Farida Nurkhin
Farida Nurkhin
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj
273
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
Tabel 1.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2012-2014 (persen)
Bisa dilihat dari data yang ditampilkan Sekolah Menengah Kejuruan masih
oleh Badan Pusat Statistik pada Agustus 2014, menyumbang angka yang cukup tinggi yaitu
tingkat pengangguran terbuka untuk pendidikan 1.332.521 jiwa. Menempati posisi tertinggi
274
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
pertama. Kemudian diikuti posisi tertinggi entrepreneur-nya paling sedikit 2 persen dari
kedua yaitu universitas 495.143 jiwa dan posisi jumlah penduduk. Namun keadaan yang ada
tertinggi ketiga yaitu Diploma I,II,II/Akademi menggambarkan bahwa minat berwirausaha di
193.517 jiwa. Indonesia masih sangat rendah. Direktur Utama
Angka lulusan SMK yang setiap tahun Bank Mandiri, Budi G. Sadikin, dalam
bertambah jumlahnya, namun lapangan VIVAnews mengatakan jumlah wirausaha
pekerjaan yang tersedia semakin sempit. Pihak Indonesia baru sebanyak 1,65 persen dari total
instansi dan swasta tidak dapat diharapkan penduduk. Angka tersebut, masih jauh tertinggal
sepenuhnya, karena jumlah permintaan dan jika dibandingkan dengan negara tetangga,
yang ditawarkan dari tenaga kerja sudah tidak seperti Malaysia dan Singapura, yang masing-
berimbang dengan jumlah angka lulusan serta masing mencapai lima persen dan tujuh persen.
daftar antrian para pencari kerja. Meningkatnya Bahkan, jika dibandingkan dengan negara-
jumlah pengangguran tersebut disebabkan negara maju, seperti Jepang dan Amerika
karena mulai sempitnya lapangan pekerjaan, Serikat, perbandingannya lebih jauh lagi. Di
sehingga menyebabkan semakin banyaknya Jepang, komposisi wirausahanya mencapai 10
lulusan SMK yang menganggur karena tingkat persen dan Amerika Serikat mencapai 12 persen
persaingan dalam melamar pekerjaan semakin dari total populasi.
tinggi. (http://bisnis.news.viva.co.id)
Sutomo (dalam Indratno, 2012) Berdasarkan data yang diperoleh dari
menjelaskan upaya untuk mengurangi angka hasil penelusuran dokumentasi Bimbingan dan
pengangguran salah satu cara yang bisa Konseling mengenai rekapitulasi penelusuran
dilakukan adalah perlu dikembangkannya tamatan siswa program keahlian akuntansi SMK
semangat entrepreneurship sedini mungkin, Negeri 9 Semarang sebagai berikut:
karena suatu bangsa akan maju apabila jumlah
Tabel 2. Lulusan Siswa Akuntansi SMK Negeri 9 Semarang YangBelum Bekerja, Bekerja,
Berwirausaha dan Melanjutkan ke Perguruan Tinggi
Tahun Program Keahlian
Bekerja Wirausaha Melanjutkan Lain - Lain
Lulusan Jurusan Jumlah
Akuntansi 117 82 6 23 6
Adm. 115 74 10 27 4
2012/2013 Perkantoran
Pemasaran 109 63 15 24 7
Jumlah 341 219 31 74 17
Akuntansi 106 60 12 34 4
Adm. 104 57 8 30 9
2013/2014 Perkantoran
Pemasaran 100 55 9 28 8
Jumlah 310 172 29 92 21
275
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
jumlah lulusan tahun 2012/2103 siswa SMK sebanyak 6 orang dan pada tahun 2013/2014
Negeri 9 Semarang program kehalian akuntansi sebanyak 12 orang, sebenarnya angka tersebut
berjumlah 117 orang, maka wirausahawannya sudah mencapai lebih dari kriteria minimum
harus lebih dari 2 orang dan lulusan tahun untuk melakukan wirausaha sebesar 2 persen.
2013/2014 siswa SMK Negeri 9 Semrang Selain itu, berdasarkan hasil observasi secara
program keahlian akuntansi berjumlah 106, langsung diperoleh data mengenai daftar
maka wirausahawannya harus lebih dari 2 kegiatan siswa kelas XI program keahlian
orang. Jumlah lulusan tahun 2012/2103 akuntansi pada tabel 3 berikut:
program keahlian akuntansi yang berwirausaha
Tabel 3. Daftar yang Melakukan Kegiatan Kewirausahaan Siswa Kelas XI AkuntansiTahun Ajaran
2014/2015
No Kelas Jumlah
1. XI Akuntansi 1 9
2. XI Akuntansi 2 4
3 XI Akuntansi 3 6
Jumlah 19
Sumber: Bimbingan Konseling SMK N 9 Semarang
276
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
kewirausahaan sebanyak 2 jam pelajaran dalam yaitu faktor kepribadian seperti kebutuhan akan
satu minggu. Siswa dibekali dengan teori-teori prestasi dan efikasi diri (self efficacy), faktor
terkait ilmu kewirausahaan dan praktik lingkungan seperti elemen kontekstual: akses
kewirausahaan. Dengan kegiatan tersebut, kepada modal, informasi dan jaringan sosial dan
diharapkan para siswa dapat memiliki semangat faktor demografis seperti jender, umur, latar
jiwa kewirausahaan agar dapat meminimalisir belakang pendidikan dan pengalaman bekerja.
jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Selain itu Sutanto (2002: 34) menyatakan bahwa
Jumlah persaingan yang tinggi, mulai minat berwirausaha dapat timbul karena adanya
terbatasnya lowongan pekerjaan dan terus pengaruh dari luar atau factor ekstrinsik
bertambahnya lulusan tiap tahunnya merupakan diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan
masalah yang harus dihadapi siswa SMK. Jalan masyarakat, peluang dan pendidikan. Dari teori
keluar harus mulai dipikirkan dari sekarang yang ada peneliti ingin mengetahui variabel
selagi para siswa SMK masih berada dibangku yang dapat mempengaruhi minat wirausaha dan
sekolah. Salah satu alternatif pilihan yang masih variabel yang dipilih oleh peneliti adalah
bisa mereka andalkan adalah dengan memilih pendidikan kewirausahaan, lingkungan keluarga
karir sebagai wirausahawan ketika mereka lulus dan self efficacy.
kelak. Wirausahawan adalah seorang inovator, Pendidikan kewirausahaan mempunyai
sebagai individu yang mempunyai naluri untuk peranan untuk menumbuhkan minat
melihat peluang-peluang, mempunyai semangat, berwirausaha siswa. Pendidikan yang dimaksud
kemampuan dan pikiran untuk menaklukan cara seperti mata pelajaran kewirausahaan. Teori
berpikir lambat dan malas (Alma, 2013: 5). tentang pendidikan yang dikemukakan oleh
Pilihan karir untuk menjadi wirausaha Alma (2013: 7), menurutnya keberanian
pada siswa SMK pada akhirnya kembali kepada membentuk wirausaha didorong oleh lembaga
minat dari siswa itu sendiri. Walaupun mereka pendidikan atau sekolah, sekolah yang
telah mendapatkan ilmu tentang berwirausaha memberikan mata pelajaran kewirausahaan
di bangku sekolah melalui mata pelajaran yang praktis dan menarik dapat menumbuhkan
kewirausahaan tentunya tidak akan berarti tanpa minat mahasiswa untuk berwirausaha.
adanya minat dari diri siswa untuk Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 22)
berwirausaha. menyebutkan bahwa pendidikan kewirausahaan
Hurlock (1978: 114) menyatakan bahwa harus mampu mengubah pola pikir siswa. Pola
minat merupakan sumber motivasi yang pikir yang selalu beorientasi menjadi karyawan
mendorong orang untuk melakukan apa yang diputar balik menjadi berorientasi untuk
mereka inginkan bila mereka bebas memilih. mencari karyawan. Dengan demikian
Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan pendidikan kewirausahaan dapat diajarkan
kecenderungan untukmencari objek yang melalui penanaman nilai-nilai kewirausahaan
disenangi itu. Minat berwirausaha menurut yang akan membentuk karakter dan perilaku
Fu’adi (2009: 93) adalah keinginan, ketertarikan, untuk berwirausaha agar siswa kelak dapat
serta ketersediaan individu melalui ide-ide yang mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha.
dimiliki untuk bekerja keras atau berkemauan Penelitian Ekpohdan Edet (2011)
keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan menunujukan pendidikan kewirausahaan
hiupnya, tanpa merasa takut dengan resiko yang berpengaruh positif pada tujuan karir mahasiswa
akan terjadi, dapat menrima tantangan, percaya perguruan tinggi. Selain itu penelitian Lestari
diri, kreatif dan inovatif serta mempunyai dan Wijaya (2012) juga menunjukan pendidikan
kemampuan dan keterampilan memenuhi kewirausahaan berpengaruh terhadap minat
kebutuhan. Banyak faktor yang mempengaruhi berwirausaha. Hal ini berarti semakin banyak
minat seseorang untuk berwirausaha, pengetahuan dan pemahaman akan wirausaha,
diantaranya menurut Indarti (2008: 5) bahwa maka akan semakin tinggi pula minat untuk
penentu minat berwirausaha terdiri dari 3 faktor berwirausaha.
277
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
278
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
279
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
Dilihat dari jawaban angket masing- berwirausaha dapat disajikan pada tabel 5
masing siswa, maka gambaran minat sebagai berikut:
Gambaran mengenai variabel pendidikan masing-masing siswa dapat disajikan pada tabel
kewirausahaan berdasarkan jawaban angket 7 sebagai berikut:
280
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
Tabel 6 dan 7 di atas, diperoleh nilai mean program keahlian akuntansi di SMK Negeri 9
sebesar 55,1 termasuk dalam kategori yang Semarang mempunyai pendidikan
mempunyai pendidikan kewirausahaan cukup kewirausahaan dalam kategori cukup tinggi. Hal
tinggi. Tabel 7 menunjukkan informasi bahwa ini pun terlihat dari rata-rata jawaban angket
pendidikan kewirausahaan di SMK Negeri 9 siswa sebesar 55,1 yang termasuk dalam
Semarang dalam kategori sangat tinggi yaitu kategori cukup tinggi.
sejumlah 18 siswa (16,66%), pendidikan
kewirausahaan dalam kategori tinggi sejumlah Analisis Statistik Deskriptif Lingkungan
35 siswa (32,41%), 37 siswa (34,26%) dalam Keluarga
katagori cukup tinggi, 10 siswa (9,26%) dalam Hasil yang diperoleh berdasarkan
katagori rendah dan 8 siswa (7,41%) yang perhitungan analisis statistik deskriptif untuk
memiliki pendidikan kewirausahaan dalam variabel lingkungan keluarga adalah sebagai
katergori sangat rendah. Dengan demikian, berikut:
dapat diambil kesimpulan bahwa siswa kelas XI
Dari jawaban angket masing-masing lingkungan keluarga dapat disajikan pada tabel 9
siswa, maka dapat diambil gambaran mengenai sebagai berikut:
Tabel-tabel 8 dan 9 di atas, diperoleh nilai rendah dan 17 siswa (15,74%) memiliki
mean sebesar 63,8 termasuk dalam katagori lingkungan keluarga dalam sangat rendah.
cukup tinggi. Tabel 9 menunjukan, 11 siswa Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan
(10,19%) di SMK Negeri 9 Semarang memiliki bahwa siswa kelas XI program keahlian
lingkungan keluarga dalam katagori sangat akuntansi di SMK Negeri 9 Semarang
tinggi, 21 siswa (19,44%) memiliki lingkungan mempunyai lingkungan keluarga dalam
keluarga dalam katagori tinggi, 30 siswa kategori cukup tinggi. Hal ini pun terlihat dari
(27,78%) memiliki lingkungan keluarga dalam rata-rata lingkungan keluarga siswa sebesar 63,8
katagori cukup tinggi,29 (26,85%) siswa yang termasuk dalam kategori cukup tinggi.
memiliki lingkungan keluarga dalam katagori
281
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
Tabel 10 dan 11 di atas menunjukkan efficacy siswa sebesar 72,2 yang termasuk dalam
hasil bahwa nilai mean sebesar 72,2 termasuk kategori cukup tinggi.
dalam kategori mempunyai self efficacy yang Hasil uji normalitas menggunakan
cukup tinggi. Tabel 11 juga menunjukan, 4 siswa Kolmogorov Smirnov diperolehsebesar 0,599 dan
(3,70%) di SMK Negeri 9 Semarang memiliki signifikansi pada 0,899 berada di atas 0,05
self efficacy dalam katagori sangat tinggi, 29 siswa (0,899>0,05). Dapat disimpulkan dari
(26,85%) memiliki self efficacy dalam katagori penjabaran di atas bahwa data dalam penelitian
tinggi, 22 siswa (20,37%) memiliki self efficacy ini berdistribusi normal.Hasil uji linearitas
dalam katagori cukup tinggi, 35 siswa (32,41%) melalui analisis compare means untuk
memiliki self efficacy yang rendah dan 18 siswa menunjukan hubungan tiap variabel bebas
(16,67%) memiliki self efficacy dalam kategori diperoleh bahwa terdapat hubungan yang linier
sangat rendah. Dengan demikian, dapat diambil dalam spesefikasi model yang digunakan dengan
kesimpulan bahwa siswa kelas XI program melihat baris linierity nilai signifikansi < 0,05
keahlian akuntansi di SMK Negeri 9 Semarang pada tabel ANNOVA.
mempunyai self efficacy dalam kategori cukup Hasil uji multikolinieritas diperoleh hasil
tinggi. Hal ini pun terlihat dari rata-rata self untuk X1, X2, dan X3 secara berturut-turut 0,558,
282
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
0,658, 0,669 yang menunjukkan tidak ada park dapat diketahui bahwa semua variabel
variabel independen yang nilai tolerance nya mempunyai nilai signifikansi diatas 0,05
kurang dari 0,10 sehingga dapat disimpulkan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
bahwa tidak ada korelasi antar variabel heteroskedastisitas.
independen. Sedangkan untuk perhitungan Hasil analisis regresi berganda
untuk X1, X2, dan X3 nilai VIF nya adalah1,7913, digunakan untuk mengetahui persamaan regresi
1,519, dan 1,496 menunjukkan hal yang sama dari pengaruh pendidikan kewirausahaan,
tidak ada satu pun variabel independen yang lingkungan keluarga, dan self efficacy terhadap
memiliki nilai VIF lebih dari 10 sehingga dari minat berwirausaha siswa kelas XI Program
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Keahlian Akuntansi di SMK Negeri 9 Semarang
dalam model regresi tersebut tidak ada tahun ajaran 2014/2015 dapat dilihat tabel 5
multikolinieritas antar variabel independen. sebagai berikut :
Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji
Berdasarkan tabel 12 di atas diperoleh diujikan untuk hipotesis pertama (H1), pengujian
persamaan regresi Y = 7,670 + 0,306 X1 + 0,485 dilakukan dengan menggunakan uji F yang
X2 + 0,648X3. Hasil pengujian hipotesis dihitung menggunakan program SPSS
menggunakan uji signifikansi simultan dan uji forwindowsreleaseversi21.0yang dapat dilihat pada
signifikansi parsial. Uji signifikansi simultan tabel 13 di bawah ini :
Tabel 13. Hasil Uji F Dengan Minat Berwirausaha Siswa kelas XI program keahlian akuntansi di
SMK Negeri 9 Semarang sebagai Variabel Dependen
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 3309.684 3 1103.228 43.550 .000b
1 Residual 2634.566 104 25.332
Total 5944.250 107
a. Dependent Variable: Minat_Bwrsha
b. Predictors: (Constant), Self_Effcacy, Ling_Kelg, Pend_Kwu
Sumber: Data primer diolah tahun 2015
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kewirausahaan, lingkungan keluargadan self
probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 efficacysecara simultan terhadap minat
(0,000 < 0,05). Maka H1 diterima dan dapat berwirausaha siswa kelas XI program keahlian
disimpulkan ada pengaruh positif pendidikan
283
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
akuntansi di SMKN 9 Semarang tahun ajaran Uji signifikansi parsial dilakukan dengan
2014/2015. menggunakan uji t yang bisa dilihat pada tabel
14 di bawah ini :
Tabel 14. Hasil Uji t Dengan Minat Berwirausaha Siswa kelas XI program keahlian akuntansi di
SMK Negeri 9 Semarang sebagai Variabel Dependen
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 7.670 8.990 .853 .396
Pend_Kwu .306 .118 .226 2.587 .011
1
Ling_Kelg .485 .124 .315 3.910 .000
Self_Effcacy .648 .141 .366 4.584 .000
a. Dependent Variable: Minat_Bwrsha
Sumber: Data primer diolah tahun 2015
Untuk X1 diperoleh nilai t 2,587 dengan minat berwirausaha sebesar 54,4%. Sedangkan
nilai signifikansi 0,011 maka H2 diterima dan sisanya (100%-54,4%) sebesar 45,6%
dapat disimpulkan bahwa ada ada pengaruh dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti
positif pendidikan kewirausahaan terhadap dalam penelitian ini. Koefisien determinasi
minat berwirausaha siswa kelas XI program parsial dapat dilihat pada tabel coefficients nilai
keahlian akuntansi di SMKN 9 Semarang tahun partial pada variabel pendidikan kewirausahaan
ajaran 2014/2015. Uji signifikansi parsial untuk sebesar (0,246)2 x 100% = 6,05%, artinya jika
X2 diperoleh nilai t sebesar 3,910 dengan nilai variabel lingkungan keluarga dan self efficacy
signifikansi 0,000 maka H3diterima dan dapat dianggap tetap, maka variabel pendidikan
disimpulkan bahwa ada pengaruh positif kewirausahaan berpengaruh terhadap minat
lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha sebesar 6,05%. Variabel
2
berwirausaha siswa kelas XI progran keahlian lingkungan keluarga sebesar (0,358) x 100%
akuntansi di SMKN 9 Semarang tahun ajaran =12,82%, artinya jika variabel pendidikan
2014/2015. Uji signiifikansi parsial untuk X3 kewirausahaan dan self efficacy dianggap tetap,
diperoleh nilai t sebesar 4,584 dengan nilai maka variabel lingkungan keluarga berpengaruh
signifikansi 0,000maka H4 diterima dan dapat terhadap minat berwirausaha sebesar 12,82%.
disimpulkan bahwa ada pengaruh positif self Variabel self efficacy sebesar (0,410)2 x 100% =
efficacy terhadap minat berwirausaha siswa kelas 16,81%, artinya jika variabel pendidikan
XI program keahlian akuntansi di SMKN 9 kewirausahaan dan lingkungan keluarga
Semarang tahun ajaran 2014/2015. dianggap tetap, maka variabel self efficacy
Besarnya kemampuan variabel berpengaruh terhadap minat berwirausaha
pendidikan kewirausahaan, lingkungan keluarga sebesar 16,81%.
dan self efficacy dalam menjelaskan variabel Hasil perhitugan analisis data
minat berwirausaha siswa dapat diketahui menunjukkan bahwa ada pengaruh positif
melalui koefisien determinasi simultan dengan pendidikan kewirausahaan, lingkungan
nilai koefisien determinasi pada tabel model keluargadan self efficacysecara simultan terhadap
summary nilai adjusted R square sebesar 0,544 minat berwirausaha siswa kelas XI program
atau 54,4% artinya secara simultan variabel keahlian akuntansi di SMKN 9 Semarang tahun
pendidikan kewirausahaan, lingkungan ajaran 2014/2015 baik secara simultan maupun
keluarga,dan self efficacy berpengaruh terhadap secara parsial.
284
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
285
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
akuntansi. Karena pada saat ini persaingan sedangkan indikator mereduksi mindset siswa
untuk mencari pekerjaan sangatlah ketat, dan tentang tujuan dan orientasi mengikuti
menjadi wirausaha adalah karir yang masih pendidikan untuk menjadi pegawai negeri, dan
terbuka lebar untuk ditekuni. Dengan menjadi mempersiapakan siswa memiliki
wirausaha adalah hal yang baik, karena selain sikapkewirausahaan dan mampu
membuka peluang kerja untuk diri sendiri juga mengembangkan seluruh potensi dirinya
dapat membuka peluang kerja untuk orang lain. termasuk dalam kategori cukup tinggi. Hal ini
memberikan kejelasan bahwa secara
Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan keseluruhan pendidikan kewirausahaan
Terhadap Minat Berwirausaha termasuk dalam kategori cukup tinggi.
Pendidikan kewirausahaan diperlukan Merujuk pada Alma (2013: 6-7)
untuk mendukung terciptanya kegiatan keberanian untuk membentuk kewirausahaan
kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan didorong oleh pendidikan, pendidikan
merupakan bekal yang penting bagi mahasiswa kewirausahaan yang praktis dan menarik dapat
yang ingin memilih karir sebagai wirausahawan membangkitkan minat siswa untuk
kelak. Pendidikan kewirausahaan memberikan berwirausaha sehingga dapat mengerti tentang
pengetahuan dan keterampilan yang berguna peran usaha, keutungan/kelemahan,
untuk memulai suatu bisnis baru. Dalam karakteristik usaha, perencanaan, melihat
penelitian ini hasil uji parsial (uji t) menunjukan peluang bisnis dan paham dasar ilmu
adanya pengaruh antara pendidikan kewirausahaan.
kewirausahaan terhadap minat wirausaha Disimpulkan dari indikator-indikator
dengan nilai sig. 0,011, sehingga H2 diterima. yang ada pada variabel pendidikan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil kewirausahaan memperkuat asumsi bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan pendidikan kewirausahaan yang didapat
Wijaya (2012) menunjukan pendidikan berpengaruh pada minat berwirausaha siswa
kewirausahaan berpengaruh terhadap minat kelas XI program keahlian akuntansi di SMK
berwirausaha. Selain itu, penelitian yang Negeri 9 Semarang tahun ajaran 2014/2015. Hal
dilakukan oleh Ekpoh dan Edet (2011) bahwa ini sejalan dengan tujuan pendidikan
pendidikan kewirausahaan berpengaruh pada kewirausahaan yang diberikan, yakni untuk
tujuan karir wirausaha. memberikan bekal dan melatih jiwa wirausaha
Pembahasan diatas menyatakan siswa.
pendidikan kewirausahaan diperlukan oleh
calon wirausahawan dalam usahanya. Dengan Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap
adanya pendidikan kewirausahaan yang Minat Berwirausaha
diterima diharapkan dapat memicu minat Peranan keluarga dalam mendidik anak
berwirausaha pada diri siswa. Hasil analisis untuk berwirausaha adalah sangat penting.
deskriptif mengenai pendidikan kewirausahaan Keluarga memiliki kewajiban dan tanggung
dengan siswa SMK kelas XI program keahlian jawab pertama dan utama. Alma (2013:8)
akuntansi sebagai subjeknya diperoleh hasil menyebutkan bahwa lingkungan keluarga dapat
dengan kriteria cukup tinggi dan dengan mempengaruhi seseorang untuk wirausaha,
persentase (34,26%) dan frekuensi 37. Hal ini dapat dilihat dari segi faktor pekerjaan orang
berarti pendidikan kewirausahaan yang diterima tua, dari orang tua yang bekerja sendiri dan
siswa memberikan pengaruh yang cukup tinggi memiliki usaha sendiri maka cenderung
dalam minat berwirausaha siswa. anaknya akan menjadi pengusaha. Hasil uji
Dilihat dari analisis statistik deskriptif per pengaruh secara parsial (uji t) didapatkan hasil
indikator, dengan peluang tumbuh dan bahwa lingkungan keluarga berpengaruh
berkembangnya potensi kreativitas dan inovasi terhadap minat wirausaha dengan nilai sig.
siswa termasuk dalam kategori tinggi, 0,000 sehingga H3 diterima.
286
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
Hasil penelitian ini sejalan dengan pada diri siswa SMK, siswa yang memiliki
penelitian yang dilakukan penelitian Akanbi tingkat self efficacy yang tinggi terhadap
(2013) faktor keluarga berpengaruh terhadap kewirausahaan maka individu tersebut akan
minat siswa dalam berwirausaha. Selanjutnya merasa yakin bahwa dia mampu untuk
penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) berwirausha, sehingga minat berwirausahanya
menemukan adanya pengaruh antara akan semakin kuat. Hasil uji pengaruh secara
lingkungan keluarga dengan minat parsial (uji t) didapatkan hasil bahwa self
berwirausaha. Selain itu, penelitian Koranti efficacyberpengaruh terhadap minat
(2013) menunjukan adanya pengaruh berwirausaha dengan nilai sig. 0,000 sehingga
lingkungan keluarga terhadap minat H4 diterima.
berwirausaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
Gambaran dari lingkungan keluarga penelitian yang dilakukan oleh Penelitian
dalam mempengaruhi minat berwirausaha dapat Marini dan Hamida (2014) membuktikan self
lebih dijelaskan oleh analisis deskriptif. Hasil efficacy berpengaruh terhadap minat
analisis deskriptif pada variabel lingkungan berwirausaha siswa. Selanjutnya, penelitian
keluarga pada analisis deskriptif memperoleh Akanbi (2013) menemukan self efficacy
kriteria cukup tinggi (27,78%) dan frekuensi 30. berpengaruh terhadap minat berwirausaha.
Hal ini berarti lingkungan keluarga pada subjek Gambaran dari self efficacy dalam
penelitian yakni siswa kelas XI program mempengaruhi minat wirausaha dapat lebih
keahlian akuntansi SMK Negeri 9 Semrang dijelaskan oleh analisis deskriptif. Hasil analisis
memberikan pengaruh cukup tinggi terhadap deskriptif pada variabel self efficacy didapatkan
minat berwirausaha. kriteria cukup tinggi dengan persentase (20,37%)
Dilihat dari analisis statistik deskriptif per dan frekuensi 22. Dari hasil tersebut dapat
indikator, dengan indikator hubungan yang erat disimpulkan bahwa sebagian besar dari siswa
dan serasi antar anggota keluarga, adanya yang menjadi responden memiliki self efficacy
kesibukan dalam keluarga yang bermanfaat, yang cukup tinggi. Dengan kata lain self efficacy
adanya persiapan mental berwirausaha termasuk yang cukup tinggi pada siswa berpengaruh
dalam kategori tinggi, membangun keluarga terhadap minat berwirausaha.
menjadi perusahaaan mini, dan perlakuan serta Dilihat dari analisis statistik deskriptif per
pelayanan orang tua termasuk dalam kategori indikator, dengan indikator tingkat kesulitan
Cukup Tinggi. tugas (magnitude), kekuatan keyakinan (strength)
Disimpulkan dari indikator-indikator dan luas bidang perilaku (generality) termasuk
yang ada pada variabel lingkungan keluarga dalam kategori cukup tinggi. Disimpulkan dari
memperkuat asumsi bahwa lingkungan keluarga indikator-indikator yang ada pada variabel self
dimana siswa berasal memberikan pengaruh efficacy memperkuat asumsi bahwa self efficacy
pada minat berwirausaha berwirausaha siswa yang dimiliki siswa memberikan pengaruh pada
kelas XI program keahlian akuntansi di SMK minat berwirausaha berwirausaha siswa kelas XI
Negeri 9 Semarang tahun ajaran 2014/2015. program keahlian akuntansi di SMK Negeri 9
Keterlibatan anggota keluarga dalam usaha Semarang tahun ajaran 2014/2015. Tinggi atau
bisnis/dagang keluarga dapat mempengaruhi rendahnya tingkat self efficacy seseorang
minat berwirausaha. mempunyai dampak yang serius pada
keyakinan individu akan kemampuannya untuk
Pengaruh Self Efficacy Terhadap Minat berwirausaha.
Berwirausaha
Kesempatan untuk sukses dalam
berwirausaha berhubungan dengan tingginya
tingkat self efficacy yang berkaitan dengan
kewirausahaan pada individu.Demikian halnya
287
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
288
Sifa Farida/Economic Education Analysis Journal 5 (1) (2016)
Ilmiah STIE MDP, Volume 01 No.02. Sobur, Alex. 2003. “Psikologi Umum”. Bandung:
Hal.112-119. STIE MDP. Pustaka Setia.
Marini, Chomzana Kinta dan Siti Hamidah. 2014. Soemanto, Wasty. 2008. “Pendidikan Wiraswasta”.
“Pengaruh Self Efficacy, Lingkungan Keluarga dan Jakarta: Bumi Aksara.
Lingkungan Sekolah terhadap Minat Berwirausaha Sutanto, Adi. 2002. Kewiraswastaan. Jakarta: Ghalia
Siswa SMK Jasa Boga”. Dalam Jurnal Indonesia.
Pendidikan Vokasi, Volume 04 No.02. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Hal.195-207. Yogyakarta: UNY. Pendidikan Nasional.
289