Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

Peningkatan Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika


Pada Materi Bilang Bulat Melalui Pendekatan Scientific Learning Bagi
Siswa Kelas VII MTs Al-Islamiyah

Oleh:
Zamroni Aza
NPM 2020620025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MADURA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini kondisi pembelajaran matematika masih belum
seperti yang diharapkan. Masih ada kritik dan sorotan yang menyatakan
bahwa proses dan hasil belajar matematika masih rendah. Kualitas
pendidikan matematika terutama di tingkat pendidikan menengah masih
memprihatinkan. Pendidikan saat ini lebih menekankan kepada siswa
sebagai pusat pembelajaran. Siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif
dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan, termasuk di dalamnya
pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika di kelas secara
signifikan akan mempengaruhi sifat dan tingkat pembelajaran siswa.
Pandangan ini didasarkan dari pendapat James Hiebert dan Douglas A
Grouws bahwa dari data yang dikumpulkan dan dianalisis ternyata guru
yang berbeda akan menghasilkan tingkat pencapaian hasil belajar siswa
yang berbeda pula. Oleh karena itu pembelajaran matematika memerlukan
penanganan yang serius berkaitan dengan pembelajarannya dan bagaimana
membelajarkannya kepada siswa.
Salah satu materi pembelajaran matematika yaitu Operasi hitung
bilangan bulat. Operasi perkalian bilangan bulat merupakan salah satu
ilmu dasar yang banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga itu menuntut kita untuk dapat berpikir kritis, logis, dan kreatif.
Namun, kenyataannya operasi perkalian bilangan bulat masih sulit
dilakukan oleh siswa karena sifatnya yang abstrak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sugiatno (2013) bahwa penyebab sulitnya siswa menyerap
materi operasi hitung bilangan bulat terkait masalah konsep. Selain itu,
Imelda et al. (2014) mengemukakan bahwa kesalahan siswa SMP pada
operasi hitung campuran bilangan bulat berkaitan dengan kesalahan
konsep mengenai operasi hitung dan kesalahan dalam memahami masalah
dalam menentukan langkah penyelesaian soal.
Pendapat John Dewey dan beberapa temuannya menunjukkan
bahwa siswa akan belajar dengan baik ketika apa yang dipelajarinya
dikaitkan dengan apa yang mereka ketahui dan ketika mereka secara aktif
belajar (Widada, 2011). Berdasarkan pengamatan penulis, salah satu hal
yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah pendekatan pembelajaran
yang digunakan oleh pendidik. Dalam proses pembelajaran, guru hanya
bersumber pada buku teks pelajaran, meskipun pendekatan pembelajaran
yang diterapkan pada buku tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan
kurikulum yang diterapkan. Guru langsung menyajikan teori, definisi,
teorema, dan rumus-rumus dalam matematika, kemudian memberikan
contoh dan latihan soal, dan akhirnya memberikan pekerjaan rumah. Hal
ini sejalan dengan Herawaty (2016) yang mengatakan bahwa pembelajaran
matematika di sekolah masih sangat teoretik dan tidak terkait dengan
kehidupan sehari- hari. Pembelajaran seperti ini strukturalistik dan
mekanistik, sehingga siswa tidak dapat berpikir kritis dan tidak memiliki
kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya. Padahal, kreativitas
sangat diperlukan dalam berbagai segi kehidupan, seperti kehidupan
bermasyarakat, dunia kerja, dan perkembangan iptek.
Kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan
masalah matematis merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki
siswa. Kemampuan pemahaman konsep berkaitan dengan kemampuan
untuk memahami ide/gagasan matematika untuk menyelesaikan masalah.
Sedangkan kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika yang diberikan. Kemampuan
pemahaman konsep berpengaruh dan berkorelasi dengan kemampuan
pemecahan masalah (Hartati et al., 2017; Wulandari & Darminto, 2016).
Kedua kemampuan tersebut merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi rendahnya nilai siswa pada pelajaran matematika.
Berpikir, memecahkan masalah, dan kreativitas adalah aktivitas
yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya, dimana aktivitas tersebut
melalui proses berpikir orang-orang atau kelompok (Slameto, 2010: 142).
Sebaliknya, ide-ide bagi seseorang untuk menemukan sesuatu berdasarkan
pada pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan bagian penting
dalam matematika, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia masih
tergolong rendah. Hasil dari evaluasi yang dilakukan pada TIMSS dan
PISA pada tahun 2015 menyatakan bahwa selama beberapa tahun
belakangan hasil capaian belajar matematika siswa di Indonesia,
khususnya tentang pemecahan masalah matematis masih rendah dan
berada pada posisi di bawah Malaysia dan Singapura. Sehingga Indonesia
dikategorikan kepada negara yang kemampuan pemecahan masalah
matematis siswanya masih rendah.
Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan, maka
perlu dicari pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran matematika. Guru harus
berusaha untuk menyusun dan menerapkan berbagai model dan
pendekatan yang bervariasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam
belajar matematika. Salah satu pembelajaran yang dilakukan dalam rangka
penguatan proses pembelajaran yaitu pendekatan saintifik (pendekatan
ilmiah). Pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) merupakan suatu cara
atau mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar
mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang
didasarkan pada suatu metode ilmiah. Pendekatan saintifik atau
pendekatan ilmiah ini memerlukan langkah-langkah pokok sebagai berikut
Kemdikbud (2013), observing (mengamati), questioning (menanya),
associating (menalar), experimenting (mencoba), dan communicating
(mengkomunikasikan).
Berdasarkan paparan masalah diatas, maka dilakukan penelitian
dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai Peningkatan
Pemahaman Konsep Dan Pemecahan Masalah Matematika pada materi
bilang bulat Melalui Pendekatan Scientific Learning Bagi Siswa Kelas VII
Mts Al-Islamiyah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
yang menjadi rumusanmasalah penelitian adalah:
1. Apakah terdapat peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan
pemecahan masalah materi bilangan bulat sebelum dan setelah
diajarkan melalui pendekatan scientific learning?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pemahaman konsep dan kemampuan
pemecahan masalah yang diajarkan melalui pendekatan saintifik pada
materi operasi bilangan bulat?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti memberikan
batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan pemecahan
masalah dalam matematika
2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan Scientific
learning
3. Materi yang menjadi penelitian adalah pelajaran matematika materi
operasi bilangan bulat
4. Subjek penelitian dilakukan pada siswa kelas VII MTs Al-Islamiyah

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan
pemahaman konsep dan pemecahan masalah siswa yang diajarkan
melalui pendekatan saintifik pada materi bilangan bulat
2. Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap kemampuan
pemahaman konsep dan pemecahan masalah yang diajarkan melalui
pendekatan saintifik pada materi bilangan bulat.

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan diatas, hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat teoretis
Manfaat teoretis adalah manfaat yang berhubungan dari pengetahuan
terkait obyek. Hasil penelitian ini diharapkan akan menginformasikan
peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah
siswa yang diajarkan melalui pendekatan saintifik pada materi
bilangan bulat.
b. Manfaat praktis
1. Untuk guru
Menginformasikan kepada guru terkait peningkatan kemampuan
pemahaman konsep dan pemecahan masalah siswa yang diajarkan
melalui pendekatan saintifik pada materi bilangan bulat. Dengan
demikian guru dapat mengetahui pentingnya pendekatan
pembelajaran bagi siswa dalam mencapai tujuan belajar.
2. Untuk siswa
Hasil penelitian ini akan membantu siswa meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah
khususnya dalam pelajaran matematika.
3. Untuk sekolah
Memperoleh Wawasan untuk sekolah guna meningkatkan mutu
pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika
4. Untuk peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
Wawasan mengenai peningkatan kemampuan pemahaman konsep
dan pemecahan masalah siswa yang diajarkan melalui pendekatan
saintifik pada materi bilangan bulat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemahaman Konsep
Kemampuan memahami konsep matematika merupakan salah satu
kemampuan yang penting dan harus dimiliki serta dikuasai oleh peserta
didik. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di atas maka setelah
proses pembelajaran siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep
matematika sehingga dapat menggunakan kemampuan tersebut dalam
menghadapi masalah– masalah matematika. Dalam memahami konsep
matematika sangat diperlukan kemampuan mengkaitkan antar konsep serta
mengaplikasikannya. Kurangnya hal tersebutlah yang mengakibatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap matematika masih lemah,
sehingga pemahaman konsep terhadap matematika perlu ditingkatkan.
Dalam pembelajaran matematika siswa harus memahami konsep
matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan
mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut dalam dunia nyata.
Namun, pada kenyataannya banyak peserta didik yang setelah belajar
matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling
sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga
matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan sulit
(Ruseffendi, 2006:156). Padahal pemahaman konsep merupakan bagian
yang paling penting dalam pembelajaran matematika. 
Pemahaman konsep (conceptual understanding) didefinisikan
sebagai kemahiran dalam mengonsepkan berbagai operasi dan hubungan
antar elemen dalam matematika (Kilpatrick, Swafford, & Findell, 2001;
Ridia & Afriansyah, 2019). Berdasarkan pemaparan dari beberapa tokoh,
pemahaman konsep memungkinkan siswa untuk menerapkan dan
mengadaptasikan beberapa ide matematika yang diperoleh untuk situasi
baru. Peningkatan pemahaman konsep terlihat dari peningkatan hasil
belajar
siswa (Nuraeni & Afriansyah, 2016).
B. Kemampuan Pemecahan Masalah
Masalah adalah suatu situasi di mana individu ingin melakukan
sesuatu tetapi tidak tau cara atau tindakan yang diperlukan untuk
memperoleh apa yang diinginkan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
bell dalam buku Hasratuddin, bahwa situasi merupakan suatu masalah bagi
seseorang jika dia menyadari keberadaannya, mengakui bahwa situasi
tersebut memerlukan tindakan, ingin atau perlu untuk bertindak dan
mengerjakannya, tetapi tidak dengan segera dapat menemukan
pemecahannya.
Menurut Lester dalam buku Hasratuddin, “masalah adalah situasi
dimana seseorang individu atau kelompok terbuka untuk melakukan suatu
tindakan tetapi tidak ada algoritma yang siap dan dapat di terima sebagai
suatu metode pemecahannya.” Menurut Sternberg dan Been Zeev dalam
buku hasratuddin, masalah muncul ketika “pemecahan masalah
mempunyai tujuan tetapi tidak mengetahui bagaimana tujuan tersebut
dapat dicapai, dan menurut Dindyal dalam buku hasratuddin masalah
muncul jika terdapat beberapa kendala pada kemampuan pemecah masalah
yang menyebabkannya tidak dapat menemukan pemecahan masalah
tersebut secara langsung.”
Pada hakekatnya “pemecahan masalah merupakan proses berpikir
tingkat tinggi dan mempunyai peranan yang penting dalam pembelajaran
matematika. Krulik dan Reys dalam buku Topic Offirstson menyatakan
bahwa pemecahan masalah dapat dipandang sebagai tujuan, sebagai proses
dan sebagai kemampuan dasar.”
Pemecahan masalah itu sendiri merupakan bagian dari kurikulum
matematika yang sangat penting. Lencher dalam Yusuf Hartono,
mendefinisikan “pemecahan masalah matematika sebagai “proses
menerapkan pengetahuan matematika yang telah diperoleh sebelumnya
kedalam situasi baru yang belum dikenal”. Sebagai aplikasinya, aktivitas
pemecahan masalah dapat menunjang perkembangan kemampuan
matematika yang lain seperti komunikasi dan penalaran matematika.”
Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu tujuan
pengajaran matematika yang memerlukan kesiapan, kreativitas,
pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam pemecahan masalah matematika tidak terlepas dari tokoh
utamanya, yakni George Polya. Menurut Polya terdapat empat tahapan
penting yang harus ditempuh siswa dalam memecahkan masalah, yakni:
a. Pemahaman terhadap masalah, maksudnya mengerti masalah dan
melihat apa yang dikehendaki.
b. Perencanaan pemecahan masalah. Membuat rencana merujuk pada
penyusunan model matematika dari masalah. Dengan demikian,
dalam menyelesaikan masalah dibutuhkan kemampuan untuk
menganalisis masalah apakah masalah tersebut pernah diberikan
sebelumnya atau tidak, pernah ada solusi masalah yang mirip
dengan soal ini atau tidak.
c. Melaksanakan perencanaan pemecahan masalah. Melaksanakan
rencana merujuk pada penyelesaian model matematika. Sehingga
kemampuan yang dituntut pada tahap ini antara lain: melaksanakan
rencana pemecahan dan memeriksa tiap langkah pemecahan dan
memeriksa apakah langkah sudah benar.
d. Pengecekan kembali kebenaran penyelesaian. Menelaah kembali
berkaitan pemeriksaan solusi apakah sudah sesuai atau benar,
apakah ada jawaban lain atau apakah ada cara lain yang digunakan
untuk mendapatkan penyelesaian yang sama, dan meninjau
kembali apakah ada penyelesaian yang lain sehingga dalam
memecahkan masalah dituntut tidak cepat puas dari satu hasil
penyelesaian, tetapi perlu dikaji dengan beberapa penyelesaian. 

C. Pendekatan Scientific Learning


Scientific pertama kali diperkenalkan melalui ilmu pendidikan
Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode
laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Rohandi,
2005). Pendekatan scientific learning ialah pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah. Dalam artian,
apa yang dipelajari dan diperoleh peserta didik dilakukan dengan indra dan
akal pikiran sendiri, sehingga mereka secara langsung dalam proses
mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan pendekatan tersebut, peserta
didik mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi
dengan baik (Fadlillah, 2014).
Pengertian secara Istilah pendekatan scientific merupakan proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa yang mana tujuannya agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
beberapa tahapan seperti, mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, kemudian menarik kesimpulan serta
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang telah ditemukan
(Sufairoh, 2016). Secara konseptual, pendekatan scientific dianggap lebih
unggul daripada konsep eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (EEK)
karena pendekatan scientific mendorong siswa untuk aktif mengamati,
menanya, mencari data melalui eksperimen, menyimpulkan menggunakan
penalaran, dan mengkomunikasi- kan hasil temuannya. Pendekatan
scientific adalah pendekatan yang berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu bukan bersifat pada
kira-kira, khayalan atau dongeng (Akhyar H. M. Tawil, 2014).
Kurikulum 2013 mengadopsi ketiga ranah kompetensi dengan
beberapa inovasi pada setiap domain dengan hirarki aktivitas yang
dikembangkan. Hal ini terlihat pada domain sikap yang diperoleh melalui
aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”. Domain pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
mencipta. Domain keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta” (Shafa, 2014).
Kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan pembelajaran ilmiah
(scientific learning). Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati (observing),
menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (eksperimenting),
membentuk jejaring (networking) untuk semua mata pelajaran (Shafa,
2014).
Pendekatan scientific menjadikan pembelajaran lebih aktif dan
tidak membosankan, siswa dapat mengonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya melalui fakta-fakta yang ditemukan dalam penyelidikan
di lapangan guna pembelajaran. Selain itu, dengan pembelajaran berbasis
pendekatan scientific ini, siswa didorong lebih mampu dalam
mengobservasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan atau
mempresentasikan hal-hal yang dipelajari dari fenomena alam ataupun
pengalaman langsung (Ine, 2015). Pembelajaran dengan pendekatan
scientific diharapkan mampu menerapkan beberapa nilai yakni dengan
memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), membangun sebuah
kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas-
kreativitas siswa dalam pembelajaran (tut wuri handayani) (Tri Mulyani,
2015).
Pendekatan scientific memiliki karakteristik “doing science”.
Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk
memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan membagi proses ke dalam
langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat
instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pendekatan
scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah merupakan
pendekatan kurikulum 2013. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan
pendidikan. Beberapa ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan
perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui
sebuah aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan. Sedangkan pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Kemudian, keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Proses pembelajaran dengan menggunakaan pendekatan scientific
jauh berbeda dengan pembelajaran konvensional di mana guru merupakan
sumber informasi siswa dan guru selalu aktif menjelaskan, menuntun
siswa hingga siswa mengerti. Dengan cara ini waktu yang dibutuhkan
dalam proses siswa dari tidak mengerti menjadi paham membutuhkan
waktu yang lama, sehingga kurang efisien. Dalam pendekatan ilmiah
masalah yang diberikan guru selalu berdasarkan dengan fenomena yang
selama ini terjadi di kehidupan para siswa, lalu siswa mencoba mencari
jawaban dari masalah yang diberikan secara mandiri (Nurul Hidayati,
2014). Dengan menerapkan pendekatan ini, proses pembelajaran akan
lebih berkesan dan bermakna bagi siswa, karena mengajak siswa untuk
memperoleh pengetahuan dan informasi baru secara mandiri yang bisa
berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi
searah dari guru. Selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong
siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari
suatu fenomena atau kejadian (Efriana, 2014).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang dilakukan guru
di kelas atau di sekolah tempat mengajar melalui refleksi diri, dengan
tujuan memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan yang dilaksanakan dalam bentuk proses
pengkajian daur/siklus. Proses pengkajian terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan September 2023 di MTs Al-
Islamiyah yang bertempat di Jl. Permata FM Desa Aeng Panas Kecamatan
Pragaan Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Terdapat beberapa alasan
mengenai pemilihan tempat penelitian oleh peneliti diantaranya yaitu
berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan bersama
guru terkait hambatan epistemologi yang dialami siswa khususnya mata
pelajaran matematika. Tempat penelitian yang dekat dengan peneliti
sehingga memudahkan peneliti melakukan penelitian sekaligus menekan
biaya pengeluaran.

C. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kelas sebanyak 20 siswa
dari satu kelas VII. Penelitian ini menggunakan 2 data, yaitu data
pemantau tindakan (proses) dan data penelitian (hasil). Data yang
diperoleh dari kesesuaian pelaksanaan dengan rencana tindakan
merupakan data pemantau tindakan atau observasi. Sementara data yang
diperoleh dari hasil tes kemampuan siswa yang merupakan skor hasil
belajar matematika materi operasi hitung bilangan adalah data penelitian.
Keberhasilan tindakan ditentukan oleh besarnya prosentase kenaikan
minimal tindakan dan pencapaian KKM. Adapun besarnya prosentase
kenaikan tindakan yang diharapkan dari persentase ketuntasan hasil
ulangan harian adalah 85% - 47% = 38% dan besarnya Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) adalah 65.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
teknik observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik-teknik ini dilakukan sesuai
dengan data yang diperlukan dalam penelitian. Observasi dilakukan untuk
memperoleh data tentang proses pembelajaran. Instrumen observasi
berupa kolom dimensi pengamatan yang berisi pelaksanaan pembelajaran,
aspek pengamatan yang berisi kegiatan guru dan siswa, serta kolom
keterangan yang berisi ya dan tidak yang harus diisi dengan tanda chek list
oleh teman sejawat (observer). Hasil belajar siswa berupa skor yang
diperoleh melalui tes. Hasil yang diperoleh dimasukkan dalam lembar
penilaian untuk selanjutnya dianalisis.

E. Analisis Data
Analisis data penelitian dilakukan dengan menguji hipotetis
tindakan, yaitu dengan menggunakan perbedaan rata-rata skor siswa
sebelum memperoleh tindakan dan setelah memperoleh tindakan. Analisis
data ini dilakukan dalam setiap akhir siklus dengan menghitung rata- rata
skor siswa dan persentase kenaikan dengan memperhatikan kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan. Teknik analisis data yang digunakan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tindakan menggunakan
pendekatan pembelajaran scientifik learning pada siswa kelas VII dalam
upaya meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan
masalah matematika materi operasi hitung bilangan bulat.

Anda mungkin juga menyukai