Anda di halaman 1dari 20
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN PELAYARAN Jl, Raya Ancol Baru No. 1 Tolp. : 021-435 6767 | Email :btkp.perhubungan@gmail.com ‘Tanjung Priok, Jakarta Utara - 14310 | Fax :021-435 6767 btkp@dephub.go.id SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN PELAYARAN NOMOR : UM.00(/ 1/9 /TER/ 2019 TENTANG PEDOMAN PENYELANGGARAAN SERVICE STATION ALAT KESELAMATAN PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN PELAYARAN Menimbang :a. bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan azas penyelenggaraan Pemerintahan yang baik (Good Governance) dan guna mendapatkan kepastian hak dan kewajiban_berbagai pihak terkait dengan penyelenggaraan pelayanan; b. bahwa dalam rangka mewujudkan _ standarisasi, optimalisasi, profesional kinerja dan tanggung jawab penyelenggara kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran pada Service Station Alat Keselamatan Pelayaran. Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093); Model Takah 02] “Keselamatan Pelayaran Merupakan Kebutuhan dan Tanggung Jawab Bersama” He Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227); Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 102, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5884); Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Mengesahkan International Convention For The Safety Of Life at Sea, 1974 (SOLAS 74) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 65); Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 2009 tentang Standard Non Konvensi Berbendera Indonesia; Surat Kawat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: 22/PHBL-06 perihal Penerbitan Surat Persetujuan Kegiatan Perawatan dan Perbaikan ILR (Inflatable Liferaft); Surat Edaran Direktur Perkapalan dan Kepelautan Nomor UM.003/1I/20/DF-16 tentang Penyamaan Pemahamaan terhadap PP 15 tahun 2016 tentang Jenis dan tarif Jenis Penerimaan Negara bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Perhubungan, Penerimaan Uang Perkapalan dan Kepelautan mengenai Pengujian dan Sertifikasi Perlengkapan Keselamatan Kapal, Peralatan Pemadam Kebakaran dan Peralatan Pencegahan Pencemaran (Type Approval); -3- 10. Surat Keputusan Kepala Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran Nomor PK.004/6/6/TKP-17 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Service Station; 11. Surat Keputusan Kepala Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran Nomor UM.001/1/3/TKP/2019 tentang Pedoman Penyelenggaraan Service Station _Alat Keselamatan Pelayaran. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN PELAYARAN TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERVICE STATION ALAT KESELAMATAN PELAYARAN. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Administrator adalah pembina penyelenggaraan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran yaitu Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran. 2. Service Station adalah perusahaan berbadan hukum yang mendapatkan persetujuan teknis dan administratif untuk melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran; 3. Alat keselamatan pelayaran adalah alat yang di pakai untuk keselamatan berlayar yang mengacu pada standar yang dikeluarkan International Maritime Organization dan Peraturan Perundang-undangan yang masih berlaku, diantaranya yaitu : a. Fire protection, fire detection and fire extinction; -4- Life saving appliances; Radio communication and safety navigation; Jarak tampak lampu sarana bantu navigasi (SBNP); ¢. Ship rigging and slinging, towing material; dan f. Alat keselamatan pelayaran lainnya. Pry SPK adalah Surat Persetujuan Kegiatan yang diterbitkan oleh BTKP kepada Service Station setelah memenuhi persyaratan tertentu; Sertifikat Re-Inspection atau Periodical Test Certificate adalah bukti Legalitas dan jaminan bahwa alat keselamatan pelayaran tersebut telah dilakukan kegiatan Perawatan dan Perbaikan dan dinyatakan berfungsi dengan baik yang dilakukan oleh tenaga ahli Service Station yang memiliki Authorized Certificate atau Advance Certificate dan diawasi oleh Penanggung Jawab Service Station; Monitoring adalah Kegiatan kunjungan ke lapangan yang dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi Service station terkait dengan Kinerja, Fasilitas dan Administrasi; Authorized Certificate adalah sertifikat kompetensi yang di miliki teknisi Service station alat keselamatan pelayaran yang dikeluarkan oleh manufacture / pabrikan yang disahkan oleh BTKP. Basic Certificate adalah sertifikat dasar keterampilan dalam melakukan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran yang diterbitkan oleh BTKP kepada teknisi Service station yang melakukan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran kapal non konvensi. Advance Certificate adalah sertifikat lanjutan (mahir) keterampilan dalam melakukan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran yang diterbitkan oleh BTKP kepada teknisi service station yang melakukan perawatan 10. qi 12 13. 14, 15. 16. oe dan perbaikan alat keselamatan pelayaran kapal non konvensi; Dimensi Service station adalah Ukuran Luas standar Workshop untuk melakukan kegiatan kerja Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran; . Uji Petik / Ramp Check oleh BTKP adalah kunjungan petugas BTKP ke atas kapal untuk melakukan pengecekan originalitas dan uji fungsi alat keselamatan pelayaran sebagai bentuk pengawasan hasil kerja Service station; Persyaratan Administrasi adalah Persyaratan dibidang administrasi terkait dengan dokumen Legalitas Pendirian Service station; Persyaratan Teknis adalah Persyaratan dibidang teknis terkait dengan sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh Service Station dalam rangka _mendukung kegiatan operasional Service station di lapangan; Laporan Kegiatan Service station adalah laporan kegiatan dalam melaksanakan kegiatan Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran; Asosiasi adalah organisasi berbadan hukum di akui oleh Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran yang didirikan oleh para pemilik Service station dalam rangka mendukung kegitan keselamatan pelayaran ; Marine surveyor adalah seorang yang memiliki kopetensi untuk melakukan pemeriksaan terhadap sistem dan moda transportasi laut yang digunakan dalam basis pelayaran dengan berbagai jenis pemeriksaan meliputi pemeriksaan kondisi kapal secara umum dan hal-hal yang berkaitan dengan pelayaran. BAB II SERVICE STATION Pasal 2 Bahwa dalam rangka mewujudkan keseragaman dan optimalisasi penyelenggaraan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran dipandang perlu untuk mendelegasikan sebagian kegiatan perawatan alat keselamatan pelayaran dari Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran kepada pihak swasta sebagai perusahaan Service Station yang membidangi pelaksanaan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran. Pasal 3 Sevice station adalah perusahan berbadan hukum yang mendapatkan persetujuan teknis dan administratif untuk melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran dan mendapat Surat Persetujuan Kegiatan (SPK) dari Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran dan tervalidasi setiap tahun. Pasal 4 Service station yang telah memiliki SPK yang diterbitkan oleh BTKP harus terdaftar di organisasi / asosiasi dimana Service station tersebut melakukan kegiatan. BAB III PERSYARATAN PENDIRIAN SERVICE STATION Pasal 5 Perusahaan yang menjadi Service station harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan yang antara lain : (1) Legalitas perusahaan Service station harus berbadan hukum dan memiliki dokumen sebagai berikut: a. Berbadan Hukum; b. Akta Pendirian; cc. Nomer Induk Berusaha (NIB); 4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. DOMISILI; f IZIN HO; dan AMDAL / Surat keterangan pengelolaan limbah yang dikeluarkan dinas lingkungan hidup. (2) Persayatan administrasi Rekomendasi Hasil Survey BTKP; Dokumentasi workshop; c. Standar Operasional Prosedur (SOP); 4. Tenaga Ahli Teknisi (Authorized Certificate ); e. Daftar Peralatan dan Perlengkapan Teknis; f Kajian Pengelolaan Limbah; dan g. Struktur perusahaan. (3) Persyaratan Teknis Setiap Service station harus memenuhi standar minimum bengkel perawatan dan perbaikan dengan dimensi bangunan sebagai berikut: a) Panjang minimum : 15 Meter b) Lebar minimum : 7 Meter ©) Tinggi minimum: 6 Meter Inflatable Liferaft (ILR) Setiap Service station yang melakukan kegiatan perawatan ILR harus memenuhi persyaratan area kerja sebagai berikut : a) Luas ruangan bengkel ILR minimal dapat men- display 2 buah ILR dengan kapasitas minimal 25 Orang tidak bercampur dengan kegiatan perawatan alat keselamatan lainnya; b) Service station harus memiliki Tenaga ahli yang memiliki Authorized Certificate yang disahkan oleh BTKP; c) Tenaga pembantu/asisten harus memiliki sertifikat BASIC perawatan dari BTKP; dan d) Tersedia tempat pembuangan limbah. Fire Extinguisher (PMK) Setiap Service Station yang melakukan kegiatan perawatan PMK harus memenuhi_persyaratan area kerja sebagai berikut: a) Luas Minimum _ : 25 Meter persegi; b) Tinggi Minimum : 3 Meter; ©) Tenaga ahli memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh Manufaktur; @) Tenaga pembantu harus memiliki sertifikat BASIC perawatan dari BTKP; ©) Tersedianya : 1) Pembuangan / pengelolaan limbah; 2) Pintu darurat; 3) Alat penghisap udara (Exhaust Fan). BABIV KEGIATAN SERVICE STATION Pasal 6 Service station dapat melakukan pekerjaan perawatan LSA dan FFA hanya di domisili terdaftar dan apabila melakukan pekerjaan di luar domisili maka harus bekerja sama dengan service station setempat yang memiliki kompetensi dan apabila service station setempat tidak memiliki kompetensi maka dapat dikerjakan oleh pemegang kontrak dengan persetujuan Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran. Pasal 7 (1) Penerbitan sertifikat re-inspeksi diterbitkan oleh Service station yang melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan. (2) Setiap alat keselamatan pelayaran yang telah dilakukan perawatan atau perbaikan, harus ditempelkan stiker re-inspection yang terdapat logo BTKP. (3) Pemilik / penanggung jawab service station bertanggung jawab penuh dalam hal pengawasan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran. (4) Teknisi perusahaan service station bertanggung jawab penuh atas hasil kerja perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran. Pasal 8 (1) Pemilik/penaggung jawab perusahaan Service station tidak dapat merangkap sebagai teknisi perusahaan Service station. =108) (2) Kepada semua Service station (Authorized Class dan Non Class) yang berkerja di wilayah NKRI wajib memiliki teknisi dengan sertifikat dasar (basic) dan sertifikat mahir (advance) yang diterbitkan oleh BTKP. (3) Semua Authorized Certificate yang diterbitkan kepada teknisi service station harus dilakukan endorsement di BTKP. (4) Semua Authorized Certificate yang tidak mendapatkan endorsement di BTKP tidak diizinkan dan tidak boleh dipergunakan sebagai dasar teknisi untuk melakukan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran. (5) Setiap Service station harus memiliki minimal 1 (satu) orang teknisi yang memiliki Authorized Certificate dan minimal 2 (dua) orang helper yang memiliki sertifikat dasar (Basic). Apabila Service Station melakukan kegiatan perawatan alat keselamatan pelayaran kapal-kapal non konvensi dan tidak berlayar untuk keluar perairan Indonesia serta non Class cukup memiliki 1 (satu) orang teknisi dengan sertifikat Advance dan 2 (dua) orang helper yang memiliki sertifikat dasar yang diterbitkan Balai ‘Teknologi Keselamatan Pelayaran; (6) Masa berlaku sertifikat dasar (basic) dan sertifikat mahir (advance) yang dikeluarkan oleh BTKP berlaku untuk 3 (tiga) tahun dan akan dilakukan refreshment setiap 3 (tiga) tahun sebelum melakukan perpanjangan sertifikat teknisi. (7) Untuk bisa memiliki sertifikat mahir (advance), teknisi harus mengikuti pelatihan dasar terlebih dahulu dan memiliki masa telah di pergunakan minimal 2 (dua) tahun serta mendapat rekomendasi dari perusahaan. (8) Bagi yang memiliki Authorized Certificate dapat langsung mengambil sertifikat mahir (advance) tanpa harus -ll- menunggu 2 (dua) tahun dan memiliki rekomendasi dari perusahaan. Pasal 9 Semua kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran hanya dapat dilakukan oleh perusahan Service station yang terdaftar dan mendapatkan izin dari BTKP selaku administrator. BAB V PENERBITAN SPK Pasal 10 Penerbitan Surat Persetujuan Kegiatan (SPK) merupakan izin yang diberikan BTKP kepada Service station yang memiliki legalitas hukum, memenuhi persyaratan Teknis dan Administratif serta dokumen pendukung lainnya dimana pengajuan permohonan baru atau perpanjangan dapat diajukan secara online melalui simakespel.dephub.go.id. Pasal 11 Surat Persetujuan Kegiatan (SPK) berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sebelum habis masa berlaku Pasal 12 Surat Persetujuan Kegiatan (SPK) diberikan kepada service station berdasarkan jenis kegiatan yang dilimpahkan. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh Service Station sebagai berikut : a. Perawatan ILR dan HRU; 196 d. Perawatan MES; e. Perawatan Life Boat; Perawatan PMK CO; Fixed System; dan g. Perawaran Peralatan Navigasi. BAB VI SERTIFIKAT HASIL Pasal 13 Hasil pekerjaan Service station harus ditandatangani oleh teknisi dan penanggung jawab Service station yang merupakan dasar penerbitan Sertifikat Re-Inspection atau Periodical Testing dan pemberian Labeling oleh BTKP yang merupakan legalitas pengujian berkala terhadap fungsi alat keselamatan pelayaran yang existing. BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN SERVICE STATION Pasal 14 Hak-hak Service station dalam menjalankan persetujuan kegiatan yang diberikan BTKP adalah sebagai berikut : a. Service station berhak meminta bantuan arahan dan petunjuk pada BTKP terkait dengan status dan legalitas serta persyaratan teknis dan administrasi. b. Dalam menciptakan kondisi persaingan bisnis yang kondusif Service station berhak meminta petunjuk pada Asosiasi yang telah terbentuk di _wilayahnya masing-masing sesuai dengan zona yang telah ditetapkan. aide Pasal 15 Kewajiban Service station dalam menjalankan persetujuan kewenangan yang diberikan adalah sebagai berikut : a, Setiap Service station wajib memiliki 1 (satu) orang teknisi yang memegang Authorized Certificate yang sudah disahkan oleh BTKP dan 2 (dua) orang asisten teknisi yang memiliki sertifikat dasar (basic) yang diterbitkan oleh BTKP untuk melakukan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran kapal/Modul/Instalasi di laut yang sifatnya Class, Atau 1 (satu) orang teknisi yang memiliki sertifikat advance yang diterbitkan oleh BTKP dan 2 (dua) orang asisten teknisi yang memiliki sertifikat dasar (basic) yang diterbitkan BTKP untuk melakukan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran di atas kapal/Modul/Instalasi di laut yang sifatnya non class dan non konvensi. b. Setiap Service station Wajib memajang fotocopy dari sertifikat teknisi dan helper dan dapat menunjukan sertifikat yang asli apabila diminta oleh petugas BTKP atau yang diberi kewenangan oleh BTKP. ¢. Wajib membuat laporan bulanan kegiatan re-inspection dan dilaporkan ke BTKP baik berupa softcopy maupun hardcopy dengan tembusan kantor Kesyahbandaran Utama, KSOP, Kantor Pelabuhan atau Kantor UPP setempat dan Asosiasi. d. Wajib mematuhi dan menjalankan standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). ¢. Wajib menjalankan Standard Operating Procedure (SOP) yang ditetapkan oleh BTKP. f. Setiap Service station wajib membuat laporan pengolahan limbah alat-alat LSA serta FFA dan mendapat sertifikat -14- dari Kementerian Lingkungan Hidup bahwa limbah tersebut telah selesai diolah atau dihanguskan. g. Setiap Service Station yang telah melakukan kegiatan penggantian material expired / kadaluarsa dalam Periodical Test atau Re-Inspection harus melampirkan bukti Serah Terima Pengolahan limbah dari Pihak ketiga yang telah disetujui oleh Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran sebagai dasar penerbitan sertifikat. h. Service station wajib melaporkan kepada BTKP atas setiap perubahan AKTA PENDIRIAN, NAMA PERUSAHAAN, ALAMAT KANTOR (DOMISILI), NPWP dan NAMA PENANGGUNG JAWAB i Wajib memasang papan nama perusahaan dan ditempatkan di depan gedung Service station yang dapat dilihat dengan jelas. j. Dalam hal melaksanakan kegiatan service alat keselamatan pelayaran, Service station wajib menjaga kualitas pelayanan dengan penuh tanggung jawab moral dan privacy perusahaan. BAB VIII PENGAWASAN Pasal 16 (1) Hasil Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran yang dilaksanakan oleh Service Station diawasi oleh BTKP dengan melaksanakan kegiatan dari hulu (Monitoring) sampai hilir (Uji Petik) serta audit terhadap hasil kinerja Service station. (2) Monitoring sebagai bentuk pembinaan adalah hal pengawasan dari Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran dengan Tim khusus untuk melakukan survey dan -15- pengecekan baik dokumen administrasi dan dokumen teknis serta peralatan dan perlengkapan kerja pada workshop Service station. (3) Uji. Petik merupakan kegiatan Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran dalam melakukan pengawasan di lapangan terhadap kualitas dan kuantitas _hasil perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran di atas kapal baik kapal penumpang (Passengers) dan Kapal Barang (General Cargo) yang memiliki pola trayek tetap (Linear) dan tidak tetap (Tramper. (4) Audit merupakan kegiatan pengawasan terhadap hasil kinerja Service station yang bersifat administratif dan teknis. (5) Hasil pelakanaan monitoring, uji petik dan audit menjadi salah satu dasar pertimbangan perpanjangan Surat Persetujuan Kegiatan Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran. BAB IX ASOSIASI SERVICE STATION Pasal 17 (1) Asosiasi adalah organisasi berbadan hukum yang diakui oleh Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran yang didirikan oleh para pemilik Service station dalam rangka mendukung kegitan keselamatan pelayaran ; (2) Asosiasi Service station berfungsi sebagai tempat berkumpul dan berserikat para Service station yang ada di Indonesia. (3) Wilayah kerja asosiasi terbagi menjadi 4 (empat) wilayah a. Pusat ( berada di Ibu Kota); b. Barat ( Pulau sumatera dan Jawa Barat); -16 - c. Timur ( Pulau Bali, Pulau NTB, Pulau NTT, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku dan Maluku Utara, Pulau Papua); dan d. Tengah (Jawa Tengah, Jawa Timur, Pulau Borneo (Kalimantan)). Pasal 18 (1) Asosiasi Service station dalam melaksanakan kegiatan terkait dengan suatu kebijakan atau keputusan terhadap anggotanya terlebih dahulu harus melakukan koordinasi dengan Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran. (2) Asosiasi Service station bertanggung jawab langsung pada Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran, oleh karena itu harus patuh dan taat dalam menjalankan tugas dan fungsinya pada Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran. BAB X TUGAS DAN FUNGSI ASOSIASI Pasal 19 Adapun fungsi dari asosiasi sebagai berikut: a. Assosiasi berfungsi bersama anggotanya untuk dapat memberikan Standar Pelayanan yang baik kepada pengguna jasa dengan menetapkan standar biaya dan standar pelayanan jasa perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran. b. Asosiasi mengawasi anggotanya agar tidak menggunakan barang re-kondisi dalam melakukan perawatan alat keselamatan pelayaran yang telah habis masa berlaku (Expired) -17- c. Asosiasi berfungsi sebagai mediasi terhadap interaksi anggota dengan pihak terkait, baik dari luar maupun dalam daerah ataupun negara (manufacture). BAB XI LARANGAN DAN SANKSI Pasal 20 Service station dilarang melakukan _kegiatan-kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran sebagai berikut a, Melakukan pekerjaan perawatan dan perbaikan ILR di atas kapal (on board) kecuali Lifeboat, b. Memberikan data/dokumen yang tidak — dapat wabkan (data palsu) dalam hal untuk memperoleh izin kewenangan dari BTKP; dipertanggunj c. Melakukan pekerjaan “fikti atau tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku dengan pemilik kapal (owner) maupun instansi terkait; d. Melaksanakan pekerjaan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran apabila masa berlaku_izin kewenangan BTKP telah berakhir (expired); ¢. Melakukan pekerjaan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran apabila masa berlaku sertifikat keahlian teknisi (maker) telah berakhir (expired); f Melakukan pekerjaan perbaikan dan perawatan alat keselamatan pelayaran di wilayah yang bukan domisilinya kecuali Service Station setempat tidak memiliki kompetensi maka dapat dikerjakan oleh Service Station pemegang kontrak dengan persetujuan Balai ‘Teknologi Keselamatan Pelayaran ; Sie g. Melakukan kegiatan jual dan beli serta memakai barang bekas suku cadang dan alat keselamatan pelayaran. Pasal 21 Bagi Service station akan diberikan sanksi apabila : a. Tidak mematuhi dan mentaati ketentuan/ketetapan yang berlaku sebagaimana diatur pada pasal 20 diatas; b. Tidak melakukan tindak lanjut terhadap hasil kajian Tim Monitoring, annual survey dari BTKP atas dasar Surat Pernyataan yang telah dibuat; c. Tidak bisa menciptakan kondisi kerja yang kondusif baik terhadap sesama Service station maupun pihak terkait; d. Memberikan data/dokumen yang tidak — dapat dipertanggungjawabkan (data palsu) dalam hal untuk memperoleh izin kewenangan dari BTKP; e. Tidak melaksanakan pengiriman laporan kegiatan operasional per bulan yang sudah menjadi ketentuan Wajib dilaksanakan; f, Melakukan kegiatan dengan tidak memperpanjang SPK yang telah berakhir masa berlakunya; g. Apabila ditemukan langsung oleh Tim Pengawas bahwa kegiatan Perawatan dan Perbaikan Alat Keselamatan Pelayaran dilaksanakan tidak sesuai dengan Laporan dan SOP; h. Service station mengabaikan nilai — nilai keselamatan pelayaran baik secara sadar maupun tidak dengan melakukan manipulasi perawatan dan perbaikan; Tidak mengindahkan peringatan dan arahan yang diberikan oleh BTKP. -19- Pasal 22 Sanksi yang diberikan kepada Service station, akan dijatuhi sesuai dengan tingkat pelanggaran/kesalahan yang dilakukan sebagai berikut a, Tingkat Sanksi terdiri dari: 1. Sanksi Ringan apabila tidak menerima atau merespon kunjungan yang dilakukan pegawai Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran ; 2. Sanksi Sedang apabila melakukan pelanggaran berdasarkan pasal 21 ayat a,b,c dan d; 3. Sanksi Berat apabila melakukan _pelanggaran berdasarkan pasal 21. b. Jenis sanksi ringan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1 (satu) terdiri dari: 1. Surat peringatan 2. Surat Teguran 3. Surat Panggilan c. Jenis sanksi sedang sebagaimana dimaksud pada huruf aangka 2 (dua) terdiri dari: 1. Penundaan izin perpanjangan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran; dan 2. Pembekuan sementara kegiatan perawatan dan alat keselamatan pelayaran; d. Jenis sanksi berat sebagimana dimaksud pada huruf a angka 3 (tiga) yaitu : 1. Pencabutan izin melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan alat keselamatan pelayaran; dan 2. Tidak diberikan izin baru dengan nama perusahaan, penanggung, pemilik dan tenaga teknisi yang sama yang sama. Tembusan : on seNne -20- BAB XII KETENTUAN LAIN-LAIN DAN PENUTUP Pasal 23 Perubahan dan penyempurnaan yang berkaitan dengan ketentuan lain yang belum ditetapkan dalam keputusan ini akan dilakukan, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis Direktur Jenderal Perhubungan Laut yang bertanggung jawab dibidang keselamatan dan keamanan pelayaran sub sektor transportasi laut. Keputusan Kepala Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran ini, mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan terhadap ketentuan lain yang terkait dengan Pedoman Pendirian dan Penyelanggaraan Service Station Alat Keselamatan Pelayaran kiranya dapat disesuaikan. Ditetapkan di: JAKARTA Pada Tan; > 2019 KEPALA BALAI TEKNOLOGI KESELAMATAN «Pembina Tk. I (IV/b} NIP. 19610927 198302 1 001 Direktur Jenderal Perhubungan Laut; Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; Direktur Perkapalan dan Kepelautan; Kepala Kesyahbandaran Utama; Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I s/d 1V; Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Khusus Batam;

Anda mungkin juga menyukai