Pembangunan Rendah Karbon Pergeseran Paradigma Menuju Ekonomi Hijau Di Indonesia Ringkasan Bagi Pembuat Kebijakan 2019
Pembangunan Rendah Karbon Pergeseran Paradigma Menuju Ekonomi Hijau Di Indonesia Ringkasan Bagi Pembuat Kebijakan 2019
$/&0)
!".'"1".%&)!%.%+2'#%)3"&(4()
56/&/#2)724%()+2)8&+/&"12%
!"#$%&'&#()&$"(*+,)-&.(/+)"0&%&#(
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 1
Daftar Isi
02 PENDAHULUAN
Pembangunan Rendah Karbon
(PRK) di Indonesia
04 RINGKASAN
Perubahan Paradigma untuk Mewujudkan
Ekonomi yang Kuat, Adil, dan Rendah Karbon
05 Pilihan
06 Temuan Kunci
Kotak 1
07 Berbagai Jalur Pembangunan
08 Manfaat Langsung
20 CATATAN AKHIR
PENDAHULUAN
PEMBANGUNAN
RENDAH
KARBON (PRK)
DI INDONESIA
RINGKASAN
PERUBAHAN
PARADIGMA UNTUK
MEWUJUDKAN
EKONOMI YANG
KUAT, ADIL, DAN
RENDAH KARBON
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 5
Pilihan
Kurang dari dua puluh tahun yang jalur pembangunan yang sulit untuk
lalu, hampir seperlima penduduk dipertahankan. Eksploitasi sumber
Indonesia mengalami kemiskinan daya alam secara terus menerus,
ekstrem. Saat ini, angka tersebut penerapan pembangunan yang tinggi 5
sudah turun menjadi kurang dari 10%. karbon, penggunaan energi dan
Dampak negatif dari perubahan iklim
Kemajuan luar biasa seperti sistem transportasi yang tidak efisien,
global, termasuk kenaikan permukaan
ini tidak terjadi tanpa sengaja. telah berdampak pada:
laut, peristiwa cuaca ekstrem, dan
Kemajuan ekonomi dan sosial
penurunan produktivitas karena suhu
Indonesia didorong oleh sebuah visi
yang meningkat.
dan diwujudkan melalui kebijakan
nyata yang telah meningkatkan
Pendekatan pembangunan yang
taraf hidup dan mata pencaharian
bagi jutaan penduduk.
1 ditempuh Indonesia ini dinilai tidak
berkelanjutan dan berpotensi
Polusi udara dan air, terutama di kota-
membatasi pertumbuhan ekonomi,
Pertumbuhan ekonomi yang kuat kota besar seperti Jakarta
penciptaan lapangan kerja, dan
telah menjadi dasar bagi pencapaian dan Bandung;
potensi Indonesia untuk memberantas
pembangunan Indonesia. Pada tahun
kemiskinan.
2000–2018, tingkat pertumbuhan PDB
rata-rata Indonesia sebesar 5,6%
Akan tetapi kisah pertumbuhan
per tahun. Pada masa ini, Indonesia
menjaga stabilitas dalam hal inflasi,
keuangan publik, serta neraca
2 Indonesia masih terus berlanjut.
Namun, tahap selanjutnya akan
Penyusutan hutan Indonesia dalam didorong oleh kemajuan teknologi
pembayaran dan utang. Semua hal
frekuensi dan intensitas yang dan inovasi tanpa batas, sesuatu
tersebut dapat tercapai walaupun ada
mengkhawatirkan karena pola yang tak terbayangkan oleh generasi
hambatan-hambatan besar, antara
pertanian yang tidak berkelanjutan, sebelumnya. Indonesia juga akan
lain krisis keuangan internasional,
terutama di Sumatera, Kalimantan, memiliki pemahaman yang lebih
penurunan tajam dalam harga
Sulawesi dan, belum lama ini, di baik tentang biaya dan keterbatasan
komoditas primer, dan turbulensi
provinsi Papua dan Papua Barat. dari eksploitasi sumber daya alam
berulang di pasar keuangan global.
yang tidak berkelanjutan, serta
meningkatnya ekspektasi sosial dan
Akan tetapi, Indonesia berada di
ekonomi dari penduduk usia muda.
GAMBAR1 | Perubahan Paradigma: Manfaat Jalur Pertumbuhan Rendah Karbon Baru Indonesia
(Skenario PRK-Tinggi dibandingkan dengan Asumsi Dasar)
6%
Berkurang Hampir
43%
Memenuhi
target
iklim 2030
Indonesia!
pada tahun
per tahun
antara 2019–2045
2030
1
ASUMSI DASAR: Tidak ada kebijakan baru tetapi
2030 dibandingkan dengan baseline, konsisten dengan
upaya Indonesia dalam mencapai target iklim nasional
(NDC) bersyarat yakni penurunan emisi sebesar 41%
pada tahun 2030. Total emisi GRK turun dari 2,14 GtCO2e
memperhitungkan degradasi lingkungan—Skenario
pada tahun 2017 menjadi 1,49 GtCO2e pada tahun 2030.
ini mencerminkan berlanjutnya tren historis untuk
perekonomian, masyarakat, iklim, dan lingkungan.
dan dukungan lainnya secara memadai dan tepat waktu
Tidak ada kebijakan baru yang diperkenalkan dalam
dari komunitas internasional. Pencapaian skenario ini akan
skenario ini. Asumsi Dasar memperhitungkan dampak
membutuhkan investasi tambahan dibandingkan dengan
degradasi lingkungan, termasuk polusi dan semakin
Skenario Menengah. Total Investasi PRK-Tinggi rata-rata
langkanya barang dan jasa lingkungan, terhadap penduduk
per tahun adalah: US$ 22,0 miliar (1,7% dari PDB) untuk
dan perekonomian.
tahun 2020-2024; dan US$ 70,3 miliar (2,34% dari PDB)
Manfaat
Langsung
Jalur pembangunan rendah karbon peningkatan kualitas udara; dan Lebih jauh, diperkirakan terdapat
bukanlah pilihan, melainkan sebuah pencegahan hilangnya hampir 16 juta dampak negatif yang lebih besar
keharusan. Pendekatan ini bersifat hektare lahan hutan jika dibandingkan dibanding dengan apa yang dapat
win-win-win untuk perekonomian dengan Asumsi Dasar. Skenario tergambarkan oleh model. Misalnya,
Indonesia, untuk rakyatnya, dan PRK-Tinggi juga akan mengarah pada potensi hilangnya aset, terutama di
lingkungan lokal dan global. Lebih teratasinya kesenjangan gender dan kawasan pesisir akibat perubahan
khusus lagi, dapat mengarah kepada: peluang regional, serta kebutuhan iklim; atau dampak fragmentasi
Pertumbuhan ekonomi yang kuat; investasi yang lebih rendah terhadap ekologis, hilangnya keanekaragaman
peningkatan pendapatan, pembukaan rasio PDB. Dan terkait emisi, Skenario hayati dan deplesi sumber daya,
lapangan pekerjaan, dan upah; tingkat PRK-Tinggi akan menyumbang terhadap aktivitas ekonomi. Selain
perekonomian yang lebih tinggi untuk pengurangan emisi GRK sebesar itu, dampak positif dari penerapan
masyarakat yang tinggal di pulau- hampir 43% pada tahun 2030, aksi dalam skenario PRK berpotensi
pulau dan untuk sebagian besar melampaui target iklim nasional lebih besar dari apa yang dapat
penduduk; ketersediaan dan kualitas bersyarat (NDC) Indonesia sebesar dimodelkan. Sebagai contoh, manfaat
barang dan jasa lingkungan yang 41% di bawah baseline (Lihat penuh dari transisi energi, termasuk
lebih baik; pembangunan yang lebih Gambar 3). dari segi peluang untuk kemajuan
inklusif; dan peningkatan taraf hidup. teknologi dan potensi penurunan
Catatan penting yang perlu
Skenario PRK-Tinggi diperhatikan adalah dengan (seperti yang terlihat baru-baru
kebijakan dan serangkaian intervensi menerapkan Skenario Asumsi ini dengan energi terbarukan dan
yang dapat disesuaikan skalanya dan Dasar tanpa menerapkan kebijakan teknologi penyimpanan baterai),
dapat ditindaklanjuti di berbagai sektor apapun, pertumbuhan ekonomi akan mungkin juga belum tergambarkan
perekonomian, yang sebagian besar menurun mulai tahun 2019. Hal ini secara memadai.
telah terbukti berhasil dilaksanakan disebabkan oleh adanya penurunan
di Indonesia.6 Dibandingkan dengan kualitas lingkungan hidup, polusi,
Asumsi Dasar, Skenario PRK- dan meningkatnya kelangkaan
Tinggi akan menghasilkan tingkat sumber daya. Selain itu, terdapat
pertumbuhan ekonomi rata-rata tekanan kebutuhan energi yang
yang berkelanjutan sebesar 5,6% menimbulkan dampak kenaikan harga
hingga tahun 2024, dan 6,0% hingga dan penurunan produktivitas. Sebagai
tahun 2045.7 Pada tahun 2045, dampaknya, pada Skenario Asumsi
skenario ini juga akan menghasilkan: Dasar laju pertumbuhan ekonomi
Peningkatan PDB sebesar lebih dari semakin menurun secara progresif
US$ 5,4 triliun; lebih dari 15,3 juta setelah tahun 2024, hingga mencapai
lapangan pekerjaan tambahan, yang 4,3% pada tahun 2045.
lebih hijau dan upah yang lebih baik;
pengurangan tingkat kemiskinan dari
9,8% dari total penduduk pada tahun
2018 menjadi 4,2%; mengurangi
40.000 kematian setiap tahun, karena
GAMBAR 2 | Pertumbuhan PDB untuk Skenario Pembangunan yang Dimodelkan dalam Laporan Ini
Figure 2
7.0%
PRK-Plus
Tingkat Pertumbuhan Tahunan
6.5%
PRK-Tinggi
6.0%
PRK-Menengah
5.5%
5.0%
Asumsi Dasar
4.5%
4.0%
3.5%
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
Asumsi Dasar PRK-Menengah PRK-Tinggi PRK-Plus
PRK-Tinggi
Meliputi kebijakan yang
Asumsi Dasar
lebih ambisius daripada
tidak ada kebijakan baru
PRK-Menengah untuk
tetapi memperhitungkan
tahun 2020–2045;
degradasi lingkungan
PRK-Menengah mencapai target NDC PRK-Plus
Meliputi kebijakan bersyarat Mencerminkan
rendah karbon baru PRK-Tinggi untuk
untuk tahun 2020-2045; 2020-24, dan kebijakan
mencapai target NDC tambahan yang lebih
tanpa syarat ambisius
Sumber: Direktorat Lingkungan Hidup - Bappenas, berdasarkan hasil dari Visi Indonesia 2045 Model –IV 2045.
Jika kebijakan rendah karbon tidak Salah satu tantangan utama adalah, dan kebijakan secara substansial
ditindaklanjuti, diperkirakan akan ada sekalipun target iklim nasional dan cepat. Selain itu, Indonesia
satu juta penduduk tambahan yang bersyarat (NDC) terpenuhi, Indonesia membutuhkan opsi kebijakan iklim
hidup dalam kemiskinan dibandingkan masih belum berada di jalur yang yang bersifat “thinking out of the box”.
dengan Skenario PRK-Tinggi. Selain tepat untuk mengurangi total emisi Sebagai contoh, diperlukan adanya
itu, tingkat kematian akan lebih tinggi GRK dalam jangka panjang melalui mekanisme untuk menetapkan harga
dan pembangunan manusia akan penerapan skenario PRK-Tinggi, karbon yang mewakili biaya sosial
lebih rendah. Terlebih lagi, kemajuan diikuti oleh peningkatan kembali GRK dan eksternalitas yang terkait dengan
dalam pendidikan dan kesehatan selama dua dekade berikutnya. emisi karbon, sehingga mendorong
akan melambat dan kerugian Pada tahun 2045, emisi GRK akan perubahan yang lebih substantif
kumulatif dari pendapatan dapat mencapai 41% di bawah Asumsi ke energi terbarukan selama dua
mencapai sebesar US$ 130 miliar Dasar tetapi akan meningkat lagi dekade mendatang. Pemikiran
selama kurun waktu 2019-2024.9 secara absolut. Hal ini disebabkan tersebut juga akan memerlukan
Secara singkat, Indonesia dapat oleh pendapatan per kapita yang lebih penerapan kebijakan atau standar
mencapai banyak hal dengan memilih tinggi dan peningkatan penduduk yang lebih ketat untuk: meningkatkan
jalur pembangunan rendah karbon. yang tidak disertai dengan perbaikan
prinsip-prinsip circular economy
Temuan ini menginspirasi dan Kondisi ini juga mencerminkan fakta dalam pembangunan kota, sistem
menjanjikan. Akan tetapi, penting bahwa Skenario PRK-Menengah transportasi rendah karbon modern
untuk dicatat bahwa tidak semua dan PRK-Tinggi yang dirumuskan atau bahkan zero carbon; perbaikan
individu atau pelaku bisnis di berdasarkan kebijakan yang saat ini besar-besaran sistem pangan dan
Indonesia mendapatkan manfaat yang dirasa layak secara teknis dan politis, limbah; eskalasi reforestasi yang lebih
sama dari transisi menuju ekonomi ambisius dan pendekatan ambisius
rendah karbon, karena bergantung limbah, pengelolaan hutan, serta lainnya untuk pengelolaan hutan
pada kondisi dan sifat kegiatan masalah pangan dan penggunaan berkelanjutan; dan menerapkan
ekonomi yang dilakukan. Individu lahan lainnya. Kebijakan-kebijakan ini praktik-praktik produksi pertanian
yang mengandalkan sektor karbon dapat dilaksanakan melalui penguatan yang cerdas, intensif, dan tahan
tinggi dan menghabiskan sumber kemampuan kelembagaan, teknis, terhadap dampak perubahan iklim.
daya alam Indonesia, meskipun dan organisasi Indonesia saat ini,
dalam skala kecil, dapat mengalami termasuk pertimbangan ekonomi politik.
dampak negatif. Kebijakan PRK perlu
dilaksanakan dengan cara yang Meskipun demikian, masih terdapat
selaras dengan transisi yang adil, di banyak aksi yang dapat menghasilkan
mana para individu dan masyarakat pengurangan emisi lebih lanjut
mendapatkan dukungan saat mereka yang tidak dimasukkan ke dalam
membangun kemampuan baru untuk Skenario PRK. Pemisahan ekonomi
berpartisipasi dan meraih manfaat Indonesia dari emisi GRK akan
dari ekonomi rendah karbon baru. membutuhkan peningkatan aksi
GAMBAR 3 | Proyeksi Emisi untuk Skenario yang Dimodelkan dalam Laporan Ini
Figure 3
4000
3500
2500
2000
1500
1000
41% Target Iklim
Bersyarat vs
Asumsi Dasar
500
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2044
Asumsi Dasar PRK-Menengah PRK-Tinggi PRK-Plus 2045
PRK-Tinggi
Asumsi Dasar
Meliputi kebijakan yang
tidak ada kebijakan baru
lebih ambisius daripada
tetapi memperhitungkan
PRK-Menengah untuk
degradasi lingkungan
tahun 2020–2045;
PRK-Menengah mencapai target NDC PRK-Plus
Meliputi kebijakan bersyarat Mencerminkan
rendah karbon baru PRK-Tinggi untuk
untuk tahun 2020-2045; 2020-24, dan kebijakan
mencapai target NDC tambahan yang lebih
tanpa syarat ambisius
Sumber: Direktorat Lingkungan Hidup - Bappenas, berdasarkan hasil dari Visi Indonesia 2045 Model –IV 2045.
Kebijakan-kebijakan Skenario - Peningkatan efektivitas tenaga kerja dari peningkatan modal manusia, yang
PRK-Tinggi saling berdampak dikaitkan dengan kualitas udara dan air yang lebih tinggi, serta taraf hidup
yang lebih baik dengan modal alam yang lebih terjaga;
positif dan menghasilkan:
- Peningkatan efisiensi ekonomi, saat rumah tangga dan industri mampu
mengurangi input energi untuk menghasilkan output tertentu. Efisiensi
biaya juga akan ditingkatkan seiring waktu karena biaya energi terbarukan
terus turun hingga menjadi lebih terjangkau daripada sumber karbon tinggi,
termasuk batu bara;
Semua hal di atas mencerminkan kekuatan intrinsik ii) Dengan hanya memperhitungkan biaya polusi
kebijakan Skenario PRK untuk memberikan keuntungan lokal langsung dan polusi untuk Indonesia, energi
langsung bagi perekonomian, bagi masyarakat serta terbarukan tidak kompetitif biaya dengan kapasitas
lingkungan lokal dan global. Tingkat keuntungan ini tentu batu bara yang baru.
saja akan tergantung pada efektivitas dan seberapa cepat iii) Ketergantungan saat ini pada batu bara merusak
kebijakan tersebut diberlakukan.
kesehatan masyarakat Indonesia. Peningkatan laju
penerapan energi terbarukan akan membuat biaya
Terkait energi, keunggulan dan insentif Indonesia untuk
kesehatan lebih rendah dan kondisi kesehatan
memulai transisi yang cepat dan optimis menuju energi
masyarakat lebih baik.
terbarukan sangat besar, namun, masih kurang dihargai.
Sementara itu, ketergantungan Indonesia pada batu bara iv) Biaya energi terbarukan di Indonesia kemungkinan
masih terus terjadi dan berlandaskan persepsi yang sudah besar akan turun secara drastis menuju harga standar/
ketinggalan zaman bahwa biaya batu bara lebih rendah patokan internasional. Indonesia merupakan kasus
daripada sumber energi alternatif, serta serangkaian unik (outlier) dari segi tingginya biaya yang diperlukan
pertimbangan ekonomi politik. untuk pembangkitan energi terbarukan, khususnya
untuk tenaga surya dan bayu. Hal ini antara lain
Akan tetapi, Gambar 4 menunjukkan bahwa setelah biaya diakibatkan karena negara-negara lain telah melihat
relatif batu bara, gas dan energi terbarukan dipecah skala ekonomi yang secara signifikan mengurangi
menjadi: i) biaya untuk Perusahaan Listrik Negara (PLN), biaya penerapan teknologi ini. Indonesia kemungkinan
yang memegang monopoli dalam distribusi listrik;
akan dengan cepat mewujudkan penghematan biaya
ii) subsidi; dan iii) faktor eksternal yang sering diabaikan
saat memperluas penerapan energi terbarukan.
seperti polusi udara setempat dan biaya iklim global,
v) Ketika biaya proyek energi terbarukan Indonesia
tampak jelas bahwa:
semakin mendekati standar/patokan internasional,
i) Biaya keseluruhan proyek batu bara baru sekarang
maka alternatif ini akan menjadi pilihan pembangkit
lebih tinggi daripada energi terbarukan yang dihasilkan
listrik termurah, lebih rendah dari harga dalam
dari proyek pembangkit listrik tenaga bayu, surya,
Perjanjian Jual Beli Listrik untuk batu bara dan gas,
panas bumi, dan tenaga air yang baru.
bahkan tanpa memperhitungkan biaya eksternal.
Figure 4 GAMBAR 4 | Biaya Relatif dari Batu Bara dan Sumber Energi Terbarukan
0.14
0.12
Biaya (US$/kWh)
0.10
0.08
Rata-rata Harga BPP
Grid PLN US¢ 7,66
0.06
0.04
0.02
0.00
Angin - Angin - Surya - Surya - Panas Bumi - Air - PJBL Batu Bara - Gas -
PJBL Terbaru Benchmark PJBL Terbaru Benchmark PJBL Terbaru Terbaru PJBL Terbaru PJBL Terbaru
Indonesia Internasional Indonesia Internasional Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
Biaya ke PLN (atau Perusahaan Polusi Udara Subsidi Biaya CO2 Rata Rata BPP
Listrik Negara)
Sumber: IISD, (Koplitz et al. 2017)(IHME 2016)(Lazard’s 2017), (ESDM 2017), (Indonesia Investments 2018),(BP 2017), (Burnard et al. 2016)(Interagency Working Group on Social Cost of
Greenhouse Gases 2016)(Turconi, Boldrin, dan Astrup 2013)
Oleh karena itu, jelas bahwa akan terkena dampak. Moratorium peningkatan antara lain: upaya
persepsi—bukan teknologi atau biaya baru ini, disertai dengan langkah- terkoordinasi dalam melindungi
energi terbarukan—perlu diselaraskan langkah perlindungan hutan lainnya, kawasan hutan yang sangat
dengan realitas energi Indonesia. dapat menciptakan peluang yang sensitif, termasuk lahan gambut dan
sangat dibutuhkan untuk melakukan ekosistem bakau yang merupakan
Terkait dengan sistem penggunaan tata kelola hutan kritis serta reformasi sumber alami penyimpanan karbon
lahan, Indonesia telah mengambil pertanian dan penggunaan lahan. yang kuat, dan, dalam kasus bakau,
langkah signifikan untuk Reformasi ini dapat mengarah pada dapat berfungsi sebagai pertahanan
meningkatkan pengelolaan perbaikan jangka panjang dalam alami terhadap kondisi lingkungan
sumber daya hutan melalui cara pembuatan keputusan terkait pesisir yang lebih menantang.
moratorium izin baru untuk penggunaan lahan di Indonesia, untuk Contohnya, tragedi gempa bumi
mengkonversi hutan alam primer kepentingan rakyat Indonesia dan dan tsunami Samudra Hindia pada
dan lahan gambut. Pada tanggal stabilitas iklim global. tahun 2004, dan belum lama ini, pada
19 September 2018, Presiden bulan Desember 2018, dan Tsunami
Indonesia menandatangani Seiring dengan penerapan praktik- Selat Sundra, banyak jiwa berhasil
moratorium pembukaan praktik kelapa sawit berkelanjutan, selamat karena tinggal di daerah yang
perkebunan kelapa sawit baru dan Indonesia memiliki peluang unik untuk dilindungi oleh sistem bakau.
menginstruksikan untuk melakukan mencapai pengurangan emisi gas
peninjauan terhadap perkebunan rumah kaca sambil meningkatkan Indonesia dapat memaksimalkan
yang ada. Moratorium ini mengakui kesejahteraan dan ketahanan manfaat dari intervensi penggunaan
bahwa banyak perkebunan kelapa terhadap ancaman terkait iklim. hutan dan lahan dengan menetapkan
sawit yang direncanakan ternyata Ancaman tersebut meliputi kabut kebijakan dan memberikan insentif
berada di dalam kawasan hutan, asap dan kenaikan permukaan untuk peningkatan produktivitas
serta memberikan kesempatan laut, yang membahayakan kegiatan lahan serta melalui integrasi
untuk memperjelas hak-hak hukum perekonomian dan mata pencaharian sistem pengelolaan pangan dan
penduduk desa dan petani kecil yang bagi banyak penduduk. Upaya-upaya lahan. Upaya ini dapat membantu
<"==4%'>?@'
yang kompleks, termasuk hutan, negara kaya dan miskin. 1024
pengarusutamaan kebijakan rendah
lahan gambut, dan sistem air— 800
karbon untuk menciptakan kebijakan
seraya mengelola meningkatnya Terkait dengan pembiayaan 600 yang jelas dan stabil dibutuhkan
permintaan akan lahan; transisi rendah karbon, Laporan ini 606 635 639
agar dapat menarik dan memandu
menyediakan bukti bahwa400 452 446
Pemerintah 447pembiayaan dari sektor swasta.
ii) Mengubah sistem pangan Indonesia baik secara mandiri,
200
dan penggunaan lahan, yang maupun dengan dukungan saat
ini dari organisasi pembangunan0
sebelumnya menyumbang
*+,-.*+*/ *+*(.*+9+ *+9,.*+/(
bilateral dan multilateral, tidak akan
seperempat emisi gas rumah
dapat mengumpulkan sumber daya :1$;1"'8414% 0AB.<&2&2#45 0AB.C"2##"
kaca global, menjadi penyerap
yang diperlukan untuk bergerak
karbon bersih (net carbon sink)
GAMBAR 5 | Total Investasi (sisi kiri) dan Kontribusi Investasi terhadap PDB (sisi kanan)
dalam Skenario PRK dibandingkan dengan Asumsi Dasar, berdasarkan periode
!"#$%&'()'
40.0
!"#$%&'(: !"#$%&'(:
39.0
38.9 38.9
1600 1600 38.0
1354 1354
1200 1200 1320 36.0 1320
36.2
35.8
1000 1000 35.0 35.5 35.6 35.6
<"==4%'>?@'
1024 1024
Millar US$
0 0 30.0
2019-2024 2025-2030 *+,-.*+*/2031-2045 *+*(.*+9+ *+9,.*+/(
2019-2024 2025-2030 2031-2045
PRK-Menengah PRK-Tinggi
!"#$%&'()' !"#$%&'()' Meliputi kebijakan Meliputi kebijakan yang
Asumsi Dasar
40.0 tidak ada kebijakan baru40.0 rendah karbon baru lebih ambisius daripada
tetapi memperhitungkan untuk tahun 2020-2045; PRK-Menengah untuk
39.0
degradasi lingkungan 39.0 mencapai target NDC tahun 2020–2045;
38.9 38.9 38.9 38.9 mencapai target NDC
38.0 tanpa syarat
38.0
bersyarat
%1&2341&''3&%54647'08)
%1&2341&''3&%54647'08)
37.0 37.0
34.0 34.6 34.6 34.0 34.6 34.6Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019
Kementrian
33.0 33.0
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
18 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia
Skenario pembangunan rendah karbon yang ekonomi. Dengan kata lain, ekonomi
rendah karbon memberikan Indonesia
!"#"$%"&'($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(234(5($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(2)64(77"$(08)9):;<=
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 19
Upaya untuk menyiapkan kebijakan kebijakan baru, termasuk kebijakan hasil win-win-win langsung untuk
dan intervensi yang tepat, urbanisasi, yang memasukkan perekonomian, untuk masyarakat,
serta memastikan ketersediaan gagasan circular economy dan lain- dan untuk lingkungan lokal dan
pembiayaan, perlu disertai dengan lain yang lebih mencerminkan biaya global. Dalam prosesnya, laporan
penyesuaian substantif dalam desain sosial karbon dalam harga pasar. ini mengungkap kekeliruan gagasan
kelembagaan, termasuk perubahan bahwa ada ade mendasar dalam
pola pikir individu dan agen, konsisten Laporan ini memberikan penjelasan penerapan kebijakan pembangunan
dengan paradigma pertumbuhan tentang alasan mengapa Indonesia rendah karbon, bahkan dalam jangka
baru. Pendekatan tata kelola baru harus menerapkan ekonomi rendah pendek.
akan diperlukan untuk: mengkoordinir karbon, dan hal-hal perlu dilakukan
tindakanlintas kementerian yang oleh Indonesia untuk mewujudkan Sama halnya dengan perubahan
berbeda dan entitas pemerintah pusat visi tahun 2045. Dengan fokus pada struktural besar, transisi ini harus
dan pemerintah daerah lainnya, sektor mitigasi iklim, serta fokus saat ini dikelola dengan baik, terutama bagi
swasta serta komunitas keuangan pada RPJMN 2020–2024, tetapi para pekerja dan masyarakat yang
domestik dan internasional; membuat juga memperkenalkan beberapa terlibat dalam industri yang mulai
ide tentang pentingnya ketahanan melemah, untuk memastikan transisi
kebijakan serta mewujudkan risiko iklim dan adaptasi terhadap yang lancar ke perekonomian yang
pemantauan dan evaluasi yang efektif. perubahan iklim, yang perlu baru, lebih inovatif dan produktif,
dilakukan secara bersama-sama. serta lebih berkelanjutan. Transisi
Laporan ini juga mengeksplorasi Laporan ini memberikan bukti tersebut dapat dilakukan, dan secara
upaya yang diperlukan oleh Indonesia kuat bahwa percepatan transisi keseluruhan dapat mewujudkan jalur
untuk beralih ke jalur penurunan ke ekonomi rendah karbon, yang pembangunan yang lebih bersih,
emisi GRK jangka panjang yang sangat bergantung pada infrastruktur lebih sehat, dan lebih makmur untuk
lebih ambisius daripada target iklim berkelanjutan yang didanai secara Indonesia. Pertanyaan yang paling
bersyarat (Skenario PRK-Plus). Jalur smart, dan bertindak berdasarkan penting untuk dijawab saat ini adalah,
seperti ini membutuhkan kombinasi peraturan yang telah ditetapkan "Apa lagi yang kita tunggu?”
antara target kebijakan yang lebih untuk melestarikan sumber daya
ambisius daripada yang dicantumkan alam negara, dapat mengarah pada
dalam Skenario PRK dan serangaian
!"#"$%"&'($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(234(5($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(2)64(77"$(08)9):;<=
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
20 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia
Catatan akhir
6
1
RPJPN, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Hasil empiris diekstraksi dari model Visi Indonesia 2045
Nasional. dan INDOBIOM.
7
2
RPJMN, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pada tahun 2017, PDB Indonesia diperkirakan mencapai
Nasional. Rp 13.600 triliun. Dengan harga saat ini, setara dengan
US$ 3.982 per kapita (atau Rp 51 juta per kapita) dengan
3
Kesejahteraan diukur oleh Paritas Daya Beli (PPP). jumlah penduduk 264 juta orang. Tingkat pertumbuhan PDB
Lihat: Baut, Inklaar, Jong, & Zanden, 2018. tahunan sebesar 6,3% akan menghasilkan tingkat PDB per
kapita sebesar lebih dari US$ 18.000 pada
4
Pengurangan emisi sebesar hampir 43% pada tahun 2030 tahun 2045.
mencerminkan Skenario PRK-Tinggi yang dimodelkan
8
untuk laporan ini menggunakan model BAPPENAS untuk Pertumbuhan PDB di bawah skenario Asumsi Dasar
Visi Indonesia 2045 dan INDOBIOM. Lihat juga Kotak 1. berada di belakang pertumbuhan PDB di bawah Skenario
PRK-Tinggi dan Skenario PRK-Menengah, mulai tahun
5
Skenario kelima yang secara disebut sebagai High 2019, yang mencerminkan dampak ekonomi negatif dari
Carbon Scenario (HCS) juga telah disiapkan. Skenario meningkatnya polusi, eksternalitas negatif, dan semakin
ini merupakan analisis hipotesis di mana Indonesia terbatasnya ketersediaan barang dan jasa lingkungan
mengalokasikan sumber daya tambahan untuk mendukung di Indonesia .
kebijakan dan inisiatif yang diperhitungkan dalam RPJMN
9
2020–2024. Sumber daya ini sama sekali tidak efektif Jumlah ini adalah jumlah dari selisih antara nilai tambah
bagi pencapaian target pembangunan rendah karbon, PDB menurut Skenario PRK dan Skenario Asumsi Dasar
target hijau, atau digunakan untuk pembiayaan lain selain untuk periode 2018-2045, dengan menggunakan harga
pembiayaan kebijakan pembangunan rendah karbon. tahun 2017. Pada tahun 2045 nanti, Skenario PRK akan
Misalnya, infrastruktur abu-abu, pembiayaan sektor karbon menghasilkan tambahan pendapatan sebesar US$ 1,55
tinggi, atau pembiayaan yang terkait dengan peningkatan triliun (menggunakan harga tahun 2017) dibandingkan
polusi udara dan air serta faktor eksternal lainnya. Alih-alih dengan Skenario Asumsi Dasar.
menginvestasikan semua sumber daya tambahan untuk
10
pembangunan, sebagian justru menjadi pengeluaran Instruksi Presiden No. 10/2011 mengatur tentang
untuk mengimbangi efek negatif dari polusi dan degradasi. penghentian sementara penerbitan Izin Baru dan
Skenario ini penting untuk dipertimbangkan sebagai Peningkatan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
referensi, karena memungkinkan penilaian dampak Gambut selama dua tahun. Moratorium tersebut telah
kebijakan rendah karbon terhadap sektor sosial, ekonomi, diperpanjang tiga kali untuk periode dua tahun, terakhir
iklim dan lingkungan, mengingat pengeluaran total yang melalui Instruksi Presiden No. 8/2018.
signifikan. Asumsi Dasar tidak dapat dijadikan skenario
11
referensi karena melibatkan investasi dalam jumlah lebih Dibandingkan dengan investasi tahunan rata-rata sebesar
sedikit dibandingkan dengan skenario lain, dan jika faktor- US$ 345 miliar untuk tahun 2016–2018
faktor lain tetap sama, akan menghasilkan, misalnya, (34% dari PDB).
pertumbuhan PDB yang lebih rendah. HCS tidak menjadi
skenario pendapatan netral dan mengasumsikan bahwa
jika faktor-faktor lain tetap sama, maka dampak fiskal
awal pada perekonomian akan serupa jika dibandingkan
dengan skenario PRK. Total penyerapan (konsumsi plus
investasi) dalam Skenario PRK-Menengah serupa dengan
penyerapan total yang dipertimbangkan dalam RPJMN
2020–2024. Oleh karena itu, jika faktor-faktor lain tetap
sama, dampak terhadap permintaan agregat internal akan
sama.
Didukung oleh
Berkolaborasi dengan