Anda di halaman 1dari 51

Universitas Esa Unggul

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Jakarta merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang
berkembang. Perkembangan ini diiringi juga dengan meningkatnya jumlah
wanita karir yang ada di Jakarta. Banyak dari wanita-wanita karir ini yang
bekerja sepanjang hari, sehingga mau tidak mau banyak dari mereka yang
menitipkan anaknya yang kecil ke pihak ke-tiga. Pihak ke-tiga yang dimaksud
adalah baby sitter, tetangga, teman, maupun sanak keluarga terdekat yang
belum tentu bisa menggantikan peran dari orang tuanya dengan baik. Padahal,
anak kecil pada usia 0-5 tahun mengalami masa-masa pertumbuhan yang
orang sering sebut dengan masa golden age.
Golden age merupakan masa pertumbuhan emas pada anak yang terjadi
satu kali saja dalam kehidupan manusia. Pada masa ini otak anak berkembang
dengan pesat. Anak-anak merespon dan dengan cepat belajar hal-hal baru
dengan cara bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya. Segala bentukbentuk
pengaruh dari luar, baik secara fisik maupun psikis bisa mempengaruhi
perkembang fisik dan mental dari si anak. Periode ini adalah periode yang
paling tepat untuk mengajarkan dasar-dasar pendidikan, nilai moral, dan
emosional bagi si anak. Hal ini membuat periode golden age penting untuk
dikembangkan. Akan sangat disanyangkan apabila pada periode ini
pertumbuhan anak tidak maksimal karena pihak ke tiga kurang bertanggung
jawab.
Hal-hal diatas membuat tempat pengasuhan anak/ daycare memiliki
potensi untuk dikembangkan. Daycare bisa menjadi sarana untuk menitipkan
anak selama orang tua bekerja sepanjang hari yang tidak membuat orang tua
cemas. Daycare bukan hanya sekedar tempat penitipan anak, tetapi juga
sebagai sarana edukatif bagi anak-anak yang aman, nyaman, dan mendukung
anak-anak untuk bereksplorasi dengan dunia sekitarnya, salah satunya adalah
Al-Hadi Daycare. Al-Hadi daycare menjadi satu-satu nya pusat penitipan anak
yang menggunakan metode pendidikan islam, hal ini karena Islam adalah
agama terbesar di Indonesia. Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas
Muslim terbesar di Dunia.
Perancangan interior berkonsep spiritual dilakukan pada Daycare Islam
model belajar sentra yaitu model belajar dengan pendekatan dakwah. Konsep
ini mentauladani Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran Agama
Islam di tanah Arab dengan kasih-sayang . Konsep perancangan dalam interior
Daycare diharapkan dapat mendukung kegiatan belajar-mengajar siswa dan
guru dalam mengenal, memahami, menghargai sekaligus menerapkan perilaku
dan akhlak Islami

1
Universitas Esa Unggul

Tujuan terpilihnya daycare ini juga karena penyuasanaan secara Islami


yang diambil dari nilai-nilai Islami itu sendiri. Hasil perancangan dengan tema
dan konsep ini diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang
ada pada Al-Hadi Daycare
Dari permasalahan yang telah dijabarkan di atas, Perancangan Daycare ini
dengan memperhatikan aspek-aspek kanak-kanak (anak batita dan balita)
sebagai pengguna utama dengan fasilitas yang edukatif dan rekreatif yang
disesuaikan dengan usianya. Juga Perencanaan penyuasanaan secara Islami
yang diambil dari nilai-nilai Islami itu sendiri. Hasil perancangan dengan tema
dan konsep ini diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang
ada pada Al-Hadi Daycare sarana ini mengutamakan kenyamanan, keamanan
dan kesehatan, untuk itu banyak aspek – aspek interior (dimensi, bentuk
furniture, material, warna yang diterapkan dalam interior) yang harus
dipertimbangkan agar tujuan untuk membimbing, mendidik serta mendukung
perkembangan anak dapat tercapai.

1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah yang diangkat adalah mengenai keterbatasan ruang,
serta fasilitas yang belum memenuhi standart pada setiap area di Al-Hadi
Daycare sehingga hal ini membuat anak-anak tidak dapat bergerak secara
leluasa, serta ruang yang diperlukan dalam belajar dan pekembangan anak.
Dikarenakan Al-Hadi Daycare menerapkan pembelajaran Agama Islami, maka
diperlukan juga penerapan konsep berunsur islami yang dimaksud agar
memperkuat image yang diciptakan pada Al-Hadi Daycare.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dibahas antara lain :
a. Bagaimana perancangan interior Al-Hadi Daycare yang dapat membantu
memaksimalkan tumbuh kembang pada anak usia dini atau pada masa
“golden age” ?
b. Bagaimana perancangan furniture yang ergonomis sesuai dengan
kebutuhan anak usia dini pada Al-Hadi Daycare?
c. Bagaimana penerapan konsep interior yang mencerminkan identitas dari
Al-hadi Daycare ?

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian merupakan batasan wilayah yang akan dibahas
dalam penelitian ini. Ruang lingkup penelitian terbagi menjadi dua, di
antaranya:
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

2
Universitas Esa Unggul

Al-Hadi Daycare menjadi batasan wilayah penelitian yang terletak


Jl. Tolo No.2, RT.7/RW.2, Srengseng, Kec. Kembangan, DKI Jakarata,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11630.

1.4.2 Ruang Lingkup Studi


Dalam ruang lingkup studi ini penulis membahas tentang
perancangan interior pada pusat penitipan anak/Daycare, fasilitas
penunjang, penerapan sirkulasi yang sesuai, perancangan furnitur yang
sesuai dengan kebutuhan, serta penerapan konsep berunsur Islamic untuk
menjaga image yang telah dibangun oleh Al-Hadi Daycare

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yang akan dibahas pada makalah ini, antara lain:
a. Mendapatkan hasil interior dan fasilitas yang sesuai dengan standarisasi
keamanan dan kebutuhan pengguna pada Al-Hadi Daycare agar anak-anak
dapat bermain, belajar, bersosialisasi secara edukatif pada umumnya.
b. Mendapatkan hasil yang sesuai dengan ergonomi dan kebutuhan anak usia
dini yang dapat mendukung kegiatan anak-anak saat berada di Al-Hadi
Daycare
c. Merancang interior Al-Hadi Daycare memenuhi serta mencerminkan citra
dari visi, misi Al-Hadi Daycare
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Manfaat penelitian secara teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dengan teori
yang disampaikan dan memberikan pemahaman tentang interior daycare
ruang bermain anak, ruang berlajar anak, serta ruangan atau fasilitas
pendukung lainnya sesuai dengan kebutuhan daycare. Manfaat utama
adalah memenuhi kebutuhan anak usia dini saat datang ke Al-Hadi
Daycare
b. Manfaat penelitian secara praktis
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi para pembaca dan analisis
yang telah dilakukan oleh penulis diharapkan dapat dijadikan referensi
menciptakan pengalaman baru dalam merancang daycare.

1.7 Sistematika Penulisan


a. Bab I, Pendahuluan
Latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup,
tujuan, dan manfaat penelitian.
b. Bab II, Tinjauan Pustaka
Memuat landasan teori tentang daycare yang relevan, hasil-hasil dari
penelitian.

3
Universitas Esa Unggul

c. Bab III, Metode Penelitian


Memuat rencana penelitian, objek penelitian, tempat dan waktu penelitian,
hasil survey pada Al-Hadi daycare, metode pengumpulan data, teknik
analisis data, analisis masalah, dan hipotesis.
d. Bab IV, Konsep
Memuat konsep perancangan yang akan dibuat oleh peneliti, antara lain
lokasi, fasad bangunan, denah bangunan, mind mapping, bagan tema dan
gaya, konsep skematik, hubungan antar ruang, diagram bubble, zoning,
grouping, dan moodboard.

4
Universitas Esa Unggul

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

b.1 Tinjauan Anak Usia Dini


b.1.1 Pengertian Anak Usia Dini
Yang dimaksud dengan anak usia dini atau anak pra sekolah adalah
mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam buku Pendidikan Anak
Pra Sekolah mengatakan bahwa ‘’Mereka biasanya mengikuti
program prasekolah. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka
mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 bulan–5 tahun) dan
kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun
biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-kanak. (Soemiarti
Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Rineka Cipta, 2013)
Dalam buku Ilmu Jiwa Perkembangan, Usia pra sekolah menurut
Harlock dimaksudkan untuk membedakan anak dari saat dia dianggap
kecil baik secara fisik maupun mental, karena itu dalam usia pra
sekolah juga disebut dengan masa persiapan. Dengan kata lain usia pra
sekolah merupakan usia anak-anak yang belum merasakan pelajaran
di sekolah dan membutuhkan bimbingan sebelum mereka menghadapi
sekolah dasar. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini
adalah the golden ages atau periode keemasan. banyak konsep dan
fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada
masa usia dini ketika semua potensi anak berkembang paling cepat.
Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah
masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain,
dan masa trozt alter 1 (masa pembangkang tahap 1).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
anak usia dini adalah anak-anak dengan usia 3-6 tahun yang sudah
membutuhkan bimbingan melalui pengajaran dan pembelajaran yang
didapatkan dari pendidikan yang dapat berlangsung di taman kanak-
kanak (TK), Taman bermain, Tempat penitipan anak, dan kelompok
bermain (KB)
b.1.2 Pembagian Dan Karakteristik Anak Usia Dini
Menurut buku seperti G. Kaluger dan M.F. Kaluger membagi usia
anak dalam beberapa tahap sesuai perkembangannya yaitu:
a. Usia 0-1 tahun disebut sebagai bayi (Infancy)
b. Usia 1-3 tahun disebut batita
c. Usia 3-5 tahun disebut sebagai masa kanak dini (Early Chilhood)
atau balita
d. Usia 6-8 tahun disebut masa anak-anak pertengahan
e. Usia 9-11 tahun disebut masa menjelang remaja
f. Usia 12-15 tahun disebut masa remaja permulaaan

5
Universitas Esa Unggul

g. Usia 16-18 tahun disebut remaja


h. Usia 19 tahun disebut dewasa
Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah
maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia
yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut
merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan
diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
a. Usia 0-1 Tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar
biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai
kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini.
Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara
lain :
1. Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling,
merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.
2. Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti
melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan
mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
3. Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap
melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya.
Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan
memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan
modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan
selanjutnya.
b. Usia 2-3 Tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik
dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami
pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang
dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :
1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di
sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan
keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan
oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui
merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar
anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding
sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
2. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali
dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang
belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi,

6
Universitas Esa Unggul

memahami pembicaraan orang lain dan belajar


mengungkapkan isi hati dan pikiran.
3. Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan
emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan
memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh
bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.
c. Usia 3-4 Tahun
Perkembangan kehidupan khayalan, ketakutan yang tidak
realistik, tertarik dengan peranan orang dewasa, keras kepala,
negatif, tetapi lebih baik dalam memperlakukan saudara. Tanda
awal orientasi produk dalam bermain. Imajinatif, takut kegelapan,
monster, suara keras. Menyukai permainan drama. Lebih baik
dalam membagi dengan orang lain, menunggu giliran, bekerja
sama dengan orang dewasa dan saudara. Membuat sesuatu untuk
diperlihatkan pada orang lain.
d. Usia 4-5 Tahun
Merasa aman, percaya diri, butuh perhatian orang tua dan izin
dalam membesar-besarkan diri, mengambil resiko, dan membuat
diri sendiri lucu. Pengendalian motorik halus yang sempurna
dalam menggunting, melukis dan menjahit. Lebih imajinatif
dalam membangun balok-balok yang lebih kecil.
Keseimbangan yang lebih baik : berdiri dengan satu kaki,
bersepatu roda, mengendarai sepeda roda tiga. Kemampuan untuk
mengancingkan baju dan tali sepatu, menggambar, menggunting,
melukis, mewarnai, menaruh perhatian pada perbedaan maskulin
dan feminism (panjang rambut, tipe berpakaian), mampu
menyemangati orang lain (Hugnes, 1979).
e. Usia 5-6 Tahun
Anak usia 5 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif
melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk
mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu
mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan
dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap
lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak
menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan
permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak
secara bersama.

7
Universitas Esa Unggul

b.2 Daycare (Tempat Penitipan Anak)


b.2.1 Pengertian Daycare
Daycare Centre (DCC) dikenal juga dengan sebutan Tempat
Penitipan Anak (TPA). TPA merupakan lembaga sosial yang bergerak
dibidang kesejahteraan anak melalui aktivitas sosialisasi, rawat, asuh
dan pendidikan anak khususnya balita. Hal ini merupakan upaya
penunjang keluarga dengan tingkat aktivitas orang tua yang tinggi
untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anaknya,
(Direktorat Bina Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut Usia, 2020
: 4-5)
Panti Sosial Tempat Penitipan Anak (PSTPA) merupakan fasilitas
kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti sementara
keluarga bagi anak yang orang tuanya berhalangan (bekerja, mencari
nafkah atau lain) melalui penyelenggaraan sosialisasi dan pendidikan
halangan prasekolah bagi anak usia 3 bulan sampai memasuki tingkat
pendidikan dasar. (Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial – RI.
2020:3)
Dari hasil rapat koordinasi departemen sosial Republik Indonesia
mengenai "usaha kesejahteraan anak", dikemukakan bahwa TPA
adalah: lembaga sosial yang memberi pelayanan kepada anak dan atau
balita yang dikhawatirkan akan mengalami masalah dalam
pertumbuhannya, karena ditinggalkan orang tuanya bekerja. Pelayanan
ini diberikan dalam bentuk peningkatan gizi, pengembangan
intelektual, emosional dan sosial.
b.2.2 Sejarah Daycare
TPA (Tempat Penitipan Anak) pertama kali terbentuk karena
adanya desakan ekonomi yang terjadi pada saat revolusi industri dan
perang berkepanjangan yang melanda dunia barat (Eropa dan
Amerika), sehingga terjadi kemiskinan, pengangguran dan kelaparan
dimana-mana. Oleh karena itu ibu-ibu yang baru melahirkan terpaksa
meninggalkan bayinya untuk ikut membantu suami dalam mencari
nafkah. Pada mulanya penitipan anak diselenggarakan secara sosial
dan tidak ada wadah khusus yang tetap, hanya berupa persetujuan
antara ibu-ibu di satu lingkungan tempat tinggal untuk secara
bergiliran menjaga anak-anak mereka selagi yang lain sibuk bekerja.
Menjamurnya TPA sejenis di Amerika menarik perhatian
pemerintahnya, sehingga dimulai suatu wadah resmi pemerintah untuk
TPA yang diberi nama Head Start Project pada tahun 1965 dengan
tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan fisik,
spontanitas, keingintahuan, disiplin diri, mempertinggi kemampuan
untuk mengerti dan mengkomunikasikan konsep dengan orang lain,
kepercayaan diri, hubungan personal yang lebih baik, serta

8
Universitas Esa Unggul

mempertinggi perasaan harga diri dan nilai diri. Proyek ini


menekankan diri pada pendidikan, kesehatan, keterlibatan orang tua,
serta pelayanan sosial. Dengan program ini, diharapkan keuntungan
jangka panjang berupa semakin sedikitnya anak putus sekolah,
pengangguran dan menuntun individu dalam hidup yang lebih berguna
dan positif.
Dengan suksesnya, Head Start Project maka makin berkembang
proyek-proyek serupa dengan berbagai macam nama dan tujuan,
misalnya Village Children’s Centre Seattle, Sand Point Child
Development Center Seattle, Vincent Massey Child Care Centre
Ontario, dll.
Secara umum alasan menitipkan anak di luar rumah adalah salah
satu dari sebab-sebab berikut :
a. Peningkatan jumlah ibu yang bekerja dengan anak usia sekolah,
b. Adanya penyakit di dalam keluarga,
c. Rumah yang kumuh,
d. Terlalu sempitnya ruang gerak dalam rumah,
e. Orang tua tunggal
Di Indonesia berdirinya TPA disebabkan karena banyak karyawati
yang bekerja di lembaga Pemerintahan maupun Swasta yang
mempunyai masalah tentang pengasuhan anak makin mendorong
segera dibentuknya Lembaga Kesejahteraan Anak. Sehingga pada
tahun 1963 Departemen Sosial mulai mengembangkan TPA sebagai
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Dengan terbitnya peraturan
pemerintah No.27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah serta
peraturan pemerintah No.73 tahun 1991 tentang pendidikan luar
sekolah.
Memperkuat fungsi TPA sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
(Daycare Centre) yang melaksanakan usaha kesejahteraan sosial
khususnya kesejahteraan anak dibawah lima tahun. TPA akhirnya
berkembang sampai sekarang dengan berbagai nama yang berbeda-
beda. (Direktorat Bina Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut
Usia, 1995)
b.2.3 Fungsi Daycare
Sebagai lembaga kesejahterahan untuk anak, daycare / TPA memiliki
peranan sebagai berikut:
a. Pelayanan Kesejahterahan Anak
Sebagai tempat pelayanan kesejahterahan anak, TPA memiliki
empat strategi pembinaan anak, yaitu:
1. Survival : pemenuhan kebutuhan keberlangsungan hidup dan
pertumbuhan anak

9
Universitas Esa Unggul

2. Development : pembentukan kepribadian anak, daya cipta,


kreatifitas dan inisiatif serta pengembangan potensi,
3. Protection : perlindungan anak dari perlakuan kasar dan
keterlantaran,
Preventif : pencegahan tumbuh kembang yang menyimpang dan
salah dalam pembentukan pribadi anak
b. Sebagai tempat konsultasi orangtua dalam usaha mensejahterahkan
anak dan membatu meyakinkan orang tua untuk melaksanakan ke
delapan fungsi keluarga, yaitu :
1. Keagamaan
Setiap keluarga mempunyai fungsi untuk mendorong
anggotanya untuk mempunyai perinsip beragama dengan penuh
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Social Budaya
Keluarga merupakan transformator nilai-nilai budaya antar
generasi sehingga mampu melestarikan nilai-nilai social budaya
yang bermutu.
3. Cinta Kasih
Keluarga merupakan landasan untuk mengikat batin anggota-
anggotanya sehingga saling mencintai, menghargai baik dengan
penciptaanya, sesama maupun dengan lingkungan disekitarnya
4. Reproduksi
Keluarga merupakan wadah untuk melanjutkan kehidpan
manusia dari generasi ke generasi, serta merawatnya menjadi
manusia yang berkualitas
5. Pendidikan dan Sosialisasi
Keluarga juga merupakan tempat untuk mendidik anak
keturunannya agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
social dan alam sekitar serta mengembangkan potensinya secara
optimal
6. Ekonomi
Keluarga menjadi sumber pendukung dan pemenuhan
kebutuhan anggota-anggotanya untuk dapat mengayomi,
memberi rasa damai, aman dan bahagia
7. Melindungi
Keluarga merupakan tempat perlindungan yang dapat
mengayomi, memberi rasa damai, aman dan bahagia
8. Pembina Lingkungan
Keluarga merupakan tempat mendidik anggota-anggotanya
untuk memelihara keserasian lingkungan dengan faktor
penyangga kehidupan.
b.2.4 Prinsip-prinsip Daycare

10
Universitas Esa Unggul

Menurut Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Standar kelengkapan


ruangan yang diperlukan pada setiap daycare atau TPA, yaitu;
a. Ruang pengasuh anak
1. Ruang tidur anak
2. Ruang makan anak
3. Ruang pemeriksaan Kesehatan
4. Ruang orang tua untuk memberi asih
5. Ruang isolasi/sementara (bagi anak yang mendadak sakit)
b. Ruang bimbingan belajar/Pendidikan
1. Ruang Pendidikan agama/bimbingan rohani
2. Ruang belajar membaca, menuis dan berhitung
3. Ruang perpustakaan anak
4. Ruang mendukung kreatifitas
c. Ruang bermain/sosialisasi
1. Ruang bermain
2. Ruang tempat penyimpanan peralatan bermain
d. Halaman atau tempat bemain di luar ruangan (outdoor)
e. Ruang administrasi perkantoran
1. Ruangan pimpinan
2. Ruang tata usaha
3. Uang data dan informasi
4. Ruang meeting
5. Ruang tamu/ruang tunggu orang tua
6. Ruang serbaguna
7. Ruang konsultasi
f. Ruang penunjang lainnya
1. Kamar mandi staff
2. Kamar mandi anak
3. Ruang dapurruangan penjaga/satpam
b.2.5 Fasilitas Daycare
Menurut Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Standar kelengkapan
ruangan yang diperlukan pada setiap daycare atau TPA, yaitu;
a. Ruang pengasuh anak
1. Ruang tidur anak
2. Ruang makan anak
3. Ruang pemeriksaan Kesehatan
4. Ruang orang tua untuk memberi asih
5. Ruang isolasi/sementara (bagi anak yang mendadak sakit)
b. Ruang bimbingan belajar/Pendidikan
1. Ruang Pendidikan agama/bimbingan rohani
2. Ruang belajar membaca, menuis dan berhitung
3. Ruang perpustakaan anak

11
Universitas Esa Unggul

4. Ruang mendukung kreatifitas


c. Ruang bermain/sosialisasi
1. Ruang bermain
2. Ruang tempat penyimpanan peralatan bermain
d. Halaman atau tempat bemain di luar ruangan (outdoor)
e. Ruang administrasi perkantoran
1. Ruangan pimpinan
2. Ruang tata usaha
3. Ruang data dan informasi
4. Ruang meeting
5. Ruang tamu/ruang tunggu orang tua
6. Ruang serbaguna
7. Ruang konsultasi
f. Ruang penunjang lainnya
1. Kamar mandi staff
2. Kamar mandi anak
3. Ruang dapurruangan penjaga/satpam
b.3 Pendidikan Anak Usia Dini
b.3.1 Karakteristik Pendidikan Anak Usia Dini
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa
dalam berperilaku. Dengan demikian, dalam hal belajar anak memiliki
karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik
cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan
dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
untuk anak usia dini.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada dasarnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana
yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang
diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian
kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.
Dari uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk
anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Anak belajar melalui bermain.
b. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.
c. Anak belajar secara alamiah.
d. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya
mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna,
menarik dan fungsional.
Oleh karena itu pembelajaran untuk anak usia dini dirancang
menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi, pembelajaran
untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat

12
Universitas Esa Unggul

membuat anak aktif, senang, dan bebas memilih. Anak-anak belajar


melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta
manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang
menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan
belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak
menggunakan seluruh alat inderanya.
b.3.2 Metode Pembelajaran Perkembangan Anak Usia Dini
Semua metode cocok diterapkan dalam program kegiatan anak usia
dini. Oleh karena itu metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak usia dini adalah sebagai berikut:
a. Bermain
Menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan
pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak.
Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri
sendiri. Melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan
memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan yang
memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu
sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya daripada hasil yang
diperoleh dari kegiatan itu.
Melalui kegiatan bermain yang dilakukan anak, guru akan
mendapat gambaran tentang tahap perkembangan dan kemampuan
umum anak. Bentuk-bentuk bermain antara lain sebagai berikut:
1. Bermain sosial
Peran guru yang mengamati cara bermain anak akan
memperoleh kesan bahwa partisipasi anak dalam kegiatan
bermain dengan teman-temannya. Masing-masing anak akan
menunjukkan derajat berbeda, menurut Parten ‘’Berbagai
derajat partisipasi anak dalam kegiatan bermain, dapat
bersifat soliter (bermain seorang diri), bermain sebagai
penonton, bermain paralel. Bermain asosiatif dan bermain
kooperatif (bermain bersama).
2. Bermain dengan Benda
Piaget mengemukakan bahwa ada beberapa tipe bermain
dengan objek yang meliputi bermain praktis, bermain
simbolik. Dan permainan dengan peraturan-peraturan.
Bermain praktis adalah bentuk bermain yang pelakunya
memakai berbagai kemungkinan mengeksplorasi objek yang
dipergunakan. Misalnya anak bermain dengan kartu-kartu,
kartu-kartu tersebut dapat diletakkan berdiri seolah-olah
menjadi pagar atau dinding. Dalam hal ini dikatakan bahwa
anak bermain simbolik. Dalam bermain simbolik tersebut
anak menggunakan daya imajinasinya. Suatu permainan

13
Universitas Esa Unggul

dapat dimainkan dengan menggunakan peraturan yang dibuat


sendiri. Bagaimana cara anak menggunakan alat permainan
dengan peraturan tertentu tergantung pada kematangan dan
pengalaman anak.
3. Bermain Sosio-Dramatik
Bermain sosio-dramatik banyak diminati oleh para
peneliti. Karena bermain sosio-dramatik mempunyai
beberapa elemen yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a) Bermain dengan melakukan imitasi. Anak bermain pura-
pura dengan melakukan peran orang disekitarnya, dengan
menirukan tingkah laku dan pembicaraannya.
b) Bermain pura-pura seperti suatu objek. Anak melakukan
gerakan dan menirukan suara yang sesuai dengan
objeknya, misalnya anak menirukan mobil sambil berlari
dan bersuara seperti mobil.
c) Bermain peran dengan menirukan gerakan. Misalnya anak
bermain menirukan pembicaraan antara guru dan murid
atau antara orang tua dan anak.
d) Persisten. Anak melakukan kegiatan bermain dengan
tekun sedikitnya selama 10 menit.
e) Interaksi. Anak bermain paling sedikit dengan dua orang
temannya atau lebih.
f) Komunikasi verbal. Pada saat bermain disetiap adegan
anak melakukan interaksi denga teman bermainnya
Oleh karena itu metode yang banyak digunakan di PAUD
yaitu metode bermain, karena dengan bermain dapat menjadi
motivasi bagi anak didik untuk belajar serta mempunyai
pengaruh yang positif karena anak dapat merasakan
pembelajaran tersebut tidak hanya serius di dalam kelas
melainkan juga dapat dilakukan diluar kelas dengan suasana
yang menyenangkan.
b. Karyawisata
Karyawisata Bagi anak usia dini karyawisata berarti
memperoleh kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh
informasi. Karyawisata juga berarti membawa anak usia dini ke
objek-objek tertentu sebagai pengayaan, pengajaran, pemberian
pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak didalam
kelas, dan juga memberikan kesempatan anak untuk
mengobservasi dan mengalami sendiri dari dekat.
Dengan berkaryawisata diharapkan seorang murid dapat
mengeksplor kemampuan mereka dalam mengamati suatu objek
sehingga dapat mengetahui dan menjelaskan hasil dari

14
Universitas Esa Unggul

pengamatan mereka tentang objek tersebut, selain itu


berkaryawisata juga memberikan tambahan pengalaman kepada
peserta didik dan memberikan variasi pembelajaran yang baru
sehingga walaupun dengan bermain-main anak didik memperoleh
ilmu yang lain yang didapat dari kegiatan tersebut.
Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi
perkembangan anak karena dapat membangkitkan minat anak
kepada sesuatu hal, memperluas perolehan informasi. Juga
memperkaya lingkup program kegiatan anak usia dini yang tidak
mungkin dihadirkan dikelas seperti: melihat bermacam-macam
hewan dan mengamati proses pertumbuhan.
c. Bercerita
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bercerita juga
dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat. Keterlibatan anak terhadap dongeng yang
diceritakan akan memberikan suasana yang segar, menarik dan
menjadi pengalaman yang unik bagi anak.Ada beberapa teknik
mendongeng antara lain: membaca langsung dari buku cerita,
menggunakan ilustrasi suatu buku sambil meneruskan bercerita,
menceritakan dongeng, dan bercerita dengan menggunakan
boneka. Dengan kata lain denga bercerita mambuat siswa dapat
berillustrasi dan berangan-angan mereka sedang berada di dalam
cerita tersebut.
d. Demonstrasi
Demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan
menjelaskan. Jadi dalam demonstrasi kita menunjukkan dan
menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi
diharapkan anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan.
Demonstrasi mempunyai makna penting bagi anak usia dini
antara lain sebagai berikut:
1. Dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan atau
dilaksanakan atau memperagakan.
2. Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip dengan
peragaan.
3. Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara
teliti dan cermat.
4. Membantu mengembangkan kemampuan untuk melakukan
segala pekerjaan secara teliti, cermat dan tepat.
5. Membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan
pengenalan secara tepat

15
Universitas Esa Unggul

Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa


dalam suatu pembelajaran pemilihan metode secara tepat sangat
dibutuhkan karena dengan penggunaan metode yang tidak
memberatkan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan
menjadikan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung
menjadi memuaskan, dan pembelajarpun berjalan efektif, karena
anak didik merasa senang dengan metode yang digunakan oleh
guru dalam menyampaikan pembelajaran di dalam maupun di luar
kelas.
b.3.3 Penerapan Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini
Penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia dini adalah
usaha yang dilakukan oleh guru dalam memperkenalkan dan
mengajarkan agama Islam pada anak usia 3-6 tahun yang memerlukan
bimbingan keagamaan sebelum mereka masuk ke dalam jenjang
pendidikan selanjutnya. Sebagaimana yang dikutip dalam buku Ilmu
Pendidikan Islam yang menyatakan bahwa ‘’Agama mempunyai
peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab agama
merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat
pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena
itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia
Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat
menjadi manusia yang utuh‘’.
Oleh karena itu penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia
dini sangatlah tepat, karena dengan menanamkan agama pada anak
sejak kecil akan mampu membentuk kepribadian anak menjadi pribadi
yang baik dan luhur dan dapat mengaplikasikan isi dari agama
tersebut ke kehidupan sehari-harinya.
Dalam penerapan pendidikan agama pada anak usia dini hampir
sama dengan penerapan pembelajaran mata pelajaran lainnya.
Sebagaimana yang dikutip dalam buku Format PAUD yang
mengatakan bahwa ‘’Dalam penerapan pembelajaran ini, anak diberi
kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minatdan keinginannya,
yaitu mulai dari membuat perencanaan, mengerjakan, dan melaporkan
kembali. Prosedur pelaksanaan pembelajaran antara lain sebagai
berikut:
a. Tahap merencanakan (Planning Time)
Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada anak-anak
untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Seperti
menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
proses belajar mengajar.
b. Tahap Bekerja (Work Time)

16
Universitas Esa Unggul

Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak-anak


kemudian dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang telah
dipilihnya. Pada tahap ini anak mulai bekerja, bermain, atau
memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya. Disini peran guru hanya mendampingi siswa,
memberikan dukungan, dan siap memberikan bimbingan jika anak
membutuhkan
c. Tahap melaporkan kembali (Review)
Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka
kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pengalamannya secara langsung, pada tahap ini guru berusaha
agar anak-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat.42
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penerapan
pendidikan agama islam pada anak usia dini juga harus menggunakan
perencanaan sebelum melakukan pembelajaran, selanjutnya memantau
pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dan di akhiri dengan
mengevaluasi hasil dari pelaksanaan penerapan pendidikan agama
islam pada anak usia dini yang telah berlangsung.
b.3.4 Tujuan Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini
Tujuan penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia dini
adalah untuk membina anak usia dini dalam mengenal pendidikan
agama Islam secara garis besarnya. Sebagaimana yang dikutip dari
buku Ilmu Pendidikan Islam yang menyatakan bahwa ‘’Tujuan
pendidikan agama Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang
pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil.
Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut akan
semakin besar. Maka dari itu pendidikan agama Islam sejak masih
pada taman kanak-kanak sampai sekolah dasar, gambaran Insan Kamil
itu hendaknya sudah kelihatan‘’.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia dini adalah untuk
membentuk Insan Kamil yang bisa dilihat sejak anak-anak masih
kecil, sehingga anak-anak hanya perlu memperdalam dan mengasah
pengetahuannya tentang agama pada jenjang pendidikan selanjutnya.
b.3.5 Pentingnya Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini
Dalam sejarah tampak erat hubungan pendidikan dengan
keagamaan. Pendidikan agama Islam pertama kali harus diajarkan
oleh orang tua, karena orang tua merupakan pendidik utama dan
pertama bagi anak-anak mereka. Maka dari itu hal ini merupakan
tanggung jawab keluarga. Selanjutnya pendidikan juga didapatkan
dari seorang guru yang profesional, karena ia telah rela menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang seharusnya

17
Universitas Esa Unggul

terpikul di pundak orang tua. Maka dari itu pendidikan juga dapat
diperoleh melalui pembelajaran di sekolah. Masyarakat juga turut
serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhana
masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan indivudu yang diikat
oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Pemimpin masyarakat
muslim mengehndaki agar setiap anak dididik menjadi anggota yang
taat dan patuh menjalankan agamanya.
Dengan kata lain walaupun perubahan jiwa keagamaan berawal
dari keluarga, tetapi keadaan perkembangannya mendapat pengaruh
dari badan–badan pendidikan lainnya seperti pendidikan di sekolah
yang diberikan oleh guru maupun pendidikan di masyarakat yang
diberikan oleh orang-orang di sekitar kita.Pendidikan agama harus
ditanamkan sejak masih kecil dan perlu adanya pembiasaan–
pembiasaan yang sifatnya mendidik sesuai dengan jiwa anak, yang
nantinya akan tertanam dalam jiwa mereka dengan mudah dan tidak
dapat digoyahkan dengan mudah pula.
b.4 Teori Desain Interior pada Daycare
b.4.1 Kebutuhan Anak Dalam Ruang Interior
a. Lantai
Lantai adalah Batasan bawah suatu ruangan yang membentang
secara horizontal. Lantai memiliki penangan dalam
pengaplikasiannya. Baik secara bentuk, ketinggian, dan jenis material.
Y.B. Mangunwujaya mengutarakan bahwa lantai adalah bagian dasar
dari suatu bangunan, menurutnya lantai memiliki fungsii sama dengan
dinding atau penutup ruangan bagian bawah. Maka dilihat dari
pertimbangan tersebut lanai bisa dikerjakan menurut hukum fisika
biasa yang berlaku untuk dinding.
Syarat perancangan lantai anak sebagai pengguna utama :
1. Permukaan lantai diseluruh ruang haruslah non slip/ anti
licin, dengan tujuan keamanan. Karna secara psikologis
sifat licin dikategorikan sebagai bahaya.
2. Meskipun non slip permukaan lantai juga tidak boleh
kasar, untuk meminimalisir luka jika terjatuh.
3. Menghindari laveling pada lantai dan ambang pintu
(Joseph de Chiara,1990)
Kebutuhan luasan lantai pada setiap kelas untuk preschool adalah-25
m² untuk idealnya 20 anak. Setiap anak memerlukan luas lantai
setidaknya 1,5 m² - 2 m². (Drs. Yan Dianto, 19991, h.57).
b. Dinding
Dinding adalah sebuah pembatas antar ruang dengan bentuk
vertikal serta menjadi elemen yang dominan pada suatu bangunan.
Diaplikasikan menggunakan material, finishing, pencahayaan, dsb.

18
Universitas Esa Unggul

Dinding adalah penghalang/batas sirkulasi yang memisahkan satu


ruang dengan ruang lainnya, serta memberikan privasi visual
maupun akustik bagi penggunanya. (Ching D.K, Francis, 1996,
h,180).
Dinding ruang kelas serta ruang bermain indoor sebaiknya
menggunakan material yang lemvbt. Material maupun bentuk
yang baik akan merangsang emosi dan presepsi anak. Maka
diperlukan variasi desain yang menarik, sederhana dan selektif
(Fowler, 1980, h.107)
Suara anak yang meninggi adalah bentuk ekspresi emosional,
maka dibutuhkan dinding yang dapat menyerap suara tersebut,
maupun suara lain yang mengganggu.
Ketinggian ruang kelas bergantung pada keadaan pencahayaan
pada siang hari dan hubungannya dengan factor luar seperti
bangunan lain, vegetasi, dll.
c. Atap
Atap adalah bagian paling atas pada suatu ruangan yang memiliki
fungsi sebagai pelindung atau penutup yang diaplikaskan
menggunakan beragam jenis material, bentuk, serta ketinggian.
Celling merupakan elemen perlindungan fisik maupun psikologis
untuk apapun yang berada dibawahnya (Ching D.K, Francis, 1996,
h.192).
Pada ruang public ceiling ideanya dapat memenuhi bebrapa syarat,
yaitu :
1. Mudah dalam pemeliharaan
2. Dapat meredam suara dan menjadi aspek dekoratif
3. Tahan kelembaban
4. Memperhatikan karakteristik ruangan
5. Pemasangannya disesuaikan dengan system pencahayaan dan
penghawaan baik secara alami maupun buatan.
Ceiling untuk ruangan dengan anak sebagai penggunanya, tidak hanya
sebagai aspek dekoratif melainkan dpat merangsang perkembangan
anak serta mendukung kegiatan didalamnya
b.4.2 Psikologi Warna Anak Dalam Ruang Interior
Warna merupakan sarana untuk melatih persepsi anak, denagn
menggunakan kombinasi warna dapat menghasilkan petunjuk atau clues
untuk berlatih memperkirakan jarak dan kedalaman. Warna juga sarana
untuk mengimbangi kondisi seorang anak dan orang dewasa (Griya
Asri, 2002, hal-55).
Banyak desainer menganjurkan beberapa warna yang dapat
merangsang kreativitas anak antara lain biru, hijau, kuning dan merah

19
Universitas Esa Unggul

untuk diterapkan baik pada ruang maupun pada furniture dan alat-alat
bermain. (Griya Asri, 2002, hal-62).
Dr. Masrun menyatakan bahwa persepsi mengenai wama dan
bentuk dapat mempengaruhi konsep ruang bagi anak. Pada anak balita,
dianjurkan untuk memilih warna-warna tajam dan cerah sebagai obyek
perhatiannya. Sedang anak berusia 5 tahun ke atas, cenderung memilih
bentuk sebagai obyek perhatiannya.
Penggunaan wama cenderung pada perpaduan warna primer dan
skunder yaitu merah, oranye, kuning(hangat), hijau, biru dan
violet(sejuk). Penggunaan ini bergantung dari karakter ruang yang ingin
ditampilkan. Warna untuk ruang kelas anak dianjurkan menggunakan
warna-warna yang cerah.
Dalam suatu desain, warna erat kaitannya sebagai suatu elemen
yang dapat memberikan kesan yang dinginkan serta memiliki efek
psikologi, mampu menimbulkan reaksi terhadap lingkungannya.
Warna cerah merepresentasikan keceriaan, semangat, serta
keterbukaan. Sedangkan warna yang berintensitas lebih rendah
digunakan untuk memberi kesan hangat dan tenang.
Dalam salah satu cabang ilmu kedokteran, menurut Chromotherapi
atau terapi warna disebutkan bahwa:
a. Merah, memiliki sifat merangsang mental, meningkatkan
ketegangan otot dan tekanan darah, serta irama nafas cepat.
b. Biru, memiliki sifat melemaskan otot, menenangkan denyut nadi
dan irama pernafasan, serta dapat memicu rasa mengantuk
c. Hijau, memiliki sifat penyeimbang saraf, santai dan memudahkan
konsentrasi

b.5 Ergonomi dan Antropometri


Egonomi merupakan sesuatu yang berhubungan dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia. Studi ergonomi
bertujuan unyuk menyesuaikan suasana kerja dengan manusiannya (Eko
Nurmianto, 2005). Sistem pembelajaran masa kini mendorong siswanya
untuk banyak bergerak dan membentuk kelompok, hal tersebut menyebabkan
ukuran furniture yang digunakan bukan lagi ukuran perorangan, tetapi
diambil ukuran tertinggi dari rata-rata tinggi siswa.
Menurut http://www.balita-anda.com/b-tb-rata.html, tinggi badan anak
usia prasekolah (dan usia 3-5 tahun) adalah:
Usia Tinggi (cm)
3 tahun 96,00
4 tahun 103,5
5 tahun 109,00

20
Universitas Esa Unggul

Tabel 2.1 Tinggi Badan Anak Usia 3-5 tahun


(Sumber: http://www.balita-anda.com/b-tb-rata.html)

Menurut buku Dasar-dasar Arsitektur karangan Drs. Yan Dianto, tinggi


badan anak usia prasekolah (5-6 tahun) adalah:
Usia Tinggi (cm)
5 tahun 111,8
6 tahun 116,8

Tabel 2.2 Tinggi Badan Anak Usia 5-6 tahun


(Sumber : Dasar-dasar Arsitektur, 1988, h.2)

Gambar 2.1 Tinggi badan posisi berdiri dan tinggi mata posisi berdiri
(Sumber: Ruth, Linda Cain, Desain Standards for Children’s Environments, 2000)

Dalam gambar di atas pengukuran antropometri anak mengenai tinggi badan


posisi berdiri dan tinggi mata dapat digunakan untuk mendesain furniture
lemari ataupun rak tas bagi anak-anak.

Gambar 2.2 Tinggi Badan Posisi Duduk Dan Tinggi Mata Posisi Duduk
(Sumber: Ruth, Linda Cain, Desain Standards for Children’s Environments, 2000)

Ukuran antropometri anak saat posisi duduk dapat digunakan sebagai acuan
dalam mendesain fasilitas duduk bagi anak-anak.

21
Universitas Esa Unggul

Gambar 2.3 Tinggi Pinggul Posisi Berdiri Dan Tinggi Lutut


(Sumber: Ruth, Linda Cain, Desain Standards for Children’s Environments, 2000)

Ukuran antropometri anak pada gambar diatas sebagai acuan untuk


mendesain kabinet dan kamar mandi pada anak.

Gambar 2.4 Lebar Bahu Dari Kiri ke Kanan Dan Lebar per Lengan
(Sumber: Ruth, Linda Cain, Desain Standards for Children’s Environments, 2000)

Lebar bahu pada anak sebagai acuan untuk mendesain sirkulasi dan fasilitas
bermain anak.

Gambar 2.5 tinggi meja kerja posisi berdiri


(Sumber: Ruth, Linda Cain, Desain Standards for Children’s Environments, 2000)

Gambar antropometri di atas digunakan sebagai acuan desain untuk meja


dan wastafel anak.

Variabel Nama Variabel Dimensi Standar


(cm)

22
Universitas Esa Unggul

A Tinggi kursi 55-60


B Tinggi kaki kursi 25
C Lebar kursi 23,75
D Kedalaman kursi 32,25
E Tinggi sandaarn kursi 30-35,5

Tabel 2.3 tabel ilustrasi ukuran kursi anak


(Sumber : Ruth, Linda Cain, Desain Standards for Children’s Environments, 2000)
Sudut lipatan 90o pada lutut merupakan sudut terbaik anak pada saat duduk. Kursi
yang ideal pun memiliki dudukan kursi yang luasnya ideal untuk anak, tidak terlalu
kecil , terlalu besar atau terlalu tinggi (sehingga kaki menggantung). Sama halnya
dengan meja anak. Meja yang tidak sesuai akan menyulitkan aktivitas anak dan
membentuk postur tubuh yang salah.

Gambar 2.6 Ilustrasi Meja Anak


(Sumber: Ruth, Linda Cain, Desain Standards for Children’s Environments, 2000)

Variabel Nama Variabel Dimensi


Standar (cm)
A Jarak keseluruhan 162,5 – 167,5
A1 Area meja anak 62,5 – 67,3
B Panjang 1 meja 2 anak 85
B1 Panjang 1 meja 1 anak 42,5
C Lebar anak saat duduk 20-25
D Jarak kursi anak dengan anak berdiri/ 7-10
berjalan
E Lebar anak berdiri / berjalan 30,5
F Tinggi meja 45
G Jarak meja dengan kaki anak 6-10
H Kedalaman kursi 40-42,5

23
Universitas Esa Unggul

I Tinggi kaki kursi 25

Tabel 2.4 tabel ilustrasi meja anak


(Sumber : Ruth, Linda Cain, Desain Standards for Children’s Environments, 2000)

b.6 Sistem Pencahayaan


Pencahayaan bangunan merupakan desain dan mekanisme yang membuat
ruangan atau bangunan dapat memperoleh cahaya baik yang berasal dari alam
maupun buatan. Terdapat 2 macam pencahayaan, yaitu Natural Lighting
(Cahaya Alami) dan Artificial Lighting (cahaya buatan). Pada suatu fasilitas
pendidikan akan tidak melelahkan dan menarik jika diterangi terutama
dengan pencahayaan alami dari luar (Mangunwijaya, 1991). Pencahayaan
pada siang hari dapat masuk melalui jendela, dinding kaca, dan langit-langit
tembus cahaya. Penggunaan kaca atau jendela besar pada sisi dinding
menyudut memberikan dampak psikologis kebebasan bagi penghuni (Lu‟Lu‟
Purwaningrum, 1999).
Pada penggunaan pencahayaan alami diruang belajar dan bermain, perlu
diperhatikan minimum kekuatan penerangan, yaitu:
a. Kerja halus sekali : 300 lux (cermat, terus-menerus)
b. Kerja halus : 150 lux (cermat)
c. Kerja sedang : 80 lux (tanpa konsentrasi besar)
d. Kerja kasar : 40 lux (ex: gudang, lorong)
Untuk kegiatan dengan kebutuhan pencahayaan yang tinggi dapat dibantu
dengan penggunaan pencahayaan buatan. Pada beberapa aktivitas tertentu
pencahayaan harus dikontrol keceraha, warana, penempatan, dan kualitasnya.
Pencahayaan alami maupun buatan harus dapat menjawab kebutuhan
psikologis dan harus menciptakan suasana khusus (Mangunwijaya, 1991)

b.7 Sirkulasi Udara


Penghawaan merupakan proses pertukaran udara di dalam bangunan
dengan penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami berasal dari elemen
bangunan terbuka seperti ventilasi, jendela serta pintu yang dapat dibuka-
tutup sesuai kebutuhan. Ventilasi bergantung pada orientasi dan letak suatu
bangunan.Hal ini mempengaruhi arah angin, yang kemudian menentukan
letak ventilasi yang baik.
Besaran lubang ventilasi harus bisa berfungsi untuk menukarkan udara
secara cepat tanpa mempengaruhi suhu. Penggunaan ventilasi hendaknya
menyilang dengan tidak memakai saluran. Umumnya yang diperlukan oleh
setiap anak-anak adalah 6m3 udara, maka sebaiknya pertukaran udara dalam
kelas dapat bertukar paling tidak tiga sampai lima kali dalam satu jam. Di
Amerika, banyak ditemui ventilasi mekanika dengan "unit ventilator" yang

24
Universitas Esa Unggul

dihubungkan ke ruang pemanas yang dapat mengeluarkan udara 1m3 baik


panas maupun dingin, alat ini berfungsi sebagai penyaring dan mengatur
udara yang dibutuhkan oleh anak dalam setiap menit. Berikut adalah
kebutuhan udara untuk anak dalam ruang kelas:

Table 2.5 Tabel Kebutuhan Udara untuk Anak-anak


(Sumber: Van Dianto, 1991, h.5)

25
Universitas Esa Unggul

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penulis melakukan kegiatan survey pada penelitian ini di Al-Hadi Daycare
yang berada dikawasan Jakarta Barat. Waktu penelitian dilakukan pada awal
semester hingga tengah semester, di bulan Mei 2023 sampai dengan bulan
Juli 2023. Penulis membuat surat izin pada tanggal 13 Juni, lalu meminta
perizinan survey pada tanggal 20 Juni 2023 dan baru disetujui pada tanggal
30 Juni 2023. Berikut table jadwal penelitian yang dilakukan penulis :

BULAN

NO KEGIATAN
JUNI JULI
MEI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Tahap Persiapan

2 Mengurus perizinan

3 Tahap pelaksanaan

4 Pengumpulan data

5 Pengelolaan data

6 Analisis data

7 Membuat hipotesa

Table 3.1 Jadwal Penelitian


(Sumber: Dwi Juliani, 2023)

3.2 Objek penelitian


Hal yang menjadi objek penelitian mengenai perancangan interior dari
daycare Al-Hadi dengan memfokuskan pada sirkulasi pengguna, penyediaan
fasilitas-fasilitas penunjang pada anak yang dapat membantu memaksimalkan
tumbuh kembangnya, serta penerapan konsep sesuai dengan image yang telah
dibangun oleh Al-hadi daycare. Selain itu, juga dilakukan perbandingan pada
daycare di lokasi lain untuk dijadikan data tambahan.

26
Universitas Esa Unggul

3.2.1 Al-Hadi Daycare

Gambar 3.1 Peta Al-Hadi Daycare


(Sumber: www.google.com/maps/, diakses pada 30 Juni 2023)

Al-Hadi Daycare :
Alamat : Jl. Tolo No.2, RT.7/RW.2, Srengseng, Kec.
Kembangan,DKI Jakarata, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 11630
Jam Operasiona : Senin- Jumat pukul 07.00-17.00 WIB
Sabtu-Minggu Libur
No. Telpon : 0812-8949-7397
Media Sosial : @alhadi_daycare
Lokasi Al-Hadi Daycare memiliki ruang lingkup makro yang
berdekatan dengan berbagai sector bisnis, seperti Dekoruma, restaurant
pesisir, Tunas Bugar Badminton Hall, Playfield Kid’s Academy.

Gambar 3.2 Ruang Lingkup Makro Al-Hadi Daycare


(Sumber: www.google.com/maps/, diakses pada 30 Juni 2023)

27
Universitas Esa Unggul

3.2.2 Sejarah Al-Hadi Daycare.


Al-Hadi Daycare adalah sekolah penitipan anak yang berada di
Meruya Utara. Berdiri sejak tahun 2014, yang awalnya hanya didirikan
untuk Bimbingan belajar (BimBel) saja, namun seiring berjalannya
waktu dan sesuai kebutuhan para masyarakat akhirnya dibukalah
program Daycare.
Al-Hadi Daycare selain menerima penitipan anak dan Bimbel, juga
terdapat Pendidikan anak usia dini serta program tambahan tahfidz, juga
pada daycare tidak hanya menjaga anak-anak yang dititipkan, namun
sekaligus diajarkan Pendidikan agama, seperti diajarkan do’a harian,
dan saat tidur siang pun di tempatkan terpisah untuk anak laki-laki dan
perempuan, selain itu juga menggunakan fasilitas Pendidikan tambahan
seperti diajarkan tahfidz Al-Qur’an.
Seiring banyaknya respon positif masyarakat sekitar terhadap Al-
Hadi Daycare, maka Al-Hadi membuka cabang kedua yang tepatnya
berada di Srengseng pada tahun 2019. Ibu Anifah Qowiyatun, S.Si,
selaku penanggung jawab menjelaskan bahwa sekolah penitipan anak
Al-Hadi Daycare 2 ini berawal dari seorang teman salon yang
memberikan tempat untuk bisa menampung anak-anak, dimana Al-Hadi
Daycare 2 ini adalah sekolah penitipan anak usia 3 bulan hingga 2,5
tahun pada awalnya.
3.2.3 Visi dan Misi Al-Hadi Daycare
Visi:
Membangun generasi cerdas dan berakhlakul karimah
Misi:
1. Mengawal pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
penambahan usianya.
2. Mengisi kebutuhan anak akan perhatian dan kasih sayang selama
orang tua bekerja.
3. Menyediakan lingkungan social yang kondusif dan Islami untuk
anak
4. Menyediakan fasilitas bagi anak untuk menemukan dan
mengembangkan bakatnya.
3.2.4 Struktur Organisasi Al-Hadi Daycare

28
Universitas Esa Unggul

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Al-Hadi Daycare


(Sumber: Hasil wawancara, Dwi Juliani, 21 Juni 2023)

3.2.5 Kegiatan anak di Al-Hadi Daycare


Kegiatan anak-anak di Al-Hadi daycare banyak melakukan
kegiatan agama dan segala kegiatan yang dilakukan dilandasi dengan
ajaran agama islam, salah satu nya saat makan atau melakukan aktivitas
lain biasanya anak-anak akan diajarkan bedo’a terlebih dahulu, juga
saat tidur untuk anak laki-laki dan perempuan dipisahkan. Berikut
jadwal kegiatan yang dilakukan saat anak berada di Al-Hadi Daycare :
Waktu Kegiatan
07.00-08.00 Makan pagi
08.00-09.00 Morning fresh
09.00-10.00 Salat dhuha
10.00-11.00 Istirahat, snack time, bermain
11.00-11.30 Nonton TV edukasi
11.30-12.00 Makan siang, ganti baju
12.00-15.00 Salat, Tidur
15.00-15.30 Bangun tidur, snack time
15.30-16.00 Mandi, ganti baju
16.00-16.30 Makan sore
Table 3.2 Jadwal kegiatan Al-Hadi Daycare
(Sumber: Dwi Juliani, 2023)

3.2.6 Fasilitas yang ada pada Al-Hadi Daycare

29
Universitas Esa Unggul

Beberapa fasilitas yang ditawarkan oleh Al-Hadi Daycare ini,


antara lain :
1. Tenaga pengajar yang berpengalaman
2. Ruang belajar dan tempat tidur ber AC
3. Ruang bermain dengan fasilitas mainan yang bersih dan memadai
4. Menu makanan yang sehat
5. Mendapatkan 2x makan utama dan 2x cemilan
6. Toilet bersih
3.2.7 Hasil Observasi Al-Hadi Daycare
Al-Hadi Daycare merupakan Tempat Penitipan Anak (TPA) yang
menggunakan metode pembelajaran agama islam dan bertujuan agar
anak-anak berakhlaqul karimah. Berikut hasil survey yang didapatkan
penulis melalui analisis ruang pada Al-Hadi Daycare:
Area Foto dan penjelasan
Ruang belajar
dan bermain

Gambar 3.4 Ruang belajar dan bermain


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencahayaan lampu.

Sirkulasi :
Pada area ini cukup luas untuk aktivitas anak saat
bermain karena dibagian tengah-tengah area
sengaja dibuat kosong.

Warna dan material :


Pada ruangan ini tidak ada warna khusus, karna
pada dinding diberi wallpaper bunga. Juga pada rak
mainan menggunakan berbagai macam warna yang
menggunakan material plywood.

Tata letak :
letak area ini berada di depan dekat dengan pintu
masuk Al-hadi daycare.

30
Universitas Esa Unggul

Fasilitas :
fasilitas pada area ini terdapat rak untuk menaruh
mainan, meja dan kursi yang dapat digunakan untuk
belajar.
Ruang
tidur anak
perempuan

Gambar 3.5 Ruang tidur perempuan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

Pencahayaan :
Area ini menggunakan pencahayaan dari lampu.

Sirkulasi :
Sirkulasi pada area ini hanya berkapasitas sekitar
kurang dari 10 anak.

Warna dan material :


warna yang ditampilka adalah mayoritas putih dan
pink. Untuk dinding di ruangan ini menggunakan
cat tembok berwarna putih dan pink juga pada
lantai menggunakan keramik putih,

Tata letak :
Tata letak ruangan ini berada di sebelah ruang
bermain dan belajar, area untuk ruangan ini sedikit
berada di belakang.
Fasilitas :
Kasur lipat dan rak untuk menaruh barang-barang
kebutuhan anak-anak

31
Universitas Esa Unggul

Dapur dan area


makan

Gambar 3.6 Dapur dan Area makan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencahayaan bauta dari
lampu.

Sirkulasi :
sirkulasi pada area ini cukup sempit.

Warna dan material :


warna yang ditampilkan pada area ini didominasi
dengan warna putih. Untuk dapur menggunakan
material keramik dan untuk kursi makan anak-anak
menggunakan material polypropylene.

Tata letak :
tata letak pada area ini sudah cukup baik karena
berada di belakang.

Fasiltas :
Kulkas, rak dapur, meja, kursi
Ruang tidur
anak laki-laki

Gambar 3.7 Ruang tidur anak laki-laki


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

Pencahayaan :

32
Universitas Esa Unggul

Area ini menggunakan pencahayaan dari lampu.

Sirkulasi :
Sirkulasi pada area ini hanya berkapasitas sekitar
kurang dari 10 anak.

Warna dan material :


warna yang ditampilka adalah mayoritas putih.
Untuk dinding di ruangan ini menggunakan cat
tembok berwarna putih dan pink juga pada lantai
menggunakan keramik putih,

Tata letak :
Tata letak ruangan ini berada lantai 2 pada
bangunan ini

Fasilitas :
Kasur lipat dan rak untuk menaruk kebutuhan anak-
anak.
Ruang bermain
dan belajar
Lt.2

Gambar 3.8 Ruang tidur anak laki-laki


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencahayaan buatan
dari lampu.

Sirkulasi :
Pada area ini cukup luas untuk aktivitas anak saat
bermain dan belajar

Warna dan material :


Warna yang didominasi pada area ini adalah wana
hijau, karena pada dinding area ini diberi cat hijau
sedangkan pada lantai diberi keramik putih. Untuk

33
Universitas Esa Unggul

material rak menggunakan playwood.

Tata letak :
Letak area ini berada di lantai 2 dekat dengan ruang
tidur anak laki-laki

Fasilitas :
fasilitas pada area ini terdapat rak untuk menaruh
mainan, meja dan kursi yang dapat digunakan untuk
belajar.
Ruang bermain
outdoor
Table 3.3 Hasil Observasi pada Al-Hadi Daycare
(Sumber: Dwi Juliani, 2023)

3.3 Data Pembanding


Selain melakukan survey terhadap Al-Hadi Daycare, penulis juga
melakukan perbandingan pada Tempat Penitipan Anak (TPA) di Hanifa
Islamic Daycare dan Tweede Daycare
3.3.1 Hanifa Islamic Dayacare
Hanifa Islamic Daycare berada di wilayah Tanggerang Selatan
yang tepatnya berada di :
Alamat : JL. Pamulang Raya, Blok E 5, Pamulang Bar.,
Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan,
Banten 15417
Jam Operasional : Senin-Jumat pukul 07.00-17.00
Sabtu-Minggu Libur
No. Telp : (021) 7405238
Website : hanifaislamicschool.sch.id

Gambar 3.10 Peta Hanifa Islamic Daycare


(Sumber: www.google.com/maps/, diakses pada 30 Juni 2023)
a. Kegiatan anak di Hanifa Islamic Daycare

34
Universitas Esa Unggul

Kegiatan rutin anak di Hanifa Islamic Daycare ini tidak terikat


dengan waktu tertentu tetapi dipastikan anak menjalani semua
kegiatan yang ada. Kegiatan baby (3-24 bulan) berbeda denga
anak-anak (2-6 tahun).
Baby Children
Mendengarkan murotal Pendidikan islam dasar
Kegiatan anak Belajar solat
Bermain sensoric Pembiasaan dzikir
Makan dan cemilan Do’a harian
Pijat baby Membaca iqro
berenang Muroja’ah
Story telling
Belajar
Belajar sentra
Toilet training
Berenang 1x sebulan
Table 3.4 Jadwal kegiatan Hanifa Islamic Daycare
(Sumber: Dwi Juliani, 2023)
b. Fasilitas yang ada pada My Tootsie Bear
Beberapa layanan fasilitas yang didapat saat menitipkan anak di
Hanifa Islamic Daycare :
1. Snack time
2. Lunch
3. Ruang tidur full AC
4. Care taker max 1:2 (baby) 1:5 (toddler)
5. Daily report
6. Swimming pool
7. Playground
8. CCTV
9. Ruang makan anak
10. Play room and save toys
c. Hasil observasi My Tootsie Bear Gandaria

Area Foto dan penjelasan


Kamar tidur baby

35
Universitas Esa Unggul

Gambar 3.11 Kamar Tidur Baby


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani,
2023)
Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencahayaan
buatan dari lampu downlight

Sirkulasi :
Pada area ini sirkulasi cukup luas, di area ini
disediakan untuk kapasitas 5 bayi.

warna dan material :


warna yang ditampilkan mayoritas coklat
dan cream, untuk dinding dilapisi dengan
wallpaper bergambar dan pada furniture
tempat tidur baby di beri material kayu.

Fasilitas :
Baby Tafel, tempat tidur
Area bermain
baby

Gambar 3.12 Area Bermain Baby


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani,
2023)
Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencayaan
buatan dari lampu downlight

Sirkulasi :
Sirkulasi pada area ini cukup luas sehingga
anak-anak dapat bergerak dengan bebas

36
Universitas Esa Unggul

Warna dan material:


Warna pada area ini dominan dengan warna-
warna primer hal ini dilakukan untuk
meningkatkan daya Tarik pada baby. Dan
untuk mainan anak kebanyak menggunakan
material plastik

Tata letak:
Area ini berada di tengah-tengah atau di
antara ruang-ruang

Fasilitas :
Beberapa probotan mainan anak
Ruang makan
baby

Gambar 3.13 Ruang Makan Baby


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani,
2023)
Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencayaan
buatan dari lampu downlight

Sirkulasi :
Sirkulasi pada area tidak terlalu besar tetapi
cukup untuk 10 baby

Warna dan material:


Mendominasi warna putih pada elemn
interior terutamap pada bagian dinding dan
beberapa high chair. Serta untuk lantai
menggunakan ceramic berwarna cream.

Fasilitas :
High chair, meja makan anak, kursi makan
anak, storage

37
Universitas Esa Unggul

Ruang transit
orang tua

Gambar 3.14 Ruang Transit Orang Tua


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani,
2023)
Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencayaan
buatan dari lampu downlight

Sirkulasi :
Sirkulasi pada area ini cukup luas untuk
sekedar singgah yang tidak terlalu lama

Warna dan material:


Warna pada area ini dominan dengan warna-
warna cream terutama pada dinding, untuk
lantai menggunakan material HPL bermotif
kayu

Tata letak:
Area ini berada di depan dan menjadi pintu
masuk anak-anak sebelum ke dalam daycare

Fasilitas :
Meja dan kursi anak untuk menunggu,
gantungan pakaian
Kamar tidur

Gambar 3.15 Kamar Tidur anak


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani,
2023)
Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencayaan
buatan dari lampu downlight

38
Universitas Esa Unggul

Sirkulasi :
Sirkulasi pada area ini cukup luas dan cukup
menampung 10 anak

Warna dan material:


Warna dinding pada area ini menggunakan
warna hijau, sedangkan pada lantai
menggunakan HPL bermotif kayu.

Fasilitas :
Kasur dan loker
Ruang makan
anak

Gambar 3.16 Ruang Makan Anak


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani,
2023)
Pencahayaan ;
Pada area ini menggunakan pencahayaan
buatan lampu downlight

Sirkulasi :
Sirkulasi pada area ini tidak terlalu luas
tetapi cukup untuk 15 anak

Warna dan material :


Pada area ini banyak menggunakan warna-
warna terang dan menggunakan material
plastic. Untuk dinding menggunakan warna
oren dan lantai nya menggunakan keramik
putih.

Fasilitas :
meja makan, kursi makan, storage
Area belajar

Gambar 3.17 Area Belajar

39
Universitas Esa Unggul

(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani,


2023)
Pencahayaan :
Pada area ini menggunakan pencahayan buatan
lampu downlight

Sirkulasi :
cukup luas untuk anak-anak belajar dan praktik
solat

Warna dan Material :


pada dinding area ini menggunakan cat warna
hijau, dan lantai menggunakan HPL bermotof
kayu, serta matras dan lemari menggunakan
warna-warna terang.

Fasilitas :
lemari, laci, rak buku
Kamar mandi

Gambar 3.18 kamar mandi


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani,
2023)
Pencahayaan :
Pada area ini menggunakan pencahayaan
buatan dari lampu downlight

Sirkulasi :
Sirkulasi pada kamar mandi ini cukup luas
untuk melakukan segala kegiatan sanitari
atau toilet training

Warna dan material :


Pada area ini mendominasi warna putih
terutama pada dinding menggunakan
keramic putih, dan pada lantai menggunkan
keramik motif abstrak item-putih.

Fasilitas :
toilet, shower, wastafel
Table 3.5 Hasil observasi My Tootsie Bear Gandaria
(Sumber: Dwi Juliani, 2023)

40
Universitas Esa Unggul

3.3.2 Tweede Daycare Jakarta


Tweede Daycare berada di wilayah Jakarta Pusat yang tepatnya
berada di :

Alamat : Blok Kabin Jl. Danau Limboto No.4, RT.16/RW.4,


Bend. Hilir, Kecamatan Tanah Abang, Kota
Jakarta
Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10210
Jam Operasional : Senin-Jumat pukul 07.00-17.00
Sabtu-Minggu Libur
No. Telp : 08568452777

Gambar 3.19 Peta Tweede Daycare Jakarta


(Sumber: www.google.com/maps/, diakses pada 30 Juni 2023)

a. Kegiatan anak di Tweede Daycare Jakarta


Waktu Kegiatan
07.30-08.00 Datang, bermain bebas di playground,
membaca buku, mandi pagi
08.00-08.30 Sarapan pagi
08.30-09.00 Bermain bersama, bernyanyi, menari, dan
aktivitas social lainnya
09.00-11.00 Bermain dan belajar dengan bimbingan guru
11.00-11.30 Clean up & story time
11.30-13.00 Makan siang bersama, lalu bersiap untuk tidur
13.00-15.00 Tidur siang
15.00-15.30 Bangun tidur, makan cemilan
15.30-16.00 Mandi sore dan berganti baju
16.00-17.00 Makan sore/malam, bermain bebas,
membaca, bermain di playground
17.00-18.00 Menunggu dijemput

41
Universitas Esa Unggul

Table 3.6Jadwal kegiatan babies Tweede Daycare Jakarta


(Sumber: Dwi Juliani, 2023)

b. Fasilitas yang ada pada Tweede Daycare Jakarta


Beberapa layanan fasilitas yang didapat saat menitipkan anak di
My Tootsie Bear :
1. Ruang bermain indoor dan outdoor
2. Sarapam, mkan siang, makan sore/malam, diselingi dengan
buah dan snack
3. Pro ASI dan pemeriksaan kondisi fisik dan psikologis anak
secara rutin. Visit dokter dilakukan setiap bulan, visit psikolog
3 bulan sekali, dan visit dokter gigi dilakukan 6 bulan sekali.
4. Stimulus motoric kasar, motoric halus dan kognitif dengan
bimbingan guru
5. Massage baby untuk anak usia dibawah 1 tahun
6. Jumlah anak yang disesuaikan dengan kapasitas ruang
7. Pengasuh yang berimbang dengan jumlah anak, dan
berpengalaman
8. Lingkungan yang nyaman, aman, serta strategis
9. Laporan harisan anak

c. Hasil observasi Tweede Daycare Jakarta


Area Foto dan penjelasan
Ruang
belajar/Membaca

Gambar 3.20 Tampak Area Belajar


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

Pencahayaan :
Pencahayaan buatan dari lampu downlight dan
terdapat jendela awning yang dapat di buka-
tutup sebagai sirkulasi.

Sirkulasi :

42
Universitas Esa Unggul

Sirkulasi belajar antara anak hanya cukup


dengan 5 orang

Warna dan material :


Untuk dinding dan lantai menggunakan warna
putih, lalu pada lantai diberi matras busa
dengan banyak varian warna, dan pada rak-rak
di dominasi oleh warna merah dengan finising
cat kayu.

Tata letak :
Peletakan rak-rak untuk buku dan mainan
berada di pinggir tembok, sehingga area
tengah lumayan luas untuk anak bergerak
bebas sambal belajar.

Fasilitas :
Rak buku, rak mainan, sofa mini, dan papan
tulis
Area bermain
Indoor dan area
makan

Gambar 3.21 Area bermain Indoor dan area makan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencahayaan
buatan dari downlight, tetapi juga ada jendela
besar yang merupakan salah satu sumber
cahaya.

Sirkulasi:
Sirkulasi di area ini sangat luas sehingga
cukup untuk semua anak-anak juka bermain,
makan atau melakukan kegiatan lain nya di

43
Universitas Esa Unggul

area ini,

Warna dan material :


Warna yang ditampilkan pada area ini
mayoritas putih, lalu pada lantai diberi matras
busa warna-warni. Juga beberapa warna pda
material furniture bermain anak dengan
menggunakan polypropylene.

Tata letak :
Area ini berada di tengah-tengah, dan diantara
ruang-ruang yang ada di daycare. Area ini
dijadikan satu dengan area bermain dan
makan.

Fasilitas :
Fasilitas pada area ini hanya berupa perabotan
bermain anak-anak, juga beberapa high chair,
Ruang tidur baby
(0-6 bln)

Gambar 3.22 Area Tidur Baby


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencayaan buatan
dari lampu, tetapi juga terdapat jendela besar
yang juga menjadi sumber cahaya pada area
ini.

Sirkulasi :
Sirkulasi pada area ini hanya berkapasitas
sekitar kurang dari 10 bayi.

Warna dan materia :

44
Universitas Esa Unggul

Warna putih didominasi pada area ini


terutama pada elemen interior seperti dinding
dan lantai. Material yang digunakan pada
tempat tidur bayi yaitu besi dengan dilapisi
kain warna abu-abu mudan dan abu-abu tua

Tata letak :
Area ini berada di tengah-tengah

fasilitas :
Tempat tidur bayi, Kasur, loker
Ruang tidur anak
perempuan

Gambar 3.23 Area tidur anak perempuan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)
Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencahayaan
buatan dari lampu

Sirkulasi :
Sirkulasi tempat tidur antara satu dengan yang
lain cukup untuk 5 orang anak.

warna dan material :


warna yang ditampilkan adalah putih terutama
pada elemen interior dinding dan laintai.
Tata letak :
Letak area ini berada di tengah-tengah atau di
smaping area bermain.

fasilitas :
Kasur, dan loker

45
Universitas Esa Unggul

Ruang tidur anak


laki-laki

Gambar 3.24 Area tidur anak laki-laki


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023

Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencahayaan
buatan dari lampu

Sirkulasi :
Sirkulasi tempat tidur antara satu dengan yang
lain cukup untuk 5 orang anak.

warna dan material :


warna yang ditampilkan adalah putih terutama
pada elemen interior dinding dan laintai

Tata letak :
Letak area ini berada di tengah-tengah atau di
smaping area bermain.

fasilitas :
Kasur, dan loker

46
Universitas Esa Unggul

Dapur

Gambar 3.25 Dapur


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencayaan buatan
dari downlight

Sirkulasi :
Sirkulasi pada area ini cukup sempit hanya
berkapasitas 1 orang.

Tata letak :
Area ini sengaja berada di bagian belakang
agar sulit untuk dijangkau oleh anak-anak

Fasilitas :
Kulkas, storage, dan alat pendukung dapur
lainnya
Ruang bermain
outdoor

Gambar 3.26 Taman Outdoor


(Sumber: Dokumentasi Pribadi Dwi Juliani, 2023)

47
Universitas Esa Unggul

Pencahayaan :
Pada area ini mengandalkan pencahayaan alami.

Sirkulasi:
Sirkulasi di area ini terbuka dan cukup besar
sehingga anak-anak bisa bebas saat beraktivitas.

Warna dan material :


Pada area ini didominasi dengan warna hijau
karena menggunakan rumput sintetis sebagai alas
taman, serta beberapa warna pada furniture
bermain anak-anak dengan finishing
polypropylene.

Tata letak :
Berada di outdoor dan letaknya di paling depan
bangunan.

Fasilitas :
Beberapa prabotan bermain anak usia dini.
Table 3.7 Hasil observasi Tweede Daycare Jakarta
(Sumber: Dwi Juliani, 2023)

3.4 Metode Pengumpulan Data


Berdasarkan buku Metode-metode Filsafat oleh Anto Bakker, metod
penelitian adalah cara atau jalan yang dipakai untuk memahami obyek yang
menjadi sasaran, sehingga dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan.
Metode pengumpulan data ini merupakan bagian dari tahapan awal untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan, sebelum memulai pengolahan atau
perancangan desain nantinya. Hal tersebut guna memudahkan lanjut kepada
tahapan-tahapan berikutnya. Adapun metode pengumpulan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Proses observasi dilakuka dengan datang secara langsung ke lokasi.
Observasi ini dimaksudkan untuk melihat dan merasakan suasana pada
lokasi survey. Dengan melakukan survey, penulis dapat mengumpulkan
data mengenai tata letak furniture, sirkulasi, serta suasana dari setiap
ruangan/area pada daycare tersebut.
b. Wawancara
Penelitian ini, dilakukan wawancara dengan staff bagian manager.
Wawancara terkait data dari daycare tersebut, sebelumnya sudah
ditentukan poin-poin yang akan ditanyakan kepada narasumber.
Pertanyaan yang diajukan disampaikan dengan sopan dan tetap santai

48
Universitas Esa Unggul

agar narasumber pun dapat menjawabnya dengan santai serta diperoleh


data-data yang lengkap dan jelas.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni berupa
foto-foto yang diambil sendiri oleh penulis pada Daycare Al-Hadi
Daycare, Hanifa Islamic Daycare, dan Tweedey Daycare.
d. Riset internet
Terdapat juga data-data riset melalui internet pada website dan
media social resmi dari daycare yang di pilih.
3.5 Teknik Analisis Data
Jenis metode penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif analisis.
Menurut Miles dan Huberman, analisis data terdiri dari beberapa alur
kegiatan yang dilakukan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Berikut adalah tiga langkah dalam analisis data penelitian ini:
a. Reduksi Data
Data permasalahan yang telah diamati pada Al-Hadi Daycare, yaitu belum
sesuainya fasilitas dan furniture kebutuhan anak.
b. Penyajian Data
Perancangan interior dan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat
memberi kenyamanan untuk mendukung tubuh kembang anak usia dini,
juga para pengguna dan staff Al-Hadi Daycare. Perancangan furnitur yang
sesuai dengan ergonomi dan kebutuhan. Serta menerapkan konsep yang
sesuai dengan image yang telah dibangun.
c. Penarikan Kesimpulan
Penjelasan akan data yang sudah tepat dan sesuai dengan perumusan
masalah yang sudah dibuat.
3.6 Analisis Objek Penelitian
3.6.1 Analisis Citra/Image (Visual/Non Visual)
Kompone Uraian Kata Kunci Citra/Image Kesimpulan
n Masalah
Lembaga Sebagai Tempat Membangun
Lembaga Penitipan anak generasi
penitipan cerdas dan
anak dan berakhlakul Playfull
juga sebagai karimah Cheerful
tumbuh Islamic
kembang
anak usia
dini
Pemakai Perempuan, Usia dini Ceria
laki-laki,
anak usia

49
Universitas Esa Unggul

dini
Aktivitas Bermain, Perkembangan Pendidikan
makan, anak usia dini internasional
belajar Islam
sensorik dan
motoric,
mengaji, Playfull
belajar Cheerful
sholat Islamic
Lokasi Jl.Tolo No.2, Kawasan Kawasan
RT.7/RW.2, industri padat &
Srengseng,
Busy
Kec.
Kembangan,
DKI Jakarata,
Daerah
Khusus
Ibukota
Jakarta 11630
Table 3.8 Analisi citra/image
(Sumber: Dwi Juliani, 2023)

3.6.2 Analisis Potensi Lingkungan/Tapak


Al-Hadi Daycare ini terletak di lokasi yang cukup padat penduduk.
Kawasan srengseng ini merupakan Kawasan yang sibuk karena banyak
aktivitas pada Kawasan ini, Al-Hadi Daycare cukup strategis
dikarenakan dekat dengan beberapa public space, seperti mini market
(Indomaret dan Alfamart), dekoruma, Playfield Kid's Academy
Srengseng, dan lain sebagainya. Akses menuju ke lokasi ini pun cukup
mudah, dapat menggunakan angkutan umum, ojek/taksi online, taksi
konvensial, maupun dengan kendaraan pribadi. Namun karena daycare
ini berada di dalam perumahan penduduk, maka terdapat hambatan
dengan parkir kendaraan.

Gambar 3.27 Peta lingkungan Al-Hadi Daycare


(Sumber: www.google.com/maps/, diakses pada 30 Juni 2023))

50
Universitas Esa Unggul

3.6.3 Analisis Bangunan


Bangunan Al-Hadi Daycare ini memiliki dua lantai. Di lantai satu
terdapat taman bermain outdoor, ruang kantor, ruang tidur perempuan,
ruang belajar dan bermain, dapur, area makan, dan toilet. Sedangkan
pada lantai dua hanya terdpat ruang tidur laki-laki dan ruang tengah
yang biasa digunakan sebagai ruang belajar dan bermain.
3.6.4 Analisis Pengguna
Pengguna Al-Hadi Daycare ini terbagi menjadi tiga, yaitu staff
pengasuh, tenaga pengajar, serta pengunjung. Mayoritas pengguna lebih
kepada anak-anak hingga dewasa, baik wanita maupun pria. Namun
juga ada bapak-bapak dan ibu-ibu untuk sekedar menjemput dan
mengantarkan anak mereka ke daycare tersebut
3.7 Hipotesis
Kesimpulan sementara yang dihasilkan setelah melakukan observasi
lapangan dan analisis, yaitu bahwa Al-Hadi Daycare belum memberikan
fasilitas yang baik dari segi interior, dan kebutuhan ruang masih kurang,
karena keterbatasan area. Serta kurangnya penerapan konsep Islamic pada
interior Al-Hadi Daycare sebagaimana image yang telah dibangun. Al-Hadi
Daycare harus menyediakan fasilitas yang memenuhi kebutuhan ruang untuk
kenyamanan anak usia dini dalam meningkatkan tumbuh kembang anak
dimasa golden age.

51

Anda mungkin juga menyukai