Teks Cerpen
Teks Cerpen
C. Tujuan Pembelajaran
KD 3.9 : Agar siswa mampu menentukan unsur-unsur pembangun cerita serta mampu
menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kaidah.
KD 4.9 : Agar siswa mampu menentukan topik tentang kehidupan dalam cerita pendek dan
mampu menyunting cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur
pembangun.
D. Materi
Pembelajaran
Fakta : Teks cerpen
Konsep :
Unsur-unsur pembangun cerita pendek
Struktur dan kaidah teks cerita pendek
Topik dalam cerita pendek
Prosedural : Cara menyunting cerita pendek
E. Model,Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Model Inquiry/discovery
learning
Metode Penugasan
Kerja kelompok
Individu
Tanya jawab
Diskusi
Ceramah
Pendekatan Saintifik
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama : (2
JP) KD 3.9
Indikator :
3.9.1 Menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek.
3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kaidah.
Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu
Kegiatan Karakter: sopan dan santun, disiplin, responsif 10 menit
Pendahuluan Motivasi
Siswa merespons salam dari guru dan mengekspresikan
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan melalui interaksi
simpatik dan empatik.
Apersepsi
Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
Siswa menerima informasi tentang kompetensi, materi,
tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kerja
Kegiatan inti Karakter: jujur, teliti. kerja keras, toleransi, sopan dan 60 menit
santun
MENGAMATI
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang unsur-
unsur pembangun cerita pendek serta struktur dan
kaidah teks cerita pendek.
Siswa mencermati contoh teks cerita pendek.
MENANYA
Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang unsur-
unsur pembangun cerita pendek.
Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang struktur
serta kaidah dalam teks cerita pendek.
MENCOBA
Dalam kelompok siswa berdiskusi untuk
mengumpulkan informasi, baik dari buku maupun
internet tentang unsur apa saja yang dominan pada
cerpen “Robohnya Surau Kami”.
Siswa menentukan keberadaan unsur-unsur intrinsik
dari cerpen ”Robohnya Surau Kami”.
Dalam kelompok siswa berdiskusi untuk
mengumpulkan informasi, baik dari buku maupun
internet tentang struktur dan kaidah teks cerita pendek
tersebut.
MENGASOSIASIKAN
Dalam kelompok siswa menyimpulkan hasil diskusi
kelompok tentang unsur-unsur pembangun cerita
pendek.
Dalam kelompok siswa menyimpulkan hasil diskusi
kelompok tentang struktur dan kaidah teks cerita
pendek.
MENGOMUNIKASIKAN
Setiap kelompok mempresentasekan hasil diskusinya
tentang unsur-unsur pembangun cerita pendek serta
struktur dan kaidah teks cerita pendek.
Siswa memberikan komentar, saran dan tanggapan
terhadap hasil kerja kelompok lain.
Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari
guru.
Kegiatan Nilai karakter: tanggung jawab, mandiri, responsif, 20 menit
penutup Siswa bersama guru merangkum/ menyimpulkan
struktur dan ciri-ciri kebahasaan teks prosedur.
Kesimpulan:
Seperti halnya jenis teks lainnya, cerita pendek
dibentuk oleh sejumlah unsur. Adapun unsur yang
berada langsung di dalam isi teksnya, dinamakan
dengan unsur intrinsik, yang meliputi tema, amanat,
alur, penokohan, dan latar. Stuktur cerpen merupakan
rangkaian cerita yang membentuk cerpen itu sendiri.
Dengan demikian, struktur cerpen tidak lain berupa
unsur yang berupa alur, yakni berupa jalinan cerita
yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun
secara kronologis.
Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan
yang telah dilakukan.
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak
lanjut pembelajaran.
Guru memberi pekerjaan rumah kepada siswa.
G. Media Pembelajaran
a) Media Surat kabar, majalah
b) Bahan Teks cerpen
c) Sumber belajar 1) Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X,
Kelompok Wajib
2) Buku Bahasa Indonesia untuk siswa SMA-MA/SMK-MAK
Kelas XI (Yadi Mulyadi, Edisi Revisi 2016)
3) Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas
XI, Edisi Revisi 2017, Kemendikbud
4) Buku Guru Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas
XI, Edisi Revisi 2017, Kemendikbud
5) Kamus Besar Bahasa Indonesia
H. Penilaian
Penilaian pengetahuan
Tes tulis
Observasi
Penugasan
Penilaian ketrampilan
portofolio
Teknik penilaian : lisan dan tertulis
Bentuk : produk (isian)
Instrumen penilaian : tes dan nontes
Pertemuan Pertama
Rubrik Penilaian
Tema
Amanat
Penokohan
Latar
Alur
Latar belakang budaya,
ekonomi, religi, politik
3.9.2 Menelaah Bacalah kutipan cerpen berikut!
teks cerita Kalau begitu mengapa Syarifudin meninggal pada hari kedua,
pendek setelah dia disunat? Darah tak banyak keluar dari lukanya.
berdasarkan Syarifudin kan juga penurut. Pendiam. Setengah bulan, hampir,
struktur dan dia mengurung diri karena kau mengatakan kelakuan abangnya
kaidah. sehari sebelum disunat itu. Aku tidak percaya jika hanya oleh
melompat-lompat dan berkejaran setengah malam penuh. Aku
tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau
orang yang tamak. Orang yang kikir. Penghisap. Lintah darat.
Inilah ganjarannya! Aku mulai percaya desas-desus itu, tentang
dukun-dukun yang mengilu luka sunatan anak-anak kita. Aku
mulai yakin, mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu.
Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang mereka sakitkan
hati?Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku
sumbang.Tiap kesusahan, aku tolong.
Tidak seorang dari mereka yang tidak kuundang dalam pesta tadi
malam. Kaulihatkan, tiga teratak itu penuh mereka banjiri. Aku
yakin mereka telah menerimaku, memaafkanku.
1. Apakah semua kaidah itu tampak pada cerpen tersebut?
2. Adakah ciri kebahasaan lainnya yang dominan di
dalamnya? Tulislah jawaban Anda berdasarkan tabel berikut!
Kaidah Kebahasaan Kutipan dalam Cerita
Kata ganti orang pertama/
ketiga
Kalimat bermakna lampau
Konjungsi kronologis
Kata kerja
yangmenggambarkan
peristiwa
Kata kerja yangmenunjukkan
kalimat taklangsung
Menggunakan kata kerjayang
menyatakan pikiran/perasaan
Menggunakan dialog
Ciri kebahasaan lainnya
Pertemuan Kedua
KD 4.2
Rubrik Penilaian
Jumlah 10
Perolehan Nilai : Skor perolehan X 100
Skor maksimum
I. Lampiran-lampiran
Konsep
b. Amanat
Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikanpengarang. Amanat dalam
cerpen umumnya bersifat tersirat;disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-peristiwa
yangmembentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidakbisa lepas dari tema cerita.
Misalnya, apabila tema cerita itu tentangperjuangan kemerdekaan, amanat cerita itu pun tidak
jauh dari kemerdekaan.
c. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan danmengembangkan karakter tokoh-
tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.
1) Teknik analitik langsung
Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman-temannya.Ia pun tidak merasa
sombong walaupun berkali-kali dia mendapatjuara bela diri. Sifatnya itulah yang
menyebabkan ia banyak disenangi teman-temannya.
2) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
Seperti sedang berkampanye, orang-orang desa itu serempakberteriak-teriak! Mereka
menyuruh camat agar secepatnya keluar kantor. Tak lupa mereka mengacung-acungkan
tangannya, walaupundengan perasaan yang masih juga ragu-ragu. Malah ada di antara
mereka sibuk sendiri menyeragamkan acungan tangannya, agar tidakkelihatan berbeda
dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasanadi sekitar kecamatan menjadi riuh. Bukan
saja oleh demonstran-demonstran dari desa itu, tapi juga oleh orang-orang yang kebetulan
lewat dan ada di sana.
3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampung-kampung tetangganya sudah
pada terang semua.
4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh
Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi. Tapi apayang diucapkannya
benar-benar membuat orang sedesa marah.
5) Pengungkapan jalan pikiran tokoh
Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia mendekapnya, mencium
bau keringatnya. Dalam pikirannya, Cuma anak gadisnya yang masih mau
menyambutnya dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih
berlapang dadamenerima kepulangannya.
6) Penggambaran oleh tokoh lain
Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang iabertandang ke rumah
sambil membawa aneka brosur barang-barangpromosi. Yang menjengkelkan saya,
seluruh keluargaku jadi menaruhperhatian kepadanya.
d. Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentukoleh hubungan sebab akibat
ataupun bersifat kronologis. Polapengembangan cerita suatu cerpen beragam. Pola-pola
pengembangancerita harus menarik, mudah dipahami, dan logis. Jalan cerita suat cerpen kadang-
kadang berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.
e. Latar
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakandalam suatu cerita.
Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual ataubisa pula yang imajinatif. Latar berfungsi untuk
memperkuat ataumempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita.Dengan
demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagaisesuatu yang benar adanya, maka
cenderung dia pun akan lebih siapdalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang
berada dalamlatar itu.
f. Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakansuatu nada atau suasana
persuasif serta merumuskan dialog yangmampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara
sesama tokoh.Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermatdapat
menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau satiris,simpatik atau menjengkelkan,
objektif atau emosional. Bahasa dapatmenimbulkan suasana yang tepat untuk adegan yang
seram, adegan romantis, ataupun peperangan, keputusan, maupun harapan.Bahasa dapat pula
digunakan pengarang untuk menandai karakterseseorang tokoh. Karakter jahat dan bijak dapat
digambarkan denganjelas melalui kata-kata yang digunakannya. Demikian pula dengan
tokohanak-anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata ataupunstruktur kalimat yang
digunakan oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan.
Posisi Pengarang
Cerpen tergolong ke dalam jenis teks fiksi naratif. Dengan demikian,terdapat pihak yang
berperan sebagai tukang cerita (pengarang). Terdapatbeberapa kemungkinan posisi pengarang di
dalam menyampaikanceritanya, yakni sebagai berikut.
a. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibatdalam cerita yang
bersangkutan. Dalam hal ini pengarang menggunakankata orang pertama dalam
menyampaikan ceritanya, misalnya aku, saya, kami.
b. Berperan sebagai orang ketiga, berperan sebagai pengamat. Ia tidak terlibat di dalam cerita.
Pengarang menggunakan kata dia untuk tokoh-tokohnya.
Lembar kegiatan peserta didik atau LKPD Menelaah Struktur Cerita Pendek pada
judul unit ini diharapkan dapat membantu peserta didik kelas XI SMA dalam
melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Kompetensi Dasar
Indikator
3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kaidah kebahasaan teks cerpen
.Petunjuk Kegiatan:
Nama : …….
NIS/NISN : ……
Kelas : ……
Langkah kegiatan:
Bacalah teks cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A Navis berikut
ini!
Robohnya Surau Kami
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena dineraka itu banyak temannya di dunia
terpanggangpanas, merintih kesakitan. Dan ia tambah takmengerti lagi dengan keadaan
dirinya, karenasemua orang yang dilihatnya di neraka tak kurangibadatnya dari dia
sendiri. Bahkan, ada salahseorang yang telah sampai empat belas kali keMekah dan
bergelar Syeh pula. Lalu Haji Salehmendekati mereka, lalu bertanya kenapa merekadi
neraka semuanya. Tetapi sebagaimana HajiSaleh, orang-orang itu pun tak mengerti
juga.“Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian. “Bukankah kitadisuruh-Nya
taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kitakerjakan selama hidup kita. Tapi
kini kita dimasukkan ke neraka.”
“Ya. Kami juga berpendapat demikian. Tengoklah itu, orang-orangsenegeri kita semua,
dan tak kurang ketaatannya beribadat.”
“Ini sungguh tidak adil.”
“Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan HajiSaleh.“Kalau begitu,
kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita harusmengingatkan Tuhan, kalau-kalau ia
silap memasukkan kita ke neraka ini.”
“Benar. Benar. Benar,” sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.
“Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suaramelengking di
dalam kelompok orang banyak itu.
“Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh.
“Apa kita revolusikan juga?” tanya suara yang lain, yang rupanya
di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.
“Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh. “Yang penting
sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.”
“Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita
peroleh,” sebuah suara menyela.
“Setuju! Setuju! Setuju!” mereka bersorak beramai-ramai.
Lalu, mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan. DanTuhan bertanya, “
Kalian mau apa?”
Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan.Dan dengan suara
yang menggeletar dan berirama indah, ia memulaipidatonya.
“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalahumat-Mu yang
paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu.Kamilah orang-orang yang selalu
menyebut nama-Mu, memuji-mujikebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan
lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun
membacanya.
Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggilkemari, Engkau
masukkan kami ke neraka.
Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang
yang cintapada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepadakami
ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan
dalam kitab-Mu.”“Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan.
“Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.”
“O, di negeri yang tanahnya subur itu?”
“Ya. Benarlah itu, Tuhanku.”
“Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak,
dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan?”
“Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami,” mereka mulaimenjawab
serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang diwajahnya kembali. Dan yakinlah
mereka sekarang, bahwa Tuhan telahsilap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.
“Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuhtanpa ditanam?”
“Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.”
“Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat
itu?” “Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.”
“Negeri yang lama diperbudak orang lain itu?” “Ya, Tuhanku. Sungguhn laknat
penjajah penjajah itu, Tuhanku.”
“Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya dan diangkutnya
ke negerinya, bukan?”
“Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguhlaknat mereka
itu.”
“Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selaluberkelahi, sedang
hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya,bukan?”
“Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu, kami tak mautahu. Yang penting
bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.”
“Engkau rela tetap melarat, bukan?”
“Benar. Kami rela sekali,
Tuhanku.”
“Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat,
bukan?” “Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka
semua pintar
mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala belaka.”
“Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan keHatinya bukan?”
“Ada, Tuhanku.”
“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumuteraniaya semua?
Sedang harta bendamu kau biarkan orang lainmengambilnya untuk anak cucu mereka.
Dan engkau lebih suka berkelahiantara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku
beri engkaunegeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja,karena
beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang.Sedang aku menyuruh
engkau semuanya beramal di samping beribadat.Bagaimana engkau bisa beramal kalau
engkau miskin? Engkau kira aku inisuka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu
lain tidak memuji-mujidan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk
neraka! Hai
malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.”
Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulahmereka sekarang apa
jalan yang diridai Allah di dunia.
Tetapi Haji Saleh ingin juga kepastian, apakah yang dikerjakannya didunia ini salah
atau benar. Tetapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan, ia bertanya saja pada malaikat
yang menggiring mereka itu.
“Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan
di dunia?” tanya Haji Saleh.
“Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimusendiri. Kau
takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapiengkau melupakan
kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupananak istrimu sendiri, hingga mereka itu
kucar-kacir selamanya.. Itulahkesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau
di duniaberkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan merekasedikit
pun.”
Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yangmemurungkan Kakek.
Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkataapa aku tak pergi
menjenguk.
“Siapa yang meninggal?” tanyaku kaget.
“Kakek.”
“Kakek?”
“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang
ngeri sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.”
“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya
meninggalkan istriku yang tercengang-cengang.Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya.
Tetapi aku berjumpa sama istrinyasaja. Lalu aku tanya dia.
“Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?”
“Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kafan buat Kakektujuh lapis.” “Dan
sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengarsegala peristiwa oleh perbuatan
Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggungjawab,” dan sekarang ke mana dia?”
“Kerja.”
“Ya. Dia pergi kerja.”