Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PAI

MEMAHAMI HAKIKAT
DAN MEWUJUDKAN KETAUHIDAN
DENGAN SYU’ABUL (CABANG) IMAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. ANGELLYA BHEKTI ANANDA
2. VICDAN HEPTAMAYRA
3. ANNISA AYU OKTARIZA
4. DAFFA FAIRUZ WINATA
5. ADINDA AYU PRATAMA
6. RONAL ARDYANSAH
7. GRESIA
KELAS : X.1
MAPEL : PAI
GURU PEMBIMBING : SUHARTATI S.Ag

SMA NEGERI 1 MUARADUA


KABUPATEN OKU SELATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.

Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran PAI yang
dibimbing Bu Suhartati S.Ag. Saya ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini


sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini. Saya mohon maaf jika di dalam makalah
ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan
hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik
kita sebagai manusia. Semoga Makalah Memahami Hakikat dan
Mewujudkan Ketauhidan dengan Syu’abul Iman ini dapat bermanfaat bagi
kita semuanya.

Muaradua, 24 Juli 2023

Kelompok 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 2


A. Syu’abul Iman ................................................................................... 2
1) Pengertian dari Iman .................................................................... 2
2) Macam-Macam Syu,abul Iman ..................................................... 3
3) Manfaat dan hikmah dari Syu’abul Iman ...................................... 9
B. Pengalaman Keimanan dalam Kehidupan Sehari-Hari .................. 11
1) Tanda-Tanda Keimanan Seseorang .......................................... 11
2) Problematika Praktik Keimanan di Sekitar Kita ..... ………………11
BAB III PENUTUP ................................................................................ 14
A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-
masing dalam hidup inimendambakan ketenangan kedamaian kerukunan
dan kesejahteraan. Namun di manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal
itu semua? Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yg disertai dgn
amal shaleh yg dapatmenghantarkan kita baik sebagai individu maupun
masyarakat ke arah itu.

“Barangsiapa yg mengerjakan amal shaleh baik laki-laki-laki-laki


maupun perempuan dalamkeadaan beriman maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yg baik dansesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dgn pahala yg lbh baik dari apa yg telah
mereka kerjakan.”

Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan


berhasil merubah keadaan dunia dari kegelapan menjadi terang
benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi masyarakat adil dan
makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama
beramarma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas
kebajikan dan kebaikan.Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yg
mengikat antar mereka selain tali persaudaraan.
Dengan memohon ma’unah Allah makalah singkat ini mencoba
menjelaskan beberapa hal yg berkaitan dgn topik tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas didalam makalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari iman?
2. Apa saja cabang-cabang dari iman?
3. Apa manfaat syu’abul iman?
4. Apa saja contoh orang beriman?
5. Bagaimana contoh problematika keimanan di sekitar kita?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia ini adalah Menganalisis makna syu’abul
iman (cabang-cabang iman), pegertian, dalil, dan manfaatnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Syu’abul Iman

1. Pengertian dari Iman


Dalam hal ini manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah
swt.sejak masih berada dialam ruh. Sebagaimana yang tersebut dalam QS.
Al-A’raf/4: 172 berikut :

ُ‫ظ ُهو ِر ِهم ذُ ِريَّتَ ُهم َواَش َه َد ُهم َع ٰلى اَنفُ ِس ِهم اَ َلست‬
ُ ‫َواِذ اَ َخ َذ َرب َُّك ِمن َب ِني ٰا َد َم ِمن‬

َ ‫ِب َر ِب ُكم َقالُوا َب ٰلى‬


َ‫ش ِهدنَا ۛاَن تَقُولُوا َيو َم ال ِق ٰي َم ِة ِانَّا ُكنَّا َعن ٰه َذا ٰغ ِف ِلين‬
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang
belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”

Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana – yu’minu –
imanan,yang berarti beriman atau percaya. Adapun definisi iman menurut
bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan
menurut syara’ iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang
telah mantap dalam hati dan dibuktikan lewat amal perbuatan.

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia dikatakan bahwa : “Iman


secara bahasa berasal dari kata anamah yang berarti menganugrahkan
rasa aman dan ketentraman, dan yang kedua masuk ke dalam suasana
aman dan tentram, pengertian pertamaditunjukkan kepada Tuhan, karena
itu salah satu sifat Tuhan yakni, al-Makmun, yaitu MahaMemberi keamanan
dan ketentraman kepada manusia melalui agama yang diturunkan lewat
Nabi. pengertian kedua dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin (orang
yang beriman) adalah mereka memasuki dalam suasana aman dan tentram
menerima prinsip yang telah ditetapkan Tuhan”.

Dari beberapa keterangan di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan


sebagai bahan referensi bahwa pengertian bahwa iman adalah keyakinan
yang kuat dan kepercayaan penuh terhadap suatu subjek, gagasan dan
doktrin. Dengan kata lain, tidaklah sempurna iman seseorang kalauhanya
menyakini dengan hati tanpa dibarengi dengan amal perbuatan.
Sedangkan menurut Istilah, Ali Mustafa al-Ghuraby menyatakan :
“Sesungguhnya Iman itu adalah ma’rifah dan pengakuan kepada Allah swt
Dan Rasul-Rasul-Nya (atas mereka keselematan)”.

Dan menurut Jumhur Ulama yang dikemukakan oleh al-Kalabadzy :


”Iman itu adalah perkataan, perbuatan dan niat, dan arti niat adalah
pembenaran”.

Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka


secara mutlak orientasi pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang
atau lazimnya di sebut “qalbu”.

Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa
dalam diri manusia terdapatdua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad
dan rohani, apabila keduanya pincang atau salah satu di antaranya kurang,
maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang bernama
manusia.

Dari definisi bahasa dan istilah diatas. Maka dipahami bahwa para
pakar sepakat bahwa iman adalah pembenaran dengan hati. Adapaun
mengenai ucapan dan pengamalan anggota badan,maka sebagian ulama
memasukkannya sebagian dari pada iman sedang lainnya menempatkan
sebagai kelengkapan saja.

2. Macam-macam Syu’abul Iman

‫سلَ َم‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫سو ُل للا‬ ُ ‫عنهُ قَا َل قَا َل َر‬
َ ُ‫ّللا‬
َ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫عن أ َ ِبي ُه َري َرة َ َر‬ َ :
‫ َل‬: ‫ضلُ َها قَو ُل‬ َ ‫ فَأَف‬،ً‫شعبَة‬ ُ َ‫ أَو بِضع َو ِستُّون‬، َ‫سبعُون‬ َ ‫ان بِضع َو‬ ُ ‫اْلي َم‬
ِ
‫ان‬ِ ‫اْلي َم‬
ِ َ‫شع َبة ِمن‬ ُ ‫ َوال َح َيا ُء‬،‫ق‬ َ ‫ع ِن‬
ِ ‫الط ِري‬ َ ‫طةُ اْلَذَى‬ َ ‫ َوأَدنَاهَا ِإ َما‬،ُ‫ّللا‬
َ ‫ِإلَهَ ِإ َل‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau
enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha
illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari
jalan.Dan malu itu termasuk bagian dari iman.
Terdapat beberapa ahli hadis yang menulis risalah mengenai syu’abul
iman atau cabang-cabang iman.Berikut para ahli hadis tersebut :
a) Imam Baihaqi RA yang menuliskan kitab Syu’abul Iman
b) Abu Abdilah Halimi RA dalam kitab Fawaidul Minhaj
c) Syeikh Abdul Jalil RA dalam kitab Syu’bul Iman
d) Iman Abu Hatim RA dalam kitab Washful Iman wa Syu’buhu
Para ahli hadis ini menjelaskan dan merangkum 77 cabang keimanan
tersebut menjadi 3 kategori atau golongan.Dengan kata lain, dimensi dari
keimanan itu menyangkut tiga ranah yaitu :
1. Ma’rifatun bil qalbi yaitu meyakini dengan hati
2. Iqrarun bil lisan yaitu diucapkan dengan lisan
3. ‘Amalun bil arkan yaitu mengamalkannya dengan perbuatan anggota
badan
Dari pengelompokan berdasarkan dimensi keimanan tersebut maka
Cabang-cabang Iman ada bermacam-macam, jumlahnya banyak, lebih dari
72 cabang.Dalam hadist lain disebutkan bahwa cabang-cabangnya lebih
dari 70 buah.Cabang Iman terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu yang
berhubungan dengan :
1) Niat, Aqidah, dan Amalan Hati
2) Lidah/Lisan
3) Seluruh anggota tubuh

1) Yang Berhubungan dengan Niat, Aqidah, dan Amalan Hati

Orang yang beriman yaitu orang yang didalam hatinya,disetiap


ucapannya dan pada segala tindakannya adalah sama,sehingga dapat
diartikan bahwa orang yang beriman adalah orang yang jujur, memiliki
prinsip, pandangan dan sikap hidup yang teguh. Sebagaimana dalam
firman Allah swt. Dalam QS. Ibrahim/14:27 berikut.

ٰ ‫ت ِفى ال َح ٰيو ِة الدُّن َيا َو ِفى‬


‫اْل ِخ َر ِة‬ ِ ‫ّللا الَّذِينَ ٰا َمنُوا ِبال َقو ِل الثَّا ِب‬
ُ ٰ ُ‫يُثَ ِبت‬

ࣖ ‫ّللا َما َيش َۤا ُء‬ ٰ ‫ّللا ال‬


ُ ٰ ‫ظ ِل ِمينَ َو َيف َع ُل‬ ُ ٰ ‫ض ُّل‬
ِ ُ‫َوي‬
Artinya : Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah
menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengelompokan cabang-cabang
iman yang termasuk dalam kelompok niat, aqidah dan hati terdiri dari 30 hal
yaitu :
1. Beriman kepada Allah, kepada Dzat-Nya, dan segala sifat-Nya, meyakini
bahwaAllah adalah Maha Suci, Esa, dan tiada bandingan serta
perumpamaannya
2. Selain Allah semuanya adalah ciptaan-Nya, Dialah yang Esa
3. Beriman kepada para Malaikat
4. Beriman kepada Kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-
Nya
5. Beriman kepada para Rasul
6. Beriman kepada takdir yang baik maupun buruk, bahwa semua itu datang
dari Allah
7. Beriman kepada hari Kiamat, termasuk siksa dan pertanyaan di dalam
kubur,kehidupan setelah mati, hisab, penimbangan amal, dan
menyeberangi shirat
8. Meyakini akan adanya Syurga dan Insya Allah semua mukmin akan
memasukinya
9. Meyakini neraka dan siksanya yang sangat pedih untuk selamanya
10. Mencintai ALLAH
11. Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah termasuk mencintai
para sahabat,khususnya Muhajirin dan Anshar, juga keluarga Nabi
Muhammad saw danketurunannya
12. Mencintai Rasulullah saw, termasuk siapa saja yang memuliakan
beliau, bershalawatatasnya, dan mengikuti sunnahnya
13. Ikhlash, tidak riya dalam beramal dan menjauhi nifaq
14. Bertaubat, menyesali dosa-dosanya dalam hati disertai janji tidak akan
mengulanginya lagi
15. Takut kepada Allah
16. Selalu mengharap Rahmat Allah
17. Tidak berputus asa dari Rahmat Allah
18. Syukur
19. Menunaikan Amanah
20. Sabar
21. Tawadhu dan menghormati yang lebih tua
22. Kasih sayang, termasuk mencintai anak-anak kecil
23. Menerima dan ridha dengan apa yang telah ditakdirkan
24. Tawakkal
25. Meninggalkan sifat takabbur dan membanggakan diri, termasuk
menundukkan hawa nafsu
26. Tidak dengki dan iri hati
27. Rasa malu
28. Tidak menjadi pemarah
29. Tidak menipu, termasuk tidak berburuk sangka dan tidak merencanakan
keburukanatau maker kepada siapapun
30. Mengeluarkan segala cinta dunia dari hati, termasuk cinta harta dan
pangkat.

2) Yang Berhubungan dengan Lidah

Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk menjaga lisan agar


dipergunakan dengan baik tidak bertentangan dengan kehendak Allah swt
Rasulullah saw bersabda :

‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫ّللا‬ ِ َ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم َع َر‬ َ ُ‫طل َحةَ َعن أَ ِبى ه َُري َرةَ أَ َنه‬ َ ‫سى ب ِن‬ َ ‫ َعن ِعي‬-
‫ب‬ ِ ‫ ِإ َن ال َعب َد َل َيتَ َك َل ُم ِبال َك ِل َم ِة َين ِز ُل ِب َها ِفى ال َن ِار أَب َع َد َما َبينَ ال َمش ِر‬: ‫َيقُو ُل‬
ِ ‫ق َوال َمغ ِر‬
(‫)رواه ابن حبان‬

“Dari Isa bin Thalhah dari Abu Hurairah, ia mendengar sabda Rasulullah
Saw.: “Sungguh (jika) seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikir
terlebih dahulu, ia pun akan terlempar ke neraka (yang) jauhnya antara timur
dan barat” (HR. Ibnu Hibban)

Oleh karena itu pengelompokan para ahli hadis sebagaiman


disebutkan sebelumnya, implmentasi iman akan termanifestasikan dalam
hal-hal yang konkrit danri ranah Iqrarun bil lisan yang dari 7 cabang berikut:

31. Membaca kalimat Thayyibah


32. Membaca Al Quran yang suci
33. Menuntut ilmu
34. Mengajarkan ilmu
35. Berdoa
36. Dzikrullah, termasuk istighfar
37. Menghindari bicara sia-sia
3) Yang berhubungan dengan Anggota Tubuh

Iman adalah sesuatu yang abstrak dan sangat sulit untuk diukur.iman
bukan saja terucapnya perkataan seseorang melalui lisan tetapi bukti
bahwa benar seseorang melakukan hal tersebut. Sebagaima dijelaskan
dalam QS. An-nisa4:142 berikut:

ٰ ‫ا ِ َّن ال مُ ٰن ف ِ ق ِ ي َن ي ُٰخ دِ ع ُ و َن‬


‫ّللا َ َو ه ُ َو خَ ا دِ ع ُ ه ُ م َو ا ِ ذ َ ا ق َ ا مُ و ا‬
‫اس َو َْل ي َ ذ ك ُ ُر و َن‬ َ َّ ‫ال ى ي ُ َر ۤا ء ُ و َن ال ن‬ٰ َ ‫ا ِ ل َ ى ال ص َّ ٰل و ة ِ ق َ ا مُ و ا ك ُ س‬
‫ّللا َ ا َِّْل ق َ ل ِ ي ًل ا‬
ٰ
Artinya : Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi
Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka
lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan
manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.

Dan 40 cabang iman dalam dimensi perbuatan tersebut antara lain


adalah :
38. Bersuci, termasuk kesucian badan, pakaian, dan tempat tinggal.
39. Menjaga shalat, termasuk shalat fardhu, sunnah, dan qadha’.
40. Bersedekah, termasuk zakat fitrah, zakat harta, member makan,
memuliakan tamu,serta membebaskan hamba sahaya.
41. Berpuasa, wajib maupun sunnah.
42. Haji, fardhu maupun sunnah.
43. Beriktikaf, termasuk mencari lailatul qadar di dalamnya.
44. Menjaga agama dan meninggalkan rumah untuk berhijrah sementara
waktu.
45. Menyempurnakan nazar.
46. Menyempurnakan sumpah.
47. Menyempurnakan kifarah.
48. Menutup aurat ketika shalat dan di luar shalat.
49. Berkorban hewan, termasuk memperhatikan hewan korban yang akan
disembelih danmenjaganya dengan baik.
50. Mengurus jenazah.
51. Menunaikan utang.
52. Meluruskan mu’amalah dan meninggalkan riba.
53. Bersaksi benar dan jujur, tidak menutupi kebenaran.
54. Menikah untuk menghindari perbuatan keji dan haram.
55. Menunaikan hak keluarga dan sanak kerabat, serta menunaikan hak
hamba sahaya.
56. Berbakti dan menunaikan hak orang tua.
57. Mendidikan anak-anak dengan tarbiyah yang baik.
58. Menjaga silaturrahmi.
59. Taat kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama.
.60. Menegakkan pemerintahan yang adil.
61. Mendukung jemaah yang bergerak di dalam kebenaran.
62. Mentaati hakim (pemerintah) dengan syarat tidak melanggar syariat.
63. Memperbaiki mu’amalah dengan sesama.
64. Membantu orang lain dalam kebaikan.
65. Amar makruh Nahi Mungkar.
66. Menegakkan hukum Islam.
67. Berjihad, termasuk menjaga perbatasan.
68. Menunaikan amanah, termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan
perang.
69. Memberi dan membayar utang.
70. Memberikan hak tetangga dan memuliakannya.
71. Mencari harta dengan cara yang halal.
72. Menyumbangkan harta pada tempatnya, termasuk menghindari sifat
boros dan kikir.
73. Memberi dan menjawab salam.
74. Mendoakan orang yang bersin.
75. Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain.
76. Menghindari permainan dan senda gurau.
77. Menjauhkan benda-benda yang mengganggu di jalan.

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa cabang yang paling utama


adalah Tauhid, yangwajib bagi setiap orang, yang mana tidak satu pun
cabang Iman itu menjadi sah kecualisesudah sahnya tauhid tersebut.
Adapun cabang Iman yang paling rendah adalahmenghilangkan sesuatu
yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya denganmenyingkirkan duri
atau batu dari jalan mereka. Lalu, di antara ke dua cabang tersebutterdapat
cabang-cabang lain seperti cinta kepada Rasulullah SAW, cinta kepada
saudaramuslim seperti mencintai diri sendiri, jihad dan sebagainya. Beliau
tidak menjelaskan cabang-cabang Iman secara keseluruhan, maka para
ulama berijtihad menetapkannya. Al-Hulaimi, pengarang “Al -Minhaj”
menghitungnya ada 77 cabang, sedangkan Al-Hafizh AbuHatim Ibnu
Hibban menghitungnya ada 79 cabang Iman.

Sebagian dari cabang-cabang Iman itu ada yang berupa rukun dan
ushul , yang dapatmenghilangkan Iman manakalah ia ditinggalkan, seperti
mengingkari adanya hari akhir, dansebagiannya lagi ada yang
bersifat furu’ , yang apabila meninggalkannya tidak membuathilangnya
Iman, sekalipun tetap menurunkan kadar iman dan membuat fasik, seperti
tidakmemuliakan tetangga.

3. Manfaat dan Hikmah dari Syu’abul Iman

a. Iman menghilangkan sifat kepercayaan manusia terhadap makhluk

Orang yang beriman hanya percaya kepada Allah Swt. Jika Allah Swt.
berkehendak memberikan pertolongan maka tidak ada kekuatan apapun
yang mampu menghalangi-Nya, sebaliknya jika Allah Swt. berkehendak
menimpakan bencana, maka tidak ada kekuatan apapun yang sanggup
menahan-Nya. Iman mampu menghilangkan perilaku syirik, percaya
terhadap kesaktian benda-benda keramat, tahayul, khurafat dan
sebagainya.

b. Iman menanamkan sikap tidak takut menghadapi kematian

Dalam kehidupan saat ini, banyak manusia yang takut menyampaikan


kebenaran karena takut menghadapi risiko termasuk risiko kematian.
Dalam hal ini, orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian
adalah hak prerogatif Allah Swt. sehingga berani mengatakan kebenaran,
meskipun terasa pahit, bahkan berisiko menghadapi kematian sekalipun.

c. Iman akan membuat seorang mukmin memiliki jiwa yang tenang

Tidak ada seorang pun yang akan luput dari ujian dan musibah dalam
kehidupan. Dalam hal ini akan nampak sekali perbedaan menghadapi
musibah dan ujian bagi orang yang beriman dan orang yang tidak beriman.
Orang beriman akan cenderung bersikap tenang (sakinah) dan tentram
(muthmainah) dalam menghadapi masalah. Kedekatan dan tawakalnya
kepada Allah Swt. akan menumbuhkan sikap penyerahan diri kepada Allah
Swt. dan senantiasa sabar dalam kondisi seberat apapun.

d. Iman mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas

Kehidupan yang baik bagi seorang mukmin adalah kehidupan yang


senantiasa hanya berisi hal-hal yang baik. Iman akan menuntun seseorang
untuk menyeleksi perbuatan baik yang patut dilakukan, dan perbuatan
buruk yang harus dihindari. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam
QS. an-Nahl/16: 97 berikut ini:
ً‫صا ِل ًحا ِمن َذ َكر اَو اُن ٰثى َو ُه َو ُمؤ ِمن َف َلنُح ِي َينَه َح ٰيوة‬ َ ‫ع ِم َل‬ َ ‫َمن‬
َ‫س ِن َما َكانُوا َيع َملُون‬ َ ‫ط ِي َبةً َو َلنَج ِز َينَ ُهم اَج َر ُهم ِباَح‬
َ
Artinya: Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

e. Iman menumbuhkan sikap ikhlas

Keyakinan terhadap rida Allah Swt. akan mempengaruhi seseorang


untuk senantiasa melakukan sesuatu dengan penuh keikhlasan. Iman akan
menuntun seseorang untuk senantiasa hanya berharap rida Allah Swt.
sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. al-An’am/6: 162 berikut ini:

َ‫ب العٰ َل ِمين‬ ِ ٰ ِ ‫اي َو َم َما ِتي‬


ِ ‫لِل َر‬ َ ‫س ِكي َو َمح َي‬ َ ‫قُل ا َِن‬
ُ ُ‫ص ََل ِتي َون‬
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Swt. Tuhan seluruh alam”

f. Iman mendatangkan keberuntungan

Orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya


karena selalu berjalan di arah yang benar. Orang beriman selalu mengikuti
petunjuk dan larangan Allah Swt. sebagaimana dengan firman Allah Swt.
Dalam QS Al-baqarah/2:5 yang ada dibawah ini:
َٰٓ َٰٓ
َ‫علَ ٰى ُهدًى ِمن َر ِب ِهم َوأ ُ ۟و ٰلَئِ َك ُه ُم ٱل ُمف ِل ُحون‬
َ ‫أُ ۟و ٰلَئِ َك‬
Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung

g. Iman mencegah penyakit jasmani dan rohani

Kristalisasi dari iman adalah akhlak seorang mukmin. Oleh karena itu
akhlak, tingkah laku dan perbuatan seorang mukmin akan senantiasa
dikendalikan oleh iman. Orang yang beriman akan memiliki self security
system atau sistem keamanan diri manakala ia dihadapkan pada godaan
maksiat, godaan mengonsumsi makanan dan minuman yang haram,
kesulitan mengendalikan emosi dan lain sebagainya. Sehingga dengan
sistem keamanan dan pengendalian diri yang baik itulah, akan mencegah
datangnya penyakit, baik penyakit jasmani maupun penyakit rohani bagi
seorang mukmin.

B. Pengalaman Keimanan dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Tanda-Tanda Keimanan Seseorang


Keimananan merupakan sesuatu yang abstrak dan sangat sulit diukur
karena tempatnya ada di dalam hati seseorang. Keberadaan iman hanya
dapat diketahui oleh ia sendiri dan Allah swt. Perhatikan firman Allah dalam
surat al- anfal/8 ayat 2-4 berikut.

ُ َّ ‫ِإ َّن َما ال ُمؤ ِمنُونَ الَّذِينَ ِإذَا ذُ ِك َر‬


َ ‫ّللا َو ِجلَت قُلُوبُ ُهم َو ِإذَا ت ُ ِل َيت‬
‫علَي ِهم آ َياتُهُ زَ ا َدت ُهم ِإي َما ًنا‬
َ‫) أُولَئِك‬3( َ‫صلة َ َو ِم َّما َرزَ قنَاهُم يُن ِفقُون‬ َّ ‫) الَّذِينَ يُ ِقي ُمونَ ال‬2( َ‫علَى َر ِب ِهم َيت ََو َّكلُون‬ َ ‫َو‬
)4( ‫ُه ُم ال ُمؤ ِمنُونَ َحقًّا لَ ُهم َد َر َجاتٌ ِعن َد َر ِب ِهم َو َمغ ِف َرة ٌ َو ِرز ٌق َك ِري ٌم‬
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezeki (nikmat) yang mulia.

Adapun tanda-tanda orang beriman pada ayat diatas adalah sebagai


berikut:
a. Hatinya Bergetar bila Mendengar Nama Allah Swt.
b. Iman Bertambah bila Mendengar Ayat Allah Swt.
c. Bertawakal kepada Allah Swt.
d. Menegakkan Salat.
e. Menginfakan Sebagian Rezeki.
f. Menghindari Perkataan yang Tidak Berguna
g. Memelihara Amanah dan Menepati Janji
h. Berjihad di Jalan Allah Swt

2. Problematika Praktik Keimanan di Sekitar Kita

a. Mukmin yang Saling Membenci


Sifat saling membenci berawal dari adanya kesombongan, dan orang
yang iri dengki biasanya tidak bisa melihat atau menerima orang lain yang
mendapatkan kenikmatan, sehingga bisa menimbulkan sikap hasud. Iri,
dengki, sombong dan hasud merupakan penyakit hati yang harus dihindari
karena ini semua dapat merusak persaudaraan antar-mukmin. Contoh dari
sikap ini antara lain persaingan politik dan persaingan bisnis yang tidak
sehat sehingga akan memunculkan keinginan untuk menjatuhkan lawan
dengan cara yang tidak benar yang bisa membuat orang lain kehilangan
simpatinya. Contohnya : Persaingan polititk atau persaingan bisnis yang
tidak sehat, tidak jarang menimbulkan keinginan untuk menjatuhkan lawan
dengan cara-cara yang tidak benar.
b. Kaum Munafik yang Membenci Kaum Mukmin
Orang munafik, adalah orang yang bermuka dua. Artinya, pada satu
sisi, ia menampakkan wajah keislaman dan ketakwaan yang begitu
mempesona. Sementara di sisi satunya, ia mempunyai sifat yang
bertentangan dengan apa yang ditampakkan selama ini. Orang yang
munafik lebih berbahaya dari orang kafir. Karena, mereka ini sangat pandai
memutarbalikkan fakta, lihai bersilat lidah dan berdusta semata-mata untuk
mendapatkan kepentingannya saja. Contoh kaum munafik yang membenci
kaum mukmin dapat dilihat sekarang ini, di mana umat Islam ada yang
mudah terpengaruh oleh adu domba kaum munafik, sehingga permusuhan
dan perpecahan di kalangan umat gampang tercipta. Contohnya :
Berkembangnya permusuhan dan perpecahan dikalangan umat Islam,
yang disebabkan oleh adu domba yang diciptakan orang-orang munafik.
Antara golongan mukmin yang satu dengan mukmin lain saling dibenturkan
sehingga tidak jarang menimbulkan permasalahan dan keresahan di
lingkungan masyarakat

c. Orang Kafir yang Memerangi Kaum Mukmin


Kaum kafir adalah golongan yang menentang perkara yang haq dan
mendukung yang bathil. Kaum kafir dalam hidupnya akan saling tolong
menolong untuk memerangi kaum mukmin. Contohnya, dalam
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, di mana tontonan
hiburan dan gaya hidup banyak yang tidak sesuai dengan pemikiran umat
Islam. Jika tidak dapat disikapi dengan bijak, maka hal ini akan berdampak
buruk terhadap kualitas iman kaum mukmin. Contohnya : Berkembang
pesatnya dunia teknologi,informasi dan komunikasi semakin menjadikan
inovatif dan kreatifnya smart people di Indonesia.Wujud perang orang kafir
terhadap orang mukmin adalah semakin merosotnya iman seseorang
karena menyalahgunakan teknologi.

d. Tipu Muslihat Setan yang Selalu Menyesatkan


Setan akan selalu menggoda iman manusia dengan segala cara,
termasuk melakukan tipu daya bagi kaum muslim, dan ini harus selalu kita
waspadai setiap saat. Karena tipu daya setan ini dapat menguasai diri
seorang mukmin dalam bentuk ketidakberdayaan kaum mukmin untuk
mengendalikan diri, menahan amarah, mengendalikan nafsu, sifat takabur,
kikir dalam bersedekah dan sifat-sifat buruk setan lainnya. Contohnya,
tingginya kasus pelanggaran hukum saat ini, mulai dari, tingginya angka
kriminalitas, perbuatan melanggar norma, serta tindakan pelanggaran
lainnya, termasuk yang utama hukum agama Segala bentuk tindak
kejahatan merupakan bentuk kemenangan dari hasutan setan. Contohnya:
Tingginya angka kriminalitas dan Tindakan pelanggaran hukum baik hukum
agama maupun hukum positif di negeri ini Setiap hari media masa dihiasi
oleh berita Tindakan kejahatan yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam
situasi seperti ini setan menjadi pemenang karena berhasil menipu daya
manusia.

e. Godaan Hawa Nafsu Dalam Diri Setiap Mukmin


Musuh paling berbahaya dalam diri setiap orang adalah hawa
nafsunya sendiri. Melawan nafsu jauh lebih berat dan sulit dibandingkan
dengan melawan musuh yang nyata. Siapapun, dengan strata pendidikan
apapun, dengan strata sosial dan ekonomi apapun, usia berapapun sangat
mungkin dikuasai oleh hawa nafsu dan tidak berhasil memenangkan
pertarungan bahkan dengan nafsunya sendiri. Contohnya: niat mulia
seorang mukmin yang telah berjanji istikamah untuk lebih baik dalam hal
ibadah tidak akan pernah bisa terwujud jika ia, sendiri masih terus mengikuti
hawa nafsu yang tidak akan ada hentinya. Contohnya : Seorang mukmin
yang telah berjanji kepada dirinya sendiri untuk istiqmah, beribadah,
berpuasa sunah, bersedekah, mehindari maksiat, menyantunu anak yatim
dan hal lain untuk meningkatkan keimanannya. Akan tetapi, jika mukmin
tersebut tidak mampu melawan godaan hawa nafsu, bisa saja niat tersebut
tidak pernah akan terwujud dan bahkan bertolak belakang.

Namun, mengingat sifat iman senantiasa berkurang dan


bertambah,maka mempertahankannya merupakan tantangan yang harus
dihadapi oleh manusia. Allah swt telah menegaskan bahwa setiap orang
yang beriman(mukmin) senantiasa akan mendapat ujian dari Allah swt.
Sebagaimana dalam firman Allah surat al-ankabut/29:2-3 berikut.

‫) َولَقَ ۡد فَتَ َنا ٱلَذِينَ ِمن‬٢( َ‫اس أَن يُ ۡت َر ُك َٰٓوا أَن َيقُولُ َٰٓوا َءا َم َنا َوه ُۡم َل ي ُۡفتَنُون‬
ُ ‫ب ٱل َن‬ َ ‫أ َ َح ِس‬
٣) َ‫ن ۡٱل َك ٰـ ِذ ِبين‬ َ َ‫ٱلِلُ ٱلَذِين‬
َ ‫ص َدقُوا َولَ َيعۡ لَ َم‬ َ ‫قَ ۡب ِل ِه ۡمۖ فَلَ َيعۡ لَ َم َن‬
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS al-Ankabut
[29]: 2-3).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan
dan dilakukanmerupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala
isi hati, ucapan dan perbuatansama dalam satu keyakinan, maka orang–
orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya
dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat jugadisebut
dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga
pandangan dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain,
seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan
lidah dan kepercayaan yang benardengan hati dan perbuatan dengan
anggota.” Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan
lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.”
Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan lidah
(lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya
dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”
Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara
mutlak orientasi pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau
lazimnya di sebut “qalbu”. Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita
semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapatdua unsur pokok
kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang
atausalah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin
terbentuk makhluk yang bernama manusia.
B.SARAN
Setiap muslim tentu menginginkan untuk masuk ke dalam surga dan
selamat dari api neraka, untuk itu marilah kita memperhatikan sabda Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam berikut ini,“Barangsiapa yang akhir ucapannya
(sebelum mati) adalah kalimat Laa ilaaha illallah maka dia akan masuk
surga.”[HR. Abu Daud dari Mu’adz bin Jabalradhiyallahu’anhu,Shahihul
Jami’: 11425]
Jelaslah bagi kita bahwa kunci surga adalah kalimat Laa ilaaha illallah.
Ibarat sebuah rumah,surga memiliki pintu yang harus dibuka dengan
sebuah kunci, itulah kalimat Laa ilaahaillallah. Akan tetapi, kenyataannya
tidak semua orang yang memiliki kunci tersebut mampumembuka pintu
surga, dikarenakan kunci mereka tidak bergerigi.Dan sebagai umat muslim
yang taat, penulis hanya bisa menyarankan agar pembacasenantiasa
meningkatkan semangat keagamaan dan lebih meningkatkan keimanan
dan lain sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. (2005) Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia.


Jakarta: Konstitusi Press.
Budiardjo, Miriam. (1996). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Kansil, C.S.T. (2002). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Balai Pustaka.

Kusuma, Ananda B. dan Dra. Nannie Hudawati. (1995). Risalah Sidang


BPUPKI-PPKI. edisi III. Jakarta: Sekretariat Negara RI.
Lubis, M. Solly. (1981). Ilmu Negara. Bandung: Alumni.
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014.
(2012). Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta:
Sekretariat MPR RI.

https://tafsirweb.com/182-surat-al-baqarah-ayat-5.html

Anda mungkin juga menyukai