Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal.

84-93

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGGINYA RUJUKAN


KASUS NON SPESIALISTIK OLEH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT
PERTAMA DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL: SYSTEMATIC REVIEW

I Nyoman Gede Semarajana*, I Nyoman Gede Bayu Wiratama Suwedia, Maria Wahyu
Daruki, Anak Agung Sri Stuti Damayanti

Program Pascasarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit, Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

*Korespondensi: i.nyoman810@ui.ac.id

Abstract. The Primary Health Facility (FKTP) in the era of National Health Insurance (JKN) must behave
effective and efficiently in serving patients. Referring patients as indicated is an effort to achieve this. The research
shows that optimizing primary services has the potential to save on health costs from the Social Security Agency
of Health (BPJS) source of 49.1 billion per year. BPJS data also shows the high number of referrals for non-
specialist cases, namely 714 thousand cases during 2014-2017. This study aims to find out the factors that are
related to the high number of non-specialist cases referral by FKTP in the JKN era. The PRISMA protocol
(Preferred Reporting Items for Systematic Reviews & Meta-Analyses) is used to select articles in this study. This
study aims to determine the factors associated with the high number of non-specialist case referrals by Higher
Level Health Facilities (FKTPs) in the JKN era. It applied The Preferred Reporting Items for Systematic Reviews
& Meta-Analyses (PRISMA) protocol to select articles for this study. The article search was conducted on Google
Scholar from 2 – 6 December 2019, and five eligible articles were found in this study. The findings of this review
study show that factors related to non-specialty referral cases include health workers, supporting facilities,
administration and regulation, service management, FKTP location and distance to FKTL, and disease
complications. Comprehensive handling and collaboration of various parties and relevant stakeholders are
needed to reduce the referral rate for non-specialist cases.

Keywords: Non-specialistic referral, FKTP, National Health Insurance (JKN)

Abstrak. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) haruslah
berperilaku efektif efisien dalam melayani pasien. Merujuk pasien sesuai indikasi merupakan salah satu upaya
untuk mencapai hal tersebut. Dari sebuah penelitian diketahui pengoptimalan layanan primer berpotensi
menghemat biaya kesehatan bersumber Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebesar 49,1
milyar rupiah per tahun. Data BPJS juga menunjukkan tingginya rujukan kasus non spesialistik yakni 714 ribu
kasus sepanjang 2014 – 2017. Adapun studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan tingginya rujukan kasus non spesialistik oleh FKTP di era JKN. Protokol Preferred Reporting Items for
Systematic Reviews & Meta-Analyses (PRISMA) digunakan untuk menyeleksi artikel dalam penelitian ini.
Pencarian artikel dilakukan di Google Cendekia mulai 2 – 6 Desember 2019 dan didapatkan lima artikel yang
layak dalam studi ini. Temuan studi reviu ini menunjukkan faktor – faktor yang berhubungan dengan kasus
rujukan non spesialistik dapat dikategorikan menjadi tenaga kesehatan, sarana penunjang, administrasi dan
regulasi, manajemen pelayanan, lokasi FKTP dan jarak ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL),
dan komplikasi penyakit. Diperlukan penanganan yang komprehensif dan kerjasama berbagai pihak dan
stakeholder terkait untuk menurunkan angka rujukan kasus non spesialistik.

Kata kunci: Rujukan non spesialistik, FKTP, Jaminan Kesehatan National (JKN)

PENDAHULUAN (Primasari, 2015; Rahma, Arso dan Suparwati,


2015). Pengoptimalan FKTP salah satunya dengan
Sistem layanan kesehatan yang komprehensif terdiri merujuk pasien sesuai indikasi.
dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabiltatif.
FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) selaku Sistem rujukan diselenggarakan dengan tujuan
lini terdepan dalam pelayanan promotif dan memberikan pelayanan secara bermutu, sehingga
preventif hendaknya berperilaku efektif efisien, tujuan pelayanan tercapai tanpa harus menggunakan
terlebih di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) biaya yang mahal. Efisien juga berarti berkurangnya

84
JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal. 84-93

waktu tunggu dalam proses merujuk dan yang dirujuk langsung ke RS tipe A dari FKTP, dan
berkurangnya rujukan yang tidak perlu karena dapat 714 ribu kasus non spesialistik (Hidayat et al., 2017;
ditangani di FKTP (Ali, Kandou dan Umboh, 2015). Sumiarsih dan Adisasmito, 2018).
Pengoptimalan layanan primer berpotensi
menghemat biaya kesehatan bersumber BPJS Tingginya angka rujukan kasus non spesialistik
sebesar 49,1 milyar per tahun (Sumiarsih dan mengindikasikan FKTP kurang efektif dan efisien
Adisasmito, 2018). dalam melayani pasien. Studi ini bertujuan untuk
mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
FKTP merupakan pusat pelayanan kesehatan tingginya rujukan kasus non spesialistik di era JKN.
perorangan primer yang berfungsi sebagai gate
keeper atau kontak pertama pelayanan kesehatan
formal dan penapis rujukan sesuai standar pelayanan METODE
medis (Ratnasari, 2017). BPJS Kesehatan
melakukan pembayaran ke FKTP secara kapitasi Strategi Pencarian
sesuai dengan jumlah peserta yang terdaftar di
faskes tersebut (Presiden Republik Indonesia, 2018). Artikel yang digunakan dalam studi ini didapat dari
Pembayaran kapitasi berbasis kinerja (KBK) dalam database elektronik Google Cendekia, yang
bentuk kapitasi berbasis komitmen pelayanan telah dipublikasikan dari tahun 2015 sampai 2019. Seleksi
dilaksanakan secara bertahap sejak 2016 dalam dari artikel yang layak untuk studi ini menggunakan
rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Protokol PRISMA (Preferred Reporting Items for
FKTP pada penyelenggaraan Program JKN (BPJS Systematic Reviews & Meta-Analyses) (Moher et al.,
Kesehatan, 2019). Melaui KBK, FKTP dipacu untuk 2009). Artikel yang tidak relevan setelah melalui
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan guna proses identifikasi, skrining, dan eligibilitas
mencapai penilaian kinerja terbaik yang akan dilakukan eliminasi.
digunakan senagai dasar penentuan kapitasi setiap
bulannya. Adapun penilaian kinerja tersebut Seleksi Studi
mencakup indikator-indikator KBK yang harus
dipenuhi oleh FKTP yaitu angka kontak, rasio Kata kunci “rujukan non spesialistik” digunakan
rujukan rawat jalan non spesialistik dan rasio peserta dalam pencarian dengan Google Cendekia dan
program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) didapatkan 1400 dokumen. Artikel diseleksi
yang terkendali. berdasarkan pencarian dokumen dari tanggal 2
hingga 6 Desember 2019. Proses seleksi dilanjutkan
Salah satu indikator yang diukur dalam KBK adalah dengan skrining berdasarkan tahun publikasi, 684
Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik artikel dieksklusi menyisakan 716 artikel. Skrining
(RRNS). Kasus non spesialistik adalah penyakit lebih lanjut dilakukan pada artikel tersisa
yang mampu didiagnosis dan ditatalaksana secara berdasarkan relevansi judul dan abstrak dilanjutkan
mandiri dan tuntas sesuai dengan standar asesmen untuk kelayakan pada review terakhir. 711
kompetensi dokter atau dokter gigi di FKTP sesuai artikel dieksklusi dan terpilih 5 artikel. Proses
ketentuan perundang – undangan (BPJS Kesehatan, seleksi mengikuti bagan alur seperti pada gambar 1.
2019). Ada 144 diagnosis non spesialistik (level
kompetensi 4A) yang harus ditangani di FKTP dan Kriteria Kelayakan
tidak boleh dirujuk (Konsil Kedokteran Indonesia,
2012; Ali, Kandou dan Umboh, 2015; Utami, Beberapa kriteria inklusi digunakan untuk
Hendrartini dan Claramita, 2017). menentukan artikel yang layak untuk studi ini.
Kriteria tersebut antara lain: disajikan dalam Bahasa
Dalam Peraturan Bersama Sekjen Kemenkes RI dan Indonesia dan Inggris; dipublikasikan sejak tahun
Direktur Utama BPJS Kesehatan No. 2015 sampai 2019. Batasan dalam studi ini adalah
HK.01.08/III/980/2017 dan No. 2 Tahun 2017, faktor – faktor yang berhubungan dengan tingginya
ditentukan target pemenuhan rasio rujukan rawat rujukan kasus non spesialistik oleh FKTP di era
jalan kasus non spesialistik oleh FKTP < 5% setiap JKN. Melalui membaca judul dan abstrak, artikel
bulan yang kemudian berubah menjadi ≤ 2% yang relevan untuk studi ini ditentukan. Kriteria
berdasarkan Peraturan BPJS Kesehatan No. 2 Tahun eksklusi adalah studi yang tidak memenuhi kriteria
2019 (Kemenkes RI, 2016; BPJS Kesehatan, 2019). di atas.

Hasil kajian Center for Health Economics and Ekstraksi Data


Policy Studies (CHEPS) Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia (2017) bersama Ekstraksi dan analisis data dilakukan penulis.
BPJS menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2014- Ringkasan penelitian disajikan dalam bentuk tabel 1.
2017 ditemukan 1,8 juta kasus dengan diagnosa Faktor – faktor yang berhubungan dengan tingginya
rujuk balik berkunjung ke RS lalu 1,2 juta kasus rujukan kasus non spesialistik oleh FKTP kemudian

85
JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal. 84-93

dikategorikan menjadi kelompok – kelompok


tertentu dan disajikan dalam bentuk tabel 2.

Gambar 1. Bagan Alur PRISMA

HASIL SDM Kesehatan

Studi ini mengidentifikasikan 5 artikel yang SDM kesehatan yang dimaksud disini termasuk
diadakan di berbagai wilayah di Indonesia. Satu dokter, dokter spesialis, maupun tenaga kesehatan
diantaranya dalam Bahasa Inggris. Kelima artikel lain yang ada di FKTP. Faktor ini mencakup jumlah
tersebut menunjukkan faktor – faktor yang dan kompetensi dokter FKTP, perilaku dokter
berhubungan dengan tingginya rujukan kasus non spesialis yang tidak mengirim pasien rujuk balik,
spesialistik oleh FKTP. Faktor – faktor tersebut staf yang kurang memahami alikasi P-Care, dan staf
dapat dikelompokkan menjadi enam kategori: SDM yang melakukan pekerjaan tambahan (Nazriati dan
kesehatan, sarana penunjang, administrasi dan Husnedi, 2015; Firdiah, Sriatmi dan Fatmasari,
regulasi, manajemen pelayanan, lokasi FKTP dan 2017; Utami, Hendrartini dan Claramita, 2017;
jarak ke FKRTL, dan komplikasi penyakit. Febrianti, Razak dan Haerani, 2019).

86
JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal. 84-93

Sarana Penunjang sakit. Faktor jarak juga berpengaruh terhadap


rujukan ke FKRTL. Semakin dekat puskemas
Kelima studi terpilih mengemukakan sarana dengan fasilitas rujukan maka semakin banyak
penunjang merupakan salah satu faktor yang rujukan kasus non spesialistik baik itu yang
berhubungan dengan rujukan kasus non spesialistik dilakukan oleh dokter Puskesmas maupun oleh
FKTP. Faktor ini mulai dari keterbatasan alat masyarakat itu sendiri (Alawi, Junadi dan Latifah,
penegakan diagnosis dan terapi, laboratorium yang 2017).
kurang lengkap, jumlah obat yang tidak mencukupi,
hingga sarana penunjang yang tidak berfungsi Komplikasi Penyakit
(Nazriati dan Husnedi, 2015; Alawi, Junadi dan
Latifah, 2017; Firdiah, Sriatmi dan Fatmasari, 2017; Adanya penyakit – penyakit tertentu yang sulit
Utami, Hendrartini dan Claramita, 2017; Febrianti, disembuhkan/resisten terhadap pengobatan layanan
Razak dan Haerani, 2019). primer, kekambuhan yang sering, dan penyulit yang
timbul seperti TB paru dengan Multi – Drug
Administrasi dan Regulasi Resistance akan meningkatkan rujukan ke FKRTL
(Utami, Hendrartini dan Claramita, 2017).
Faktor lain yang berhubungan dengan rujukan kasus
non spesialistik adalah administrasi dan regulasi.
Kesalahan koding dan kebijakan dari BPJS
Kesehatan adalah contoh dari faktor ini. Koding
yang salah menyebabkan data rujukan non
spesialistik seakan – akan tinggi, dalam hal ini
misalnya, diabetes mellitus yang memiliki 49 kode,
petugas kesehatan di FKTP harus memilih salah satu
diantaranya (Nazriati dan Husnedi, 2015). Pada
kasus tertentu terjadi pertentangan, sebagai contoh
presbiopia yang termasuk 144 diagnosis layanan
primer, namun karena kebijakan BPJS yang
menyatakan penjaminan kacamatanya memerlukan
rekomendasi dan pemeriksaan dokter spesialis mata,
maka kasus tersebut tetap dirujuk (Utami,
Hendrartini dan Claramita, 2017).

Manajemen Pelayanan

Berbagai permasalahan termasuk dalam faktor


manajemen pelayanan. Dokter FKTP yang merujuk
pasien menganggap beban kerja dirasakan tinggi dan
jasa tindakan di layanan primer yang sedikit.
Adanya perbedaan persepsi mengenai indikasi
merujuk dan kewenangan dokter FKTP kerap
menjadi penyebab rujukan kasus non spesialistik.
Kurangnya koordinasi antara FKTP dengan FKRTL
juga masuk dalam kelompok ini, terkait informasi
dari dokter spesialis di rumah sakit yang kurang
lengkap sehingga pasien dirujuk kembali oleh dokter
umum ke FKRTL. Terdapat pula pasien yang
meminta untuk rujukan ke rumah sakit dengan
alasan fasilitas yang lebih lengkap, tidak perlu
mengeluarkan biaya karena sudah termasuk dalam
iuran JKN, dan sudah terbiasa dirawat oleh dokter
spesials tertentu (Nazriati dan Husnedi, 2015;
Firdiah, Sriatmi dan Fatmasari, 2017; Utami,
Hendrartini dan Claramita, 2017).

Lokasi FKTP dan Jarak ke FKRTL

Dari studi yang dilakukan oleh Alawi dkk (2015),


puskesmas yang termasuk kategori perkotaan lebih
sering merujuk kasus non spesialistik ke rumah

87
JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal. 84-93

Tabel 1. Ringkasan Penelitian-penelitian

Penulis/Tahun
No Judul Tujuan Penelitian Metode Kesimpulan
Publikasi
1 Nazriati, E. dan Profil Rujukan Kasus Nonspesialistik Untuk dapat memberikan Deskriptif, campuran kuantitatif - Penyebab tingginya rujukan
Husnedi, N. (2015) pada Fasilitas Kesehatan Tingkat gambaran tentang pola dan dan kualitatif nonspesialistik antara lain
Primer penyebab rujukan pada kasus masalah administratif,
nonspesialistik di Kota keterbatasan fasilitas,
Pekanbaru. manajemen pelayanan, dan
kompetensi dokter FKTP
2 Alawi, M., Junadi, Analisis Faktor – faktor yang Untuk mengetahui faktor – Cross sectional Faktor-faktor yang berhubungan
P., Nur Latifah, S. Berhubungan dengan Tingginya faktor yang berhubungan dengan tingginya rujukan kasus
(2017) Rujukan Kasus Non Spesialistik dengan tingginya rujukan non spesialistik antara lain:
Pasien Jaminan Kesehatan Nasional pasien JKN dengan kasus- - Kategori puskesmas
pada Puskesmas di Kabupaten kasus non spesialistik oleh berdasarkan wilayah.
Sukabumi Tahun 2015 Puskesmas di Kabupaten - Kecukupan obat dan alat
Sukabumi selama tahun 2015 kesehatan.
- Jarak puskesmas ke fasilitas
rujukan.
3 Firdiah, M., Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Menganalisis pelaksanaan Deskriptif kualitatif - Diagnosis medis terbanyak
Sriatmi, A., Jalan Tingkat Pertama Pada Peserta rujukan rawat jalan tingkat yang dirujuk ialah penyakit
Fatmasari, E. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pertama pada peserta BPJS kronis (hipertensi, diabetes
(2017) Kesehatan (Studi Kasus di Kesehatan di Puskesmas melitus, jantung), dan kusta.
Puskesmas Neglasari Kota Neglasari Kota Tangerang - Ketersediaan dokter di
Tangerang) Puskesmas Neglasari belum
memenuhi standar
- Ketersediaan obat - obatan
belum mencukupi, terutama:
obat cacing, obat gula, obat
jantung atau darah tinggi, dan
obat penghilang rasa nyeri.
- Penggunaan alat kesehatan
untuk pemeriksaan dasar
(stetoskop, termometer, dan
juga pen light) masih
bergantian dengan poli lain.

88
JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal. 84-93

Penulis/Tahun
No Judul Tujuan Penelitian Metode Kesimpulan
Publikasi
- Pemahaman dokter sebagai
gatekeeper secara umum
sudah baik.
4 Utami, A., Persepsi Dokter Dalam Merujuk Untuk mengetahui faktor – Metode kuantitatif dengan - Faktor – faktor yang
Hendrartini, Y., Penyakit Non Spesialistik di Layanan faktor yang berpengaruh pendekatan “Grounded Theory” mempengaruhi dokter dalam
Claramita, M. Kesehatan Primer Dalam Jaminan terhadap keputusan dokter merujuk penyakit dibagi 2,
(2017) Kesehatan Nasional (Studi di Daerah merujuk pasien nonspesialistik yaitu eksternal dan internal.
Istimewa Yogyakarta) dari perspektif dokter. - Faktor eksternal meliputi
kurangnya alat medis,
ketersediaan obat, faktor
permintaan pasien, faktor
kebijakan BPJS Kesehatan,
dan faktor perilaku dokter
spesialis di rumah sakit yang
tidak mengembalikan pasien
rujuk balik ke FKTP.
- Faktor internal terdiri dari
faktor penyulit penyakit dan
kurangnya kompetensi dokter
pada beberapa penyakit
tertentu.
5 Febrianti, E., Basic Study on the Implementation of Untuk mengetahui Mixed method (kombinasi - Variabel yang berpengaruh
Razak, A., Outpatient Referral of BPJS Health implementasi referensi yang kuantitatif dan kualitatif) terhadap pelaksanaan rujukan
Haerani, S. (2019) Members in the First Health Facility ada di FKTP di Kota rawat jalan tingkat pertama
at Makassar Makassar, yaitu di Puskesmas, dari pasien BPJS Kesehatan di
Klinik dan Dokter Perorangan FKTP di kota Makassar antara
lain: SDM kesehatan, fasilitas
dan alat.
- ketersediaan obat-obatan dan
pemahaman petugas kesehatan
tentang sistem rujukan
berjenjang tidak memiliki
pengaruh terhadap
pelaksanaan rujukan rawat
jalan.

89
JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal. 84-93

Tabel 2. Pengkategorian Faktor-faktor Rujukan Kasus Non Spesialistik oleh FKTP

Faktor - faktor yang Berhubungan Dengan Kasus Rujukan Non Spesialistik FKTP

No Judul Penelitian Sarana Administrasi dan Manajemen Lokasi FKTP dan Komplikasi
SDM Kesehatan
Penunjang Regulasi Pelayanan Jarak ke FKRTL Penyakit

1 Profil Rujukan Kasus - Dokter kurang - Keterbatasan alat - Kesalahan koding - Beban kerja
Nonspesialistik pada terlatih penegakan - Kurang koordinasi
Fasilitas Kesehatan menangani diagnosis FKTP dan FKRTL
Tingkat Primer beberapa kasus - Laboratorium - Reward tindakan
- Staf kurang tidak lengkap medis sedikit
memahami - Keterbatasan obat - Perbedaan persepsi
aplikasi P Care indikasi rujuk
- Perbedaan persepsi
kewenangan dokter
FKTP untuk
pembuatan resep
kacamata
- Permintaan pasien
untuk dirujuk
2 Analisis Faktor – faktor - Keterbatasan obat - Puskesmas di
yang Berhubungan dengan dan alkes wilayah
Tingginya Rujukan Kasus perkotaan lebih
Non Spesialistik Pasien banyak merujuk
Jaminan Kesehatan kasus non
Nasional pada Puskesmas spesialistik
di Kabupaten Sukabumi - Makin dekat
Tahun 2015 Puskemas
dengan FKRTL,
makin banyak
rujukan kasus
non spesialistik
3 Analisis Pelaksanaan - Keterbatasan - Obat cacing, obat - Pasien yang tetap
Rujukan Rawat Jalan jumlah dokter gula, obat jantung berskeras untuk
Tingkat Pertama Pada (belum atau darah tinggi, dirujuk.
Peserta Badan memenuhi dan obat
Penyelenggara Jaminan standar Perpres penghilang nyeri

90
JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal. 84-93

Faktor - faktor yang Berhubungan Dengan Kasus Rujukan Non Spesialistik FKTP

No Judul Penelitian Sarana Administrasi dan Manajemen Lokasi FKTP dan Komplikasi
SDM Kesehatan
Penunjang Regulasi Pelayanan Jarak ke FKRTL Penyakit

Sosial Kesehatan (Studi No. 19 Tahun belum


Kasus di Puskesmas 2016). mencukupi.
Neglasari Kota Tangerang) - Jumlah beberapa
alkes terbatas
sehingga
digunakan
bergantian.
- Alat pemeriksaan
penunjang untuk
Hepatitis dan
Diabetes tidak
tersedia
4 Persepsi Dokter Dalam - Kompetensi - Keterbatasan obat - Kebijakan dari - Adanya permintaan - Penyakit tidak
Merujuk Penyakit Non dokter FKTP terutama obat BPJS Kesehatan sendiri pasien untuk sembuh/resisten
Spesialistik di Layanan yang kurang rujuk balik. yang menyatakan dirujuk ke RS dengan pengobatan
Kesehatan Primer Dalam pada beberapa - Keterbatasan alat bahwa penjaminan karena lebih lengkap di FKTP, sering
Jaminan Kesehatan penyakit. penunjang kacamata diberikan dan bisa bertemu kambuh.
Nasional (Studi di Daerah - Perilaku dokter diagnostik atas rekomendasi dengan spesialis
Istimewa Yogyakarta) spesialis yang maupun terapi dokter mata dan yang biasa merawat.
tidak dibuktikan dengan
mengembalikan pemeriksaan mata
pasien rujuk
balik ke FKTP
5 Basic Study on the - Keterbatasan - Keterbatasan
Implementation of jumlah SDM peralatan
Outpatient Referral of kesehatan penunjang.
BPJS Health Members in - Adanya SDM - Fasilitas
the First Health Facility at kesehatan penunjang tidak
Makassar melakukan berfungsi dengan
pekerjaan baik
tambahan selain
pekerjaan inti.

91
JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal. 84-93

DISKUSI yang dilakukan pemeriksaan penunjang benar –


benar sesuai indikasi. Jumlah dokter di FKTP juga
Studi ini mengumpulkan dan mempelajari artikel perlu diperhatikan karena terkait beban kerja yang
mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan diterima dalam melayani pasien JKN yang
tingginya kasus rujukan non spesialistik oleh FKTP jumlahnya semakin meningkat. Hal ini perlu
di era JKN yang kemudian dikategorikan menjadi ditunjang dengan peningkatan dalam sarana
enam kelompok faktor, antara lain: 1) SDM termasuk obat dan alat kesehatan, sebab jika obat
kesehatan, 2) Sarana penunjang, 3) Administrasi dan tidak tersedia tentunya pilihan yang akan diambil
regulasi, 4) Manajemen pelayanan, 5) Lokasi FKTP adalah merujuk pasien. Sosialisasi kembali
dan jarak ke FKRTL, dan 6) Komplikasi penyakit. mengenai regulasi rujukan kepada pasien
diharapkan dapat mengurangi rujukan yang
Faktor sarana penunjang menjadi faktor yang disebabkan permintaan oleh pasien sendiri.
terbanyak muncul sebagai faktor penyebab rujukan Koordinasi antara FKTP dan FKRTL perlu lebih
kasus non spesialistik. Keterbatasan alat penunjang ditingkatkan agar pasien tidak menjadi korban
diagnostik dan terapi, alat yang tidak berfungsi ataupun merasa dipingpong, sehingga kualitas
dengan baik, serta tidak cukupnya obat – obatan pelayanan kesehatan bisa meningkat. Hal – hal
merupakan yang tergolong faktor sarana penunjang tersebut di atas memerlukan kerjasama berbagai
(Nazriati dan Husnedi, 2015; Alawi, Junadi dan pihak dan stakeholder terkait agar permasalahan ini
Latifah, 2017; Firdiah, Sriatmi dan Fatmasari, 2017; dapat tertangani secara komprehensif. Penelitian
Utami, Hendrartini dan Claramita, 2017; Febrianti, yang akan datang perlu menggali faktor – faktor
Razak dan Haerani, 2019). tersebut lebih dalam dan dalam skala daerah yang
lebih luas.
Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nurlinawati dkk (2019), yang menyatakan
angka rujukan tinggi dipengaruhi oleh kemampuan DAFTAR PUSTAKA
FKTP dalam memberi pelayanan. Kemampuan
tersebut terkait ketersediaan tenaga kesehatan dan Alawi, M., Junadi, P. and Latifah, S. N. (2017)
sarana yang belum memenuhi standar (Nurlinawati, ‘Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
Rosita dan Werni, 2019). Penelitian lainnya oleh dengan Tingginya Rujukan Kasus Non
Faulina dkk (2016) menyebutkan rujukan oleh Spesialistik Pasien Jaminan Kesehatan
layanan primer dipengaruhi oleh ketersediaan Nasional pada Puskesmas di Kabupaten
dokter, obat, dan alat kesehatan yang kurang Sukabumi Tahun 2015’, Jurnal Ekonomi
mencukupi, serta adanya permintaan dari pasien Kesehatan Indonesia, 2(1). doi:
(Faulina, Khoiri dan Herawati, 2016). Disebutkan 10.7454/jurnal-eki.v2i1.1954.
dalam Forrest dkk (2002), permintaan pasien Ali, F. ., Kandou, G. . and Umboh, J. M. . (2015)
termasuk salah satu kondisi yang tidak biasa dalam ‘Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat
perujukan pasien (Forrest et al., 2002). Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Di Puskesmas Siko Dan
Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 2014’, JIKMU, 5(2), pp. 221–237. Available
at:
Kesimpulan http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/
article/view/7439.
Angka rujukan kasus non spesialistik masih cukup BPJS Kesehatan (2019) Peraturan Badan
tinggi di beberapa daerah. Angka rujukan yang Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional
tinggi mengindikasikan layanan primer kurang Nomor 7 Tahun 2019 Petunjuk Pelaksanaan
efektif dan efisien dalam melayani pasien. Penelitian Pembayaran Kapitasi Berbasis Kinerja Pada
ini menunjukkan faktor – faktor yang berhubungan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. doi:
dengan tingginya rujukan kasus non spesialistik oleh 10.1017/CBO9781107415324.004.
FKTP dapat dikategorikan menjadi 6 kelompok Faulina, A. C., Khoiri, A. and Herawati, Y. T. (2016)
faktor (SDM kesehatan, sarana penunjang, ‘Kajian Pelaksanaan Sistem Rujukan
administrasi dan regulasi, manajemen pelayanan, Berjenjang Dalam Program Jaminan
lokasi FKTP dan jarak ke FKRTL, dan komplikasi Kesehatan Nasional di UPT. Pelayanan
penyakit). Kesehatan Universitas Jember’, Ikesma,
12(2), pp. 91–102.
Saran Febrianti, E., Razak, A. and Haerani, S. (2019)
‘Basic Study on the Implementation of
Outpatient Referral of BPJS Health Members
Untuk dapat mengurangi angka rujukan kasus non
in the First Health Facility at Makassar’,
spesialistik oleh FKTP dapat dimulai dari
International Journal of Multicultural and
meningkatkan kompetensi para dokter agar kasus

92
JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Okt 2022, Vol. 8, No. 3, Hal. 84-93

Multireligious Understanding, 6(5), pp. 694– Primer Puskesmas Sebagai Gatekeeper


704. Dalam Program Jkn (Studi Di Puskesmas
Firdiah, M. R., Sriatmi, A. and Fatmasari, E. Y. Juwana Kabupaten Pati)’, Jurnal Kesehatan
(2017) ‘ANALISIS PELAKSANAAN Masyarakat (e-Journal), 3(3), pp. 1–11.
RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT Ratnasari, D. (2017) ‘Analisis Pelaksanaan Sistem
PERTAMA PADA PESERTA BADAN Rujukan Berjenjang Bagi Peserta JKN di
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL Puskesmas X Kota Surabaya’, Jurnal
KESEHATAN (Studi Kasus di Puskesmas Administrasi Kesehatan Indonesia, 5(2), p.
Neglasari Kota Tangerang)’, Jurnal 145. doi: 10.20473/jaki.v5i2.2017.145-154.
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(3), pp. Sumiarsih, M. and Adisasmito, W. (2018) ‘Analisis
19–25. Impak Kebijakan Dokter Layanan Primer
Forrest, C. B. et al. (2002) ‘Family Physicians’ (DLP) di Indonesia Tahun 2018’, Jurnal
Referral Decisions: Results from the ASPN Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI,
Referral Study’, Journal of Family Practice, 07(03), pp. 108–120.
51(3), pp. 215–222.
Hidayat, B. et al. (2017) ‘Evaluasi Sistem
Pembayaran FKTP Era JKN: Dampak KBK
Terhadap Kinerja Puskesmas dan Efisiensi’.
Available at:
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/stru
cture-publikasi-pusdatin-.
Kemenkes RI (2016) ‘Peraturan Bersama Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan dan
Direktur Utama BPJS Kesehatan Nomor
HK.02.05/III/SK/089/2016 dan Nomor 3
Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembayaran kapitasi Berbasis
Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada
FKTP’, p. 9.
Konsil Kedokteran Indonesia (2012) Standar
Kompetensi Dokter Indonesia Konsil
Kedokteran Indonesia. Edisi Ke-2. Konsil
Kedokteran Indonesia. Available at:
http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI
_Perkonsil,_11_maret_13.pdf.
Moher, D. et al. (2009) ‘Preferred Reporting Items
for Systematic Reviews and Meta-Analyses:
The PRISMA Statement’, PLoS Med, 6(7),
pp. 1–6. doi: 10.1371/journal.pmed.1000097.
Nazriati, E. and Husnedi, N. (2015) ‘Profil Rujukan
Kasus Nonspesialistik pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Primer’, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 9(4), pp. 327–332.
Available at: http://jurnalkesmas.ui.ac.id.
Nurlinawati, I., Rosita and Werni, S. (2019)
‘GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB
RUJUKAN DI PUSKESMAS KOTA
DEPOK (Description of Factors Causing
Reference at Health Centres in Depok)’,
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 22(3),
pp. 176–183.
Presiden Republik Indonesia (2018) ‘Peraturan
Presiden RI No. 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan’.
Primasari, K. L. (2015) ‘Analisis Sistem Rujukan
Jaminan Kesehatan Nasional RSUD. Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak’, Jurnal ARSI,
1(2), pp. 79–87.
Rahma, A., Arso, S. P. and Suparwati, A. (2015)
‘Implementasi Fungsi Pokok Pelayanan

93

Anda mungkin juga menyukai