Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENGAMATAN LAJU TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN

PACAR AIR(Impatiens balsamina L.)


LAPORAN
OLEH :
MUHAMMAD FAHRIZAL
220301192
AGROTEKNOLOGI – 4

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
LAPORAN PENGAMATAN LAJU TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN
PACAR AIR(Impatiens balsamina L.)
LAPORAN
OLEH :
MUHAMMAD FAHRIZAL
220301192
AGROTEKNOLOGI – 4

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
Laboratorium Kesuburan Tanah Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

( Ir.Meiriani MP )
NIP. 196505181992032001

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah “LAPORAN PENGAMATAN LAJU

TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN PACAR AIR ( Impatiens balsamina L)”

yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di

praktikum Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen penganggung jawab

praktikum Fisiologi Tumbuhan: Ir. Meiriani, MP, serta abang dan kakak asisten

laboratorium Fisiologi Tumbuhan yang telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Hormat kami,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Praktikum
Kegunaan Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum
Bahan dan Alat
Metode Praktikum

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Pembahasan

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar belakang
Transpirasi merupakanproses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan

hilang menjadi uap air ke atmosfer. Proses transpirasi dimulai dariabsorbs air

tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun

dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air ke atmosfer. Laju transpirasi

dipengaruhi oleh faktor vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola budidaya

tanaman. Lau transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan populasi

tanaman ( Harwati, C, T. 2013)

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan

hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang

kutikula, dan lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan

CO2, terjadi siang hari saat panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah

batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan

dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula,

dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman (Eka, 2015).

Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan

dalam bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk

uap air prosesnya disebut dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan

oleh tumbuhan merupakan kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara

suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan

melalui stomata, kutikula dan lentisel (Siregar, 2013).

Mekanisme kontrol laju kehilangan air atau transpirasi dapat dilakukan

dengan cara mengontrol laju metabolisme, adaptasi struktural daun yang dapat
mengurangi proses kehilangan air dan mengatur konduktivitas stomata. Stomata

biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara.

Jumlah stomata beragam pada daun tumbuhan yang sama dan juga pada daerah

daun yang sama . Pada umunya stomata tumbuhan darat lebih banyak terdapat

pada epidermis daun bagian bawah. Pada banyak jenis tumbuhan bahkan tidak ada

stomata sama sekali pada epidermis daun bagian atas. Suatu stoma terdiri atas

lubang (porus) yang dikelilingi oleh 2 sel penutup, umumnya berbentuk ginjal dan

mengandung kloroplas. Stomata sebagian besar tumbuhan membuka pada waktu

siang hari dan menutup pada malam hari. Stomata akan membuka apabila turgor

sel penutup tinggi dan apabila turgor sel penutup rendah maka stomata akan

menutup (Masdar, 2014 ).

Suhu juga berpengaruh terhadap stomata. Pada suhu tinggi stomata akan

cenderung membuka sedangkan pada suhu rendah, stomata akan cenderung

menutup. Stomata akan menutup apabila terjadi cekaman air. Jumlah stomata

pada daun bagian atas lebih sedikit daripada jumlah stomata pada bagian bawah

daun yang berfungsi mengurangi laju transpirasi tanaman. Permukaan daun

ditumbuhi oleh rambut berbentuk bintang yang berfungsi untuk menghemat air.

Pada pagi hari suhu lingkungan masih seimbang dengan suhu tubuh tanaman,

sehingga penguapan air tanaman masih terkontrol. Sementara itu pada siang hari

suhu naik sementara suhu tanaman masih rendah, sehingga tanaman harus

mengurangi penguapannya (transpirasi), sehingga stomata mulai menyempit

secara perlahan (Yuliasmara dan Fitria, 2013)


Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor

internal dan faktor eksternal terhadap laju transpirasi tanaman pacar air

(Impatent balsamina L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan jurnal ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Sistematika dari tumbuhan bunga pacar air merah adalah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida,

Ordo:Sapindales, Famili: Balsaminaceae, Genus: Impatiens, Spesies:

Impatiens balsamina Linn. (Kusuma et al., 2014).

Sistematika dari tumbuhan bunga pacar air merah adalah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida,

Ordo:Sapindales, Famili: Balsaminaceae, Genus: Impatiens, Spesies:

Impatiens balsamina Linn. (Kusuma et al., 2014).

Bentuk akar dari tanaman pacar air ini adalah serabut. Bunga keluar dari

ketiak daun tanpa daun penumpu, Bunga bewarna cerah, ada beberapa macam

warna. Seperti merah, merah jingga, ungu, putih, dll. Ada yang “engkel” dan ada

yang “dobel”. Buahnya buah kendaga, bila masak akan membuka menjadi 5

bagian yang terpilin (Kusuma et al., 2014).

Pacar air merupakan tanaman herba berbatang basah (herbaceus), Lunak,

Bulat, bercabang, Warna hijau kekuningan. Pacar air biasanya ditanam sebagai

tanaman hias. Berdasarkan arah tumbuhnya, batang utama tumbuhan ini tegak

lurus (erectus) yaitu arah tumbuh batang utama beserta percabangannya tegak

lurus keatas (Kusuma et al., 2014).

Genus Impatiens atau banyak dikenal dengan inai air atau pacar air

merupakan satu-satunya marga dalam suku Balsaminaceae yang mempunyai nilai

ekonomis. Terdapat ±850 jenis inai air di dunia, namun di Indonesia baru sekitar

50 jenis yang diketahui. Daerah Jawa memiliki ±10 jenis inai air yang tersebar,

sisanya ditemukan di Sumatera, Papua, dan Sulawesi. Keanekaragaman pacar air


tertinggi dapat dijumpai di Sumatera. Habitat Impatiens umumnya tumbuh di

tempat yang lembab seperti hutan dan pinggir sungai (Utami, 2014).

Tanaman pacar air kini sudah mulai dikenal luas sebagai tanaman

berkhasiat obat Bagian tumbuhan pacar air yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

adalah biji, bunga, daun, dan akar. Selain bagian-bagian tersebut, batang tanaman

pacar air juga memiliki potensi sebagai sumber senyawa antibakteri. Kandungan

naftakuinon yang memiliki aktifitas antibakteri pada batang pacar air lebih besar

dibandingkan dengan bagian daun tanaman pacar air. Batang tanaman pacar air

mengandung bahan aktif berupa kaempferol, kuersetin, alkaloid, terpenoid, dan

fenol (Herdiani, 2018).

Tanaman pacar air memiliki ketinggian batang yaitu berkisar 40-100 cm,

gemuk, tegak, dan tebal. Berwarna hijau dengan semburat kemerahan. Daun

tanaman ini tumbuh spiral dengan panjang tangkai daunnya sekitar 1-3 cm. Urat

daunnya lateral berjumlah 5-9 pasang. Lembaran daun berbentuk meruncing di

ujung seperti tombak dengan panjang 4-12 cm dan lebar 1-3 cm. Bunga pacar air

tumbuh tunggal dengan berkumpul dari ketiak daun dan memiliki tangkai bunga

yang pendek. Berwarna merah, putih, merah muda, ungu, maupun kombinasi dari

warna tersebut. Bijinya cukup banyak, berwarna hitam dan berbentuk menyerupai

bola, sedangkan buahnya berbentuk kapsul berwarna hijau, penuh dengan bulu-

bulu halus (Herdiani, 2018)

Curah hujan yang baik sekitar 400-1.000 mm. Suhu yang baik untuk

tanaman bunga pacar air adalah sekitar 20-30°C.Tanaman bunga pacar air akan

tumbuh subur di dataran tinggi yaitu pada ketinggian 1.000-1.500 m di atas

permukaan air laut (Purwanti et al., 2013).


Sedangkan bunga pacar air akan dapat tumbuh dengan subur dan berbunga

dengan baik pada dataran tinggi, karena tanaman bunga pacar air menghendaki

daerah yang sejuk. Dalam hal ini tanaman bunga pacar air akan tumbuh subur

pada daerah yang memiliki temperatur 20-25°C. Maka dalam hal ini temperatur

daerah dataran tinggi mendukung dalam tumbuhnya diversifikasi tanaman bunga

pacar air (Rahmadetassani, 2010).

Tanaman bunga pacar air akan tumbuh subur di dataran tinggi yaitu pada

ketinggian 1.000-1.500 m di atas permukaan air laut. syarat-syarat pertumbuhan

yang ideal bagi tanaman bunga pacar air dimana tanaman tersebut memerlukan

curah hujan 600 - 1.900 mm per tahun, maka curah hujan sangat mendukung

pertumbuhan tanaman bunga pacar air (Fadilah, 2013).

Media tanah untuk menanam bunga pacar air tidak terlalu sulit.,yang

penting cukup unsur hara.Jenis tanah regosol coklat kekuningan dengan bahan

batuan induk abu dan lafa vulkan mediteran. Jenis tanah ini memiliki ciri-ciri

bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 80% .pada umumnya jenis tanah

seperti ini sangat cocok untuk pertanian karena subur (Purwanti et al., 2013).

Tranpirasi merupakan proses penguapan dari tumbuhan melalui daun.

Ketika benih kecil hanya menguap beberapa tetes air dalam seminggu, berbeda

hal nya dengan pohon dewasa yang mampu menguap lebih dari 1000 liter/hari.

Selama proses transpirasi air akan menguap dari daun melalui celah kecil yang

disebut dengan stomata. Sebagian besar air yang diabsorbsi akar akan ditransprasi

nelalui daun ( klarisya et al, 2019)

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan

tumbuhan melalui stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Transpirasi berperan


dalam pengangkutan air/zat hara, membuang kelebihan air, dan menjaga suhu

daun. Daya hisap daun timbul dari peristiwa transpirasi. Transpirasi ditentukan

oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, stomata dan tanaman itu sendiri. Faktor

lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu seperti suhu, kelembaban,

cahaya, kecepatan angin, tekanan udara, dan lain-lain. Sedangkan faktor stomata

seperti bentuk, jumlah tiap satuan luas, letak, waktu bukaan. Tanaman berbulu

atau tidak berbulu, warna dan ukuran daun, posisi daun, dan jumlah daun juga

menentukan laju transpirasi (Delayota, 2016).

Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman

yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan

lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling

besar peranannya dalam transpirasi (Alam, 2022).

Suhu yang tinggi mempercepat transpirasi tanaman. Transpirasi yang

rendah menyebabkan kehilangan air dalam jaringan daun menjadi lambat dan

munculnyan kelayuan tanaman menjadi tertunda. Suhu yang tinggi memacu laju

transpirasi yang tinggi menyebabkan tanaman kekurangan air dan akhirnya

menjadi layu. Selain suhu, pelukaan akibat pemotongan berpotensi meningkatkan

aktivitas metabolisme jaringan melalui peningkatan laju respirasi, laju transpirasi,

dan memicu kontaminasi mikroorganisme. Hal ini ini akan mempercepat

kebusukan dan memperpendek umur simpan (Trisnawati, 2013).

Terdapat perbedaan faktor internal maupun eksternal yang dapat

mempengaruhi hasil estimasi. Laju transpirasi dipengaruhi oleh waktu pembukaan

stomata. Pembukaan stomata pada beberapa tumbuhan dan berbagai kondisi

lingkungan akan menunjukkan adanya perbedaan dalam estimasi transpirasi


(Fatonah et al., 2013). Berbagai faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi

proses transpirasi. Faktor internal antara lain ukuran daun; tebal tipisnya daun;

tebal lapisan lilin pada daun; jumlah rambut daun; jumlah, bentuk dan lokasi

stomata; umur jaringan daun; keadaan fisiologis jaringan daun; dan laju

metabolisme tumbuhan. Faktor eksternal antara lain radiasi cahaya; suhu;

kelembaban udara; angin; kandungan air tanah; gradien potensial air antara tanah;

dan adanya zat-zat racun di lingkungannya. Perbedaan ketebalan daun pada

masing-masing tumbuhan dipengaruhi oleh banyaknya intensitas cahaya matahari

yang diterima daun. Ketebalan daun akan menurun ketika transpirasi dimulai dan

kemudian akan meningkat ketika menyerap air dari batang (Da Costa, 2022).
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

pada hari Rabu, 10 Mei 2023 pukul 10.00 WIB sampai selesai pada

ketinggian ± 25 mdpl.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman pacar

air (Balsamina impatient Linn.) sebanyak 15 buah sebagai objek yang akan

diamati, kapas untuk menutup cup, vaselin sebagai zat untuk menutup stomata, air

sebagai media untuk merendam tanaman.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cup plastik

sebagai wadah untuk air, pisau cutter dan gunting untuk memotong bagian

tanaman yang akan diamati, stopwatch untuk mengatur lamanya pengamatan,

sinar matahari dan kipas angin sebagai alat untuk membantu dalam proses laju

transpirasi pada tanaman, gelas beker sebagai wadah untuk mengukur berat air,

timbangan sebagai alat untuk mengukur berat tanaman, kalkulator sebagai alat

untuk menghitung hasil pengamatan, stopwatch sebagai alat pengatur waktu

pengamatan dan alat tulis untuk mencatat hasil praktikum.

Prosedur Percobaan

1. Disiapkan 15 tanaman yang berukuran sama begitu juga jumlah daunnya.

2. Disediakan 15 buah cup plastik lalu isi dengan volume yang sama.

3. Dimasukkan air ke dalam cup plastik masing-masing 250 ml.


4. Disiapkan bahan tanam dalam 3 kelompok yaitu 5 buah tanaman untuk

kelompok angin, 5 buah kelompok cahaya dan 5 buah di dalam ruangan.

5. Setiap kelompok tanaman diberi perlakuan, yaitu :

a. tanpa perlakuan (kontrol)

b. dilapisi vaselin

c. tanpa akar (dipotong)

d. potong setengah daun

e. tanpa daun

6. Dimasukkan bahan tanam ke dalam cup plastik, lalu mulut cup plastic

ditutup dengan menggunakan kapas.

7. Ditimbang berat awal masing-masing erlenmeyer + Balsamina impatient

(sebagai bobot awal).

8. Diletakkan erlenmeyer sesuai kelompok yaitu 5 erlenmeyer di bawah sinar

matahari dan 5 erlenmeyer lainnya di bawah kipas angin selama 45 menit.

9. Ditimbang bobot akhirnya.

Bobot awal−Bobot akhir


Dihitung laju transpirasi tanaman =
waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komoditi: Pacar Air (Balsamina impatiens L.)

Perlakuan: Di bawah sinar matahari langsung

Berat Berat Laju Transpirasi


Perlakuan Selisih
Awal (g) Akhir (g) g/menit g/detik
Kontrol 250 236,5 13,5 0,225 0,00375
Dilapisi
250 243,6 6,4 0,106 0,00170
Vaseline
Tanpa
250 244,8 5,2 0,086 0,00140
akar
Dipotong
250 241,6 8,4 0,140 0,00230
½ daun
Tanpa
250 246,1 3,9 0,065 0,00100
daun

Perlakuan: Angin

Berat Berat Laju Transpirasi


Perlakuan Selisih
Awal (g) Akhir (g) g/menit g/detik
Kontrol 250 235,2 14,8 0,246 0,00410
Dilapisi
250 239,9 10,1 0,168 0,00280
Vaseline
Tanpa
250 243,7 6,3 0,105 0,00170
akar
Dipotong
250 238,4 11,6 0,193 0,00320
½ daun
Tanpa
250 246,5 3,5 0,058 0,00090
daun
Perlakuan: Di dalam ruangan

Berat Berat Laju Transpirasi


Perlakuan Selisih
Awal (g) Akhir (g) g/menit g/detik
Kontrol 250 243,9 6,1 0,101 0,0016
Dilapisi
250 245,8 4,2 0,070 0,0011
Vaseline
Tanpa
250 246,2 3,8 0,063 0,0010
akar
Dipotong
250 245,8 4,2 0,070 0,0011
½ daun
Tanpa
250 247,3 2,7 0,045 0,0007
daun

Perhitungan

Perlakuan: Di bawah sinar matahari langsung

Bobot awal−bobot akhir


Laju transpirasi:
Waktu

Kontrol:

Bobot awal−bobot ak h ir 13,5


Laju transpirasi: = =0,00375
Waktu 3600

Dilapisi Vaseline:

Bobot awal−bobot ak h ir 6,4


Laju transpirasi: = =0,0017
waktu 3600

Tanpa akar:

Bobot awal−bobot ak h ir 5,2


Laju transpirasi: = =0,0014
waktu 3600

Dipotong ½ daun:

Bobot awal−bobot ak h ir 8,4


Laju transpirasi: = =0,0023
waktu 3600
Tanpa daun:

Bobot awal−bobot ak h ir 3,9


Laju transpirasi: = =0,0010
waktu 3600

Perlakuan: Dengan angin (kipas angin)

Kontrol:

Bobot awal−bobot ak h ir 14,8


Laju transpirasi: = =0,0041
Waktu 3600

Dilapisi Vaseline:

Bobot awal−bobot ak h ir 10,1


Laju transpirasi: = =0,0028
waktu 3600

Tanpa akar:

Bobot awal−bobot ak h ir 6,3


Laju transpirasi: = =0,0017
waktu 3600

Dipotong ½ daun:

Bobot awal−bobot ak h ir 11,6


Laju transpirasi: = =0,0032
waktu 3600

Tanpa daun:

Bobot awal−bobot ak h ir 3,5


Laju transpirasi: = =0,0009
waktu 3600

Perlakuan: Di dalam ruangan

Kontrol:

Bobot awal−bobot ak h ir 6,1


Laju transpirasi: = =0,006
Waktu 3600

Dilapisi Vaseline:

Bobot awal−bobot ak h ir 4,2


Laju transpirasi: = =0,0011
waktu 3600

Tanpa akar:

Bobot awal−bobot ak h ir 3,8


Laju transpirasi: = =0,0010
waktu 3600
Dipotong ½ daun:

Bobot awal−bobot ak h ir 4,2


Laju transpirasi: = =0,0011
waktu 3600

Tanpa daun:

Bobot awal−bobot ak h ir 2,7


Laju transpirasi: = =0,0007
waktu 3600

Pembahasan

Transpirasi merupakan proses penguapan dari tumbuhan melalui daun hal

ini sesuai dengan literatur Klarisya (2019) yaitu Tranpirasi merupakan proses

penguapan dari tumbuhan melalui daun. Ketika benih kecil hanya menguap

beberapa tetes air dalam seminggu, berbeda hal nya dengan pohon dewasa yang

mampu menguap lebih dari 1000 liter/hari. Selama proses transpirasi air akan

menguap dari daun melalui celah kecil yang disebut dengan stomata. Sebagian

besar air yang diabsorbsi akar akan ditransprasi nelalui daun.

Pada penelitian ini perlakuan menggunakan sinar matahri lebih cepat

mengalami proses transpirasi karena suhu yang panas dari cahaya matahari

mempercepat transpirasi pada praktikum ini, sesuai literatur dari trisnawati (2013)

Suhu yang tinggi mempercepat transpirasi tanaman. Transpirasi yang rendah

menyebabkan kehilangan air dalam jaringan daun menjadi lambat dan

munculnyan kelayuan tanaman menjadi tertunda. Suhu yang tinggi memacu laju

transpirasi yang tinggi menyebabkan tanaman kekurangan air dan akhirnya

menjadi layu

Pada penelitian ini bsik pada masing masing percobaan tiap perakuan

tanpa daun proses transpirasi tidak berjalan dengan baik karena proses transpirasi

menguap melalui stomata dan pada percobaan ini stomata telah hilang dan
transpirasi terjadi di tempat ain seperti kutikula atau lentisel, hal ini sesuai literatur

dari Alam (2022) yaitu Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan

hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang

kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang

stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi.

Dengan perlakuan kipas angin laju transpirasi karenan ki[as angin dapat

memperbesar stomata sehingga air menguap dengan lebih baik juga

mempengaruhi laju transpirasi sesuai dengan penelitian dari Delayota (2016) yaitu

Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu seperti suhu,

kelembaban, cahaya, kecepatan angin, tekanan udara, dan lain-lain.

Laju transpirasi memiliki dua faktor yang mempengaruhi hasil

estimasinya. Faktor tersebut antara lain faktor internal dan faktor eksternal.

Berdasarkan penelitian Fatonah et al. (2013), Faktor internal antara lain ukuran

daun; tebal tipisnya daun; tebal lapisan lilin pada daun; jumlah rambut daun;

jumlah, bentuk dan lokasi stomata; umur jaringan daun; keadaan fisiologis

jaringan daun; dan laju metabolisme tumbuhan. Faktor eksternal antara lain

radiasi cahaya; suhu; kelembaban udara; angin; kandungan air tanah; gradien

potensial air antara tanah; dan adanya zat-zat racun di lingkungannya.


KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Daun merupakan organ utama dalam proses transpirasi, hal ini

dikarenakan sebagian besar proses kehilangan air ketika transpirasi

terjadi di stomata yang terdapat di daun.

2. Luas daun tumbuhan berpengaruh terhadap laju transpirasi

dikarenakan daun yang luas akan memiliki jumlah stomata yang

banyak, sehingga akan mengakibatkan tingginya laju transpirasi.

3. Transpirasi memiliki peran penting dalam siklus hidrologi (air).

4. Faktor internal laju transpirasi antara lain ukuran daun, tebal tipisnya

daun, tebal lapisan lilin pada daun, jumlah rambut daun, jumlah,

bentuk, dan lokasi stomata, serta umur jaringan daun .

5. Faktor eksternal laju transpirasi antara lain radiasi matahari, cahaya,

suhu, kelembaban udara, angina, kandungan air, gradien potensial air

tanah, dan adanya zat-zat racun di lingkungannya.

6. Perlakuan tanaman pacar air yang diletakkan di bawah sinar matahari

langsung memiliki laju transpirasi yang lebih cepat karena dipengaruhi

oleh faktor eksternal laju transpirasi yaitu radiasi matahari suhu dan

kelembaban udara yang ada di sekitar lingkungannya.

7. Perlakuan di depan kipas angin yang memiliki derajat transpirasi yang

cepat, disebabkan oleh suhu dan angin yang merupakan faktor

eksternal dari laju transpirasi


21

8. Perlakuan untuk yang di dalam ruangan, laju transpirasi terkesan

lambat karena tidak banyak pengaruh dari faktor eksternal laju

transpirasi yang terjadi.

9. Perlakuan pada masing-masing tanaman pacar air dengan 5 perlakuan

yang berbeda memiliki hasil dengan tanaman yang diberi perlakuan

kontrol ataupun tidak diberi perlakuan apa-apa memiliki laju

transpirasi yang tinggi sebab daun yang dimiliki oleh tanaman tersebut

masih lengkap, dikarenakan daun memiliki stomata yang menjadi

tempat terjadinya proses transpirasi.

Saran

Sebaiknya diberi kapas pada setiap cup yang menjadi wadah agar

air tidak ikut menguap secara langsung dan perhitungan laju transpirasi

dapat lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA
Da Costa, Y. O. (2022). Ketebalan Daun dan Laju Transpirasi pada Tanaman Hias

Dikotil. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 27 (1): 40-47.

Durić, M. A.-M. (2020). Morphophysiological and Molecular Evaluation of

Drought and Recovery in Impatiens Walleriana Grown Ex Vitro. Plants, 1-

22.

Fatimah, Z., Sitawati, Suryanto, A., & Thamrin, M. (2022). Pengaruh Interval

Penyiraman terhadap Pertumbuhan Klon sera Varietas Impala Tanaman

Pacar Air. Politeknik Pembangunan Pertanian , 1-10

Fatonah, S., D. Asih, D. Mulyanti, & D. Iriani. (2013). Penentuan Pembukaan

Stomata pada Gulma Melastoma malabathricum L. di Perkebunan Gambir

Kampar, Riau. Jurnal Biospecies, 6 (2): 15-22.

Izza, J. N., & Kundariati, M. (2021). Identifikasi Struktur Morfologi Tanaman

Pacar Air (Impatiens balsamina) sebagai Sumber Belajar Mata Kuliah

Struktur dan Perkembangan Tumbuhan Mahasiswa Calon Guru Biologi

Universitas Sumatera Utara. Jurnal Biologi dan Pebelajarannya, 1-10.

Lakitan, B. (2015). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta.

ISBN: 979-421-377-2, pp: 53-55.

Lestari, G. S. (2015). Tanaman Hias Lanskap Edisi Revisi. Penerbit Swadaya, 25-

27.

Prijono, S., dan Laksmana, M. T. S. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum

dassyrachis dan Gliricidia sepium. J-PAL,Vol.7, No. 1.


23

Purwanti, N. T., Suryadi, M., & Treman, I. W. (2013). Diversifikasi Tanaman

Cabai dan Bunga Pacar Air Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di

Desa Selisihan Kecamatan Klungkung. Jurnal Pendidikan Geografi

Undiksha Singaraja, 1-11.

Rosanti, D. (2018). Struktur Morfologi Batang (Caulis) Vegetasi di Wisata Alam

Punti Kayu . Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 30.

Sukmawan, Y., Riniarti, D., Utoyo, B., & Rifai, A. (2019). Efisiensi Air Pada

Pembibitan Utama Kelapa Sawit Melalui Aplikasi Mulsa Organik Dan

Pengaturan Volume Penyiraman. Jurnal Pertanian Presisi (Journal of

Precision Agriculture), 3(2), 141–154.

https://doi.org/10.35760/jpp.2019.v3i2.2331

Sukmawan, Y., Sesar, A. K. R., Parapasan, Y., Riniarti, D., & Utoyo, B. (2018).

Pengaruh mulsa organik dan volume air siraman pada beberapa sifat kimia

tanah di pembibitan utama kelapa sawit. Prosiding Seminar Nasional

Pengembangan Teknologi Pertanian, 273–279.

Utami, N. (2014). Status Taksonomi dan Konservasinya. Berita Biologi, 49-55.


24

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai