Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PEMBELAJARAN MKWK

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu: Aremi Evanta Br. Tarigan, SP, M.Pd

DISUSUN OLEH:

AFIFI AL HAFNAH

NIM : 210406025

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 1


ABSTRAK ......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 3
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5
2.1 Pengertian Toleransi................................................................................ 5
2.2 Pengertian Intoleransi.............................................................................. 5
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Intoleransi...................................... 6
2.4 Kasus-Kasus Intoleransi di Indonesia ..................................................... 9
2.5 Upaya Pengurangan Sikap Intoleransi .................................................... 11
BAB III HASIL REFLEKSI ............................................................................ 12
BAB IV SIMPILAN DAN SARAN .................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

1
ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang berasaskan pada nilai-nilai Pancasila.

Adanya keberagaman tersebut bisa menjadi modal untuk membuat negara yang

satu. Banyaknya suku, budaya, adat, Bahasa daerah dan agama di Indonesia

membuat masyarakat untuk menumbuhkan sikap toleransi. Sikap toleransi dan

peduli sosial yang merupakan jati diri bangsa Indonesia kini mengalami penurunan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana penelitian

kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan oleh

sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial, termasuk juga ilmu pendidikan.

Rendahnya sikap toleransi dan peduli sosial terhadap sesama ternyata juga

berimbas pada berbagai sendi kehidupan. Toleransi itu cukup mensyaratkan adanya

sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain baik yang berbeda

maupun yang sama. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa toleransi

merupakan syarat mutlak untuk mengamalkan Pancasila dengan sebaik-baiknya,

dan menjamin hubungan baik antara sesama warga Negara Indonesia. Rendahnya

toleransi terhadap perbedaan yang memicu terjadinya berbagai konflik dan

kekerasan mengindikasikan belum optimalnya pengajaran nilai yang dilakukan

selama ini. Toleransi adalah sikap saling menghormati antar sesama manusia sesuai

norma yang berlaku. Dengan toleri, kita bisa menjadi warga negara yang rukun.

Hidup rukun karena perbedaan yang ada bisa membuat kita sadar bahwa hidup

berdampingan dan rukun membuat semua menjadi baik.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keberagaman adat, etnis,

budaya, dan Bahasa daerah, yang terdiri dari 17.504 pulau yang terbentang dari

Sabang sampai Merauke, yang disatukan dengan Bahasa Indonesia dan berasaskan

nilai-nilai Pancasila. Adanya keberagaman tersebut bisa menjadi modal untuk

membuat negara yang satu. Banyaknya suku, budaya, adat, bahasa daerah, dan

agama di Indonesia membuat masyarakat untuk menumbuhkan sikap toleransi.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, toleransi merupakan syarat mutlak untuk

mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya, dan menjamin

hubungan baik antara sesama warga negara Indonesia. Namun, sikap toleransi dan

peduli sosial yang merupakan jati diri bangsa Indonesia kini mengalami penurunan.

Rendahnya sikap toleransi dan peduli sosial terhadap sesama ternyata juga

berimbas pada berbagai sendi kehidupan. Kasus intoleransi menjadi masalah serius

dan dapat berdampak negatif bagi berbagai kalangan jika tidak segera disadari dan

dicari jalan keluarnya. Hal ini yang menjadi latar belakang penulisan laporan akhir

ini.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan proposal ini antara lain:

1. Mengetahui pengertian intoleransi secara luas.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi sikap intoleransi.

3
3. Mengidentifikasi sikap intoleransi apa saja yang sudah dilakukan oleh

masyarakat.

4. Mengetahui cara agar sikap intoleransi tidak makin melekat dan menjadi

kebiasaan di lingkungan masyarakat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Toleransi

Istilah toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh)

yang berarti ambang batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih

diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional,

dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah, toleransi berarti bersifat atau

bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian

(pendapat pandangan, kepercayaan, kebiasaan dsb) yang berbeda dan atau yang

bertentangan dengan pendiriannya. Pembudayaan toleransi mengarah pada

terciptanya sebuah bentuk pikiran, sikap, perilaku, tindakan untuk bersabar,

menahan diri, menghargai, menghormati, tidak mengganggu atau melecehkan

pihak-pihak lain, apapun jenis kelaminnya, sukunya, bangsanya, warna kulitnya,

adat istiadatnya, bahasanya, agamanya, pendapatnya, serta keyakinannya.

2.2 Pengertian Intoleransi

Lawan kata toleransi adalah intoleransi atau tidak toleran. Pengertian intoleransi

adalah sikap-sikap yang tidak menghargai pendirian pihak lain yang berbeda. Sikap

intoleransi dapat mengarah pada perilaku kekerasan, baik fisik maupun non fisik

yang tidak mengenal belas kasihan, seperti melakukan pelecehan, diskriminasi,

intimidasi, pengrusakan, penyerangan, pengusiran, dan pembunuhan. Sikap-sikap

5
intoleransi ini secara teoritik dapat menjadi salah satu factor yang dapat melahirkan

konflik di masyarakat.

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Intoleransi


1. Ekonomi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ahli menunjukkan bahwa ekonomi

adalah salah satu faktor yang mempengaruhi intoleransi.faktor yang

dimaksud ialah kinerja ekonomi negara dan status pekerjaan.

 Kinerja Ekonomi Negara

Hasil studi yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa

kinerja ekonomi suatu negara sangat berpengaruh pada sikap intoleransi

warganya.

 Status Pekerjaan

Beberapa hal yang terkait dengan status pekerjaan seperti orang-orang

yang tidak memiliki pekerjaan, latar belakang pendidikan yang rendah,

keterampilan kerja yang minim, serta tenaga kerja yang murah dapat

meningkatkan terjadinya intoleransi di dunia kerja. Jika terjadi krisis

ekonomi, merekalah yang pertama kali akan terdepak dari pekerjaan.

2. Demografi

Selain faktor ekonomi, faktor lain yang memengaruhi intoleransi adalah

faktor-faktor demografi seperti usia, pendidikan, dan kelas sosial ekonomi.

 Usia

6
 Hasil studi menunjukkan bahwa mereka yang berusia lanjut umumnya

bersikap lebih intoleran dibandingkan dengan mereka yang masih muda.

 Pendidikan

Hasil studi juga menunjukkan bahwa mereka yang berpendidikan yang

tinggi umumnya lebih toleran dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan rendah. Namun, hal ini tidak berlaku untuk setiap negara

karena ada beberapa faktor yang memengaruhi seperti faktor budaya,

demokratis tidaknya suatu negara, dan heterogenitas agama.

 Status Sosial Ekonomi

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa status sosial ekonomi yang

rendah menyebabkan orang menjadi kurang toleran terhadap orang lain.

Selain itu, status sosial ekonomi yang rendah juga dapat meningkatkan

persepsi seseorang akan adanya ancaman dari etnis tertentu.

3. Sosial Politik

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli juga menunjukkan

bahwa faktor-faktor sosial politik seperti peraturan yang berlaku di tengah

masyarakat dan orientasi politik sangat berkaitan erat atau

memengaruhi sikap intoleran.

 Orientasi Publik

Hasil studi menunjukkan bahwa di beberapa negara orientasi politik

berkaitan erat dengan sikap intoleran. Mereka yang memiliki preferensi

politik konservatif dan sayap kanan biasanya lebih intoleran terhadap

perbedaan, keberagaman, dan orang lain yang berbeda orientasi politik.

7
 Peraturan Yang Berlaku Dimasyarakat

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa berbagai peraturan yang

berlaku di masyarakat di beberapa negara berkaitan erat dengan tingkat

intoleransi. Misalnya, beberapa pemerintah daerah di Indonesia

mengeluarkan peraturan daerah yang bernuansa keagamaan sebagai

dalih menjaga keraifan lokal yang justru menyuburkan sikap dan

perilaku intoleransi.

4. Budaya

Hasil studi juga menunjukkan bahwa beberapa faktor budaya seperti tingkat

kepercayaan sosial dan kontak dengan kaum minoritas yang intens dapat

mengurangi tingkat intoleransi.

 Tingkat Kepercayaan Sosial

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

kepercayaan interpersonal maka tingkat intoleransi dan prasangka akan

semakin rendah. Namun para ahli berpendapat bahwa hasil studi ini

tidaklah berlaku setiap waktu. Hal ini didukung oleh beberapa hasil studi

lain yang menunjukkan sebaliknya.

 Interaksi Sosial

Beberapa hasil menunjukkan bahwa interaksi sosial dengan kaum

minoritas yang dilakukan secara intens dapat menurunkan tingkat

intoleransi. Hal ini berlaku juga pada interaksi sosial yang dilakukan

terhadap mereka yang berbeda secara etnis.

8
2.4 Kasus-Kasus Intoleransi di Indonesia

1. Kasus Intoleransi Berbasis Agama di Indonesia

Indonesia, merupakan negara yang secara agama multi religious, baik

internal

(Islam terdapat berbagai mazhab), sedangkan secara eksternal kita

mengenal enam “agama resmi”, yakni Kristen, Katolik, Islam, Hindu,

Budha dan Konghucu.

a. Konflik agama di Poso pada tahun 1998

Kabupaten Poso adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah,

Indonesia. Konflik Poso yang terjadi pada akhir tahun 1998 merupakan

konflik agama yang terjadi ditengah berbagai perbedaan yang ada.

Konflik Poso adalah serangkaian konflik yang berkelanjutan dan sangat

sulit untuk menemui titiktemu yang tepat, karena konflik Poso

merupakan konflik agama, suku, dan ras. Dimana dengan perbedaan

yang begitu banyak sangat mudah terjadinya suatu konflik-konflik lain.

Konflik Poso tertitik berat pada konflik agama, karena suku yang

bertikai adalah suku-suku yang berbeda keyakinan. Mereka tidak

memandang sanak saudaranya sendiri, hanya dengan dalih berbeda

agama saudara tersebut bisa bertikai bahkan saling membunuh.

b. Konflik Tolikara pada 17 Juli 2015 yang terjadi karena umat Gereja Injil

Indonesia menyerang umat Islam yang sedang shalat Idul Fitri di

Markas Korem di Tolikara. Mereka melakukan protes lantaran pengeras

suara jemaah mengganggu acara yang juga tengah digelar umat GIDI

9
(KomnasHAM). Peristiwa tersebut menyebabkan kurang lebih 400

orang mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal yang diantaranya

153 orang menyebar di 2 (dua) titik pengungsian dan sisanya kembali

ke daerah asal, 1 mushola dan 63 unit ruko terbakar. Selain itu, 1 (satu)

orang dinyatakan meninggal dunia dan 11 orang lainnya mengalami

luka-luka.

c. Serangan Aceh Singkil 2015 adalah sebuah serangan yang terjadi pada

13 Oktober 2015 di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, Indonesia, di mana

satu gereja dan undung undung (tempat ibadah yang kecil) dibakar,satu

orang tewas, dan empat orang luka-luka. Serangan tersebut melibatkan

lebih kurang 600 orang. Serangan ini dipicu oleh peristiwa penyerangan

rumah ibadah, yang memprotes keberadaan 21 gereja yang tidak

memiliki izin pendirian. Pada awalnya, warga yang mendukung

pembongkaran gereja telah berdialog dengan pihak pemerintah daerah,

dan telah mencapai kesepakatan bahwa seluruh gereja yang tidak

memiliki izin pendirian tersebut akan dibongkar pada hari Senin, 19

Oktober 2015.Warga setempat yang tidak menerima hasil dialog

tersebut beranggapan bahwa warga yang mengikuti dialog dengan

pemerintah daerah merupakan mereka yang bukan perwakilan dari

warga yang menolak rumah ibadah tanpa izin. Mereka dianggap pelaku

pembakaran satu rumah ibadah tersebut. [Sutiyoso, Kepala Badan

Intelijen Negara (BIN)].

2. Kasus Intoleransi Di Sekolah

10
a. Pada Desember 2019, SD inpres 22 Manokwari mempunyai aturan

larangan memakai jilbab pada siswi saat jam belajar di kelas. Kepala

sekolah Rosalina sinaga menyebut, “kebijakan tersebut sudah ada sejak

kepala sekolah sebelumnya” hal ini menimbulkan protes dari orang tua

siswi.

b. Pada oktober 2020, seorang guru di SMAN 58 Jakarta Timur melarang

siswanya memilih calon non muslim saat pemilihan ketua OSIS.

Tindakan ini diketahui setelah tangkapan layarnya beredar di media

sosial.

c. Kasus di SMAN 1 Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT)

yaitu siswa berjilbab dilarang menggunakan rok panjang. Aturan

daerah atau sekolah umum yang mewajibkan siswi nonmuslim

memakai jilbab dan aturan larangan siswi muslim menggunakan jilbab

adalah sama-sama melanggar Pancasila, UUD 1945, dan UU.

2.5 Upaya Pengurangan Sikap Intoleransi

Intoleransi bisa diredam dimulai dari diri kita sendiri, yaitu dengan:

 Tidak memaksakan kehendak diri sendiri kepada orang lain.

 Peduli terhadap lingkungan sekitar.

 Tidak mementingkan suku bangsa sendiri atau sikap yang menganggap suku

bangsanya lebih baik.

 Tidak menonjolkan suku, agama, ras, golongan, maupun budaya tertentu.

 Tidak menempuh tindakan yang melanggar norma untuk mencapai tujuan.

11
BAB III

HASIL REFLEKSI

3.1 Pengetahuan

Setelah mempelajari tentang intoleransi saya mengetahui bahwa sikap

intoleransi harus di hindari, karena sikap ini dapat membuat konflik antar

kelompok yang dimana terjadinya konflik ras, antarsuku, dan agama. Sikap ini

terjadi karena kurangnya pengetahuan terhadap keberagaman yang ada di

Indonesia dan banyaknya stereotype negatif tentang kelompok tertentu.

3.2 Cara Pandang

Dari sudut pandang saya sikap intoleransi itu tidak di benarkan untuk

dilakukan. Kita seharusnya tidak memaksakan kehendak diri sendiri kepada orang

lain. Kita harus peduli terhadap lingkungan sekitar dan tidak mementingkan suku

bangsa kita sendiri atau sikap yang mengganggap suku bangsa kita lebih baik.

Serta tidak menonjolkan suku, agama, ras, golongan maupun budaya tertentu.

3.1 Perubahan Perilaku

Setelah mempelajari tentang sikap intoleransi saya lebih menghargai

perbedaan agama, suku, ras, serta golongan yang ada di Indonesia ini. Dan saya

lebih bisa menghargai pendapat orang lain dan tidak merendahkan orang lain.

Serta tidak perlu mempersalahkan hal yang tidak penting.

12
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Nilai-nilai Pancasila yang didalamnya terdapat nilai ketuhanan, nilai

kemanusiaan, nilai persatuan, nilai musyawarah mufakat, dan nilai keadilan, harus

diajarkan, dipahami, diketahui, dihayati, dijiwai dan diamalkan oleh semua

komponen bangsa, khususnya generasi muda penerus bangsa melalui

penyelenggaraan pendidikan tingkat dasar, mengah maupun tinggi. Program dan

kegiatan untuk membumikan nilai-nilai Pancasila harus menjadi agenda prioritas

pemerintah agar diserap dan dijiwai oleh semua komponen bangsa. Nilai-nilai

Pancasila harus mampu menjadi penangkal, penangkis, penindak, dan pemulih

terhadap degradasi keimanan dan moralitas sekelompok masyarakat yang

berperilaku intoleran.

4.2 Saran

Sebagai warga negara Indonesia, yang memiliki keberagaman adat dan

budaya, ada baiknya kita hidup saling menghargai dan berperilaku santun.

Meningkatkan kembali toleransi yang ada agar hidup bisa tentram dan rukun

dengan sesama.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tim Peneliti Puslitbang Penda. 2011, Penelitian Tentang Paham Keagamaan GPAI

di Sekolah, Jakarta, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

Ismail Hasani, et al. 2011. Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa Barat:

Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan Keragaman/Berkeyakinan. Jakarta:

Setara Institute. Tim Survey. 2011. Laporan Penelitian, Ancaman bagi ideologi

Negara Melalui Radikalisme Agama. Jakarta: Lembaga Penelitian Uhamka.

Mohammad Atho Mudzhar. 2011. Islam In A Globalized World–The Challenges

of Human Rights, Law, and Interfaith Harmony, Jakarta: Badan Litbang dan

Diklat Kementerian Agama, h. 79 -87. Dalam Bahrul Hayat. 2012. Mengelola

Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: Saadah Cipta Mandiri. H. 93-1029.

Imam Tholkhah. 2010. Ahlak Pendidikan Islam, Jakarta, Titian Pena, h. 116.

M.Ainul Yakin. 2005. Pendidikan Multikultural-Cross-Cultural Understanding

untuk demokrasi dan Keadilan. Jakarta: Pilar Media. h. 61.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Bab II, Pasal 2, Jakarta,

Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Kementerian Agama.

Subagyo. Jurnal Rontal Keilmuan Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol 6. No 1.

2020.

14

Anda mungkin juga menyukai