Anda di halaman 1dari 24

!"#$%&'(&%&)*"&+%,)-%.

$/&0)
!".'"1".%&)!%.%+2'#%)3"&(4()
56/&/#2)724%()+2)8&+/&"12%
!"#$%&'&#()&$"(*+,)-&.(/+)"0&%&#(
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 1

Daftar Isi
02 PENDAHULUAN
Pembangunan Rendah Karbon
(PRK) di Indonesia

04 RINGKASAN
Perubahan Paradigma untuk Mewujudkan
Ekonomi yang Kuat, Adil, dan Rendah Karbon

05 Pilihan

06 Temuan Kunci

Kotak 1
07 Berbagai Jalur Pembangunan

08 Manfaat Langsung

Aksi yang Dapat Menghasilkan


12 Pertumbuhan yang Lebih Baik
Kotak 2
18 Pembiayaan Skenario PRK

20 CATATAN AKHIR

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
2 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia

PENDAHULUAN

PEMBANGUNAN
RENDAH
KARBON (PRK)
DI INDONESIA

Pada bulan Oktober 2017, PRK adalah proses untuk


Pemerintah Indonesia mencanangkan mengidentifikasi kebijakan
target untuk mengintegrasikan aksi pembangunan yang mempertahankan
iklim ke dalam agenda pembangunan pertumbuhan ekonomi, mengurangi
nasional. Inisiatif Pembangunan kemiskinan, dan membantu
Rendah Karbon (PRK) diluncurkan pencapaian target pembangunan di
di Kementerian Perencanaan berbagai sektor, serta pada saat yang
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) bersamaan membantu Indonesia
Indonesia. Inisiatif ini bertujuan mencapai tujuan penanganan
untuk secara eksplisit memasukkan perubahan iklim, melestarikan
target pengurangan emisi gas rumah dan meningkatkan sumber daya
kaca (GRK) ke dalam perencanaan alam. Inisiatif ini dikoordinasikan
kebijakan, disertai dengan berbagai oleh BAPPENAS dan melibatkan
intervensi untuk melestarikan dan Kementerian/Lembaga, mitra
memulihkan sumber daya alam. pembangunan (donor) di

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 3
Prof. Dr. Mari Elka Pangestu, Mantan
Menteri Perdagangan dan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Indonesia; dan Lord Nicholas Stern,
co-chair Komisi Global untuk Ekonomi
dan Iklim, sekaligus Profesor Ekonomi
dan Pemerintahan di London School
of Economics (LSE).

Laporan ini disusun berdasarkan


hasil analisis melalui proses
teknokratis yang dikoordinasikan
oleh BAPPENAS dan mendukung
penyusunan RPJMN 2020-2024.
Laporan ini mencakup kontribusi
dari para mitra, antara lain: World
Resources Institute Indonesia
(WRI Indonesia), Global Green
Growth Institute Indonesia (GGGI),
KnowlEdge Srl, dan New Climate
Economy (NCE) dan mitra, kemitraan ini
disebut sebagai Kemitraan NCE-PRK.
Lembaga-lembaga lain yang juga
berkontribusi terhadap PRK dan
proses penyusunan RPJMN adalah:
International Institute for Applied
System Analysis (IIASA) dan World
Agroforestry (ICRAF) melalui proyek
RESTORE+, System Dynamics
Bandung Bootcamp, Sarana
Primadata Group (SPD), dan United
Nations Development Programme
(UNDP).

Selain itu, laporan ini juga didukung


oleh Departemen Pembangunan
Internasional (DFID) Inggris
melalui UK Climate Change Unit in
Indonesia (UKCCU), Pemerintah
tingkat nasional dan global, pakar RPJMN diharapkan dapat mendukung Norwegia, Pemerintah Denmark, dan
terkemuka, dan masyarakat sipil. pencapaian target Visi Pembangunan Pemerintah Jerman.
Indonesia dalam RPJPN 2005-2025
Kebijakan Pembangunan yang berupaya membangun negara
Rendah Karbon diharapkan yang “maju dan mandiri, adil dan
dapat diinternalisasikan ke dalam demokratis, damai dan bersatu.”
Rencana Pembangunan Jangka Selain itu, Kebijakan PRK akan
Menengah (RPJMN) 2020–2024 dilaksanakan untuk memperkuat
mendatang, dimana Rencana pencapaian Visi Indonesia 2045.
Pembangunan Jangka Menengah
merupakan pelaksanaan dari Penyusunan PRK juga mendapat
Rencana Pembangunan Jangka arahan dan dukungan dari tokoh-
Panjang (RPJPN) 2005-2025 tokoh terkemuka sebagai komisioner
yang dilaksanakan masing-masing pembangunan rendah karbon:
untuk periode lima tahun. Kebijakan Prof. H. Boediono, Wakil Presiden
Pembangunan Rendah Karbon dalam Indonesia ke-11;

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
4 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia

RINGKASAN

PERUBAHAN
PARADIGMA UNTUK
MEWUJUDKAN
EKONOMI YANG
KUAT, ADIL, DAN
RENDAH KARBON
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 5

Pilihan
Kurang dari dua puluh tahun yang jalur pembangunan yang sulit untuk
lalu, hampir seperlima penduduk dipertahankan. Eksploitasi sumber
Indonesia mengalami kemiskinan daya alam secara terus menerus,
ekstrem. Saat ini, angka tersebut penerapan pembangunan yang tinggi 5
sudah turun menjadi kurang dari 10%. karbon, penggunaan energi dan
Dampak negatif dari perubahan iklim
Kemajuan luar biasa seperti sistem transportasi yang tidak efisien,
global, termasuk kenaikan permukaan
ini tidak terjadi tanpa sengaja. telah berdampak pada:
laut, peristiwa cuaca ekstrem, dan
Kemajuan ekonomi dan sosial
penurunan produktivitas karena suhu
Indonesia didorong oleh sebuah visi
yang meningkat.
dan diwujudkan melalui kebijakan
nyata yang telah meningkatkan
Pendekatan pembangunan yang
taraf hidup dan mata pencaharian
bagi jutaan penduduk.
1 ditempuh Indonesia ini dinilai tidak
berkelanjutan dan berpotensi
Polusi udara dan air, terutama di kota-
membatasi pertumbuhan ekonomi,
Pertumbuhan ekonomi yang kuat kota besar seperti Jakarta
penciptaan lapangan kerja, dan
telah menjadi dasar bagi pencapaian dan Bandung;
potensi Indonesia untuk memberantas
pembangunan Indonesia. Pada tahun
kemiskinan.
2000–2018, tingkat pertumbuhan PDB
rata-rata Indonesia sebesar 5,6%
Akan tetapi kisah pertumbuhan
per tahun. Pada masa ini, Indonesia
menjaga stabilitas dalam hal inflasi,
keuangan publik, serta neraca
2 Indonesia masih terus berlanjut.
Namun, tahap selanjutnya akan
Penyusutan hutan Indonesia dalam didorong oleh kemajuan teknologi
pembayaran dan utang. Semua hal
frekuensi dan intensitas yang dan inovasi tanpa batas, sesuatu
tersebut dapat tercapai walaupun ada
mengkhawatirkan karena pola yang tak terbayangkan oleh generasi
hambatan-hambatan besar, antara
pertanian yang tidak berkelanjutan, sebelumnya. Indonesia juga akan
lain krisis keuangan internasional,
terutama di Sumatera, Kalimantan, memiliki pemahaman yang lebih
penurunan tajam dalam harga
Sulawesi dan, belum lama ini, di baik tentang biaya dan keterbatasan
komoditas primer, dan turbulensi
provinsi Papua dan Papua Barat. dari eksploitasi sumber daya alam
berulang di pasar keuangan global.
yang tidak berkelanjutan, serta
meningkatnya ekspektasi sosial dan
Akan tetapi, Indonesia berada di
ekonomi dari penduduk usia muda.

3 Dengan pemahaman ini,


Pemerintah Indonesia bertekad
Proses urbanisasi tidak teratur
untuk mentransformasikan
yang menimbulkan kemacetan
perekonomian nasional yang
dan perluasan perkotaan
kemajuannya tidak hanya diukur
yang tidak terkendali;
oleh pertumbuhan PDB, melainkan
juga kelestarian lingkungan, efisiensi
sumber daya, dan keadilan sosial.
Inilah kisah pertumbuhan Indonesia
yang berkelanjutan dan inklusif di
4 abad ke-21.

Terus berkurangnya sumber


perikanan, sumber daya air, dan
kekayaan keanekaragaman hayati
negara;

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
6 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia

ini akan membawa Indonesia ke daya alam, dan dengan mengurangi

Temuan dalam kelompok negara dengan


indeks pembangunan manusia
intensitas karbon dan energi, total
emisi GRK Indonesia dapat berkurang

Kunci yang tinggi. Bahkan, saat Indonesia


nanti merayakan 100 tahun
kemerdekaannya pada tahun 2045,
pendapatan per kapita Indonesia
hingga 43% pada tahun 2030. Angka
ini melampaui target Indonesia dalam
rencana aksi iklim nasional, atau
Nationally Determined Contribution
Studi yang dilakukan menghasilkan berpotensi meningkat menjadi 42 (NDC), yang saat ini ditetapkan
kesimpulan bahwa jalur pembangunan kali lipat dibandingkan saat tahun sebesar 41% di bawah batas rona
rendah karbon dapat menghasilkan kemerdekaan, setara dengan awal (atau baseline). Dan dengan
tingkat pertumbuhan PDB tingkat kesejahteraan Jerman, langkah-langkah kebijakan yang lebih
rata-rata 6% per tahun hingga Denmark, dan Belanda saat ini.3 Ini ambisius pada tahun 2020- 2045
tahun 2045.. Pertumbuhan ini akan adalah visi Indonesia untuk tahun (dijelaskan dalam Kotak 1 sebagai
membawa serangkaian manfaat 2045. Dan, dengan dukungan dari Skenario PRK-Tinggi), Indonesia
ekonomi, sosial, dan lingkungan (lihat donor internasional dan komunitas akan dapat mempertahankan
Gambar 1), antara lain mengurangi keuangan internasional, Indonesia penurunan jangka panjang emisi
kemiskinan ekstrem, membuka akan dapat mewujudkan visi ini. GRKnya. Oleh karena itu, pada
lapangan pekerjaan tambahan Sebagai tambahan, penerapan tahun 2045 diproyeksikan emisi
dengan pendapatan yang lebih baik, pembangunan rendah karbon akan turun sebesar hampir 75% jika
dan mengurangi tingkat kematian akan dirasakan manfaatnya di dibandingkan dengan Asumsi Dasar
karena berkurangnya polusi udara. tingkat global dan nasional. Melalui (Base Case).4
Secara bersama-sama, manfaat pemanfaatan berkelanjutan sumber

GAMBAR1 | Perubahan Paradigma: Manfaat Jalur Pertumbuhan Rendah Karbon Baru Indonesia
(Skenario PRK-Tinggi dibandingkan dengan Asumsi Dasar)

Emisi GRK Pertumbuhan PDB

6%
Berkurang Hampir

43%
Memenuhi
target
iklim 2030
Indonesia!
pada tahun
per tahun
antara 2019–2045
2030

Tambahan PDB sebesar lebih dari Mengurangi Tingkat kemiskinan ekstrem

US$5,4 triliun 40.000 kematian turun menjadi 4,2%


pada tahun 2045 setiap tahun dari total penduduk pada tahun 2045

15,3 juta Mencegah hilangnya Perbaikan

lapangan pekerjaan baru di 16 juta ha kualitas udara


tahun 2045, yang lebih hijau dan lahan hutan pada tahun 2014
memberi upah lebih baik
Sumber: Analisis Bappenas

Peningkatan Teratasinya kesenjangan peluang Rasio investasi terhadap PDB


taraf hidup dari sisi gender dan wilayah yang dibutuhkan lebih rendah
!"#"$%"&'($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(234(5($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(2)64(77"$(08)9):;<=
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 7
Berbagai
Jalur KOTAK 1
Pembangunan
Studi ini menggunakan pendekatan pemodelan ilmiah
yang terintegrasi untuk mengukur dampak berbagai
kebijakan pembangunan terhadap perekonomian,
3
SKENARIO PRK-TINGGI: Meliputi kebijakan yang
masyarakat, dan lingkungan Indonesia. Terdapat tiga lebih ambisius daripada PRK-Menengah untuk tahun
skenario yang dipertimbangkan: 2020–2045; mencapai target NDC bersyarat – Skenario
ini mengarah pada penurunan emisi sebesar 43% di tahun

1
ASUMSI DASAR: Tidak ada kebijakan baru tetapi
2030 dibandingkan dengan baseline, konsisten dengan
upaya Indonesia dalam mencapai target iklim nasional
(NDC) bersyarat yakni penurunan emisi sebesar 41%
pada tahun 2030. Total emisi GRK turun dari 2,14 GtCO2e
memperhitungkan degradasi lingkungan—Skenario
pada tahun 2017 menjadi 1,49 GtCO2e pada tahun 2030.
ini mencerminkan berlanjutnya tren historis untuk
perekonomian, masyarakat, iklim, dan lingkungan.
dan dukungan lainnya secara memadai dan tepat waktu
Tidak ada kebijakan baru yang diperkenalkan dalam
dari komunitas internasional. Pencapaian skenario ini akan
skenario ini. Asumsi Dasar memperhitungkan dampak
membutuhkan investasi tambahan dibandingkan dengan
degradasi lingkungan, termasuk polusi dan semakin
Skenario Menengah. Total Investasi PRK-Tinggi rata-rata
langkanya barang dan jasa lingkungan, terhadap penduduk
per tahun adalah: US$ 22,0 miliar (1,7% dari PDB) untuk
dan perekonomian.
tahun 2020-2024; dan US$ 70,3 miliar (2,34% dari PDB)

2 untuk tahun 2025-2045. Pencapaian NDC bersyarat


membutuhkan upaya untuk mewujudkan semua aksi dalam
PRK-Menengah, ditambah scaling up dalam restorasi,
perlindungan hutan, pengurangan intensitas energi dan
SKENARIO PRK-MENENGAH: Temasuk kebijakan
rendah karbon baru untuk tahun 2020-2045; mencapai peningkatan penerapan energi terbarukan hingga tahun
target NDC tanpa syarat – Skenario ini konsisten 2045. Laporan ini memberikan target numerik untuk semua
dengan upaya Indonesia untuk mencapai target iklim yang hal di atas.
dicanangkan dalam Nationally Determined Contribution
(NDC) tanpa syarat yakni penurunan emisi sebesar SKENARIO KEEMPAT – SKENARIO PRK-PLUS:
29% pada tahun 2030 dibandingkan dengan baseline. Meliputi PRK-TINGGI untuk 2020–24 dan penerapan
Dalam skenario ini, investasi tambahan yang diperlukan kebijakan tambahan yang lebih ambisius setelahnya.
diperkirakan sebesar US$ 14,8 miliar per tahun pada Skenario ini menggabungkan upaya ekstra dalam
tahun 2020–2024 (sekitar 1,15% dari PDB), dan US$ 40,9 penyusunan kebijakan rendah karbon yang dimulai sekitar
miliar per tahun pada tahun 2025-2045 (1,39% dari PDB). tahun 2025, agar emisi terus turun hingga tahun 2045
Pencapaian NDC Indonesia tanpa syarat membutuhkan dan seterusnya. Skenario keempat ini membutuhkan
upaya cepat, pelaksanaan penuh dari sejumlah kebijakan serangkaian aksi yang saat ini belum dipertimbangkan
yang dijabarkan dalam Laporan ini tentang sistem lahan dalam RPJMN, seperti i) pengenalan mekanisme untuk
dan energi; tanpa adanya ruang untuk mengakomodasi menetapkan harga karbon; ii) target reforestasi yang lebih
penerapan salah satu dari serangkaian kebijakan saja,
atau hanya bertujuan untuk mencapai target parsial dan dan pengurangan limbah yang lebih tinggi, terutama dari
jangka pendek. Dengan kata lain, hal-hal berikut diperlukan: aksi di tingkat kota. Hal tersebut akan menjadi bagian dari
penegakan penuh dan segera untuk moratorium hutan, kebijakan generasi baru yang akan dilaksanakan pada
periode setelah RPJMN 2020–2024, yang membutuhkan
dalam restorasi, dan dalam menghindari hilangnya hutan perubahan transformasional dalam pemerintahan, sektor
yang saat ini tidak berada di bawah moratorium; adopsi swasta, dan masyarakat sipil secara umum.5 Melalui
kebijakan peningkatan produktivitas pertanian, serta konsultasi publik sebagai bagian proses teknokratik yang
kebijakan pengurangan limbah dan pangan lainnya; mendukung RPJMN 2020-2024, rangkaian kebijakan-
percepatan laju pengurangan intensitas energi dibandingkan kebijakan ini dianggap sebagai kebijakan jangka panjang
dengan tren historis, dan gerakan menuju pemenuhan ambisius yang akan memerlukan transformasi struktural
target energi terbarukan yang telah dinyatakan dalam di luar batas
kebijakan energi Indonesia. kemampuan kelembagaan dan teknis Indonesia saat ini.
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
8 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia

Manfaat
Langsung
Jalur pembangunan rendah karbon peningkatan kualitas udara; dan Lebih jauh, diperkirakan terdapat
bukanlah pilihan, melainkan sebuah pencegahan hilangnya hampir 16 juta dampak negatif yang lebih besar
keharusan. Pendekatan ini bersifat hektare lahan hutan jika dibandingkan dibanding dengan apa yang dapat
win-win-win untuk perekonomian dengan Asumsi Dasar. Skenario tergambarkan oleh model. Misalnya,
Indonesia, untuk rakyatnya, dan PRK-Tinggi juga akan mengarah pada potensi hilangnya aset, terutama di
lingkungan lokal dan global. Lebih teratasinya kesenjangan gender dan kawasan pesisir akibat perubahan
khusus lagi, dapat mengarah kepada: peluang regional, serta kebutuhan iklim; atau dampak fragmentasi
Pertumbuhan ekonomi yang kuat; investasi yang lebih rendah terhadap ekologis, hilangnya keanekaragaman
peningkatan pendapatan, pembukaan rasio PDB. Dan terkait emisi, Skenario hayati dan deplesi sumber daya,
lapangan pekerjaan, dan upah; tingkat PRK-Tinggi akan menyumbang terhadap aktivitas ekonomi. Selain
perekonomian yang lebih tinggi untuk pengurangan emisi GRK sebesar itu, dampak positif dari penerapan
masyarakat yang tinggal di pulau- hampir 43% pada tahun 2030, aksi dalam skenario PRK berpotensi
pulau dan untuk sebagian besar melampaui target iklim nasional lebih besar dari apa yang dapat
penduduk; ketersediaan dan kualitas bersyarat (NDC) Indonesia sebesar dimodelkan. Sebagai contoh, manfaat
barang dan jasa lingkungan yang 41% di bawah baseline (Lihat penuh dari transisi energi, termasuk
lebih baik; pembangunan yang lebih Gambar 3). dari segi peluang untuk kemajuan
inklusif; dan peningkatan taraf hidup. teknologi dan potensi penurunan
Catatan penting yang perlu
Skenario PRK-Tinggi diperhatikan adalah dengan (seperti yang terlihat baru-baru
kebijakan dan serangkaian intervensi menerapkan Skenario Asumsi ini dengan energi terbarukan dan
yang dapat disesuaikan skalanya dan Dasar tanpa menerapkan kebijakan teknologi penyimpanan baterai),
dapat ditindaklanjuti di berbagai sektor apapun, pertumbuhan ekonomi akan mungkin juga belum tergambarkan
perekonomian, yang sebagian besar menurun mulai tahun 2019. Hal ini secara memadai.
telah terbukti berhasil dilaksanakan disebabkan oleh adanya penurunan
di Indonesia.6 Dibandingkan dengan kualitas lingkungan hidup, polusi,
Asumsi Dasar, Skenario PRK- dan meningkatnya kelangkaan
Tinggi akan menghasilkan tingkat sumber daya. Selain itu, terdapat
pertumbuhan ekonomi rata-rata tekanan kebutuhan energi yang
yang berkelanjutan sebesar 5,6% menimbulkan dampak kenaikan harga
hingga tahun 2024, dan 6,0% hingga dan penurunan produktivitas. Sebagai
tahun 2045.7 Pada tahun 2045, dampaknya, pada Skenario Asumsi
skenario ini juga akan menghasilkan: Dasar laju pertumbuhan ekonomi
Peningkatan PDB sebesar lebih dari semakin menurun secara progresif
US$ 5,4 triliun; lebih dari 15,3 juta setelah tahun 2024, hingga mencapai
lapangan pekerjaan tambahan, yang 4,3% pada tahun 2045.
lebih hijau dan upah yang lebih baik;
pengurangan tingkat kemiskinan dari
9,8% dari total penduduk pada tahun
2018 menjadi 4,2%; mengurangi
40.000 kematian setiap tahun, karena

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 9

GAMBAR 2 | Pertumbuhan PDB untuk Skenario Pembangunan yang Dimodelkan dalam Laporan Ini

Figure 2

7.0%
PRK-Plus
Tingkat Pertumbuhan Tahunan

6.5%
PRK-Tinggi
6.0%

PRK-Menengah
5.5%

5.0%

Asumsi Dasar
4.5%

4.0%

3.5%
2018

2020

2022

2024

2026

2028

2030

2032

2034

2036

2038

2040

2042

2044
Asumsi Dasar PRK-Menengah PRK-Tinggi PRK-Plus

PRK-Tinggi
Meliputi kebijakan yang
Asumsi Dasar
lebih ambisius daripada
tidak ada kebijakan baru
PRK-Menengah untuk
tetapi memperhitungkan
tahun 2020–2045;
degradasi lingkungan
PRK-Menengah mencapai target NDC PRK-Plus
Meliputi kebijakan bersyarat Mencerminkan
rendah karbon baru PRK-Tinggi untuk
untuk tahun 2020-2045; 2020-24, dan kebijakan
mencapai target NDC tambahan yang lebih
tanpa syarat ambisius

Sumber: Direktorat Lingkungan Hidup - Bappenas, berdasarkan hasil dari Visi Indonesia 2045 Model –IV 2045.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


!"#$%&'(&%&)*"&+%,)-%.$/&0)!".'"1".%&) )
!" !%.%+2'#%)3"&(4()56/&/#2)724%()+2)8&+/&"12%

Jika kebijakan rendah karbon tidak Salah satu tantangan utama adalah, dan kebijakan secara substansial
ditindaklanjuti, diperkirakan akan ada sekalipun target iklim nasional dan cepat. Selain itu, Indonesia
satu juta penduduk tambahan yang bersyarat (NDC) terpenuhi, Indonesia membutuhkan opsi kebijakan iklim
hidup dalam kemiskinan dibandingkan masih belum berada di jalur yang yang bersifat “thinking out of the box”.
dengan Skenario PRK-Tinggi. Selain tepat untuk mengurangi total emisi Sebagai contoh, diperlukan adanya
itu, tingkat kematian akan lebih tinggi GRK dalam jangka panjang melalui mekanisme untuk menetapkan harga
dan pembangunan manusia akan penerapan skenario PRK-Tinggi, karbon yang mewakili biaya sosial
lebih rendah. Terlebih lagi, kemajuan diikuti oleh peningkatan kembali GRK dan eksternalitas yang terkait dengan
dalam pendidikan dan kesehatan selama dua dekade berikutnya. emisi karbon, sehingga mendorong
akan melambat dan kerugian Pada tahun 2045, emisi GRK akan perubahan yang lebih substantif
kumulatif dari pendapatan dapat mencapai 41% di bawah Asumsi ke energi terbarukan selama dua
mencapai sebesar US$ 130 miliar Dasar tetapi akan meningkat lagi dekade mendatang. Pemikiran
selama kurun waktu 2019-2024.9 secara absolut. Hal ini disebabkan tersebut juga akan memerlukan
Secara singkat, Indonesia dapat oleh pendapatan per kapita yang lebih penerapan kebijakan atau standar
mencapai banyak hal dengan memilih tinggi dan peningkatan penduduk yang lebih ketat untuk: meningkatkan
jalur pembangunan rendah karbon. yang tidak disertai dengan perbaikan
prinsip-prinsip circular economy
Temuan ini menginspirasi dan Kondisi ini juga mencerminkan fakta dalam pembangunan kota, sistem
menjanjikan. Akan tetapi, penting bahwa Skenario PRK-Menengah transportasi rendah karbon modern
untuk dicatat bahwa tidak semua dan PRK-Tinggi yang dirumuskan atau bahkan zero carbon; perbaikan
individu atau pelaku bisnis di berdasarkan kebijakan yang saat ini besar-besaran sistem pangan dan
Indonesia mendapatkan manfaat yang dirasa layak secara teknis dan politis, limbah; eskalasi reforestasi yang lebih
sama dari transisi menuju ekonomi ambisius dan pendekatan ambisius
rendah karbon, karena bergantung limbah, pengelolaan hutan, serta lainnya untuk pengelolaan hutan
pada kondisi dan sifat kegiatan masalah pangan dan penggunaan berkelanjutan; dan menerapkan
ekonomi yang dilakukan. Individu lahan lainnya. Kebijakan-kebijakan ini praktik-praktik produksi pertanian
yang mengandalkan sektor karbon dapat dilaksanakan melalui penguatan yang cerdas, intensif, dan tahan
tinggi dan menghabiskan sumber kemampuan kelembagaan, teknis, terhadap dampak perubahan iklim.
daya alam Indonesia, meskipun dan organisasi Indonesia saat ini,
dalam skala kecil, dapat mengalami termasuk pertimbangan ekonomi politik.
dampak negatif. Kebijakan PRK perlu
dilaksanakan dengan cara yang Meskipun demikian, masih terdapat
selaras dengan transisi yang adil, di banyak aksi yang dapat menghasilkan
mana para individu dan masyarakat pengurangan emisi lebih lanjut
mendapatkan dukungan saat mereka yang tidak dimasukkan ke dalam
membangun kemampuan baru untuk Skenario PRK. Pemisahan ekonomi
berpartisipasi dan meraih manfaat Indonesia dari emisi GRK akan
dari ekonomi rendah karbon baru. membutuhkan peningkatan aksi

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 11

GAMBAR 3 | Proyeksi Emisi untuk Skenario yang Dimodelkan dalam Laporan Ini
Figure 3

4000

3500

3000 29% Target Iklim


Tak Bersyarat
vs Asumsi Dasar
MtCO2e

2500

2000

1500

1000
41% Target Iklim
Bersyarat vs
Asumsi Dasar
500
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2044
Asumsi Dasar PRK-Menengah PRK-Tinggi PRK-Plus 2045

PRK-Tinggi
Asumsi Dasar
Meliputi kebijakan yang
tidak ada kebijakan baru
lebih ambisius daripada
tetapi memperhitungkan
PRK-Menengah untuk
degradasi lingkungan
tahun 2020–2045;
PRK-Menengah mencapai target NDC PRK-Plus
Meliputi kebijakan bersyarat Mencerminkan
rendah karbon baru PRK-Tinggi untuk
untuk tahun 2020-2045; 2020-24, dan kebijakan
mencapai target NDC tambahan yang lebih
tanpa syarat ambisius

Sumber: Direktorat Lingkungan Hidup - Bappenas, berdasarkan hasil dari Visi Indonesia 2045 Model –IV 2045.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
12 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia

Aksi yang Dapat Menghasilkan


Pertumbuhan yang Lebih Baik
Laporan ini menjabarkan alasan mangrove juga diperlukan. Upaya ini Upaya untuk mewujudkan visi
mengapa Indonesia perlu beralih memacu efisiensi sumber daya dan Indonesia membutuhkan kerangka
ke jalur pembangunan rendah kemajuan teknologii, yang mengarah kerja kebijakan publik yang
karbon, dan manfaat yang dapat pada peningkatan produktivitas yang memberikan insentif dan sinyal
diperoleh masyarakat dan dunia dari tahan lama. yang jelas bagi pengusaha dan
perubahan paradigma ini. Laporan individu untuk bergerak menuju
ini juga menjabarkan perangkat yang Proyeksi ini sejalan dengan penelitian ekonomi rendah karbon; bertindak
dapat digunakan Indonesia untuk otoritatif yang dilakukan di tempat berdasarkan peraturan dan arahan
mewujudkan visinya. lain. Laporan Komisi Global untuk yang berlaku pada sektor lahan,
Ekonomi dan Iklim Tahun 2018, energi, keanekaragaman hayati dan
Ekonomi rendah karbon dibangun Unlocking the Inclusive Growth Story sumber daya air; dan mendorong
atas dasar infrastruktur yang of the 21st Century (New Climate pemanfaatan sumber daya lingkungan
berkelanjutan, dan perlu disertai Economy, 2018), menyoroti bukti dari negara secara berkelanjutan.
dengan peningkatan dan diversifikasi berbagai negara, bisnis, dan lain-lain,
sumber pembiayaan hijau untuk yang telah menuai manfaat ekonomi
sumber energi yang rendah dan pembangunan dari percepatan
karbon. Perlindungan dan restorasi transisi menuju pembangunan rendah
infrastruktur alam yang berharga, karbon dan tahan iklim.
seperti lahan basah dan hutan,
termasuk sistem lahan gambut dan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 13
Bagaimana kebijakan rendah karbon dapat
memberikan hasil sosial dan ekonomi yang lebih
baik, cepat, konsisten, dan menyeluruh? Secara
keseluruhan, Skenario PRK-Tinggi menggabungkan,
antara lain, target menengah berikut:

Mendorong transisi ke sumber energi terbarukan dan


mengurangi penggunaan batu bara: khususnya, meningkatkan
bauran energi terbarukan dari sekitar 8% pada tahun 2015, menjadi
23% pada tahun 2030, dan kemudian menjadi 30% pada tahun 2045.

Peningkatan efisiensi energi, yang, jika disertai dengan transisi


menuju sumber energi terbarukan, akan menghasilkan pengurangan
intensitas energi terhadap penduduk—rasio konsumsi energi total per
orang—sebesar 3,5% pada tahun 2030, dan 4,5% pada tahun 2045,
keduanya dibandingkan dengan tahun 2018. Intensitas emisi—rasio
total emisi GRK terhadap Nilai Tambah PDB—akan turun lebih dari
sepertiga pada tahun 2030, dan 60% pada tahun 2045, dibandingkan
dengan tahun 2018.

Penegakan penuh moratorium hutan, kelapa sawit,


pertambangan dan lahan gambut,,10 agar pada tahun 2045
Indonesia masih akan memiliki 41,1 juta ha hutan primer, termasuk
hampir 15 juta ha lahan gambut. Dengan fokus khusus pada hutan
primer, contohnya di Papua dan Kalimantan, serta lahan gambut dan
mangrove yang mendukung keanekaragaman hayati, meningkatkan
ketahanan dan berkontribusi terhadap target pengurangan
emisi karbon.

Dengan mematuhi target komitmen terkait sumber daya air,


perikanan, dan keanekaragaman hayati,, sebagaimana dinyatakan
dalam Target Aichi (target global untuk mengurangi hilangnya
keanekaragaman hayati), Protokol Nagoya (yang mengatur akses ke
sumber daya genetik dan pembagian manfaat secara adil dan merata)
dan Konvensi Keanekaragaman Hayati, yang tercermin dalam Strategi
dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2015–2020.

Peningkatan produktivitas lahan sebesar 4% per tahun,, sehingga


total nilai tambah per unit lahan menjadi 2,3 kali semula pada tahun
2018–2045, sekaligus mengurangi intensitas lahan per kapita sebesar
1,6% selama periode tersebut.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
14 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia

Kebijakan-kebijakan Skenario - Peningkatan efektivitas tenaga kerja dari peningkatan modal manusia, yang

PRK-Tinggi saling berdampak dikaitkan dengan kualitas udara dan air yang lebih tinggi, serta taraf hidup
yang lebih baik dengan modal alam yang lebih terjaga;
positif dan menghasilkan:
- Peningkatan efisiensi ekonomi, saat rumah tangga dan industri mampu
mengurangi input energi untuk menghasilkan output tertentu. Efisiensi
biaya juga akan ditingkatkan seiring waktu karena biaya energi terbarukan
terus turun hingga menjadi lebih terjangkau daripada sumber karbon tinggi,
termasuk batu bara;

- Peningkatan produktivitas pertanian di bawah seperangkat kebijakan


yang koheren mengenai tata guna pangan dan lahan yang tidak hanya
meningkatkan hasil dan mengurangi intensitas lahan, tetapi juga dapat
berkontribusi pada peningkatan efisiensi (dari pengurangan limbah) dan
akumulasi modal manusia (dari perubahan ke pola makan yang lebih sehat) ;

- Akselerasi laju kemajuan teknologi. Energi terbarukan semakin hemat


biaya dibandingkan dengan sumber-sumber energi dengan karbon
tinggi. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) untuk energi terbarukan
menghasilkan limpasan (spill over) teknologi untuk seluruh perekonomian;
sesuatu yang telah terjadi di negara-negara yang sudah memulai transisi
energi. Transisi ini akan menghasilkan manfaat dengan bertambahnya
lapangan pekerjaan, karena sektor-sektor yang terkait dengan energi
terbarukan lebih padat karya dibandingkan dengan aktivitas karbon tinggi.

- Penyediaan barang dan jasa lingkungan berkualitas lebih baik. Semakin


banyak barang dan jasa lingkungan menghasilkan penghematan yang
lebih tinggi yang berakumulasi ke basis modal alami negara, memperkuat
jenis modal lain (fisik, sumber daya manusia, sosial) dan dengan demikian
meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 15

Semua hal di atas mencerminkan kekuatan intrinsik ii) Dengan hanya memperhitungkan biaya polusi
kebijakan Skenario PRK untuk memberikan keuntungan lokal langsung dan polusi untuk Indonesia, energi
langsung bagi perekonomian, bagi masyarakat serta terbarukan tidak kompetitif biaya dengan kapasitas
lingkungan lokal dan global. Tingkat keuntungan ini tentu batu bara yang baru.
saja akan tergantung pada efektivitas dan seberapa cepat iii) Ketergantungan saat ini pada batu bara merusak
kebijakan tersebut diberlakukan.
kesehatan masyarakat Indonesia. Peningkatan laju
penerapan energi terbarukan akan membuat biaya
Terkait energi, keunggulan dan insentif Indonesia untuk
kesehatan lebih rendah dan kondisi kesehatan
memulai transisi yang cepat dan optimis menuju energi
masyarakat lebih baik.
terbarukan sangat besar, namun, masih kurang dihargai.
Sementara itu, ketergantungan Indonesia pada batu bara iv) Biaya energi terbarukan di Indonesia kemungkinan
masih terus terjadi dan berlandaskan persepsi yang sudah besar akan turun secara drastis menuju harga standar/
ketinggalan zaman bahwa biaya batu bara lebih rendah patokan internasional. Indonesia merupakan kasus
daripada sumber energi alternatif, serta serangkaian unik (outlier) dari segi tingginya biaya yang diperlukan
pertimbangan ekonomi politik. untuk pembangkitan energi terbarukan, khususnya
untuk tenaga surya dan bayu. Hal ini antara lain
Akan tetapi, Gambar 4 menunjukkan bahwa setelah biaya diakibatkan karena negara-negara lain telah melihat
relatif batu bara, gas dan energi terbarukan dipecah skala ekonomi yang secara signifikan mengurangi
menjadi: i) biaya untuk Perusahaan Listrik Negara (PLN), biaya penerapan teknologi ini. Indonesia kemungkinan
yang memegang monopoli dalam distribusi listrik;
akan dengan cepat mewujudkan penghematan biaya
ii) subsidi; dan iii) faktor eksternal yang sering diabaikan
saat memperluas penerapan energi terbarukan.
seperti polusi udara setempat dan biaya iklim global,
v) Ketika biaya proyek energi terbarukan Indonesia
tampak jelas bahwa:
semakin mendekati standar/patokan internasional,
i) Biaya keseluruhan proyek batu bara baru sekarang
maka alternatif ini akan menjadi pilihan pembangkit
lebih tinggi daripada energi terbarukan yang dihasilkan
listrik termurah, lebih rendah dari harga dalam
dari proyek pembangkit listrik tenaga bayu, surya,
Perjanjian Jual Beli Listrik untuk batu bara dan gas,
panas bumi, dan tenaga air yang baru.
bahkan tanpa memperhitungkan biaya eksternal.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
16 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia

Figure 4 GAMBAR 4 | Biaya Relatif dari Batu Bara dan Sumber Energi Terbarukan

0.14

0.12
Biaya (US$/kWh)

0.10

0.08
Rata-rata Harga BPP
Grid PLN US¢ 7,66
0.06

0.04

0.02

0.00
Angin - Angin - Surya - Surya - Panas Bumi - Air - PJBL Batu Bara - Gas -
PJBL Terbaru Benchmark PJBL Terbaru Benchmark PJBL Terbaru Terbaru PJBL Terbaru PJBL Terbaru
Indonesia Internasional Indonesia Internasional Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia

Biaya ke PLN (atau Perusahaan Polusi Udara Subsidi Biaya CO2 Rata Rata BPP
Listrik Negara)

Sumber: IISD, (Koplitz et al. 2017)(IHME 2016)(Lazard’s 2017), (ESDM 2017), (Indonesia Investments 2018),(BP 2017), (Burnard et al. 2016)(Interagency Working Group on Social Cost of
Greenhouse Gases 2016)(Turconi, Boldrin, dan Astrup 2013)

Oleh karena itu, jelas bahwa akan terkena dampak. Moratorium peningkatan antara lain: upaya
persepsi—bukan teknologi atau biaya baru ini, disertai dengan langkah- terkoordinasi dalam melindungi
energi terbarukan—perlu diselaraskan langkah perlindungan hutan lainnya, kawasan hutan yang sangat
dengan realitas energi Indonesia. dapat menciptakan peluang yang sensitif, termasuk lahan gambut dan
sangat dibutuhkan untuk melakukan ekosistem bakau yang merupakan
Terkait dengan sistem penggunaan tata kelola hutan kritis serta reformasi sumber alami penyimpanan karbon
lahan, Indonesia telah mengambil pertanian dan penggunaan lahan. yang kuat, dan, dalam kasus bakau,
langkah signifikan untuk Reformasi ini dapat mengarah pada dapat berfungsi sebagai pertahanan
meningkatkan pengelolaan perbaikan jangka panjang dalam alami terhadap kondisi lingkungan
sumber daya hutan melalui cara pembuatan keputusan terkait pesisir yang lebih menantang.
moratorium izin baru untuk penggunaan lahan di Indonesia, untuk Contohnya, tragedi gempa bumi
mengkonversi hutan alam primer kepentingan rakyat Indonesia dan dan tsunami Samudra Hindia pada
dan lahan gambut. Pada tanggal stabilitas iklim global. tahun 2004, dan belum lama ini, pada
19 September 2018, Presiden bulan Desember 2018, dan Tsunami
Indonesia menandatangani Seiring dengan penerapan praktik- Selat Sundra, banyak jiwa berhasil
moratorium pembukaan praktik kelapa sawit berkelanjutan, selamat karena tinggal di daerah yang
perkebunan kelapa sawit baru dan Indonesia memiliki peluang unik untuk dilindungi oleh sistem bakau.
menginstruksikan untuk melakukan mencapai pengurangan emisi gas
peninjauan terhadap perkebunan rumah kaca sambil meningkatkan Indonesia dapat memaksimalkan
yang ada. Moratorium ini mengakui kesejahteraan dan ketahanan manfaat dari intervensi penggunaan
bahwa banyak perkebunan kelapa terhadap ancaman terkait iklim. hutan dan lahan dengan menetapkan
sawit yang direncanakan ternyata Ancaman tersebut meliputi kabut kebijakan dan memberikan insentif
berada di dalam kawasan hutan, asap dan kenaikan permukaan untuk peningkatan produktivitas
serta memberikan kesempatan laut, yang membahayakan kegiatan lahan serta melalui integrasi
untuk memperjelas hak-hak hukum perekonomian dan mata pencaharian sistem pengelolaan pangan dan
penduduk desa dan petani kecil yang bagi banyak penduduk. Upaya-upaya lahan. Upaya ini dapat membantu

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 17
meningkatkan dan mengintegrasikan iii) Menemukan cara yang lebih secara cepat dan sukses menuju
sistem penggunaan pangan dan lahan ekonomi rendah karbon. Modal
pada skala global serta pada saat menyediakan pangan bagi lebih swasta, domestik dan asing, serta
yang bersamaan: !"#$%&'(: pembiayaan campuran (smart
dari sembilan miliar penduduk
dunia pada tahun 2050; dan, blended financing) dibutuhkan,
1600
i) Melindungi dan, dari waktu terutama untuk investasi dalam
ke waktu, memungkinkan 1400 infrastruktur berkelanjutan yang
iv) Meningkatkan kesejahteraan
regenerasi sumber daya alam akan mendukung transisi tersebut.1354
1200petani
dan ketangguhan para 1320
Pengaturan mekanisme tata kelola
dan keluarga mereka, di negara-
1000 dan partisipasi yang memungkinkan

<"==4%'>?@'
yang kompleks, termasuk hutan, negara kaya dan miskin. 1024
pengarusutamaan kebijakan rendah
lahan gambut, dan sistem air— 800
karbon untuk menciptakan kebijakan
seraya mengelola meningkatnya Terkait dengan pembiayaan 600 yang jelas dan stabil dibutuhkan
permintaan akan lahan; transisi rendah karbon, Laporan ini 606 635 639
agar dapat menarik dan memandu
menyediakan bukti bahwa400 452 446
Pemerintah 447pembiayaan dari sektor swasta.
ii) Mengubah sistem pangan Indonesia baik secara mandiri,
200
dan penggunaan lahan, yang maupun dengan dukungan saat
ini dari organisasi pembangunan0
sebelumnya menyumbang
*+,-.*+*/ *+*(.*+9+ *+9,.*+/(
bilateral dan multilateral, tidak akan
seperempat emisi gas rumah
dapat mengumpulkan sumber daya :1$;1"'8414% 0AB.<&2&2#45 0AB.C"2##"
kaca global, menjadi penyerap
yang diperlukan untuk bergerak
karbon bersih (net carbon sink)

GAMBAR 5 | Total Investasi (sisi kiri) dan Kontribusi Investasi terhadap PDB (sisi kanan)
dalam Skenario PRK dibandingkan dengan Asumsi Dasar, berdasarkan periode
!"#$%&'()'

40.0
!"#$%&'(: !"#$%&'(:
39.0
38.9 38.9
1600 1600 38.0

1400 1400 37.0


Presentase terhadap PDB

1354 1354
1200 1200 1320 36.0 1320
36.2
35.8
1000 1000 35.0 35.5 35.6 35.6
<"==4%'>?@'

1024 1024
Millar US$

800 800 34.0 34.6 34.6

600 635600 639


606 606 635 33.0
639
400 452 446 447 400 452 32.0
446 447
200 200 31.0

0 0 30.0
2019-2024 2025-2030 *+,-.*+*/2031-2045 *+*(.*+9+ *+9,.*+/(
2019-2024 2025-2030 2031-2045

:1$;1"'8414% 0AB.<&2&2#45 0AB.C"2##"


Asumsi Dasar PRK-Menengah :1$;1"'8414%
PRK-Tinggi 0AB'<D6&%43&' 0AB'E"#5'

PRK-Menengah PRK-Tinggi
!"#$%&'()' !"#$%&'()' Meliputi kebijakan Meliputi kebijakan yang
Asumsi Dasar
40.0 tidak ada kebijakan baru40.0 rendah karbon baru lebih ambisius daripada
tetapi memperhitungkan untuk tahun 2020-2045; PRK-Menengah untuk
39.0
degradasi lingkungan 39.0 mencapai target NDC tahun 2020–2045;
38.9 38.9 38.9 38.9 mencapai target NDC
38.0 tanpa syarat
38.0
bersyarat
%1&2341&''3&%54647'08)

%1&2341&''3&%54647'08)

37.0 37.0

36.0 36.0 36.2 36.2


35.8 35.8
35.0 35.5 35.6
35.035.6 35.5 35.6 35.6
Sumber: Direktorat 3L5in.6gkun3g5a.6n Hidup -Bappenas, berdasarkan hasil dari Visi Indonesia 2045 Model –IV 2045.

34.0 34.6 34.6 34.0 34.6 34.6Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019
Kementrian

33.0 33.0
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
18 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia

Pemerintah Indonesia telah PDB hingga tahun 2045.

KOTAK 2 pembiayaan yang diperlukan untuk


mencapai target iklim nasional
tanpa syarat dan bersyarat (NDC)
Perbedaan antara total investasi
yang termasuk dalam Skenario
PRK-Tinggi dan yang ada dalam
Indonesia, dan, dengan tambahan, Skenario PRK-Menengah (0,56%
dukungan internasional yang dari PDB pada tahun 2020–2024,
diperlukan untuk mencapai target dan sekitar 0,95% dari PDB pada
bersyarat. Laporan ini menyajikan tahun 2025–2045) dapat dilihat
perkiraan biaya untuk mencapai untuk mencerminkan investasi
tingkat pengurangan emisi GRK internasional yang dibutuhkan dari
tertentu dari berbagai kebijakan komunitas keuangan internasional
khusus tentang lahan, sistem energi, dalam mendukung Indonesia untuk
memenuhi target NDC bersyaratnya.

Di bawah Skenario PRK-Tinggi, total


investasi rata-rata yang dibutuhkan PRK-Tinggi membutuhkan rasio
diperkirakan mencapai US$ 446,5 investasi terhadap PDB yang lebih
miliar (34,6% dari PDB) untuk tahun rendah. Oleh karena itu, Indonesia

Pembiayaan 2020-202411. Dari total investasi


tersebut, sekitar US$ 21,9 miliar per
tahun sesuai dengan belanja modal
tidak akan terlalu kesulitan dalam
menjembatani potensi savings gap
untuk membiayai pertumbuhan

Skenario pembangunan rendah karbon yang ekonomi. Dengan kata lain, ekonomi
rendah karbon memberikan Indonesia

PRK periode 2020–2024. Dengan demikian,


tambahan investasi Skenario PRK-
Tinggi akan setara dengan 2,3% dari
lebih banyak tingkat pengembalian
yang lebih tinggi untuk investasi yang
lebih sedikit.

!"#"$%"&'($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(234(5($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(2)64(77"$(08)9):;<=
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia 19
Upaya untuk menyiapkan kebijakan kebijakan baru, termasuk kebijakan hasil win-win-win langsung untuk
dan intervensi yang tepat, urbanisasi, yang memasukkan perekonomian, untuk masyarakat,
serta memastikan ketersediaan gagasan circular economy dan lain- dan untuk lingkungan lokal dan
pembiayaan, perlu disertai dengan lain yang lebih mencerminkan biaya global. Dalam prosesnya, laporan
penyesuaian substantif dalam desain sosial karbon dalam harga pasar. ini mengungkap kekeliruan gagasan
kelembagaan, termasuk perubahan bahwa ada ade mendasar dalam
pola pikir individu dan agen, konsisten Laporan ini memberikan penjelasan penerapan kebijakan pembangunan
dengan paradigma pertumbuhan tentang alasan mengapa Indonesia rendah karbon, bahkan dalam jangka
baru. Pendekatan tata kelola baru harus menerapkan ekonomi rendah pendek.
akan diperlukan untuk: mengkoordinir karbon, dan hal-hal perlu dilakukan
tindakanlintas kementerian yang oleh Indonesia untuk mewujudkan Sama halnya dengan perubahan
berbeda dan entitas pemerintah pusat visi tahun 2045. Dengan fokus pada struktural besar, transisi ini harus
dan pemerintah daerah lainnya, sektor mitigasi iklim, serta fokus saat ini dikelola dengan baik, terutama bagi
swasta serta komunitas keuangan pada RPJMN 2020–2024, tetapi para pekerja dan masyarakat yang
domestik dan internasional; membuat juga memperkenalkan beberapa terlibat dalam industri yang mulai
ide tentang pentingnya ketahanan melemah, untuk memastikan transisi
kebijakan serta mewujudkan risiko iklim dan adaptasi terhadap yang lancar ke perekonomian yang
pemantauan dan evaluasi yang efektif. perubahan iklim, yang perlu baru, lebih inovatif dan produktif,
dilakukan secara bersama-sama. serta lebih berkelanjutan. Transisi
Laporan ini juga mengeksplorasi Laporan ini memberikan bukti tersebut dapat dilakukan, dan secara
upaya yang diperlukan oleh Indonesia kuat bahwa percepatan transisi keseluruhan dapat mewujudkan jalur
untuk beralih ke jalur penurunan ke ekonomi rendah karbon, yang pembangunan yang lebih bersih,
emisi GRK jangka panjang yang sangat bergantung pada infrastruktur lebih sehat, dan lebih makmur untuk
lebih ambisius daripada target iklim berkelanjutan yang didanai secara Indonesia. Pertanyaan yang paling
bersyarat (Skenario PRK-Plus). Jalur smart, dan bertindak berdasarkan penting untuk dijawab saat ini adalah,
seperti ini membutuhkan kombinasi peraturan yang telah ditetapkan "Apa lagi yang kita tunggu?”
antara target kebijakan yang lebih untuk melestarikan sumber daya
ambisius daripada yang dicantumkan alam negara, dapat mengarah pada
dalam Skenario PRK dan serangaian

!"#"$%"&'($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(234(5($)*"&"$+($(($)*"#,($-.$($)/(0'1$(2)64(77"$(08)9):;<=
Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran
20 Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia

Catatan akhir
6
1
RPJPN, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Hasil empiris diekstraksi dari model Visi Indonesia 2045
Nasional. dan INDOBIOM.

7
2
RPJMN, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pada tahun 2017, PDB Indonesia diperkirakan mencapai
Nasional. Rp 13.600 triliun. Dengan harga saat ini, setara dengan
US$ 3.982 per kapita (atau Rp 51 juta per kapita) dengan
3
Kesejahteraan diukur oleh Paritas Daya Beli (PPP). jumlah penduduk 264 juta orang. Tingkat pertumbuhan PDB
Lihat: Baut, Inklaar, Jong, & Zanden, 2018. tahunan sebesar 6,3% akan menghasilkan tingkat PDB per
kapita sebesar lebih dari US$ 18.000 pada
4
Pengurangan emisi sebesar hampir 43% pada tahun 2030 tahun 2045.
mencerminkan Skenario PRK-Tinggi yang dimodelkan
8
untuk laporan ini menggunakan model BAPPENAS untuk Pertumbuhan PDB di bawah skenario Asumsi Dasar
Visi Indonesia 2045 dan INDOBIOM. Lihat juga Kotak 1. berada di belakang pertumbuhan PDB di bawah Skenario
PRK-Tinggi dan Skenario PRK-Menengah, mulai tahun
5
Skenario kelima yang secara disebut sebagai High 2019, yang mencerminkan dampak ekonomi negatif dari
Carbon Scenario (HCS) juga telah disiapkan. Skenario meningkatnya polusi, eksternalitas negatif, dan semakin
ini merupakan analisis hipotesis di mana Indonesia terbatasnya ketersediaan barang dan jasa lingkungan
mengalokasikan sumber daya tambahan untuk mendukung di Indonesia .
kebijakan dan inisiatif yang diperhitungkan dalam RPJMN
9
2020–2024. Sumber daya ini sama sekali tidak efektif Jumlah ini adalah jumlah dari selisih antara nilai tambah
bagi pencapaian target pembangunan rendah karbon, PDB menurut Skenario PRK dan Skenario Asumsi Dasar
target hijau, atau digunakan untuk pembiayaan lain selain untuk periode 2018-2045, dengan menggunakan harga
pembiayaan kebijakan pembangunan rendah karbon. tahun 2017. Pada tahun 2045 nanti, Skenario PRK akan
Misalnya, infrastruktur abu-abu, pembiayaan sektor karbon menghasilkan tambahan pendapatan sebesar US$ 1,55
tinggi, atau pembiayaan yang terkait dengan peningkatan triliun (menggunakan harga tahun 2017) dibandingkan
polusi udara dan air serta faktor eksternal lainnya. Alih-alih dengan Skenario Asumsi Dasar.
menginvestasikan semua sumber daya tambahan untuk
10
pembangunan, sebagian justru menjadi pengeluaran Instruksi Presiden No. 10/2011 mengatur tentang
untuk mengimbangi efek negatif dari polusi dan degradasi. penghentian sementara penerbitan Izin Baru dan
Skenario ini penting untuk dipertimbangkan sebagai Peningkatan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
referensi, karena memungkinkan penilaian dampak Gambut selama dua tahun. Moratorium tersebut telah
kebijakan rendah karbon terhadap sektor sosial, ekonomi, diperpanjang tiga kali untuk periode dua tahun, terakhir
iklim dan lingkungan, mengingat pengeluaran total yang melalui Instruksi Presiden No. 8/2018.
signifikan. Asumsi Dasar tidak dapat dijadikan skenario
11
referensi karena melibatkan investasi dalam jumlah lebih Dibandingkan dengan investasi tahunan rata-rata sebesar
sedikit dibandingkan dengan skenario lain, dan jika faktor- US$ 345 miliar untuk tahun 2016–2018
faktor lain tetap sama, akan menghasilkan, misalnya, (34% dari PDB).
pertumbuhan PDB yang lebih rendah. HCS tidak menjadi
skenario pendapatan netral dan mengasumsikan bahwa
jika faktor-faktor lain tetap sama, maka dampak fiskal
awal pada perekonomian akan serupa jika dibandingkan
dengan skenario PRK. Total penyerapan (konsumsi plus
investasi) dalam Skenario PRK-Menengah serupa dengan
penyerapan total yang dipertimbangkan dalam RPJMN
2020–2024. Oleh karena itu, jika faktor-faktor lain tetap
sama, dampak terhadap permintaan agregat internal akan
sama.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) - 2019


Mitra PRK

Didukung oleh

Berkolaborasi dengan

Anda mungkin juga menyukai