Anda di halaman 1dari 11

TUGAS STRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Perbandingan Agama M. Taslimurrahman, Lc.,


S.Pd.I, M.Pd

HUBUNGAN ILMU PERBANDINGAN AGAMA DENGAN ILMU-ILMU


AGAMA

Oleh
Kelompok 2
Fitriana 200101010679

Ira Yasita 200101010222

Muhammad Hasan Syifa 200101010194

Afrina Devi Purwaningsih 200101010761

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS


TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BANJARMASIN

2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan anugerah
dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatan yang telah diberikan pada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Ilmu Perbandingan Agama
Dengan Ilmu-Ilmu Agama” sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan dibuatnya
makalah ini untuk memenuhi tugas perkuliahan pada mata kuliah Perbandingan
Agama.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak penyusunan makalah ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak M. Taslimurrahman, Lc., S.Pd.I, M.Pd selaku Dosen
Pengampuh Mata Kuliah Perbandingan Agama.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun sehingga membuat kami lebih baik lagi dikesempatan yang akan datang.

Banjarmasin, 21 Februari 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian Hubungan Ilmu Perbandingan Agama dengan Ilmu-Ilmu Agama
B. Perbedaan dan Persamaan Ilmu Perbandingan Agama, Teologi dan Filsafat
Agama.....................................................................................................................
C. Peran Ilmu Perbandingan Agama, Teologi dan Filsafat Agama......................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua agama pada hakikatnya terbentuk berdasarkan wahyu dan tafsir terhadap
wahyu itu. Sistematika pengetahuan agama dibangun diatas landasan argumentasi
rasional dan pengalaman keagamaan yang bersumber dari wahyu dan membentuk batang
tubuh pengetahuan.

Di dunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan untuk mempelajari


bermacam-macam agama tersebut kita harus mempelajari ilmu perbandingan agama.
Dimana ilmu perbandingan agama tersebut bukan untuk mencari tahu agama mana yang
paling benar, tetapi hanya untuk mempelajari atau mengetahui perbedaan antara agama
satu dengan yang lain.

Selain mempelajari tentang perbandingan agama kita juga perlu mempelajari


filsafat agama. Hal ini di karenakan dalam filsafat agama , agamalah yang menjadi objek
kajiannya. Selain itu kita juga perlu untuk mengkaji masalah ketuhanan. Meskipun sama-
sama mengkaji masalah ketuhanan, pada dasaranya antara ketiganya memiliki perbedaan.

Oleh sebab itu dalam makalah ini akan di bahas lebih lanjut mengenai
pengertian perbandingan agama, filsafat agama, dan teologi serta membahas tentang
perbedaan antara ketiganya.

B. Rumusan Masalah

Dari pendahuluan diatas, ada beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Apa pengertian hubungan ilmu perbandingan agama dengan ilmu-ilmu


agama?
2. Apa perbedaan dan persamaan ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat
agama?
3. Bagaimana peran ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat agama?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hubungan ilmu perbandingan agama dengan
ilmu-ilmu agama
2. Untuk mengetahui pengertian hubungan ilmu perbandingan agama dengan
ilmu-ilmu agama
3. Untuk mengetahui peran ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat
agama
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hubungan Ilmu perbandingan Agama dengan ilmu-ilmu agama


1. Ilmu Perbandingan Agama

Ilmu perbandingan agama adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berusaha
untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari pada suatu kepercayaan dalam
hubungannya dengan agama lain yang meliputi persamaan dan perbedaannya.1

Pendapat lain dari Louis H. Jordan  mengatakan perbandingan agama berarti ilmu


yang membandingkan asal-usul, struktur dan ciri-ciri dari berbagai agama di dunia,
dengan maksud untuk menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya
yang sebenarnya, sejauh mana hubungan antara satu agama dengan agama yang lain, dan
superioritas dan inferioritas yang relatif apabila di anggap sebagai tipe-tipe. 2 Jadi makna
dari perbandingan agama menurut adalah suatu ilmu untuk mempelajari gejala-gejala
keagamaan, antara satu agama dengan agama lain, akan tetapi bukan untuk mencari mana
yang paling benar.

Sebelum Ilmu Perbandingan Agama lahir pembahasan tentang sudah dijalankan


oleh teologi dan filsafat gama. Teologi adalah ilmu yang mengkaji keyakinan dan ajaran
agama berdasarkan sudut pandang keagamaan tertentu dengan tujuan membuktikan
kebenaran agama yang diyakininya serta menunjukkan kebatilan agama lain. Sedangkan
filsafat agama adalah berfikir tentang dasar-dasar agama menurut logika dan bebas
Pemikiran yang dialoud bisa mengambil dua bentuk Pertama, membahas dasar-dasar
agama secara analitis dan kritis tanpa terikat pada ajaran-ajaran agama dan tanpa ada
tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama. Kedua, membahas daurdasar agama
secara analitis skan krims, dengan maksud untuk menyatakan kebenaran ajaranojaran
agama, atau sekurang kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama
tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dalam pembahasan serupa ini
orang masih terikat pada ajaran-ajaran agama.

2. Teologi

1
A. Mukhti Ali, Ilmu perbandingan agama di Indonesia, (Yogyakarta : IAIN Sunan Kali Jaga
Press, 1988), h. 5.
2

A. Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, (Bandung: Mizam, 1994), h. 14.


Teologi (bahasa Yunani) berasal dari kata theo dan logos. Theo berarti Tuhan dan
logos berarti ilmu. Jadi theologi berarti ilmu tentang ketuhanan. 3 Teologi memiliki
banyak ragamnya ada teologi Islam, teologi Kristen, teologi Lutheran dan sebagainya.
Teologi terdiri dari dua kata “theos” dan “ology”. “theos” dalam bahasa Yunani berarti
Tuhan, yang berkenaan dengan ketuhanan. Sedangkan “ology” di petik dari bahasa
Yunani “logos” yang berarti percakapan, penilaian, pengkajian, penelitian yang dapat di
pahami melalui pembicaraan dan pemikiran manusia. 4 Selain itu teologi juga di artikan
sebagai keseluruhan pengetahuan adi kodrati yang objektif lagi kritis dan yang disusun
secara metodis, sistemis dan koheren; pengetahuan ini menyangkut hal-hal
yang diimani sebagai wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu. Jadi teologi menurut
adalah suatu cabang ilmu pengetahuan di mana di dalamnya berkaitan dengan tuhan, dan
kebenaran di dapatkan berdasarkan wahyu dari Allah (di sesuiakan dengan agama
masing-masing).

Pada zaman Aquinus teologi memperluas cakupannya sampai meliputi doktrin,


etika spiritualitas, filsafat, peraturan-peraturan gereja, dan mistisisme. Waktu itu teologi
menjadi ratunya ilmu-ilmu meskipun sangat terkait dengan humanitas dan ilmu.
Meskipun cakupan teologi itu luas, teologi itu sendiri berpusat pada tradisi kristen dan
pada dasarnya berkaitan dengan tradisi kristen. Walaupun begitu dalam waktu yang
panjang, tebuka jalan bagi munculnya teologi dari tradisi keagamaan lainnya, sehingga
akhirnya muncul teologi yahudi, muslim, hindu, sikh dan seterusnya yang dapat dilihat
sebagai teologi yang memiliki otentitasnya sendiri.

Adapun ciri-ciri teologi itu sendiri adalah:

a. Selalu berkaitan denga tuhan


b. Doktrin tetap menjadi elemen signifikan dalam memaknai teologi.
c. Teologi sesungguhnya adalah aktifitas yang muncul dari keimanan dan
penafsiran atas keimanan.5

3. Filsafat Agama

Filsafat agama yaitu kata majemuk yang terdiri dari filsafat dan agama, Filsafat
berasal dari bahasa Yunani "philosophia". Philosophia merupakan kata majemuk yang

A. Hanafi, Theologi Islam, (Jakarta: Al-Husna, 1998), h. 11.


4

Juhaya S. Praja, Filsafat Dan Metodologi Ilmu Dalam Islam, (Jakarta: Teraju, 2002), h. 41-42.
5

Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta, Lkis , 2002), h. 318-319.


terdiri dari kata philo dan sophia. Philo, artinya suka, cinta (dalam arti seluas-luasnya)
dan sophia artinya kebijaksanaan, pandai atau mengetahui dengan mendalam. Jadi dilihat
dari akar katanya, filsafat mengandung arti ingin tahu dengan mendalam atau cinta
kepada kebijaksanaan.6 Musa Asy'arie mengartikan filsafat sebagai kegiatan berfikir yang
bebas, radikal dan berada dalam dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang
menghalangi pikiran bekerja.7 Kerja pikiran berada di otak, karenanya tidak ada satu
kekuatan apapun yang dapat dan bisa menghalanginya atau menyeragamkannya,
meskipun seorang raja atau penguasa. Asalkan orang yang bersangkutan dalam keadaan
sehat, tidak sakit, apalagi sakit jiwa. Bisa kita lihat berapa banyak orang yang dalam
penjara, namun kerja otaknya tetap berjalan, malah bisa melahirkan tulisan atau buku.

Selanjutnya agama berasal dari kata sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa
agama itu tersusun dari dua kata, yakni "a" dan "gama", "a" berarti tidak, dan "gama"
berarti pergi. Jadi agama berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun,
selanjutnya. Pendapat lain mengatakan bahwa agama merupakan teks atau kitab
suci.selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan[5] Agama merupakan
bagian dari kehidupan sebagian besar manusia, banyak manusia yang dengan bangga
mengakui sebagai penganut agama tertentu. Namun ada juga orang yang dengan perasaan
senang mengakui tidak beragama. Walaupun demikian kehidupan beragama tetap
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia.8 Secara gamblang,
agama adalah doktrin atau ajaran yang harus dipercaya karena ia berasal dari Maha
Kuasa. Maka dengan demikian filsafat agama berarti mempelajari secara mendalam
tentang dasar agama atau aturan dan tuntunan hidup menurut logika secara bebas.

Jadi filsafat agama adalah suatu penyelidikan yang bersifat kritis tentang agama
berdasarkan makna istilah-istilah, bahan bukti, dan prinsip-prinsip verifikasi. Filsafat
agama dapat diperluas atau dibatasi tergantung pada perhatian seorang filosof, dan satu-
satunya batasan universal yang berlaku adalah sebagai berikut:

a. Mengemukakan setidak-tidaknya salah satu dari persoalan yang menyangkut


tentang persoalan keagamaan.
b. Perlu dimulai dan tetap terikat dengan klaim-klaim dari manusia (positif dan
negatif) yang berkenaan dengan pengalaman tentang apa yang suci, sakral,

Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Grafindo Persada, 2003), h. 110.
7

Musa Asy'arie, Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir, (Yogyakarta: LESFI, 2010), h. 1
8

A.M Romly, Fungsi Agama Bagi Manusia Suatu Pendekatan Filsafat (Jakarta : PT.Bina Wira
Pariwara, 1999), h. 1.
illahi, berkekuasaan, dan bernilai puncak, dan hakekat dari wujud yang
mungkin dianggap memiliki sifat-sifat tersebut.9

Dalam filsafat agama, agama ialah objek dari filsafat. Objek filsafat agama tidak
hanya persoalan-persoalan ketuhanan semata, akan tetapi juga sampai kepada persoalan-
persoalan eskatologis. Persoalan eskatologis pada umumnya berbicara tentang hari
kiamat dan hal-hal yang akan dialami manusia pada waktu itu, seperti persoalan keadilan
Tuhan, penerimaan pahala dan siksa. Pentingnya persoalan eskatologis sebagai objek
pembahasan filsafat agama karena eskatologislah yang mendorong orang bersemangat
orang untuk menjalankan ajaran agamanya. Tanpa ada tanggung jawab terhadap amal
perbuatannya keberadaan agama menjadi kurang menarik. Hidup sesudah mati inilah
yang membuat pemeluknya menjadi tertarik kepada agama. Filsafat agama sebenarnya
bukanlah langkah untuk menyelesaikan persoalan agama secara tuntas. Pembahasan
filsafat agama hanya bertujuan untuk mengungkapkan argumen-argumen yang mereka
kemukakan dan memberikan penilaian terhadap argumen tersebut dari segi logisnya.

B. perbedaan dan persamaan ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat agama

C. peran ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat agama

Hubungan Ilmu Perbandingan Agama dengan Teologi dan Filsafat Agama


bisa dilihat dari aspek historis, ketiganya berperan sebagai ilmu agama, lahir
dari atap yang sama sekalipun kemudian masing-masing mengambil jalannya
sendiri-sendiri. Namun begitu, tetap saja bahwa di antara ketiga ilmu itu tidak
dapat benar-benar terpisah karena tetap saja bahwa di antara ketiganya masih
saling beririsan dan bersinggungan. Ibarat suami dan istri yang sudah pisah
tempat tidur tetapi masih tetap saling berjumpa dan berkomunikasi disebabkan
telah diikat oleh buah hati yang ingin dibesarkannya dengan baik. Sedangkan
secara fungsional ketiga ilmu agama ini sejak awal telah saling mengisi
9
John K. Roth, Persoalan-Persoalan Filsafat Agama, Pustaka Pelajar, (Yogyakarta, 2003), h. 10-
11.
kekosongan dan melengkapi kekurangan yang ada pada masing-masing ilmu
tersebut . Dan juga saling mensuport antara satu dengan yang lain. Seperti
hasil-hasil, data-data, dan keterangan-keterangan dari Filsafat Agama bisa
digunakan oleh Teologi Agama dan Ilmu Perbandingan agama sebagai data
pelengkap atau pendukung, dan begitu juga sebaliknya bahwa hasil-hasil,
data-data, dan keterangan-keterangan dari teologi bisa digunakan oleh Filsafat
Agama dan Ilmu Perbandingan Agama atau hasil-hasil, data-data, dan
keterangan-keterangan Ilmu Perbandingan Agama bisa digunakan oleh
Filsafat Agama dan Teologi.10

Untuk melengkapi penjelasan tentang hubungan Ilmu Perbandingan Agama


dengan Teologi dan Filsafat Agama dapat ditambahkan keterangan-keterangan
berikut:11

1. Ilmu Perbandingan Agama yang namanya bermacam-macam itu, oleh


perintisnya dikehendaki berbeda dengan Filsafat Agama dan Teologi, dan
metodenya tersendiri pula yaitu yang ilmiah dan religius.
2. Dalam kenyataan sedari masa pertumbuhannya dulu sampai sekarang,
cita-cita itu belum dapat terpenuhi seluruhnya, baik berbeda dan
terlepasnya dari Filsafat Agama dan Teologi, keilmiahannya atau
keriligiusannya.
3. Masih ada sarjana yang memasukkan Filsafat Agama sebagai bagian dari
Ilmu Perbandingan Agama.
4. Masih ada sarjana Ilmu Perbandingan Agama yang tulisannya bergaya
teologis yaitu dengan cara mengelenktik agama selain agama sendiri.
5. Pendekatan Ilmu Perbandingan Agama yang agaknya benar-benar ilmiah,
jadi benar-benar berwatak scientific temper, adalah yang menggunakan
pendekatan sosiologis, pendekatan historis, pendekatan psikologis,
pendekatan anthropologis, serta pendekatan fenomenologis. Tinggal
menekankan aspek religiusnya saja.
6. Watak atau sifat religius pada Ilmu Perbandingan Agama, agaknya tidak
seperti dalam Teologi, harus tetap ilmiah objektif dan tidak evaluatif,
cukup diwujudkan dengan mengakui kekudusan agama, tidak perlu
mengimani atau membenarkannya seperti sikap yang diambil oleh
Teologi.
10
Muhammad Arif Bahaf, Ilmu Perbandingan Agama, (Serang: A-Empat, 2015), h. 50.

11
Dis Romdon, MA, Metodologi Ilmu Pabandingan Agama, (Jakarta: Raya Grafindo Persada,
1996), h. 5859.
7. Ilmu Perbandingan Agama dapat mempergunakan pendekatan filosofis
dalam arti bukan penggunaan metode yang bersifat evaluatif, judgment
serta memberikan alternatif, tetapi hanya sekedar menggunakan konsep
konsep atau teori-teorinya serta koherensi metafisisnya. Tetapi watak
scientific temper harus tetap.
8. Ilmu Perbandingan Agama juga dapat menggunakan pendekatan Teologis,
tetapi bukan penggunaan metodenya yaitu yang bersifat dari dalam atau
subyektif, mempercayai serta mentakwai terhadap sesuatu agama khusus,
dalam hal ini agamanya sendiri. Jadi Ilmu Perbandingan Agama harus
berobyekkan agama orang lain bukan agamanya sendiri. Kalau
berobyekkan agamanya sendiri, harus diperkuat sikap obyektifnya, dan
juga sikap skeptisnya terhadap agamanya sendiri, sehingga akan terhindar
dari sikap memihak, yang agaknya hal ini tidak mungkin.

Anda mungkin juga menyukai