Makalah Pai
Makalah Pai
MEMAHAMI HAKIKAT
DAN MEWUJUDKAN KETAUHIDAN
DENGAN SYU’ABUL (CABANG) IMAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. ANGELLYA BHEKTI ANANDA
2. VICDAN HEPTAMAYRA
3. ANNISA AYU OKTARIZA
4. DAFFA FAIRUZ WINATA
5. ADINDA AYU PRATAMA
6. RONAL ARDYANSAH
7. GRESIA
KELAS : X.1
MAPEL : PAI
GURU PEMBIMBING : SUHARTATI S.Ag
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran PAI yang
dibimbing Bu Suhartati S.Ag. Saya ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang
Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-
masing dalam hidup inimendambakan ketenangan kedamaian kerukunan
dan kesejahteraan. Namun di manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal
itu semua? Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yg disertai dgn
amal shaleh yg dapatmenghantarkan kita baik sebagai individu maupun
masyarakat ke arah itu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas didalam makalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari iman?
2. Apa saja cabang-cabang dari iman?
3. Apa manfaat syu’abul iman?
4. Apa saja contoh orang beriman?
5. Bagaimana contoh problematika keimanan di sekitar kita?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia ini adalah Menganalisis makna syu’abul
iman (cabang-cabang iman), pegertian, dalil, dan manfaatnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syu’abul Iman
ُظ ُهو ِر ِهم ذُ ِريَّتَ ُهم َواَش َه َد ُهم َع ٰلى اَنفُ ِس ِهم اَ َلست
ُ َواِذ اَ َخ َذ َرب َُّك ِمن َب ِني ٰا َد َم ِمن
Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana – yu’minu –
imanan,yang berarti beriman atau percaya. Adapun definisi iman menurut
bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan
menurut syara’ iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang
telah mantap dalam hati dan dibuktikan lewat amal perbuatan.
Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa
dalam diri manusia terdapatdua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad
dan rohani, apabila keduanya pincang atau salah satu di antaranya kurang,
maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang bernama
manusia.
Dari definisi bahasa dan istilah diatas. Maka dipahami bahwa para
pakar sepakat bahwa iman adalah pembenaran dengan hati. Adapaun
mengenai ucapan dan pengamalan anggota badan,maka sebagian ulama
memasukkannya sebagian dari pada iman sedang lainnya menempatkan
sebagai kelengkapan saja.
سلَ َم
َ علَي ِه َو َ صلَى
َ ُّللا َ ِسو ُل للا ُ عنهُ قَا َل قَا َل َر
َ ُّللا
َ ي َ ض ِ عن أ َ ِبي ُه َري َرة َ َر َ :
َل: ضلُ َها قَو ُل َ فَأَف،ًشعبَة ُ َ أَو بِضع َو ِستُّون، َسبعُون َ ان بِضع َو ُ اْلي َم
ِ
انِ اْلي َم
ِ َشع َبة ِمن ُ َوال َح َيا ُء،ق َ ع ِن
ِ الط ِري َ طةُ اْلَذَى َ َوأَدنَاهَا ِإ َما،ُّللا
َ ِإلَهَ ِإ َل
صلى للا عليه وسلم- ّللا ِ َ سو َل ُ س ِم َع َر َ ُطل َحةَ َعن أَ ِبى ه َُري َرةَ أَ َنه َ سى ب ِن َ َعن ِعي-
ب ِ ِإ َن ال َعب َد َل َيتَ َك َل ُم ِبال َك ِل َم ِة َين ِز ُل ِب َها ِفى ال َن ِار أَب َع َد َما َبينَ ال َمش ِر: َيقُو ُل
ِ ق َوال َمغ ِر
()رواه ابن حبان
“Dari Isa bin Thalhah dari Abu Hurairah, ia mendengar sabda Rasulullah
Saw.: “Sungguh (jika) seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikir
terlebih dahulu, ia pun akan terlempar ke neraka (yang) jauhnya antara timur
dan barat” (HR. Ibnu Hibban)
Iman adalah sesuatu yang abstrak dan sangat sulit untuk diukur.iman
bukan saja terucapnya perkataan seseorang melalui lisan tetapi bukti
bahwa benar seseorang melakukan hal tersebut. Sebagaima dijelaskan
dalam QS. An-nisa4:142 berikut:
Sebagian dari cabang-cabang Iman itu ada yang berupa rukun dan
ushul , yang dapatmenghilangkan Iman manakalah ia ditinggalkan, seperti
mengingkari adanya hari akhir, dansebagiannya lagi ada yang
bersifat furu’ , yang apabila meninggalkannya tidak membuathilangnya
Iman, sekalipun tetap menurunkan kadar iman dan membuat fasik, seperti
tidakmemuliakan tetangga.
Orang yang beriman hanya percaya kepada Allah Swt. Jika Allah Swt.
berkehendak memberikan pertolongan maka tidak ada kekuatan apapun
yang mampu menghalangi-Nya, sebaliknya jika Allah Swt. berkehendak
menimpakan bencana, maka tidak ada kekuatan apapun yang sanggup
menahan-Nya. Iman mampu menghilangkan perilaku syirik, percaya
terhadap kesaktian benda-benda keramat, tahayul, khurafat dan
sebagainya.
Tidak ada seorang pun yang akan luput dari ujian dan musibah dalam
kehidupan. Dalam hal ini akan nampak sekali perbedaan menghadapi
musibah dan ujian bagi orang yang beriman dan orang yang tidak beriman.
Orang beriman akan cenderung bersikap tenang (sakinah) dan tentram
(muthmainah) dalam menghadapi masalah. Kedekatan dan tawakalnya
kepada Allah Swt. akan menumbuhkan sikap penyerahan diri kepada Allah
Swt. dan senantiasa sabar dalam kondisi seberat apapun.
Kristalisasi dari iman adalah akhlak seorang mukmin. Oleh karena itu
akhlak, tingkah laku dan perbuatan seorang mukmin akan senantiasa
dikendalikan oleh iman. Orang yang beriman akan memiliki self security
system atau sistem keamanan diri manakala ia dihadapkan pada godaan
maksiat, godaan mengonsumsi makanan dan minuman yang haram,
kesulitan mengendalikan emosi dan lain sebagainya. Sehingga dengan
sistem keamanan dan pengendalian diri yang baik itulah, akan mencegah
datangnya penyakit, baik penyakit jasmani maupun penyakit rohani bagi
seorang mukmin.
) َولَقَ ۡد فَتَ َنا ٱلَذِينَ ِمن٢( َاس أَن يُ ۡت َر ُك َٰٓوا أَن َيقُولُ َٰٓوا َءا َم َنا َوه ُۡم َل ي ُۡفتَنُون
ُ ب ٱل َن َ أ َ َح ِس
٣) َن ۡٱل َك ٰـ ِذ ِبين َ َٱلِلُ ٱلَذِين
َ ص َدقُوا َولَ َيعۡ لَ َم َ قَ ۡب ِل ِه ۡمۖ فَلَ َيعۡ لَ َم َن
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS al-Ankabut
[29]: 2-3).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan
dan dilakukanmerupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala
isi hati, ucapan dan perbuatansama dalam satu keyakinan, maka orang–
orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya
dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat jugadisebut
dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga
pandangan dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain,
seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan
lidah dan kepercayaan yang benardengan hati dan perbuatan dengan
anggota.” Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan
lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.”
Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan lidah
(lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya
dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”
Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara
mutlak orientasi pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau
lazimnya di sebut “qalbu”. Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita
semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapatdua unsur pokok
kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang
atausalah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin
terbentuk makhluk yang bernama manusia.
B.SARAN
Setiap muslim tentu menginginkan untuk masuk ke dalam surga dan
selamat dari api neraka, untuk itu marilah kita memperhatikan sabda Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam berikut ini,“Barangsiapa yang akhir ucapannya
(sebelum mati) adalah kalimat Laa ilaaha illallah maka dia akan masuk
surga.”[HR. Abu Daud dari Mu’adz bin Jabalradhiyallahu’anhu,Shahihul
Jami’: 11425]
Jelaslah bagi kita bahwa kunci surga adalah kalimat Laa ilaaha illallah.
Ibarat sebuah rumah,surga memiliki pintu yang harus dibuka dengan
sebuah kunci, itulah kalimat Laa ilaahaillallah. Akan tetapi, kenyataannya
tidak semua orang yang memiliki kunci tersebut mampumembuka pintu
surga, dikarenakan kunci mereka tidak bergerigi.Dan sebagai umat muslim
yang taat, penulis hanya bisa menyarankan agar pembacasenantiasa
meningkatkan semangat keagamaan dan lebih meningkatkan keimanan
dan lain sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
https://tafsirweb.com/182-surat-al-baqarah-ayat-5.html