Anda di halaman 1dari 32

FAKULTAS KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


NAMA/SANDI MATA KULIAH

NAMA MAHASISWA SHANIA IMELDA


NPM 220110180232
e-mail Shania18004@mail.unpad.ac.id
Nomor kontak 081559753070
NAMA TUTOR Kelompok 1
Batas Akhir Pengumpulan 21 April 2020
NO/JUDUL TUGAS Tutorial Kasus Sistem Perkemihan (CKD)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas yang dikumpulkan adalah hasil karya saya sendiri, bukan contekan, dan belum pernah
diserahkan untuk penugasan mata kuliah lain. Jika saya terlambat mengumpulkan tugas, maka saya bersedia diberi penalti sebesar 2%
per hari keterlambatan, kecuali sudah mendapatkan persetujuan koordinator.

Tandatangan: Shania Imelda Tanggal: 18 /04 /2020


Deskripsi Kasus

Seorang perempuan dirawat dengan diagnose gagal ginjal kronik. Pasien datang
ke rumah sakit dengan keluhan mual dan gatal-gatal pada bagian tubuh selama 4
bulan. Pasien juga mengeluh lemas hingga tidak bias beraktivitas. Pasien memiliki
riwayat hipertensi sejak 1 tahun terakhir. Pasien memiliki riwayat meminum
minuman cola dan bersoda hampir setiap hari dalam 1 tahun. Pada saat dikaji pasien
terpasang kateter dengan jumlah urin 400 ml dalam 24 jam, berat badan 71 Kg dan
tinggi 155 cm. Pasien melaksanakan hemodialysis pertama dan berat badan setelah
HD 67 kg. Pasien mengatakan bahwa dia merasakan cemas karena baru didiagnosa
gagal ginjal dan harus menjalani hemodialysis secara rutin.
Berdasarkan hasil pengkajian pasien tampak pucat, konjungtiva pasien anemis,
suara napas vesikuler, bentuk dada simetris, ada pergerakan otot napas tambahan,
bunyi jantung S1 dan S2 regular, perut buncit (Ascites), bising usus 4 x/menit, perkusi
abdomen terdengar suara pekak, turgor normal, edema grade 3 di kedua ekstremitas
bawah. Hasil pemeriksaan penunjang : Hb 7,6 g/dl, Ureum 88,4 mg/dl, Kreatinin
10,56 mg/dl. Terapi farmakologis asam folat 1 x 5 mgPO, Callos 3 x 1 tab PO,
Amlodipin 1 x 10 mg PO, Omeprazole 2 x 40 mg IV, Furosemid 1 x 60 mg IV,
Candesarton 1 x 8 mg PO, Paracetamol 3 x 1 tab, Ca 4 gr (1x2 amp) IV.
Learning Objective

1. Jelaskan definisi dari CKD pada pasien tersebut


2. Jelaskan klasifikasi dari CKD
3. Jelaskan patofisiologi terjadinya manifestasi klinis pada pasien tersebut
4. Jelaskan komplikasi yang dapat dialami pasien tersebut
5. Jelaskan pengkajian dan pemeriksaan diagnostic yang harus dilakukan pada pasien
tersebut
6. jelaskan intervensi farmakologis dan non farmakologis pada pasien tersebut
termasuk nutrisi yang harus diberikan
7. Buat rancangan asuhan keperawatan pada pasien tersebut
8. Jelaskan indikasi dialisis, jenis dialisis dan komplikasi yang dapat terjadi
Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Sistem kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Ginjal
berfungsi untuk menyaring darah serta limbah yang dihasilkan dari darah untuk
menghasilkan urin. Fisiologi dari sitem perkemihannya yaitu :

1. Ginjal
Manusia memiliki dua ginjal yang berbentuk seperti kacang yang ditemukan
disepanjang dinding posterior rongga perut. Ginjal memiliki panjang 11 cm, lebat
5-6 cm, dan tebal 3-4 cm. Ginjal memiliki batas luar yang berbentuk konveks
(cembung) dan batas dalam yang disebut hilum (hilus), dan disinilah arteri renalis,
vena renalis, persyarafan, dan ureter masuk dan meninggalkan ginjal. Arteri
renalis membawa darah menuju ginjal kemudian terjadi proses filtrasi, setelah
darah difilter vena renalis membawa darah menjauhi ginjal. Manusia memiliki
dua ginjal yaitu ginjal kiri dan ginjal kanan. Ginjal kiri terletak jauh lebih tinggi
daipada ginjal kanan karena sisi kanan hati jauh lebih besar dari sisi kiri. Ginjal
terletak di posterior peritoneum dan menyentuh otot-otot punggung.
Ginjal ditutupi oleh tiga lapisan yaitu fascia renalis, jaringan adiposa dan
kapsul renalis. Fascia renalis adalah lapisan terluar yang terdiri dari lapisan tipis
jaringan ikat yang mengaitkan ginjal pada dinding abdomen dan jaringan di
sekitarnya. Jaringan adiposa adalah lapisan yang berada di tengah yang
mengelilingi kapsul yang berfungsi sebagai bantalan ginjal dari trauma.
Kemudian kapsul renalis adalah lapisan paling dalam ginjal yang terdiri dari
jaringan ikat polos yang terhubung dengan lapisan ureter. Fungsi dari kapsul
renalis yaitu sebagai pelindung dari ginjal serta untuk mempertahankan bentuk
ginjal.
2. Ureter
Ureter adalah sepasang tabung yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih.
Urin mengalir dari ginjal ke kandung kemih disebabkan oleh kontraksi peristaltik
dinding otot pada ureter. Ujung ureter memanjang sedikit ke kandung kemih dan
disegel pada titik masuk kandung kemih oleh katup ureterovesikal. Katup ini
berfungsi untuk mencegah urin kembali ke ginjal. Panjang ureter kurang lebih 10
sampai 12 inci dan berada di sisi kanan kiri tubuh sejajar dengan kolom vertebral.
3. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan organ muskular berongga dan terletak dalam rongga
pelvis di posterior simfisis pubis. Pada laki-laki kandung kemih terletak di
anterior rektum dan pada wanita kandung kemih terletak di anterior vagina dan
inferior uterus. Daya tampung kandung kemih untuk menampung urin yaitu
600-800 cc urin. Kandung kemih mempunyai otot yang berfungsi untuk
mengembang kempiskan kandung kemih ketika penuh yaitu transitional epitelium,
elastic fibers dan visceral muscletissue.
4. Uretra
Uretra adalah tabung muskular yang membawa urin dari kandung kemih menuju
ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita yaitu sekitar 2 inci dan ujungnya lebih
rendah dari klitoris dan lebih tinggi dari lubang vagina sedangkan pada laki-laki
panjang uretra sekitar 8 sampai 10 inci dan berakhir di ujung penis. Uretra
dilapisi oleh dua otot sfingter uretra yang tepisah yaitu sfingter internal dan
sfingter eksternal. Sfingter uretra internal terbentuk oleh otot polos involunter
(tidak dapat dikontrol ) dan terletak pada taut kandung kemih uretra, pembukaan
sfingter internal membuat sensasi ingin berkemih. Sfingter uretra eksternal
terbentuk oleh otot rangka dan bersifat volunter (dapat dikontrol) sehingga
sfingter dapat dibuka untuk memungkinkan urin melewati uretra atau ditutup
rapat untuk menunda buang air kecil.
Pembahasan Lo 1
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan salah satu penyakit yang
menyerang organ ginjal dimana keadaan organ ginjal menurun secara progresif,
kronik, maupun metetap dan berlangsung. Kriteria yang terdapat pada penyakit
ginjal kronik ini adalah timbulnya kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dengan kata
lain terjadinya kelainan structural maupun fungsional. Kerusakan ginjal ini dapat
dilihat apabila laju filtrasi glomerular (Glomerulus Filtration Rate (GFR)) kurang
dari 50 mL/menit (NKF-DOQI, 2002). Pada kasus CKD dengan hipertensi,
hipertensi sudah ada sebelum CKD bahkan mungkin bisa diperburuk dengan
adanya penyakit CKD.
Glomerulus filtration rate atau laju filtrasi glomerulus adalah jumlah filtrat
yang terbentuk setiap menit dalam semua nefron dari kedua ginjal. Glomerulus
Filtration Rate (GFR) merupakan parameter terbaik untuk menentukan fungsi
ginjal dan untuk mengetahui seberapa parah penurunan fungsi ginjal tersebut.
Nilai normal GFR pada orang dewasa yaitu mendekati 120-130 mL/min/1,73 m2.
Ginjal memiliki fungsi utama yaitu :
1. Membentuk urin , untuk mengelurakan produk toxic dari darah contoh ureum
dan kreatinin yang merupakan hasil dari metabolisme tubuh
2. Mengatur volume darah dengan ekskresi/konservasi air
3. Mengatur keseimbangan elektrolit dalam darah
4. Mengatur keseimbangan asam basa darah dengan ekskresi/konservasion ion
(hidrogen, bikarbonat)
5. Fungsi lain yaitu untuk mengatur homeostasis dari beberapa kondisi internal :
sekresi renin (mengatur tekanan darah), aktivassi vit D, produksi eritropoetin
(produksi hb sel darah merah).
Kandungan urin normal manusia yaitu terdiri dari air, urea, asam urat,
ammonia, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida dan garam,
sedangkan pada kondisi tertentu dapat ditemukan zat-zat berlebih lainnya seperti
vitamin c dan obat-obatan.
Pembahasan Lo 2
Klasifikasi dari Cronic Kidney Disease berdasarkan dari Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG) yaitu :
Tahap LFG dengan luas Deskripsi
permukaan tubuh 1,73 m2
I Lebih dari 90 Fugsi renal normal tetapi urinalisis dan
struktur abnormal atau faktor genetik
mengindikasikan penyakit ginjal
II 60-89 Fungsi renal sedikit menurun (CKD tahap II
tidak dapat didiagnosa dari LFG saja tetapi
membutuhkan urinalisis dan struktur
abnormal atau faktor genetik mengindikasi
penyakit ginjal)
IIIa 45-59 Fungsi renal menurun dalam tahap moderet,
dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal
lainnya
IIIb 30-44 Fungsi renal menurun dalam tahap moderet,
dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal
lainnya
IV 15-29 Penurunan fungsi renal yang berat
V <15 Gagal ginjal akhir (penanganannya yaitu
harus dilakukan transpalntasi atau
hemodialisis)
Dari kondisi pasien di kasus, pasien sudah menderita gagal ginjal kronik di tahap
5 yaitu di tahap gagal ginjal akhir karena dapat diketahui dengan adanya terapi yang
dilakukan oleh pasien yaitu melakukan hemodialisis secara rutin.
Pembahasan Lo 3
Pathway CKD
MINUMAN SODA

Tekanan darah
Meningkat Natrium Benzoat berikatan
dengan Protein
Volume cairan
ekstrasel Protein dalam darah
ditingkatkan

Ginjal Sensitif terhadap


Urine sedikit
Protein

Sekresi ADH Fungsi GFR dan Filtrasi


meningkat menurun
Ureum dan
Ureum dan kreatinin kreatinin dalam
Angiotensin I meningkat darah
menjadi meningkat
Angiotensin II
Kerusakan ginjal
Syndrome
Angiotensinogen uremia
diubah menjadi Gg mekanisme regulasi
angiotensi I dan homeostatis

Sistem Renin GAGAL GINJAL


Angiotensin KRONIS

Retensi Na Sekresi Gg
Perpospademia
Meningkat Eritropolotis keseimbangan
menurun asam bassa
Volume cairan
intersisial Priuritas / gatal
Hb menurun
meningkatkan Asam lambung
meningkat
Gg Integritas
Edema Asites Suplay O2 Kulit
menurun Mual

Diafargma Anoreksia
tertertekan. Anemia Kelemahan

Volume Ketidak. Pola Nutrisi kurang


cairan nafas Intoleransi Aktivitas dari kebutuhan
berlebih tubuh
Patofisiologi dari manifestasi klinis yang terjadi sesuai dengan kasus yaitu :
a) Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan
perubahan-perubahan struktur pada arteriol di seluruh tubuh. Hal ini ditandai
dengan fibrosis dan sklerosis dinding pembuluh darah. Ketika td tinggi maka
pembuluh darah menjadi lebar , namun karena pelebaran ini maka pembuluh
darah menjadi lemah dan tidak dapat bekerja sesuai dengan fungsinya yaitu
untuk membuang kelebihan air serta zat sisa dari dalam tubuh.Kelebihan
cairan yang terjadi di dalam tubuh kemudian menyebabkan tekanan darah
menjadi lebih meningkat, sehingga keadaan ini membentuk suatu siklus yang
berbahaya
b) Edema di ektremitas bawah dapat terjadi karena Penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang mempengaruhi retensi cairan dan natrium. Retensi
cairan dan natrium tidak terkontrol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Natrium
dan cairan sering tertahan dalam tubuh
c) Mual terjadi karena gangguan keseimbangan asam-basa dalam tubuh,
sehingga HCL dalam lambung akan meningkat yang menyebabkan mual.
Manifestasi ini dapat merujuk pada masalah keperawatan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan.
d) Gatal-gatal karena CKD yang sudah dialami klien menyebabkan sekresi
protein terganggu (ureum terganggu) sehingga menyebabkan penumpukan
ureum dalam darah (uremia, creatinin meningkat) yang menyebabkan
terjadinya Syndrome Uremia yang biasa ditandai dengan keadaan klien
mengalami perpospatemia yang menyebabkan pruritis atau gatal gatal
sebagai tanda dan gejala dari CKD sehingga menimbulkan masalah
keperawatan Gg. Integritas Kulit
e) Gagal ginjal kronis. Pada kasus klien memiliki riwayat hipertensi dan
meminum miuman berkarbonasi dimana minuman berkarbonasi tersebut
mengandung natrium dan natrium berikatan dengan proten sehingga ginjal
sensitif terhadap protein dan pembuluh darah dipenuhi oleh protein. Pada
gagal ginjal terjadi kerusakan ginjal vaskuler dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi filtrasi dan absorbsi. Pada kasus diatas terjadi gangguan
dalam mensekresi protein dan memfiltrasi zat zat yang masuk kedalam ginjal,
sehingga pada hasil akhir akan ditemukan peningkatan ureum dan creatinin
yeng merupakan hasil dari seksresi protein.kerusakan kerusakan tersebut
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis.
f) Gangguan tulang, pada CKD terutama stadium akhir disebabkan karena
banyak sebab, salah satunyaadalah penurunan sintesis 1,25-dihydroxyvitamin
D atau kalsitriol, yang akan menyebabkan kegagalanmengubah bentuk
inaktif Ca sehingga terjadi penurunan absorbsi Ca. Penurunan absorbsi Ca ini
akan menyebabkan hipokalsemia dan osteodistrofi.
g) Steodytrophy, Menyebabkan tulang rapuh karena terganggunya sekresi dan
pembentukan vit D dan kegagalan ginjal dalam mempertahan kan kadar
kalsium dan fosfor yg tepat dlam darah.
h) Ascites disebabkan karena retensi Na sehingga total CES meningkat
akibatnya tekanan kapiler darah meningkat menyebabkan volume darah naik
dan volume intrasisial meningkat atau keluarnya cairan ke ekstravaskuler
yang menyebabkan edema, ascites pada klien sehingga menyebabkan
Kelebihan Volume Cairan.
i) Minuman bersoda (natrium benzoat) mengikat protein yang menyebabkan
ureum dan kreatinin nya tinggi sehingga GFR menurun menyebabkan
terjadinya CKD sehingga sekresi protein terganggu yang menyebabkan
anemia, konjungtiva anemis, dan muka pucat serta menyebabkan Hb turun
mempengaruhi suplai nutrisi dalam darah menjadi turun terjadi gangguan
nutrisi menyebabkan suplai O2 turun menyebabkan lemas tidak bisa
beraktifitas sesuai dengan kasus dan menyebabkan intoleransi aktifitas.
Pembahasan Lo 4
Komplikasi yang mungkin terjadi dari kasus CKD yaitu :
a. Chronic Kidney Disease – Mineral and Bone disorders (CKD-MBD) CKD-MBD
merupakan hal yang baru dalam beberapa tahun terakhir. CKD-MBD digunakan
untuk mendefinisikan suatu kondisi yang berkembang sebagai konsekuensi
perubahan sistemik yang terkait penyakit ginjal kronis. Gangguan sistemik ini
terdiri dari satu atau kombinasi kondisi abnormalitas nilai laboratorium dari fosfat,
kalsium, PTH atau vitamin D. Gejala klinis CKD-MBD cenderung tidak spesifik,
bahkan pada penyakit yang lanjut. Secara umum gejala dapat berupa nyeri tulang,
kelemahan otot, pruritus
b. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik merupakan komplikasi lanjutan dari CKD yang terdapat
pada 30-50% individu keadaan dimana terjadi penurunan kadar bikarbonat
(HHC03- ) dan penurunan pH (peningkatan ion H+ )
c. Anemia.
Anemia terjadi karena terganggunya fungsi ginjal dalam memproduksi
Eritropoeitin(EPO)maka tidak cukup EPO yang dibuat akibatnya sel darah merah
yang terbentuk lebih sedikit.selain itu terdapat penurunan rentang usia sel darah
merah.
d. Dislipidemia terjadi karena penurunan sensitivitas insulin dipahami sebagai
gambaran awal CKD dan hal ini mendorong peningkatan VLDL
(very-low-density lipoprotein) yang secara signifikan yang berkontribusi juga
pada pengembangan hipertrigliserida pada pasien CKD
e. Hipertensi terjadi karena Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan,
akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan
aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik
akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
Peningkatan preload biasanya berkaitan tekanan sistolik
f. Hiperkalemia dapat terjadi akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
g. Perkarditis akibat terjadinya infeksi akibat efusi pleura dan tamponade jantung
akibat produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
h. Gagal jantung terjadi karena anemia yang mengakibatkan jantung harus bekerja
lebih keras, sehingga terjadi pelebaran bilik jantung kiri (LVH). Lama-kelamaan
otot jantung akan melemah dan tidak mampu lagi memompa darah sebagaimana
mestinya (sindrom kardiorenal).
i. Osteodistofi ginjal dan penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat,
kadar kalsium serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium
j. Dehidrasi, komplikasi ini terjadi karena hilangnya fungsi ginjal yang
menyebabkan retensi natrium dan air akibat kehilangan nefron. Sehingga ginjal
harus mempertahankan filtrasi namun kehilangan fungus tubulus yang
menyebabkan urin disekresikan dengan sangat encer maka terjadilah dehidrasi.

Pembahasan Lo 5
a. Pengkajian
a) Biodata
1. Identitas pasien
- Nama : Ny. R
- Jenis kelamin : Perempuan
- Umur : x tahun
- Agama : islam
- Diagnosa medis: Gagal ginjal kronik
2. Identitas Penanggung jawab
- Nama :
- Umur :
- Hubungan :
- Pendidikan :
- Pekerjaan :
- Alamat :
b) Anamnesa
1. Keluhan utama (alasan masuk Rumah Sakit)
Saat masuk RS : Mual dan gatal-gatal pada bagian tubuh
Saat pengkajian : pasien cemas karena didiagnosa gagal ginjal dan
harus menjalani hemodialisis secara rutin.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan mual dan gatal-gatal
pada bagian tubuh selama 4 bulan. Pasien juga mengeluh lemas hingga
tidak bias beraktivitas.
Pada saat dikaji pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 400 ml
dalam 24 jam, berat badan 71 Kg dan tinggi 155 cm. Pasien
melaksanakan hemodialysis pertama dan berat badan setelah HD 67 kg.
Pasien mengatakan bahwa dia merasakan cemas karena baru didiagnosa
gagal ginjal dan harus menjalani hemodialysis secara rutin.

3. Riwayat penyakit
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun terakhir. Pasien
memiliki riwayat meminum minuman cola dan bersoda hampir setiap
hari dalam 1 tahun.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Dari kasus tidak didapatkan bahwa klien memiliki riwayat penyakit dari
keluarga

5. Pola kebersihan diri


Dari kaus tidak ada data-data yang menunjukan bagaimana pola
kebersihan dari pasien atau personal hygiene pasien.

6. Aktivitas Lain :
Pasien memiliki riwayat meminum minuman cola dan bersoda hampir
setiap hari dalam selama 1 tahun.

c) Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 140/90 mmHg
HR : 81 x/hari
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,30 C
K/U : Compos Mentis

2. Pemeriksaan wajah
Inspeksi : Pasien tampak pucat.

3. Pemeriksaan mata
Inspeksi : Konjungtiva pasien anemis

4. Pemeriksaan leher
Inspeksi : Bentuk leher simetris, tidak peradangan, tidak ada perubahan
warna, tidak ada massa.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, posisi trakea simetris.

5. Pemeriksaan dada
Inspeksi:bentuk dada simetris, ada pergerakan otot napas tambahan.
Auskultasi:suara napas vesikuler, bunyi jantung S1 S2 reguler.

6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Perut buncit (Ascites).
Auskultasi : Bising usus 4 x/menit,.
Palpasi : Turgor normal
Perkusi : Perkusi abdomen terdengar suara pekak.

7. Pemeriksaan ekstremitas / muskuloskeletal


Terdapat edema grade 3 di kedua ekstremitas bawah.

2. Pemeriksaan diagnostic :
1. Volume urin : 400 ml/ 24 jam (Rendah)
Nilai normal volume urin untuk wanita dewasa adalah 1500 ml/24 jam. Pada
kasus menunjukkan oliguria yaitu urin yang terlalu sedikit, hal ini disebabkan
karena ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengatur kadar cairan dan
elektrolit. Sebagai akibatnya, ginjal tidak mampu mengeluarkan produk-produk
limbah dari dalam tubuh.

2. Hb : 7,6 g/dl ( Rendah )


Nilai normal Hb pada wanita dewasa menurut WHO 12,0 g/dl. Hb yang
rendah menunjukkan adanya anemia.Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia
normositik normokrom dan terdapat sel Burr pada uremia berat. Leukosit dan
trombosi masih dalam batas normal. Penurunan fungsi ginjal berupa penurunan
ureum dan kreatinin serum.

3. Ureum : 88,4 mg/dl (Tinggi)


Nilai ureum normal untuk orang dewasa adalah 10–20 mg/dL menurut data
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Kadar ureum yang rendah
menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal, dimana ginjal tidak dapat
membuang zat ureum melalui urine, sehingga kadar ureum di dalam darah akan
menjadi tinggi.

4. Kreatinin : 10,56 mg/dl (Tinggi)


Nilai normal kreatinin adalah 0,5-1,1 mg/dL untuk wanita dewasa menurut
Medicine Net. Keadaan ini menunjukkan adanya masalah pada ginjal. Penyakit
ginjal kronis akan membuat ginjal kesulitan untuk menyaring kreatinin. Sebelum
dikeluarkan dari tubuh melalui urine, kreatin harus disaring terlebih dahulu oleh
ginjal.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia normositik normokrom dan
terdapat sel Burr pada uremia berat. Leukosit dan trombosi masih
dalam batas normal. Penurunan fungsi ginjal berupa penurunan ureum
dan kreatinin serum. Klirens kreatinin meningkat melebihi laju filtrasi
glomerulus dan turun menjadi kurang dari 5 ml/menit pada gagal ginjal
terminal. Dapat ditemukan proteinuria 200-1000mg/hari.
2) Kelainan biokimiawi darah seperti penurunan kadar hemoglobin,
peningkatan asam urat, hiper/hipokalemia, hiponatremia,
hiper/hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia dan asidosis
metabolic
3) Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, cast isotenuria dan
leukosuria.
b. Gambaran radiologis
1) Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak
2) USG bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.
c. Biopsi dan Histopatologi ginjal. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi
ginjal dapat dilakukan pada penderita dengan ukuran ginjal yang masih
mendekati normal, dimana diagnosis secara invasif sulit ditegakkan.
Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi,
menerapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah
diberikan. Kontraindikasi dilakukan biopsi yaitu pada ukuran ginjal yang
sudah mengecil (contracted kidney), ginjal polikistik, hipertensi yang tidak
terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal nafas dan
obesitas.

Pembahasan Lo 6
Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi untuk CKD dan Nutrisi beserta efek
sampingnya
 Farmakologi
1. Terapi dialysais, merupakan salah satu terapi untuk mengalirkan darah ke
dalam satu alat yang terdiri dari dua kompartemen yaitu darah dan dialiser
untuk mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan tubuh.
Akibat yang di rasakan saat hemodialisa berlangsung seperti kram
otot,hipotensi,mual dan muntah (lewis et al, 2011).
2. Obat-obatan deuretik atau pemberian beta bloker.
3. Terapi oksigen dengan dosis 3 liter dengan nasal kanul.
4. Terapi Furosemide dengan dosis 2 ampul / 8 jam, untuk membuang cairan
berlebih di dalam tubuh.
5. Terapi Kidmin 200 ml / 24 jam, untuk meningkatkan fungsi ginjal serta
menghambat pemecahan protein otot.
6. terapi Aminefron 3x1/2 tablet, diberikan untuk pengobatan kelainan fungsi
ginjal.
7. Tranfusi darah untuk meningkatkan kadar hemoglobin (Nanda, 2013).
 Non Farmakologi
a. Terapi musik klasik, dapat membuat tubuh menjadi lebih stabil, lebih
berenergi dan membuat tidur menjadi lebih baik, sehingga cepat mengurangi
kebutuhan penggunaan obat antihipertensi (Carvalho, 2016).
b. Terapi murattal Al-Qur’an surah Ar-Rahman (bagi islam), salah satu yang
di gunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah terapi murottal
Al-Qur’an, karena tehnik distraksi merupakan tindakan untuk mengalihkan
perhatian.
c. Terapi relaksasi zikir terbukti secara signifikan dapat menurunkan tingkat
stres pada penderita gagal ginjal.
 Efek samping
a. Tekanan darah terlalu rendah atau tinggi
Efek samping paling umum dari hemodialisis adalah penurunan tekanan
darah, terutama bagi Anda yang juga menderita diabetes. Gejala lain yang
mungkin terjadi yaitu sesak napas, kram perut, kram otot, mual atau muntah.
Sebaliknya, tekanan darah juga bisa melonjak terlalu tinggi terutama jika Anda
seorang penderita penyakit ginjal disertai riwayat hipertensi yang masih
mengonsumsi garam atau air berlebihan.
b. Anemia
Anemia atau kondisi yang sering disebut dengan kurang darah ini,
merupakan salah satu efek samping yang cukup umum terjadi, berkaitan dengan
pengaruh penyakit ginjal maupun tindakan cuci darah.
c. Kulit gatal
Adanya penumpukan fosfor akibat dari hemodialisis dapat menyebabkan
kulit menjadi gatal. Kondisi ini memang umum terjadi namun untuk mencegah
atau meringankan gejala kulit gatal, Anda mungkin perlu untuk menjalani pola
makan khusus dan mengonsumsi pengikat fosfat secara teratur sesuai anjuran
dokter.
d. Kram otot
Meskipun penyebabnya tidak jelas, kram otot selama hemodialisis dilakukan
biasanya dapat terjadi. Pemanasan atau pemberian kompres hangat di area
tersebut, dapat dilakukan untuk membantu melancarkan sirkulasi darah dan
meredam kram otot yang dirasakan.Sedangkan pada metode cuci darah dialisis
peritoneal, dapat dilakukan di rumah dengan pengawasan dan arahan dari dokter.
Hanya saja, metode cuci darah ini harus dilakukan setiap hari secara rutin.
Sebagaimana hemodialisis, cuci darah dialisis peritoneal juga memiliki efek
samping, meski berbeda.
e. Peritonitis
Peritonitis merupakan komplikasi yang umum terjadi akibat dialisis
peritoneal. Infeksi ini dapat terjadi ketika alat dialisis yang digunakan tidak steril
sehingga kemungkinan kuman atau bakteri menyebar ke peritoneum atau lapisan
perut bisa saja terjadi. Jadi sebelum menggunakan peralatan dialisis, pastikan
bahwa peralatan tersebut telah steril.
f. Kenaikan berat badan
Pada dialisis peritoneal, cairan dialisis yang digunakan umumnya
mengandung gula sehingga kemungkinan gula terserap oleh tubuh. Hal ini dapat
meningkatkan asupan kalori pada tubuh. Bagi Anda yang menjalani tindak medis
ini, konsultasikan kepada dokter terkait diet dan olahraga yang disarankan agar
berat badan dapat terkontrol dengan baik.
g. Hernia
Orang yang menjalani dialisis peritoneal memiliki risiko lebih tinggi
mengalami hernia. Hal ini disebabkan karena adanya cairan yang bertahan selama
berjam-jam pada rongga peritoneal yang menyebabkan terjadinya ketegangan
otot perut. Hal ini dapat yang memicu terjadinya hernia.
h. Tidak efektif
Jika Anda telah melakukan dialisis peritoneal selama bertahun-tahun,
kemungkinan dokter akan menyarankan berganti ke hemodialisis. Sebab, dalam
jangka panjang, dialisis peritoneal tidak lagi bekerja secara efektif.
i. Hyperkalemia
j. Diare, sembelit, nyeri perut
k. Pusing, sensasi berputar
l. Gatal atau ruam ringan
Pembahasan Lo 7
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS: Gagal ginjal kronik Intoleransi Aktivita
-Pasien mengeluh
lemas hingga tidak
bisa beraktivitas Tekanan darah meningkat
-Kline mengatakan
memiliki riwayaat
hipertensi sejak 1
tahun lalu Pembuluh darah menyempit
akibat plak yang mengganggu
DO: aliran darah
-TD : 140/90 mmHg
-RR : 24x/Menit
-Heart Rate: Jantung bekerja lebih keras
81x/menit untuk memompa darah
-Suara Napad
Vesikuler

Aritmia

Lemas

Intoleransi aktivitas

DO : Penumpukan toksik uremik di Kelebihan volume cairan


- Perut buncit dalam darah
(ascites)
- Perkusi abdomen
terdengar pekak
- edema grade 3 di Ketidakseimbangan cairan
ekstremitas bawah dan elektrolit
- Produksi urin sedikit
- ureum 88,4 mg/dl
DS :
- Volume cairan meningkat

Kelebihan volume cairan


DO : GFR menurun menyebabkan Gangguan integritas kulit
- klien tampak pucat kegagalan mempertahankan
DS : metabolisme dan
- lemas dan tidak bisa keseimbangan elektrolit
beraktifitas
- gatal-gatal pada
bagian tubuh selama 4 Perubahan sistem tubuh
bulan

Terjadi syndroem uremia

Perpospatemia

Pruritis /Gatal-gatal

Gangguan integritas kulit


DS : - Peningkatan retensi Na dan Ketidakefektifan pola napas
DO : terdapat air
pergerakan otot napas
tambahan, RR = 24
x/menit (meningkat)
Volume cairan intersisial
meningkat

Asites

Penekanan diafragma
DS : - Gagal ginjal kronis Resiko infeksi
DO : pasien terpasang
kateter urin
Prosedur invasif (penggunaan
kateter)

Kurangnya pengetahuan
pasien dan keluarga

Kebersihan genital dan


kateter kurang adekuat

Mikroorganisme dapat
tumbuh di genital
Resiko infeksi
DS: Diagnosa gagal ginjal kronik Ansietas
-Pasien mengatakan
bahwa dia merasakan
cemas karena baru ketakutan yang mendalam
didiagnosa gagal
ginjal dan harus
menjalani Overaktivitas otonomik
hemodialisis secara
rutin.

DO: ansietas
-TD : 140/90 mmHg
-RR : 24x/menit
DS : mual, lemas Ureum dan kreatinin Ketidakseimbangan nutrisi
DO : - meningkat kurang dari kebutuhan

Syndrom uremia

Gangguan keseimbangan
asam basa

HCL meningkat

Mual
No Masalah Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Intoleran Aktivitas b.d NOC: 1. kaji penyebab 1. mengetahui
keletihan pada pasien penyebab keletihan
ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan
pada pasien
antara suplai dan keperawatan selama 2. monitor respon kardio 2. untuk mengetahui
respirasi terhadap perubahan respon
kebutuhan osigen d.d 2x24 jampasien
aktivitas kardio respirasi
Pasien mengeluh lemas bertoleransi terhadap pada pasien setelah
beraktivitas
hingga tidak bisa aktivitas dengan Kriteria
3. bantu memfasilitasi 3. membantu pasien
beraktivitas Hasil: aktivitas yang mampu dalam pemenuhan
dilakukan aktivitas yang
-Berpartisipasi dalam
mampu
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
4. membantu pasien
tekanan darah, nadi dan 4. letakan benda yang mengurangi jumlah
sering digunakan pasien energi yang di pakai
RR
pada tempat yang mudah
-Mampu melakukan di jangkau
aktivitas sehari-hari
(ADLs) secara mandiri
5. minimalkan stres dan 5. menghindari agar
-keseimbangan aktivitas
berikan istirahat yang keadaan pasien
dan istirahat
adekuat tidak memburuk
2. Kelebihan volume Setelah dilakukan asuhan Manajemen cairan
cairan b.d penurunan keperawatan selama - timbang bb setiap hari - untuk mengetahui
3x24 jam volume cairan
haluaran urin, retensi seimbang. dan monitor status pasien perubahan tiba-tiba
cairan dan natrium Kriteria Hasil: dari bb yang
Nursing outcomes
terhadap penurunan menunjukkan
classification (NOC) :
fungsi ginjal d.d edema Fluid Balance keseimbangan
sekunder di kedua - Terbebas dari cairan
edema, efusi,
ekstremitas bawah dan anasarka - kaji lokasi dan luasnya - untuk mengetahui
perut ascites - Bunyi nafas edema kelebihan volume
bersih,tidak adanya
cairan
dipsnea
- Memilihara tekanan -monitor ttv pasien - untuk mengetahui
vena sentral, tekanan adanya peningkatan
kapiler paru, output cairan lewat tekanan
jantung dan vital sign darah karena danya
peningkatan beban
normal.
jantung
-untuk mengetahui
retensi penurunan
natrium dan output
- ukur intake dan output
pasien.

Hemodialysis therapy :
1. Ambil sampel
darah dan meninjau
kimia darah
(misalnya BUN,
kreatinin, natrium,
pottasium, tingkat
phospor) sebelum
perawatan untuk
mengevaluasi respon
thdp terapi.
2. Rekam tanda vital:
berat badan, denyut
nadi, pernapasan, dan
tekanan darah untuk
mengevaluasi respon
terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan
filtrasi untuk
menghilangkan
jumlah yang tepat
dari cairan berlebih
di tubuh klien.
4. Bekerja secara
kolaboratif dengan klien
untuk menyesuaikan
panjang dialisis,
peraturan diet,
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan - perawatan tirah baring - menjaga kestabilan
kulit
kulit b.d kerusakan keperawatan selama 1 x
- untuk menjaga
jaringan kulit d.d gatal 24 jam diharapkan - hindari menggunakan keberishan dan
mengurangi rasa
gatal pada bagian tubuh integritsa kulit dapat kain linen kasur yang
gatal
selama 4 bulan terjaga dengan kriteria teksturnya kasar - untuk
mempertahankan
hasil :
kebrsihan diri atau
- berkurangnya rasa gatal - bantu menjaga personal hygiene
- untuk menjaga
- mempertahankan kulit kebersihan
kestabilan kulit dan
tetap utuh
kelembaban kulit
- untuk mengurangi
Pengecekan kulit rasa gatal yang
dialami
- monitor warna dan suhu
kulit
- pemberian obat kulit
kolaborasi dengan
farmasi
4. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan asuhan - Monitor status - Mengetahui
napas b.d penekanan keperawatan selama 2 x pernapasan perkembanga
diafragma d.d adanya 24 jam diharapkan pola n status
otot napas tambahan, napas kembali efektif, - Atur posisi klien respirasi
RR = 24 dengan kriteria hasil : semi fowler - Memaksimalka
- Tidak ada otot napas - Ajarkan teknik n ventilasi
tambahan relaksasi untuk - Dapat
- RR dalam batas mengurangi
normal rasa tidak
nyaman
akibat
- Maksimalkan penekanan
ventilasi lingkungan diafragma
- Ventilasi
lingkungan yang
baik akan
membantu
ventilasi tubuh
secara maksimal
5. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Cuci tangan sebelum - Mencegah
prosedur invasif d.d dan sesudah kontak penularan
keperawatan selama 3 x
penggunaan kateter dan tindakan mikroorganis
urin 24 jam diharapkan tidak me dari
2. Jaga kebersihan perawat
terjadi infeksi, dengan
lingkungan klien - Mencegah
kriteria hasil : tumbuhnya
3. Monitor kateter urin mikroorganis
- Kebersihan
me
genitourinaria - Mengetahui
perkembanga
terjaga
4. Perawatan selang: n kondisi
- Kebersihan kateter perkemihan kateter urin
- Menjaga kateter
urin terjaga 5. Posisikan klien urin agar
senyaman mungkin tetap bersih
- Meningkatkan
6. Edukasi klien dan kenyamanan
keluarga mengenai klien
personal hygiene, - Setelah klien
termasuk kebersihan dan keluarga
genitourinaria menerima
edukasi maka
diharapkan,
terjadi
7. Edukasi klien dan peningkatan
keluarga untuk tidak kebersihan
menarik-narik selang klien
kateter urin - Mencegah
terjadinya
infeksi dan
trauma
6. Ansietas b.d Stresor d.d Setelah dilakukan asuhan 1. pantau perubahan 1. perubahan
keperawatan selama tanda-tanda vital dan tanda-tanda vital
pasien merasakan
2x24 jam klien kondisi yang dapat digunakan
cemas karena baru di menunjukan menunjukkan sebagai indikator
pengendalian diri peningkatan kecemasan terjadinya ansietas
diagnosa gagal ginjal
terhadap ansietas dengan klien pada klien
dan harus menjalani kriteria hasil:
1. melakukan aktivitas
hemodialisis secara
yang dibutuhkan 2. berikan informasi dan 2. membantu klien
rutin. meskipunn mengalami bimbingan antisipasi agar bisa mengerti
kecemasn tentang penyakit yang di mengenai penyakit
2. menunjukan derita yang di derita
kemampuan untuk 3. ajarkan teknik 3. relaksasi dapat
berfokus pada relaksasi dan digunakan untuk
pengetahuan dan pengendalian perasaan meredakan ansietas
keterampialan negatif atas segala hal pada klien
yang di rasakan klien
7. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen nutrisi 1. Mengelola
nutrisi kurang dari keperawatan selama 2 x - Monitor nutrisi nutrisi pada
kebutuhan b.d 24 jam, diharapkan - Konsultasikan pasien
gangguan nutrisi sesuai kebutuhan, kebutuhan nutrisi - Mengetahui
keseimbangan dengan keriteria hasil : dengan ahli gizi perkembanga
asam-basa d.d mual - Tidak ada mual - Berikan makan porsi n nutrisi
- Nutrisi terpenuhi sedikit namun - Kebutuhan
sering nutrisi yang
tepat akan
cepat
memulihkan
nutrisi pasien
- Untuk
mengurangi
penekanan
pada
2. Kolaborasi lambung
pemberian obat untuk 2. Mengatasi mual,
menurunkan HCL sehingga pasien
(antimual untuk diharapkan
menurunkan asam di dapat makan
lambung) dengan nyaman
3. Kaji adanya gejala
gangguan makan 3. Mengetahui
gangguan makan
lain, yang
selanjutnya akan
dibuat intervensi
4. Monitor asam-basa lanjutan
4. Mengetahui
perkembangan
kondisi
asam-basa pada
tubuh
Pembahasan Lo 8
Dialisis merupakan suatu proses difusi molekul antara dua kompartemen cairan
melalui membran semipermeabel. Metode dialisis terdiri dari hemodialisis (HD) dan
dialisis peritoneal (DP).
A. Indikasi :
1. Gagal ginjal akut
2. Intoksikasi obat-obatan, koma hepatikum, dan keracunan
3. Gagal ginjal kronis
4. Glomerulonefritis

B. Tipe tipe dialisis


a) Pada hemodialisis, proses penyaringan dilakukan dilakukan oleh suatu mesin
dialisis yang disebut dengan membran dialisis. Jenis dialisis ini yang banyak
dilakukan di Indonesia.
Hemodialisa (HD) adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh
penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialiser.
Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
rata–rata penderita menjalani tiga kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan
hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali tindakan terapi (Brunner
dan Suddath, 2002; Yang et al., 2011).
Proses hemodialisa membutuhkan waktu selama 4 – 5 jam umumnya akan
menimbulkan stres fisik, pasien akan merasakan kelelahan, sakit kepala, dan keluar
keringat dingin akibat tekanan darah yang menurun (Gallieni et al., 2008; Orlic et al.,
2010).
b) Dialisis peritoneal, jaringan tubuh pasien sendiri bagian abdomen (perut) yang
digunakan sebagai penyaring. Biasanya dialisis dilakukan 2-3 kali seminggu selama
masing-masing 4-5 jam tiap kali proses.
Dialisis peritoneal dilakukan dengan memasukkan cairan yang mengandung
glukosa dan garam (cairan dialisat) ke dalam rongga peritoneum. Dengan proses
difusi dan ultrafiltrasi material toksik dapat dikeluarkan dari dalam darah ke dalam
cairan dialisat dalam rongga peritoneum, yang selanjutkan akan dikeluarkan dari
tubuh.

Dialisis peritoneal dilakukan di rumah dan bisa bersifat terus menerus atau sesaat:
- Dialisis Peritoneal Ambulatori Berkelanjutan - CAPD (Continuous Ambulatory
Peritoneal Dialysis) Pengobatan dialisis (pertukaran cairan dialisis) dilakukan di
rumah. Cairan dialisis dimasukkan ke dalam perut melalui kateter yang ditanamkan ke
dalam tubuh dan cairan dialisis dibiarkan berada di dalam rongga perut selama 4
hingga 10 jam. Selama jangka waktu ini, produk sisa metabolisme akan terdifusi ke
dalam cairan dialisis. Cairan dialisis lalu dikeluarkan dari tubuh (bersama dengan
produk sisa metabolisme) setelah 4-10 jam dan cairan dialisis baru dimasukkan ke
dalam perut kembali. Proses ini diulang sebanyak 3-4 kali per hari.

- Dialisis Peritoneal Otomatis


Pengobatan dialisis dilakukan saat tidur di malam hari, dengan menghubungkan
tubuh ke mesin dialisis peritoneal otomatis sebelum tidur setiap malam hari. Mesin
akan menukar cairan dialisis secara otomatis setiap jam atau lebih lama sepanjang
malam (selama 10 hingga 12 jam).
C. Komplikasi dialisis
Secara fisik, pasien dialisis ini akan mengalami penghitaman pada jaringan kulit,
penurunan berat badan secara drastis , nafsu makan yang tidak menentu, dan rasa
seperti mual-mual, pusing sehabis mereka menjalankan cuci darah, bersin, mengi,
sesak napas, nyeri punggung, dan nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun
bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh, dan kram otot yang terjadi
ketika cairan dan elektrolit dengan cepat meninggalkan ruang ekstrasel
Secara psikologis, pasien akan mengalami berbagai perasaan dan reaksi stres,
termasuk frustasi, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka ketidakpastian,
menarik diri dari
lingkungan (Brunner & Suddar 2002 dalam Irfan).
Daftar Pustaka
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
(2015). Jogjakarta: MediAction

Dewi, R. T., Putranto, W., & Susanto, A. (2020). Hubungan Kualitas Hidup dan
Status Nutrisi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 23-28.

Supono. (2010). FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERJADINYA


PERITONITIS PADA PASIEN CONTINOUS AMBULATORY
PERITONEAL DIALYSIS (CAPD) DI RUMAH SAKIT UMUM DR
SAIFUL ANWAR MALANG. JURNAL KEPERAWATAN , 180-189.

Supriyadi, Wagiyo, & Widowati, S. R. (2011). TINGKAT KUALITAS HIDUP


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK TERAPI HEMODIALISIS. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 108-111.

Yulianti, M., Suhardjono, Kresnawan , T., & Harimurti, K. (2015). Faktor-faktor yang
Berkoerasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory
Peritoneal Dialysis (CAPD). Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2-8.

Zahra, F., Ulfiah, & Fahmi, I. (2012). GAMBARAN OPTIMISME PADA PASIEN
DIALISIS. Jurnal Ilmiah Psikologi, 582-601

Virginia, D. M. (2011). Analisis Pengobatan Antiinflamasi Non Steroid pada Geriatri


berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dengan Formula Modification Of Diet In
Renal Disease (MDRD) di Rumah Sakit Se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009.

Widyastuti, R., Butar-Butar, W. R., & Bebasari, E. (2014). Korelasi Lama Menjalani
Hemodialisis dengan Indeks Massa Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD
Arifin Achamad Provinsi Riau pada Bulan Mei tahun 2014 (Doctoral dissertation,
Riau University).

Zuwannita, R. (2017). Gambaran Hasil Pemeriksaan Keton Urine Segera Dan Ditunda
Metode Rothera (Doctoral dissertation, Muhammadiyah University of Semarang).

Pranandari, R., & Supadmi, W. (2015). Faktor risiko gagal ginjal kronik di unit
hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo. Majalah farmaseutik, 11(2), 316-320.
Fadilla, I., Adikara, P. P., & Perdana, R. S. (2018). Klasifikasi Penyakit Chronic
Kidney Disease (CKD) Dengan Menggunakan Metode Extreme Learning Machine
(ELM). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN, 2548,
3397-3405.

Fadhilah, A. Z. (2012). CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE V. AHRQ


Publication.

Khasanah, S., & Maryoto, M. (FEBRUARI/2015). PENGARUH POSISI CONDONG


KE DEPAN (CKD) DENGAN. Viva Medika | VOLUME 08/NOMOR 14,
53-67.

Rokhyati, R., Dwidiyanti, M., & Padmasari, S. (2019). INTERVENSI NON


FARMAKOLOGI TERHADAP TINGKAT STRES PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA: LITERATUR REVIEW. Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(1), 13-18.

SULISTYANI, D. (2017). PENERAPAN TERAPI BACAAN AL-QUR’AN SURAH


AR-RAHMAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN CHRONIK
KIDNEY DISEASE (CKD) DI RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN (Doctoral
dissertation, STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG).
Firdaus, R. B., Jadmiko, N. A. W., & Kep, M. (2016). Upaya penatalaksanaan pola
nafas tidak efektif Pada pasien chronic kidney disease di RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Rokhyati, R., Dwidiyanti, M., & Padmasari, S. (2019). INTERVENSI NON


FARMAKOLOGI TERHADAP TINGKAT STRES PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA: LITERATUR REVIEW. Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(1), 13-18.

SULISTYANI, D. (2017). PENERAPAN TERAPI BACAAN AL-QUR’AN SURAH


AR-RAHMAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN CHRONIK
KIDNEY DISEASE (CKD) DI RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN (Doctoral
dissertation, STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG).

Firdaus, R. B., Jadmiko, N. A. W., & Kep, M. (2016). Upaya penatalaksanaan pola
nafas tidak efektif Pada pasien chronic kidney disease di RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

DI SUSUN, O. L. E. H., & RIZKI, T. M. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


YANG MENGALAMI CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG HCU MELATI 1 RUMAH SAKIT
Dr. MOEWARDI.

Anda mungkin juga menyukai