Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita

seumur hidup. DM merupakan penyakit kronis progresif yang ditandai dengan

ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein, mengarah ke hiperglikemia (Black & Hawk, 2014). Insulin merupakan

hormone yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi

peningkatan konsentrasi glukosa didalam darah (hiperglikemi) (Kemenkes, 2014).

Menurut International of Diabetic Ferderation (IDF) pada tahun 2015

diperkirakan sebanyak 415 juta orang dewasa yang berusia antara 20-79 tahun

mengalami diabetes di seluruh dunia, termasuk 193 juta orang yang tidak

terdiagnosa. Sebanyak 318 juta orang diperkirakan mengalami gangguan toleransi

glukosa, yang beresiko tinggi mengalami penyakit DM.

Data dari World Health Organization [WHO] (2016) menyatakan bahwa

diperkirakan 422 juta orang menderita DM, lebih tinggi dibandingkan pada tahun

1980an sekitar 108 juta orang.Indonesia menempati urutan keenam di dunia

sebagai negara yang jumlah penderita Diabetes Mellitusnya terbanyak setelah

India, China, Jepang, Uni Soviet dan Brasil. Angka kejadian DM menurut data

Riskesdas tahun 2013 terjadi peningkatan dari 1,1 % ditahun 2007 meningkat

menjadi 2,1 % ditahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa

(Kemenkes 2013).
Menurut hasil survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun

2011, Aceh berada pada urutan kesembilan di Indonesia dengan kasus terbanyak

DM. Diperkirakan jumlahnya mencapai 417.600 orang atau sekitar 8,7% dari

total penduduk Aceh. Hasil surveilans terpadu penyakit pada Puskesmas untuk

kasus baru di 23 kabupaten/kota dalam Provinsi Aceh tahun 2013, penyakit DM

menduduki ranking ke 6 dari 35 jenis penyakit dengan jumlah sebanyak 457.300

penderita (Dinas Kesehatan Aceh, 2013).

DM disebut sebagai the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai

seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. DM yang tidak dikelola

dengan baik akan mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti

penyakit hipertensi, jantung koroner, penyakit pembuluh darah, penyakit stroke,

penyakit cerebrovaskuler, ginjal, mata, katarak, syaraf, impotensi seksual dan luka

lama sembuh/gangrene (Noor, 2015).

DM dibandingkan dengan penderita non DM mempunyai kecenderungan 2

kali lebih mudah mengalami trombosis serebral, 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi

penyakit jantung koroner, 17 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 50 kali

menderita luka diabetic/gangren. Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri

atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, luka diabetika/gangren 15%,

retinopati 10%, dan nefropati 7,1% (Tjokroprawiro, 1999; Waspadji, 2014).

Penderita DM berisiko 29 kali terjadi komplikasi luka diabetika. Luka

diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya

makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati. Luka

diabetikum mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau


bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk

pertumbuhan kuman (Waspadji, 2014; Riyanto, 2007; Djokomoelianto, 1997).

Kejadian luka gangren sampai saat ini masih tinggi, prevalensi penderita

diabetes melitus dengan gangren di Amerika Serikat sebesar 15-20%, risiko

amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non diabetes

mellitus (American Diabetic Association [ADA], 2007). Prevalensi penderita

gangren di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32%,

dan gangren merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar

80% untuk diabetes mellitus (Morison, 2011).

Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian gangren pada penderita DM

diantaranya adalah neuropati, tidak terkontrol gula darah (hiperglikemi) yang

berkepanjangan akan menginisiasi terjadinya hiperglisolia. Hiperglisolia kronik

akan mengubah homeostasis biokimiawi sel yang kemudian berpotensi untuk

terjadinya perubahan dasar terbentuknya komplikasi DM (Sulistriani, 2013).

Umur lebih dari 50 tahun berisiko terjadi ulkus karena pada umur tersebut fungsi

tubuh secara fisiologis mengalami penurunan, hal ini karena adanya penurunan

sekresi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa

yang berlebih tidak optimal (Achjar, Ariani, Seriana, 2014).

Lama menderita diabetes merupakan faktor resiko terjadinya ulkus

diabetik. Kebiasaan merokok (asap rokok yang terhirup ke dalam tubuh) akan

meningkatkan kadar gula darah karena pengaruh rokok (nikotin) merangsang

kelenjar adrenal dan dapat meningkatkan kadar glukosa). Aktifitas seperti potong

kuku jika tidak hati-hati dan terlalu pendek dalam memotong kuku bisa
menyebabkan cantengan (kuku masuk ke dalam) dan ada luka, jika hal tersebut

tidak diperhatikan akan menimbulkan trauma, trauma dari potong kuku pada kaki

dengan neuropati merupakan penyebab terjadinya gangrene (Phitri, 2013).

Penggunaan alas kaki tidak tepat pada pasien DM sangat rentan terjadi

luka, karena adanya neuropati diabetik dimana pasien DM mengalami penurunan

indera perasa, maka dari itu penggunaan alas kaki yang tidak tepat akan

mempermudah terjadinya luka karena penderita DM jika tertusuk benda tajam

tidak terasa (Khaier, 2015; Roza, Afriant, Edward, 2015). Luka pada pasien DM

yang tidak terkontrol, jika tidak dilakukan pengobatan akan menyebabkan

timbulnya komplikasi yang membahayakan yaitu gangren. Gangren yang terus

berlanjut dapat berakibat dilakukannya tindakan amputasi. Beberapa penelitian di

Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus gangren pada penderita DM

berkisar 17%-32%, sedangkan angka pasien yang dilakukan amputasi berkisar

antara 15% - 30% (Sundari, Aulawi, Harjanto, 2009).

Penelitian yang dilakukan di RSUD Toto Kabila Gorontalo pada tahun

2011 terdapat 93 orang yang menderita DM dan yang mengalami gangren ada 20

(21,5%) orang dari 52 orang dan 1 diamputasi, sedangkan pada tahun 2012 pasien

yang menderita gangren ada 29 (24,3%) orang dari total pasien DM sebanyak 119

orang (Hasan, 2014).

Penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam

Sakinah Mojokerto pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 766 orang penderita

DM terdapat 161 (21%) orang yang mengalami gangren, dan pada tahun 2013
dengan jumlah penderita sebanyak 425 orang dan yang mengalami gangren

sebanyak 85 (20%) orang (Septian, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Abepura Kota Jayapura pada

bulan Agustus-Oktober 2013 sebanyak 18 penderita Diabetes Mellitus, sedangkan

penderita gangren sebanyak 8 pasien (Sulistianingsih & Waworuntu, 2014).

Penelitian lain yang dilakukan di Poliklinik kaki diabetik RSUD Ulin Banjarmasin

pada bulan Januari sampai Oktober 2011 terdapat 1.165 pasien yang menderita

gangren, terdiri dari laki-laki 464 (39,8%) dan perempuan sebanyak 701 (60,1%)

(Meidina & Yasmina, 2013).

Berdasarkan data dari Medical Record RSUD Aceh Tamiang, jumlah

pasien yang menderita DM pada tahun 2015 sebanyak 510 orang, pada tahun

2016 sebesar 570 orang. Data yang didapatkan jumlah penderita DM yang

mengalami komplikasi gangren pada tahun 2015 sebanyak 87 pasien. Berdasarkan

studi pendahuluan yang dilakukan pada pasien di RSUD Aceh Tamiang pada

bulan Juni 2017 ada 35 pasien diabetes dan sebanyak 20 orang mengalami

komplikasi gangren. Kajian terhadap kejadian gangren di RSUD Aceh Tamiang

sebagian besar belum diketahui oleh pasien sehingga hal ini menarik untuk

dilakukan penelitian tentang “Faktor-faktor Penyebab Luka Ganggren Pada

Penderita Diabetes Mellitus Di RSUD Aceh Tamiang”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang, dapat dirumuskan masala penelitian

tentang “Faktor-faktor Penyebab Luka Ganggren Pada Penderita Diabetes

Mellitus Di RSUD Aceh Tamiang”?.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab luka gangren pada penderita DM.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan kadar gula darah pada penderita DM dengan gangren.

2. Mendeskripsikan umur pada penderita DM dengan gangren.

3. Mendeskripsikan lama menderita DM pada penderita DM dengan gangren.

4. Mendeskripsikan penggunaan alas kaki pada penderita DM dengan kejadian

gangren.

5. Mendeskripsikan kebiasaan merokok pada penderita DM dengan kejadian

gangren.

6. Mendeskripsikan kebiasaan potong kuku pada penderita DM dengan kejadian

gangren.

7. Mendeskripsikan kejadian gangren pada penderita DM.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pendidikan keperawatan


Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi pendidikan sebagai

bahan kajian untuk mengembangkan cara pencegahan luka gangrene pada pasien

DM.

1.4.2 Praktik keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman oleh tenaga

kesehatan dalam memberikan perawatan dan penyuluhan pada pasien DM dengan

luka gangren.

1.4.3 Subjek penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pasien pada penderita DM

dengan komplikasi luka gangren supaya dapat melakukan tindakan mandiri di

rumah dengan mengatur pola hidup sehingga luka gangrene dapat dicegah dan

dilakukan perawatan.

1.4.4 Peneliti

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengembangkan

penelitian selanjutnya khususnya dalam proses perawatan pada pasien DM yang

mengalami luka gangren.

Anda mungkin juga menyukai