden sebelum dan sesudah akun instagram diberikan tindakan. Analisis data deskriptif
kuantitatif disusun menggunakan skala likert dengan interval 1-4. Data diperoleh dari indikator fungsi
informasi perpustakaan yang kemudian dijumlah sebagai nilai aktual (X) yang bersifat kuantitatif
menggunakan acuan konversi nilai menjadi skala empat, guna melihat peningkatan fungsi informasi
perpustakaan. Masing-masing indikator fungsi informasi perpustakaan ini dinilai berdasar persentase,
sebagai bahan evaluasi dan rencana tindak lanjut instansi dalam pembuatan konten yang lebih informatif.
Mardapi (2012) menjelasakan pengukuran penilaian dan evaluasi konversi skor aktual menjadi nilai skala
empat terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Konversi Skor Aktual Menjadi Nilai Skala Empat


No Rentang Skor Nilai Kategori
1 X ≥ Mi + 1.Sbi A Sangat Baik
2 Mi + 1.Sbi > X ≥ Mi B Baik
3 Mi > X ≥ Mi – 1. Sbi C Kurang
4 X < Mi – 1. Sbi D Sangat Kurang
Keterangan:
X = Skor responden (skor yang dicapai)
Mi = Rerata ideal = ½ (Skor maksimal idel+ Skor minimal idel)
Sbi = Simpangan baku ideal
=1/6 (Skor tertinggi ideal- Skor terendah ideal)

5
Anna, Pemanfaatan

Hasil analisis data digunakan untuk membantu proses interpretasi data guna memberikan masukan
perbaikan kegiatan baik peneliti dan tim peneliti. Proses interpretasi data dilakukan dengan cara
menghubungkan temuan dan pengalaman pribadi peneliti, analisis berbagai literatur dengan
menghubungkan teori yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Validitas pengumpulan data
dalam penelitian ini dengan keterpercayaan yang mengandung karakteristik kredibilitas, dimana peneliti
mampu memahami data mengungkap pola yang sukar dijelaskan. Hal ini dilakukan dengan observasi
berulang, bekerja dalam tim, pengumpulan dokumen, melakukan pengecekan pada informan serta
melakukan pembandingan. Strategi dinyatakan berhasil apabila minimal 80% informan menyatakan setuju
terhadap pemanfaatan reels terhadap peningkatan fungsi informasi perpustakaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dan pembahasan akan menjabarkan apa yang menjadi rumusan masalah penelitian yaitu (1) Apakah
pemanfaatan fitur reels efektif meningkatkan fungsi informasi perpustakaan PEVITA; (2) Strategi apa yang
dilakukan pustakawan meningkatkan fungsi informasi perpustakaan menggunakan fitur reels instagram.

Hasil
Penelitian ini dimulai dengan melakukan observasi awal, dengan tujuan mendapatkan penyebab munculnya
masalah. Observasi dilakukan dengan melihat jumlah unggahan, sifat unggahan, dan interaksi pengikut,
dengan melihat dokumen unggahan pada akun @perpustakaan pevita tahun 2021. Hasil observasi awal
menunjukkan permasalahan media instagram belum dapat mendukung fungsi informasi perpustakaan.
Kualitas konten baik dari isi maupun desain berpengaruh pada perilaku interaksi followers. Data interaksi
pengguna pada semua fitur instagram tahun 2021 menunjukkan bahwa rata-rata setiap postingan
menunjukan interaksi 21 suka, 2 komentar, 1 simpan, 0 share. Hasil pengumpulan data awal disimpulkan
beberapa penyebabnya antara lain pemahaman fungsi informasi perpustakaan masih minim dimiliki oleh
admin akun instagram, konsistensi unggahan informasi yang disajikan tidak terjawal serta belum ada admin
khusus yang mengelola akun ini. Gambaran umum perpustakaan Pevita memiliki staf sebanyak 8 orang.
Untuk fokus ketugasan inti media sosial sejak tahun 2022 telah bertambah menjadi 3 orang yang masing-
masing bertugas sebagai penanggungawab, editor dan konten kreator.

Deskripsi Siklus 1
Pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan selama 6 minggu pada tanggal 22 Juni- 31Juli 2022. Berdasarkan
permasalahan dan faktor penyebabnya pada tahap satu peneliti membuat perencanaan yaitu: Pertama,
melakukan koordinasi awal dengan tim inti media sosial; Kedua, menentukan konten; Ketiga, pelaksanaan
pembuatan konten. Tahap dua adalah pelaksanaan kegiatan dan observasi. Proses pelaksanaan dilakukan
berdasarkan perencanaan penelitian. Pembahasan koordinasi tim inti meliputi, (1) Penyamaan persepsi
fungsi informasi perpustakaan oleh penanggungjawab pengelola akun kepada konten kreator dan editor; (2)
Pembuatan jadwal konten dan topik, dilakukan oleh konten kreator yang berkoordinasi dengan
penganggungjawab media sosial dan topik konten setiap setiap minggu; (3) pelaksanaan pembuatan konten
meliputi yang akan dibuat antara lain, rekomendasi dan review buku, konten layanan dan informasi kegiatan
perpustakaan.

Pada siklus 1 terjadwal 10 konten reels dalam waktu 3 minggu dengan durasi masing-masing konten 15-90
detik. Konten dibuat berdasarkan jadwal yang ditentukan selama satu minggu, dengan melibatkan seluruh

6
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 8 No. (1): 1-15

staf perpustakaan. Konten kreator menentukan dan menyiapkan sarana seperti konsep, durasi, audio, talent
dan properti pendukung. Konten tersebut tentang rekomendasi buku, layanan perpustakaan serta aktivitas
perpustakaan. Setelah pengambilan video dilakukan oleh konten kreator, proses selanjutnya adalah editing
dan pembuatan caption berupa narasi yang akan memperjelas isi video. Proses ini dilakukan maksimal 2
hari, dengan edit video menggunakan aplikasi Vlog Now (VN). Untuk media penyimpanan hasil video
menggunakan aplikasi cloud deego.

Hasil observasi setelah pelaksanaan kegiatan antara lain; (1) jadwal yang dibuat setiap minggu dirasakan
tidak efektif, karena tim talent atau penanggung jawab materi memiliki sedikit waktu; (2) sosialisasi terbatas
pada tim inti pengelola media sosial, isi konten tidak bersifat informatif; (3) pada saat pembuatan konten
terkadang tim mengalami kekurangan ide kreatif; (4) konten masih terbatas pada layanan dan aktivitas,
serta aktivitas yang dilakukan perpustakaan. Hasil analisis penilaian yang diberikan 30 informan terpilih
menunjukkan bahwa. Rata-rata responden terpilih yang menyatakan setuju 76%. Pada grafik 1 fungsi
informasi indikator pengemasan kembali informasi mencapai 73%, menciptakan pemustaka dengan literasi
informasi tinggi mencapai 70%, kesiapan memberikan layanan rujukan mencapai 70% . Ketiga indikator
tersebut menyebutkan belum mencapai standar yang ditentukan yaitu minimal 80% responden terpilih
menyetujui isi konten reels. Indikator penyediaan koleksi mencapai 93% dan penyebaran informasi
mencapai 80%. Kedua indikator ini dinilai telah memanuhi standar minimal target yang ditentukan.

100%

80%

60%

40%

20%

0%
Penyediaan penyebaran Kemas ulang pemustaka literasi Layanan Rujukan
informasi informasi informasi tinggi

Grafik 1. Hasil Survei Reels Untuk Meningkatkan Fungsi Perpustakaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemustaka 2 dan 3 menyebutkan bahwa saat membuat kartu
perpustaakan masih merasa bingun meskipun sudah melihat tutorial di reels. Sementara itu pemustaka 1
menyebutkan konten pengetahuan baru belum banyak ditampilkan sehingga masih harus dikembangkan
baik jumlah dan kualitasnya.

Pada tabel 2 dari dokumen hasil interaksi followers suka dan komentar menunjukkan kenaikan signifikan,
bahkan interaksi penyimpanan dan berbagi video telah ada pada reels akun @perpustakaan pevita.

Tabel 2. Data Peningkatan Interaksi Reels @Perpustakaan Pevita


No Jenis interaksi Pra siklus Siklus 1
1 Suka 21 333
2 Komentar 2 34

7
Anna, Pemanfaatan

3 Simpan 1 13
4 Berbagi 0 23

Tahap 3 refleksi, pada tahap ini peneliti memberikan gambaran tingkat keberhasilan pemanfaatan reels
untuk meningkatkan fungsi informasi perpustakaan siklus 1 dan perencanaan berikutnya. Berdasar hasil
survei pemanfaatan reels guna meningkatkan fungsi informasi perpustakaan mencapai 76%. Hal ini masih
di bawah nilai target minimal yaitu 80%, sehingga penelitian akan dilajutkan pada siklus 2. Beberapa hal
yang menjadi refleksi dan perbaikan untuk siklus 2 antara lain: (1) penyamaan persepsi fungsi informasi
perpustakaan hanya terbatas pada tim inti, pada siklus 2 untuk seluruh staf perpustakaan; (2) pembuatan
jadwal dilakukan setiap minggu yang dinilai tidak efektif bagi para penanggungjawab konten, pada siklus
2 jadwal dapat dibuat 1 bulan; (3) terkadang tim konten kehabisan ide, pada siklus 2 konten berdasarkan
data kebutuhan menggunakan analisis konten; (4) memperhatikan keseimbangan konten berdasar fungsi
informasi khususnya layanan rujukan, kemas ulang informasi dan menjadikan pemustaka dengan literasi
informasi tinggi.

Deskripsi siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus-19 September 2022. Pelaksanaan tindakan siklus 2 sama
seperti siklus 1 terdiri dari 3 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi.
Tahap 1 Perencanaan terdiri dari 3 kegiatan seperti pada siklus 1, namun terdapat penambahan pada sub
kegiatan seperti efektifitas pembuatan jadwal, lingkup koordinasi serta analisis konten untuk membantu
membuat konten. Tahap 2 Pelaksanaan dan observasi. Pada tahap ini dilakukan berdasar perencanaan siklus
2 dengan perbaikan kegiatan yang tertuang pada tahap refleksi siklus 1. Penyamaan persepsi tentang fungsi
informasi perpustakaan kepada seluruh staf, yang disampaikan pada breafing rutin pagi sebelum buka
layanan. Untuk pembuatan jadwal konten dilakukan oleh penanggungjawab dengan durasi jadwal satu
bulan. Penanggung jawab konten kreator melakukan analisis konten dengan melihat data interaksi pada
akun instagram.

Selanjutnya akan dibuat perencanaan konten dengan konsep yang lebih matang berdasar dari data
kebutuhan yang dibuat, dengan mencari ide melalui akun media sosial yang berhubungan dengan tujuan
konten. Pembuatan konten reels pada siklus 2 dilaksanakan selama 3 minggu dengan jumlah 8 video
unggahan. Isi konten tesebut tentang rekomendasi dan review buku, layanan dan informasi kegiatan,
pengetahuan baru berupa sains seru, serta petunjuk layanan rujukan artikel ilmiah.

Grafik 2 menunjukkan hasil penilaian yang diberikan 30 informan terpilih bahwa terdapat 86% menyatakan
menyetujui. Persentase ini mengalami kenaikan 10% dari siklus 1, sedangkan pada siklus 2 responden yang
tidak menyetujui 14%, turun 10% dari siklus 1. Pada grafik 3 siklus 2 menunjukkan bahwa fungsi informasi
Indikator penyediaan koleksi mencapai 97% dan penyebaran informasi naik menjadi 90%, indikator
pengemasan kembali informasi naik menjadi 83%, menciptakan pemustaka dengan literasi informasi tinggi
naik menjadi 80 % dan kesiapan memberikan layanan rujukan naik menjadi 80%. Kelima indikator ini
dinilai telah memanuhi standar minimal target yang ditentukan yaitu minimal 80% responden terpilih
menyetujui isi konten reels.

8
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 8 No. (1): 1-15

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Penyediaan penyebaran Kemas ulang pemustaka Layanan
informasi informasi informasi literasi tinggi Rujukan

Grafik 2. Hasil Survei Reels Untuk Meningkatkan Fungsi Perpustakaan

Berdasar hasil wawancara dengan informan 1 menyatakan pengemasan video semakin menarik, dikemas
dengan diskripsi singkat dan jelas, sehingga mudah dipahami. Informan 2 menjelaskan video reels
menunjukkan langkah-langkah membuat kreasi dan dapat menambah referensi. Pada tabel 3 dari dokumen
hasil interaksi followers suka, komentar, interaksi penyimpanan dan berbagi video pada reels akun
@perpustakaan pevita, tidak terjadi kenaikan maupun penurunan yang signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa pemanfaatan reels dapat mempertahankan kualitasnya.

Tabel 3. Data Peningkatan Interaksi Reels @Perpustakaan Pevita


No Jenis interaksi Siklus 1 Siklus 2
1 Suka 333 378
2 Komentar 34 30
3 Simpan 13 32
4 Berbagi 23 18

Tahap 3 refleksi. Berdasar hasil survei pemanfaatan reels guna meningkatkan fungsi informasi
perpustakaan mencapai 86%. Hal ini menunjukkan bahwa reels untuk meningkatkan fungsi informasi
perpustakaan telah target minimal yaitu 80% responden menyatakan setuju dan mengalami kenaikan 10%
dari siklus 1. Dengan tercapainya target minimal penelitian berhenti pada siklus 2.

Gambar 1. Dashboard Akun @Perpustakaan Pevita

9
Anna, Pemanfaatan

Tabel 4. Unggahan Reels @Perpustakaan Pevita


Fungsi informasi Contoh Unggahan

1) Penyediaan informasi;
Rekomendasi buku sebagai
bentuk penyedian informasi

2) Pengelolaan dan penyebaran


ragam informasi;
Unggahan berisi aktivitas
perpustakaan dalam semarak
kemerdekaan

3)Pengemasan kembali
informasi;

Kemas ulang informasi dari


format teks buku ke bentuk
video

10
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 8 No. (1): 1-15

Fungsi informasi Contoh Unggahan

4) kesiapan memberikan
layanan rujukan;
Layanan rujukan denga
unggahan berupa informasi situs
link jurnal ilmiah

5) menciptakan pemustaka
dengan literasi informasi tinggi;
Unggahan berupa tutorial
singkat membuat kartu
perpustakaan online

Pembahasan
Perpustakaan umum sebagai pintu gerbang menuju pengetahuan berperan dalam ketersediaan dan
ketercukupan informasi yang sesuai dengan kebutuhan individu dan kelompok. Informasi yang tersimpan
di perpustakaan mampu mendorong pengembangan diri seseorang, yang akan mendukung kesuksesan
dengan bacaan yang berkualitas. Untuk menjangkau pemustaka, perpustakaan dapat melakukan ekspansi
peran dengan memanfaatkan media sosial. Perpustakaan dapat melakukan desiminasi informasi berbentuk
kemas ulang yang mudah diterima, dengan memaksimalkan media sosial yang telah dimiliki, sehingga
fungsi informasi dapat maksimal.

Sejak diluncurkan media sosial instagram tahun 2010 trend pemanfaatannya cenderung mengalami
kenaikan. Terlebih saat ini instagram bukan sekedar untuk berbagi foto aktivitas saja. Munculnya reels
instagram menambah gairah masyarakat untuk tetap menggunakan aplikasi ini. Pemanfaatan instagram
dalam meningkatkan fungsi informasi perpustakaan. Mollett & McDonnell (2014) menjelasakan bahwa
instagram dapat digunakan untuk mengenalkan koleksi yang dimiliki, menyebarkan aktivitas perpustakaan
baik secara insindental maupun rutinitas, membangun interaksi dengan pengguna serta layanan yang
diberikan perpustakaan.

11
Anna, Pemanfaatan

Penyediaan informasi
Perpustakaan sebagai penyedia informasi sebaiknya dapat menyediakan sumber daya dan kemudaha akses
untuk siapa saja yang membutuhkan informasi. Penyediaan informasi yang telah dilakukan perpsutakaan
PEVITA melalui reels adalah video review dan rekomendasi buku dari berbagai sebjek seperti pendidikan,
buku anak, motivasi, olahraga hingga bisnis. Interaksi yang diberikan mendorong viewer untuk meminjam
koleksi dengan menghubungi petugas. Oktavia (2019) menyebutkan media sosial menjadi sangat efektif
dalam memberikan layanan bersifat personal atau referensi dengan selalu membangun interaksi dengan
masyarakat secara online. Komunikasi virtual yang ringan dan tidak resmi menjadikan layanan personal
memberikan kenyamanan pemustaka. Beragam bentuk informasi baik cetak dan non cetak melewati proses
pengolahan dengan standar tertentu agar memudahkan pemanfaatan baik akses maupun bentuk materinya
dengan cepat, tepat dan akurat.

Pengelolaan dan penyebaran ragam informasi


Penyebaran informasi perpustakaan PEVITA menggunakan reels berkaitan dengan segala aktivitas yang
akan dan telah dilaksanakan seperti kegiatan kunjungan sekolah, literasi terapan, edukasi tentang
perpustakaan dan dokumentasi, serta bentuk layanan yang diberikan perpustakaan, serta informasi koleksi
cetak dan digital milik perpustakaan. Informasi yang disampaikan dengan melihat kebutuhan pemustaka,
sehingga pustakawan selektif dalam menyampaikan isi informasi dan tampilan komunikatif pada video
reels. Chu & Du (2012) menyebutkan bahwa media sosial dalam perpustakaan dapat berguna untuk sharing
pengetahuan, hari penting, berbagai video pelayanan, catatan perpustakaan, berita terkini, layanan referensi,
video tutorial dan diskusi interaktif. Hutasoit (2014) menjelaskan bahwa, penyebaran informasi di
perpustakaan lebih terkendali dan terseleksi, hal ini berbeda dengan penyebaran menggunakan internet yang
tidak tersaring. Optimalisasi berbasis IT dan media sosial dapat membantu jangkauan informasi yang akan
disampaikan

Pengemasan kembali informasi


Dongardive (2013) menyatakan kemas ulang (KUI) merupakan proses pengemasan ulang suatu informasi
dari bentuk awal menjadi bentuk atau format lain yang lebih sesuai digunakan bagi pemustaka. Tujuan
pengemasan ini untuk meningkatkan penerimaan dan penggunaan suatu produk informasi.
Saat ini pengemasan ulang informasi menggunakan reels @perpustakaan pevita adalah mengemas dalam
format lain dari koleksi yang ada. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pemustaka dalam memahami
pengetahuan yang sebelumnya tidak dimengerti, serta akan memperluas jangkauan. Dongardive (2013)
menyatakan bahwa dalam kemas ulang informasi terdapat aspek yang perlu diperhatikan, (1) media kemas,
sebagai alat penyajian kepada pengguna, misalnya media cetak, audio, audio visual hingga digital; (2)
format pengemasan, yang berhubungan dengan bentuk, tata letak dan pengaturan lain pada media tertentu.

Proses kemas ulang menentukan target audiens, informasi didesain menarik dengan caption pendukung,
serta mencantumkan official contact sebagai bentuk interaksi lanjutan. Sebagai contoh pengemasan
pengetahuan baru untuk anak dari bentuk buku sains seru kemudian dikemas menggunakan video praktik
durasi 90 detik. Format ini akan memudahkan anak memahami topik bahasan yang sebelumnya tidak
diketahui. Saputra & Arif (2020) menyebutkan bahwa tahapan kegiatan kemas ulang informasi dimulai
dengan studi kebutuhan dan pemilihan informasi;(2) menentukan desain dan pembawa pesan; (3) produksi
pembawa pesan; (4) perencaan sistem umpan balik.

12
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 8 No. (1): 1-15

Kesiapan memberikan layanan rujukan


Layanan rujukan atau referensi menjadi salah satu layanan yang dapat diberikan kepada peselancar
informasi perpustakaan. Salah satu konten reels @perpustakaan pevita yang bersifat rujukan dikemas dalam
video rekomendasi kumpulan koleksi bidang tertentu. Video lain berupa informasi data base jurnal ilmiah
yang ditujukan bagi mahasiswa yang akan menyelesaika tugas akhir. Layanan rujukan ini memberikan
solusi kepada pemustaka dalam menentukan sumber rujukan yang paling tepat oleh pustakawan. Anwar
(2016) menyebutkan bahwa media sosial memberikan kemudahan penggunanya untuk membagikan
konten, kolaborasi online hingga percakapan secara realtime. Pemanfaatan instagram dalam layanan
rujukan ini dapat berupa menginformasikan koleksi referensi, menjawab pertanyaan melalui direct message
(DM) yang bersiat konsultasi. Oktavia (2019) menjelaskan bahwa, teknologi informasi dan komunikasi
seperti media sosial dapat dimanfaatkan untuk transaksi rujukan virtual seperti menggunakan email, chat
online, tanya pustakawan. Layanan ini akan memberikan pengalaman menarik bagi kedua belah pihak,
karena pemustaka lebih dekat dan nyaman dalam memperoleh jawaban yang lebih spesifik atas pertanyaan
yang diberikan.

Menciptakan pemustaka dengan literasi informasi tinggi.


Indikator penilaian kemampuan literasi informasi bersifat tahapan. Kurnianingsih (2017) menjelaskan
bahwa pada praktiknya tahapan literasi informasi adalah bagaimana mengenali informasi yang memberikan
penyelesaian masalah, sumber-sumber informasi, cara pencarian sumber informasi digital serta
mengevaluasi informasi. Konten reels @perpustakaan pevita dalam membentuk pemustaka yang memiliki
literasi informasi berupa konten layanan perpustakaan yang berisi aktivitas, petunjuk pemanfaatan layanan
seperti cara membuat kartu anggota, mencari sumber informasi ilmiah. Tujuan secara sederhana adalah
pemustaka setelah melihat video reels setidaknya menjadi pemustaka mandiri selama di perpustakaan.
Tahapan yang paling sederhana pemustaka memiliki keterampilan menggunakan perpustakaan.

Strategi Pustakawan dalam Pembuatan Reels


Setelah mengetahui makna tentang fungsi perpustakaan akan menjadi salah satu acuan dalam melakukan
optimasi akun @perpustakaan pevita. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk optimasi akun
instagram perpustakaan PEVITA yaitu:(1) melakukan koordinasi awal dengan tim inti media sosial; (2)
menentukan konten; (3) pelaksanaan pembuatan konten; (4) monitoring dan evaluasi. Utomo (2022)
menegaskan bahwa untuk mengelola akun media sosial perlu membuat tim inti, perencanaan konten, konten
berbasis data hingga jenis dan tipe konten. Guna menjaga kualitas reels beberapa masuksesan untuk
pengelola akun @perpustakaan pevita. Selain itu penelitian ini memberikan dampak positif antara lain,
peningkatan jumlah pengikut 169 sejak penelitian ini dilakukan secara organic, peningkatan interaksi suka,
komentar, menyimpan dan membagikan serta peningkatan kunjungan untuk pemustaka perdana atau baru
pertama berkunjung.

KESIMPULAN
Penggunaan reels instagram dinilai sangat efektif guna meningkatkan fungsi informasi perpustakaan.
Peningkatan berdasar analis siklus 1 sebesar 76% menjadi 86% responden pada siklus 2. Reels menjadi
salah satu alat pada instagram yang dinilai memiliki jangkauan luas tanpa harus melakukan follow akun
@perpustakaan pevita. Kelima indikator fungsi informasi perpustakaan juga telah mencapai standar
minimal responden menyetujui pada siklus 2. Guna meningkatkan fungsi informasi perpustakaan
menggunakan reels, pustakawan memiliki startegi (1) melakukan koordinasi awal dengan tim inti media

13
Anna, Pemanfaatan

sosial; (2) menentukan konten; (3) pelaksanaan pembuatan konten; (4) monitoring dan evaluasi. Guna
menjaga kualitas reels beberapa masukan untuk pengelola akun @perpustakaan pevita pembuatan konten
informasi dengan melihat data instagram, sehingga terjadi pemerataan dan kualitas konten.

DAFTAR PUSTAKA
Abbott, W., Donaghey, J., Hare, J., & Hopkins, P. J. (2014). The perfect storm: The convergence of social,
mobile and photo technologies in libraries. Conference Paper Presented at VALA, 38–40.
Anwar, A. (2016). Pemanfaatan media sosial dalai pelayanan referensi 2.0 di Indonesia. Jurnal Ilmu
Perpustakaan, Informasi, Dan Kearsipan Khizanah al - Hikmah, 4(1), 57–64.
Chesher, C. (2012). Between image and information: The iPhone camera in the history of photography. In
Studying mobile media (pp. 106-125). Routledge.
Chu, S. K.-W., & Du, H. S. (2012). Social networking tools for academic libraries. Journal of Librarianship
and Information Science, 45(1), 64–75. https://doi.org/10.1177/0961000611434361
Data Indonesia, & Ayu Rozati, M. (2022, August 3). Digital. Dataindonesia.id.
https://dataindonesia.id/Digital/detail/pengguna-instagram-indonesia-terbesar-keempat-di-
duniadiakses pada 20 Agustus 2022
Dongardive, P. (2013). Information repackaging in library services. International Journal of Science and
Research (IJSR), 11(2), 204–209.
Hartono. (2017). Manajeman sistem informasi perpustakaan: konsep, teori, dan implementasi. Gava
Media.
Hutasoit, H. R. (2014). Perpustakaan dan penyebaran informasi. IQRO, 8(2), 177–184.
IFLA. (2010). IFLA Public Library Service Guidelines (C. Koontz & B. Gubbin, Eds.). International
Federation and Library Associations and Institutions.
Jenkins, H., Ford, S., & Green, J. (2013). Spreadable media : Creating value and meaning in a networked
culture. New York University Press.
Mollett, A., & McDonnell, A. (2014). Five ways libraries are using Instagram to share collections and draw
public interest. Impact of Social Sciences Blog.
Krismayani, I. (2018). Mewujudkan fungsi perpustakaan di daerah. Anuva, 2(2), 233.
https://doi.org/10.14710/anuva.2.2.233-242
Kurnia, N. D., Johan, R. C., & Rullyana, G. (2018). Hubungan pemanfaatan media sosial instagram dengan
kemampuan literasi media di UPT perpustakaan ITENAS. Edulib, 8(1), 1–17.
https://doi.org/10.17509/edulib.v8i1.10208
Kurnianingsih, I., Rosini, R., & Ismayati, N. (2017). Upaya peningkatan kemampuan literasi digital bagi
tenaga perpustakaan sekolah dan guru di wilayah jakarta pusat melalui pelatihan literasi informasi.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 3(1), 61–
76. https://doi.org/10.22146/jpkm.25370
Mardapi, D. (2012). Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Nuha Medika.
Oktavia, A. (2019). Pemanfaatan media sosial untuk meningkatkan layanan referensi di perpustakaan
perguruan tinggi. Shaut Al-Maktabah : Jurnal Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi, 11(2), 111–
123. https://doi.org/10.37108/shaut.v11i2.223
Pittman, M., & Reich, B. (2016). Social media and loneliness: Why an instagram picture may be worth
more than a thousand twitter words. Computers in Human Behavior, 62(62), 155–167.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.03.084
Saputra, A., & Arif, E. (2021). Era baru kemas ulang informasi (KUI) sebagai media pendukung

14
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 8 No. (1): 1-15

pembelajaran secara daring. VISI PUSTAKA: Buletin Jaringan Informasi Antar Perpustakaan, 23(2),
153–165. https://doi.org/10.37014/visipustaka.v23i2.1489
Sari, A. D. (2021). Pemanfaatan media pembelajaran dengan menggunakan fitur “reels instagram” pada
pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di masa pandemi covid-19. Prosiding Seminar Nasional
PBSI-IV Tahun 2021 Tema: Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Berbasis Digital Guna
Mendukung Implementasi Merdeka Belajar, 33–38.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Suharso, P., & Muntiah, A. (2020). Pemanfaatan media sosial instagram pada perpustakaan perguruan
tinggi. Edulib: Journal of Library and Information Science, 10(1), 1–14.
https://doi.org/https://doi.org/10.17509/edulib.v10i1.20984.g12373
Suharso, P., & Pramesti, A. N. (2020). Promosi Perpustakaan Melalui Instagram: Studi di Perpustakaan
Universitas Airlangga. Publication Library and Information Science, 3(2), 66.
https://doi.org/10.24269/pls.v3i2.2074
Utomo, T. P. (2022). Optimalisasi media sosial untuk pemasaran perpustakaan perguruan tinggi. Buletin
Perpustakaan Universitas Islam Indonesia, 5(1), 99-133.
Vitasari, N., & Hasanudin, C. (2022). Pemanfaatan fitur reels instragram pada pembelajaran membaca puisi
guna mendukung gerakan merdeka belajar di Sekolah menengah. Senada PBSI, 2(1), 10–19.
Yosio, A. (2022, August 21). Masyarakat Pakai Internet untuk Media Sosial dan Pesan Singkat | Databoks.
Databoks.katadata.co.id. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/21/masyarakat-pakai-
internet-untuk-media-sosial-dan-pesan-singkat

15

Anda mungkin juga menyukai